3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian

3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec.

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

3 METODOLOGI. untuk menentukan lokasi tempat perindukan larva nyamuk Anopheles. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. permukaan laut. Desa Sedayu terletak di wilayah kerja Puskesmas Loano 11.

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. SURVEI ENTOMOLOGI MALARIA dan DBD

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONFIRMASI ENTOMOLOGI KASUS MALARIA PADA SEPULUH WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN BULUKUMBA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Gondanglegi Kulon kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

STATUS KERENTANAN NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP INSEKTISIDA MALATION 5% DI KOTA SURABAYA. Suwito 1 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

Hubungan Kepadatan dan Biting Behaviour Nyamuk Anopheles farauti Dengan Kasus Malaria di Ekosistem Pantai dan Rawa (Kabupaten Biak Numfor dan Asmat)

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian adalah di Desa Sedayu, Kecamatan Loano Kabupaten. Topografi Desa Sedayu yang berada pada bukit Menoreh tanahnya

FAUNA DAN STATUS KERENTANAN NYAMUK

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

III. KEADAAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

nyamuk bio.unsoed.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

Penutup. Sekapur Sirih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah

SURVEI ENTOMOLOGI DALAM RANGKA KEWASPADAAN DINI PENULARAN MALARIA DI DESA KENDAGA, KECAMATAN BANJARMANGU, KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Rembang. geografis Kabupaten Rembang terletak pada garis koordinat

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH. Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

Transkripsi:

13 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bulukumba secara geografis terletak di jazirah selatan Propinsi Sulawesi Selatan (+150 Km dari Kota Makassar), yaitu antara 0,5 o 20 sampai 0,5 o 40 lintang selatan dan antara 119 o 58 sampai 120 o 28 bujur timur dengan batas administratif yakni sebelah utara dengan Kabupaten Sinjai, sebelah timur dengan teluk Bone, sebelah selatan dengan laut Flores dan sebelah Barat dengan Kabupaten Bantaeng. Secara Administrasi Pemerintahan terdiri dari 10 Kecamatan dan 126 Desa/Kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba adalah 1.154,67 Km 2 atau sekitar 1,85 % dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan, dengan kecamatan terluas terdapat pada Kecamatan Gantarang da n Bulukumpa dengan luas wilayah masing-masing berturut-turut adalah 173,51 Km 2 dan 171,33 Km 2 atau sekitar 30% dari luas kabupaten, disusul kecamatan lainnya dan yang terkecil adalah Kecamatan Ujung Bulu yang merupakan pusat kota kabupaten dengan luas 14,4 km 2 atau hanya sekitar 1% dari luas kabupaten. Wilayah Kabupaten Bulukumba hampir 95,4% berada pada ketinggian antara 0 1000 m diatas permukaan laut (dpl) yang terdiri dari beberapa wilayah berbukit atau dataran tinggi dengan kemiringan 0 40 %. Wilayah dataran rendah berada pada sebagian besar pesisir pantai yaitu sebagian wilayah Kecamatan Ujung Bulu, Gantarang, Ujung Loe dan Bonto Bahari. Khusus Kota Bulukumba merupakan tanah datar dengan ketinggian 0,5 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau dari segi kesehatan maupun aspek sosial ekonomi masyarakat. Di Kabupaten Bulukumba terdapat 32 aliran sungai dengan aliran sungai sepanjang 552 Km yang dapat mengaliri sawah seluas 23.365 Ha. Curah huj annya rata-rata diatas 230 mm/bulan de ngan rata-rata hari hujan sebanyak 11 ha ri / bulan (BPS 2010, Dinkes 2011a). Kegiatan penelitian dilaksanakan di kecamatan yang tertinggi kasus malaria klinis dan positifnya yakni di Kecamatan Ujung Bulu tepatnya pada dua kelurahan yaitu di Kelurahan Caile dan Kelurahan Ela-Ela. Kecamatan Ujung Bulu berada di antara 0-30 meter diatas permukaan laut dengan batas-batas administratif sebagai berikut, di sebe lah Utara de ngan Kecamatan Rilau Ale, sebelah timur dengan Kecamatan Ujung Loe, sebelah

14 selatan dengan Laut Flores da n sebelah barat dengan Kecamatan Gantarang. Kelurahan Caile dan Ela-Ela saling berbatasan langsung dan pernah berada dalam satu wilayah administrasi pemerintahan. Kedua kelurahan ini adalah bagian dari Kecamatan Ujung Bulu yang merupakan kecamatan ibukota Kabupaten Bulukumba sehingga keadaannya cukup ramai dan padat. Kelurahan Caile memiliki luas wilayah sekitar 3,13 km 2 yang terbagi dalam empat wilayah dusun dengan batas-batas administratif sebagai berikut di sebelah Utara dengan,kecamatan Gantarang, di sebelah timur dengan Kelurahan Kalumeme, sebelah selatan dengan Kelurahan Ela-Ela dan sebelah barat dengan Kecamatan Gantarang. Jumlah penduduknya adalah 8365 jiwa. Letak geografisnya dalam pendataan BPS tergolong BP atau bukan pantai. Terdapat lahan persawahan de ngan luas 146 Ha dan lahan kering 167 Ha. Di Kelurahan Caile terhitung banyak jumlah ternak dan jumlah pemeliharanya. Jumlah Sapi mencapai 198 ekor dari 46 orang pemilik, Juga terdapat 52 ekor kuda dan 123 ekor kambing. Total jumlah ternak besar dan sedang di Kelurahan Caile adalah 373 ekor. Kelurahan Ela-Ela memiliki luas wilayah sekitar 0,22 km 2 yang terbagi dalam dua wilayah dusun dengan batas-batas administratif sebagai berikut, di sebelah Utara dengan,kelurahan Caile, di sebelah timur dengan Kelurahan Kalumeme, sebelah selatan dengan Laut Flores da n sebelah barat dengan Kelurahan Terang-terang. Jumlah penduduknya adalah 3797 jiwa. Letak geografisnya dalam pendataan BPS tergolong P atau pantai. Tidak terdapat lahan persawahan dan dengan lahan kering seluas 22 Ha. Di Kelurahan Ela-Ela hanya terdapat 3 ekor sapi dari 1 oang pemilik. Juga tercatat 9 ekor kuda, 215 ekor kambing. Total jumlah ternak besar dan sedang di Kelurahan Ela-Ela adalah 227 ekor (BPS 2010, Disnakkeswan 2011). Di Kelurahan Caile terdapat habitat perkembangan larva nyamuk Anopheles spp tipe permanen yaitu rawa/tambak dan persawahan, Habitat rawa/tambak ini memiliki luas sekitar 394,63 m 2 dan habitat persawahan sekitar 1155,94 m 2. Sementara itu, d i Kelurahan Ela-Ela terdapat habitat perkembangbiakan larva nyamuk Anopheles spp tipe permanen yaitu rawa/tambak, kolam dan yang bertipe temporer yaitu rawa pantai. Habitat rawa/tambak dengan pohon nipa seluas 725,46 m 2, kolam seluas 149,03 m 2, dan terdapat dua habitat rawa pantai dengan luas masing-masing 148,29 m 2 da n 291,55 m 2.

15 Berikut peta lokasi penelitian dan habitat potensial bagi perkembangbiakan larva Anopheles spp di Kelurahan Caile dan Ela-Ela (Gambar 1). Gamba r 1. Peta Lokasi Penelitian dan Habitat Potensial di Kelurahan Caile dan Ela- Ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba 3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2011 atau selama tujuh bulan. 3.3 Kegiatan Penelitian Penelitian ini dilaksanaka n dengan kegiatan sebagai berikut : 3.3.1 Pengumpulan dan Penga matan Nya muk Anopheles spp (Gambar 2) Pengumpulan nyamuk dilakuka n pada 3 rumah di masing-masing kelurahan. Pengumpulan nyamuk dilakukan dengan metode human landing collection da n resting collection. Pada tiap rumah ditempatkan dua orang, satu penangkap di dalam rumah dan

16 satu di luar rumah. Penangkapa n nyamuk dilakuka n selama tiga malam setiap bulannya, tiap malam selama 12 jam (pukul 18.00-06.00), tiap jamnya selama 45 menit menangkap nyamuk di badan, 10 menit menangkap nyamuk yang istirahat di dinding da lam rumah untuk umpan orang di dalam rumah dan di kandang ternak untuk umpan orang di luar rumah. Penangkap duduk dan menggulung celana hingga batas lutut, nyamuk yang hinggap atau menggigit pada kolektor ditangkap dengan aspirator. Nyamuk yang tertangkap dimasukkan ke dalam gelas kertas yang sudah diberi labe l jam dan metode penangkapannya. Selain itu, dilakuka n juga penangkapan nyamuk beristirahat pada pagi hari dari jam 06.00-07.00 di dalam dan di luar rumah (alam). Identifikasi nyamuk dilakukan dengan menggunakan buku kunci identifikasi Anopheles dari O Connor dan Soepanto (1999). 3.3.2 Penentuan Status Kerentanan terhadap Insektisida Golongan Piretroid Pengujian di Kelurahan Caile meng gunakan nyamuk dewasa hasil penangkapan yang istirahat di kandang, ternak da n sekitarnya, seda ngka n di Kelurahan Ela-Ela dari hasil pemeliharaan larva instar tiga, empat atau pupa yang berasal dari habitat nyamuk, kemudian dipelihara hingga dewasa (umur 2-5 hari). Pengujian dilaksanakan dengan menggunakan susceptibility tes kit (Standar WHO) dengan bahan insektisida yang digunakan adalah sintetik piretroid (Lambda siha lotrin 0,05% dan deltametrin 0,05%). Setiap jenis insektisida yang digunakan dipakai tiga tabung uji (3 ulangan) dan satu tabung kontrol. Pada setiap tabung dimasukkan kertas berinsektisida sesuai insektisida yang digunakan. Selanjutnya ke dalam tabung uji bertanda hijau dimasukkan 20 ekor Anopheles yang diambil dari ka nda ng nyamuk menggunakan aspirator. Nyamuk kemudian dipindahkan ke dalam tabung kontak bertanda merah berlapis kertas berinsektisida dengan meniup perlahan. Nyamuk dibiarkan di dalam tabung kontak selama 1 jam. Untuk kontrol digunakan satu tabung uji bertanda hijau yang dimasukkan kertas tidak mengandung insektisida. Ke dalam tabung kontrol dimasukkan 20 ekor nyamuk Anopheles. Setelah masa kontak, nyamuk dipindahkan lagi ke tabung bertanda hijau dengan meniup perlahan dan dibiarkan selama 24 jam. Bagian atas tabung tersebut diberi kapas mengandung larutan air gula 5%, disimpan pada kondisi yang baik untuk hidup. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan terhadap kematian.

17 3.4 Pengumpulan Data Sekunder Data pendukung yang diperoleh mencakup Data curah hujan Kabupaten Bulukumba dari bulan Februari sampai Agustus 2011 dari BMKG Wilayah IV Makassar (Stasiun Klimatologi Kelas I Maros) dan juga dari sejumlah Dinas dalam lingkup Kabupaten Bulukumba yang terdiri atas : a) Data penduduk dan angka kesakitan malaria diperoleh dari Dinas Kesehatan b) Data kepe ndudukan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba. c) Data jenis insektisida yang digunakan oleh petani dari Dinas Tanaman Pangan. dan Holtikultura d) Data jumlah ternak seperti kerbau, sapi, kuda dan kambing dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan 3.5 Analisis Data Data populasi nyamuk dewasa Anopheles spp dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan beberapa parameter yaitu : a) Kelimpahan nisbi Anopheles (%) dihitung berdasarkan jumlah nyamuk Anopheles spesies tertentu yang tertangkap dibagi jumlah total nyamuk Anopheles dikali 100%. b) Frekwensi tertangkap dihitung berdasarkan berapa bulan Anopheles spesies tertentu tertangkap dibagi jumlah bulan penangkapan. c) Dominansi spesies (%) dihitung berdasarkan perkalian antara kelimpahan nisbi dengan Frekwensi Anopheles tertangkap setiap spesies (Sigit 1968). d) Kepadatan populasi, kepadatan populasi nyamuk dihitung berdasarkan angka : e) MBR (man biting rate), yaitu jumlah nyamuk Anopheles meng hisap darah/orang/malam MBR = Jumlah nyamuk tertangkap per spesies Jumlah penangkap x Jumlah jam penangkapan f) MHD (man hour density), yaitu jumlah nyamuk Anopheles tertangkap/rumah atau kandang/jam. MHD = Jumlah nyamuk tertangkap di dinding/kandang Jumlah penangkap x Jumlah jam penangkapan

18 e) Hubungan variabe l antara indeks curah hujan (ICH) de ngan kepadatan pop ulasi nyamuk (MBR), dianalisis dengan Pearson correlation menggunakan program computer SPSS versi 17.0. Indeks curah hujan ( ICH) dihitung dengan rumus sebagai berikut : ICH = Jumlah curah hujan (mm)/bulan x Jumlah hari hujan/bulan Jumlah hari (dalam satu bulan) f) Uji Kerentanan Data nyamuk yang diuji kerentanannya dianalisa secara kuantitatif dengan interpretasi data (kriteria) kerentanan vektor ditentukan berdasarkan persentase kematian nyamuk uji dalam periode pengamatan 24 jam. Kematian nyamuk uji antara 98-100% dinyatakan nyamuk tersebut masih rentan, bila kematian nyamuk uji antara 80,0% - 97,0% tergolong toleran dan jika kurang dari 80,0% tergolong kebal (resisten) (WHO 1998). Nyamuk yang lumpuh dan tidak bisa terbang dihitung atau dianggap mati. Bila ke matian nyamuk kontrol 5-20%, maka dikoreksi dengan menggunakan rumus Abbot seperti berikut : % Kematian nyamuk uji - % Kematian nyamuk kontrol ABBOT S = 100 - % Kematian nyamuk kontrol Bila kematian nyamuk kontrol lebih dari 20%, maka uji dianggap gagal dan harus diulang kembali (WHO 2003a, 2003b).

19 1.Pengumpulan Nyamuk Dewasa (HLC) 2. Pengumpulan Nyamuk Sekitar Hewan 3. Identifikasi Dewasa Anopheles spp 4. Pengumpulan Larva Anopheles spp 5. Pemeliharaan Larva Anopheles spp 6. Pengamatan Perkembangan Larva 7. Pengamatan Kontak 1 jam 8. Pengamatan Kontak 24 jam Gambar 2. Kegiatan Penelitian di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba (Februari-Agustus 2011).