III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian (1) Kulit Pisang Nangka Matang Kulit pisang Nangka matang diperoleh dari tiga tempat yang berbeda, yaitu Pasar Tanjungsari Sumedang, Pasar Gede Bage dan Pasar Caringin Bandung dengan total jumlah 12 kg pisang. Kulit pisang dijemur dengan sinar matahari dan dikeringkan di oven, kemudian digiling menjadi tepung, dan disaring. (2) Rumput Lapang Rumput lapang diperoleh dari lingkungan sekitar Kandang Domba Kambing, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Rumput lapang di jemur dengan sinar matahari, dan dikeringkan di oven, kemudian digiling menjadi tepung. (3) Konsentrat Konsentrat diperoleh dari Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) dengan campuran bahan pakan wheat pollard, bungkil kopra, dedak halus, onggok, DDGS, kulit kacang, molases, brand pollard, kulit kopi, tepung ubi, bostel kering, kapur, garam dan mineral. Konsentrat digunakan sebagai pakan tambahan bagi ternak domba. (4) Cairan Rumen Cairan rumen digunakan sebagai media percobaan yang diperoleh dari domba lokal di Tempat Pemotongan Hewan (TPH) milik Pak Bandi di Jatinangor Kabupaten Sumedang.
23 (5) Saliva Buatan Saliva buatan dibuat berdasarkan metode McDougall (1948), yang digunakan sebagai media untuk menirukan kondisi rumen domba. Penggunaan saliva buatan berperan sebagai buffer untuk menjaga kestabilan kondisi cairan rumen. Fungsi larutan ini sebagai media pertumbuhan dan perkembangan mikroba rumen secara in vitro. (6) Gas Karbondioksida (CO2) Gas CO2 digunakan untuk membuat kondisi anaerob dalam tabung fermentor sebelum fermentasi oleh mikroba rumen berlangsung secara in vitro. Gas CO2 dimasukkan ke dalam fermentor, sehingga oksigen (O2) terdesak keluar dan digantikan oleh gas CO2. (7) HgCl2 HgCl2 digunakan untuk mematikan mikroba rumen sehingga proses fermentasi berhenti. Larutan HgCl2 diberikan sebanyak 2 tetes ke dalam masing-masing unit percobaan saat inkubasi selesai untuk memisahkan supernatan dan residunya. (8) H2SO4 15% Larutan H2SO4 15% digunakan dalam pengujian asam lemak terbang (Volatile Fatty Acid - VFA). (9) NaOH 0,5 N Larutan NaOH 0,5 N digunakan dalam pengujian asam lemak terbang (Volatile Fatty Acid - VFA). Larutan ini digunakan sebagai media penangkapan VFA pada sampel dalam proses destilasi uap.
24 (10) Indikator Phenolptalein (PP) Indikator phenolptalein digunakan dalam pengujian asam lemak terbang (Volatile Fatty Acid - VFA) sebagai indikator warna dalam proses titrasi. (11) HCl 0,5 N Larutan HCl 0,5 N digunakan dalam proses titrasi dalam pengujian asam lemak terbang (VFA). (12) Asam Borat Asam borat digunakan dalam pengujian amonia (NH3). Larutan ini digunakan sebagai media penangkapan NH3 pada sampel. (13) Na2CO3 Larutan Na2CO3 digunakan dalam pengujian amonia (NH3). (14) H2SO4 0,006 N Larutan H2SO4 0,006 N digunakan dalam proses titrasi dalam pengujian amonia (NH3). 3.2. Peralatan Penelitian 3.2.1. Peralatan Persiapan Bahan/Sampel (1) Pisau, untuk memisahkan antara kulit dan daging pisang yang cukup sulit dipisahkan. (2) Terpal, digunakan sebagai alas penjemuran kulit pisang, dan rumput lapang. (3) Oven, digunakan untuk mengeringkan kulit pisang dan rumput lapang setelah dikeringkan dengan sinar matahari.
25 (4) Hammer mill, digunakan untuk menggiling kulit pisang dan rumput lapang hasil pengeringan menjadi tepung. (5) Saringan, digunakan untuk menyaring kulit pisang sebelum dicampurkan dalam ransum. (6) Kantong plastik, digunakan untuk menampung hasil penggilingan sampel (tepung kulit pisang). (7) Timbangan analitik, digunakan untuk menimbang bahan sesuai masingmasing perlakuan. 3.2.2. Peralatan Pengambilan Cairan Rumen (1) Termos, digunakan untuk membawa cairan rumen dari tempat pemotongan hewan ke laboratorium agar suhu tetap konstan. Sebelumnya termos diisi air hangat dengan kisaran suhu 39-40 0 C untuk membuat kondisi temperatur seperti kondisi tubuh domba hingga penuh untuk membuat kondisi anaerob. (2) Termometer, digunakan untuk mengukur suhu air yang ada di dalam termos. (3) Kain muslin, digunakan untuk menyaring cairan rumen dari domba yang dipotong. (4) Corong, digunakan untuk membantu memasukkan cairan rumen ke dalam thermos.
26 3.2.3. Peralatan Membuat Saliva Buatan (1) Beaker glass, digunakan untuk menampung saliva buatan. (2) ph meter, digunakan untuk mengukur nilai ph larutan saliva buatan. 3.2.4. Peralatan Analisis in Vitro (1) ph meter, digunakan untuk mengukur nilai ph cairan rumen. (2) Tabung fermentor dengan tutup karet, digunakan sebagai alat pencernaan tiruan sebanyak 20 tabung. (3) Rak, digunakan untuk tempat menahan tabung fermentor selama inkubasi. (4) Waterbath, digunakan untuk tempat inkubasi dengan menggunakan air hangat dengan suhu 39-40 0 C. (5) Termometer, digunakan untuk mengukur suhu air yang ada di waterbath dalam menjaga kondisi seperti dalam rumen domba. (6) Sentrifuse, digunakan untuk memisahkan supernatant dan residu sampel yang nanti digunakan dalam pengukuran produksi VFA dan NH3. (7) Tabung destilasi uap yang dipanaskan dengan uap air, digunakan untuk pengukuran kadar total VFA. (8) Erlenmeyer, digunakan sebagai tempat menampung hasil kondensasi VFA. (9) Cawan Conway, digunakan untuk pengukuran NH3. (10) Seperangkat alat destilasi, untuk melakukan destilasi saat pengukuran VFA. (11) Seperangkat alat titrasi, digunakan untuk mengukur kadar titran saat pengukuran VFA dan NH3.
27 3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Prosedur Persiapan Bahan/Sampel (1) Mempersiapkan kulit pisang Nangka matang. (2) Melakukan pengeringan dengan menggunakan sinar matahari dan oven hingga kering. (3) Bahan digiling menggunakan hammer mill hingga menjadi tepung halus. (4) Menimbang masing-masing sampel dalam ransum (kulit pisang, konsentrat, dan rumput lapang) untuk setiap perlakuan, kemudian masingmasing dimasukkan ke dalam tabung fermentor. Adapun kandungan zat makanan bahan pakan yang digunakan berdasarkan bahan kering (BK) disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Kandungan Zat Makanan Bahan Pakan yang Digunakan Berdasarkan Bahan Kering Bahan Pakan Zat Makanan (%)* PK SK BETN LK Abu Rumput Lapangan 9,10 28,76 48,09 4,72 9,33 Kulit Pisang Nangka Matang 8,98 13,70 62,80 1,62 12,90 Konsentrat 13,76 18,76 43,90 9,37 14,21 Keterangan: *Hasil analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (2016) Beberapa bahan pakan tersebut dicampurkan dengan jumlah berbeda-beda untuk masing-masing perlakuan. Adapun kandungan zat makanan untuk setiap komposisi yang terdapat pada perlakuan berdasarkan bahan kering (BK) disajikan pada tabel 2.
28 Tabel 2. Komposisi Bahan Pakan dan Kandungan Zat Makanan Ransum Tiap Perlakuan Berdasarkan Bahan Kering Bahan Pakan Perlakuan (%) R1 R2 R3 R4 Rumput Lapangan 50 40 30 20 Kulit Pisang Nangka Matang 10 20 30 40 Konsentrat 40 40 40 40 Zat Makanan Ransum (%) R1 R2 R3 R4 Protein Kasar (PK) 10,95 10,94 10,93 10,92 Serat Kasar (SK) 23,25 21,75 20,24 18,74 Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 47,89 49,36 50,83 52,30 Lemak Kasar (LK) 6,27 5,96 5,65 5,34 Abu 11,64 12,00 12,35 12,71 3.3.2. Prosedur Pengambilan Cairan Rumen (1) Mempersiapkan termos berisi air panas (39-40 0 C) penuh untuk membuat kondisi seperti di dalam rumen domba. (2) Melakukan pemotongan domba sebanyak 2-3 ekor. (3) Mengambil cairan rumen domba dengan cara menyaringnya menggunakan kain muslin (4) Cairan rumen langsung dimasukan ke dalam termos hingga penuh untuk selalu menjaga kondisi an aerob seperti dalam rumen dan kemudian termos ditutup rapat. Air dalam termos sebelumnya dibuang.
29 3.3.3. Prosedur Membuat Saliva Buatan (1) Larutan saliva buatan (McDougall) dibuat sebanyak 6 liter. (2) 5 liter air destilasi dimasukkan ke dalam labu takar yang bervolume 6 liter dan dicampurkan dengan 58,8 g Na HCO3, 42 g Na2HPO4.7H2O, 3,42 g KCl, 2,82 g NaCl, 0,72 g MgSO4.7H2O, dan 0,24 CaCl2. (3) Campuran tersebut diaduk dengan gas CO2 secara perlahan-lahan dengan cara melewatkannya dengan tujuan menurunkan nilai ph hingga mencapai nilai ph 6,8. (4) Hangatkan larutan sebanyak yang diperlukan hingga 37 0 C. (5) Jika perlu diaduk kembali dengan gas CO2 hingga mencapai nilai ph 6,8. 3.3.4. Prosedur Analisis in Vitro (1) Mempersiapkan waterbath dengan berisi air hangat dengan suhu sekitar 39-40 0 C. (2) Mencampurkan saliva buatan dengan cairan rumen domba segar. (3) Mengisi masing-masing tabung fermentor dengan gas CO2 untuk membuat kondisi an aerob. (4) Memasukkan campuran saliva buatan dengan cairan rumen ke dalam tabung fermentor yang telah terisi masing-masing sampel untuk setiap perlakuan. (5) Menutup masing-masing tabung fermentor yang telah terisi semua bahan dan memasukkannya ke dalam waterbath sambil diaduk rata (menggoyangkan tabung fermentor secara hati-hati).
30 (6) Setiap 30 menit pertama diaduk kembali selama 3 jam pertama. (7) Semua sampel diinkubasi selama 24 jam, dengan melakukan pengadukan kembali selama 3 jam sekali selanjutnya. (8) Setelah proses inkubasi selesai, semua sampel diberikan 2 tetes HgCl2 kemudian disentifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit sehingga dihasilkan supernatan sampel. (9) Supernatan diambil dan disimpan dalam botol penyimpanan dan disimpan dalam lemari pendingin. (10) Kemudian masing-masing sampel dilakukan pengukuran jumlah produksi VFA dan NH3. 3.3.5. Prosedur Pengukuran VFA (1) Sebanyak 5 ml supernatan dimasukkan ke dalam tabung destilasi yang dipanaskan dengan uap air. (2) Tabung segera ditutup rapat setelah ditambahkan 1 ml H2SO4 15%. (3) Uap panas akan mendesak VFA melewati tabung pendingin terkondensasi dan ditampung dengan Erlenmeyer berisi 5 ml NaOH 0,5 N sampai mencapai volume sekitar 200-300 ml. (4) Selanjutnya ditambahkan indikator phenolpthaelin (pp) sebanyak 2 tetes dan dititrasi dengan HCl 0,5 N. (5) Titrasi berakhir pada saat awal perubahan warna dari merah menjadi bening.
31 3.3.6. Prosedur Pengukuran NH3 (1) Sebanyak 1 ml supernatan diletakkan di kiri sekat cawan Conway dan 1 ml larutan Na2CO3 jenuh ditempatkan pada sekat kanan. (2) Cawan kecil di tengah diisi asam borat berindikator merah metil dan brom kresol hijau sebanyak 1 ml. (3) Cawan Conway ditutup rapat dengan tutup bervaselin lalu digoyangkan/diaduk sehingga supernatan bercampur dengan Na2CO3. (4) Biarkan selama 24 jam pada suhu kamar, sehingga amonia terikat oleh asam Borat. (5) Setelah 24 jam, kemudian dititrasi dengan H2SO4 0,006 N sampai warna berubah kemerahan. 3.4. Peubah yang Diamati 3.4.1. Asam Lemak Terbang (VFA) Penentuan kadar asam lemak terbang (VFA) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut. Keterangan: b = volume titran blanko s = volume titran sampel N = normalitas larutan HCl
32 3.4.2. Amonia (NH3) Penentuan kadar amonia (NH3) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut. NH3 (mm) = ml titrasi N H2SO4 1000 Keterangan : ml N : volume yang terpakai titrasi : normalitas asam sulfat 3.5. Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, sehingga terdapat 20 unit percobaan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut. (1) R1 = 10% tepung kulit pisang Nangka matang + 50% rumput lapang + 40% konsentrat (2) R2 = 20% tepung kulit pisang Nangka matang + 40% rumput lapang + 40% konsentrat (3) R3 = 30% tepung kulit pisang Nangka matang + 30% rumput lapang + 40% konsentrat (4) R4 = 40% tepung kulit pisang Nangka matang + 20% rumput lapang + 40% konsentrat
33 Data kemudian diuji dengan analisis sidik ragam. Adapun model matematika dan rancangan yang digunakan, yaitu: Yij = + i + ij Keterangan: Yij = pengamatan perlakuan ke-i ulangan ke-j. = rataan umum. i = pengaruh perlakuan ke-i. ij = pengaruh acak perlakuan ke-i ulangan ke-j/galat. i = pengaruh ke-i (1,2,3,4) j = ulangan ke-j (1,2,3,4,5) Hipotesis yang diuji : H0 : Pengaruh perlakuan R1 = R2 = R3 = R4 artinya tidak ada pengaruh imbangan kulit pisang Nangka matang terhadap produksi VFA dan NH3. H1 : Pengaruh perlakuan R1 R2 R3 R4 artinya paling sedikit ada satu perlakuan yang berbeda. Pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati dilakukan menggunakan analisis ragam dengan bentuk daftar sidik ragam disajikan pada tabel 3.
34 Tabel 3. Daftar Sidik Ragam Sumber Keragaman db JK KT F Hitung F Tabel Perlakuan t-1 JKP α: 0,05 Galat t(r-1) JKG Total tr-1 JKT Keterangan: α : Standard error JKG : Jumlah Kuadrat Galat SK : Sumber keragaman JKT : Jumlah Kuadrat Total db : Derajat bebas KT : Kuadrat Tengah JK : Jumlah Kuadrat KTP : Kuadrat Tengah Perlakuan JKP : Jumlah Kuadrat Perlakuan KTG : Kuadrat Tengah Galat Kaidah Keputusan: (1) Jika F hitung F tabel 0,05 artinya tidak berbeda nyata (non significant), terima H0 dan tolak H1. (2) Jika F hitung > F tabel 0,05 artinya berbeda nyata (significant). Tolak H0 dan terima H1. Jika H0 diterima, berarti tidak ada pengaruh perlakuan yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, pengujian lanjutan tidak perlu dilakukan, tetapi apabila H0 ditolak, berarti ada perlakuan yang berbeda. Hal tersebut perlu dilakukan pengujian lanjut untuk mengetahui perbedaan diantara nilai tengah tersebut.
35 Apabila hasil yang diperoleh berbeda, maka dilakukan uji lanjut untuk mengetahui perbedaan antarperlakuan, dengan menggunakan uji Jarak Berganda Duncan, dengan rumus: LSR = SSR Sx Keterangan: Sx r : Standard error : Ulangan KTG : Kuadrat Tengah Galat LSR SSR : Least Significant Range Test : Studentized Significant Range Apabila selisih antara perlakuan (d) dibandingkan dengan LSRα, kaidah keputusannya sebagai berikut. (1) d LSR, maka tidak berbeda nyata (terima H0). (2) d > LSR, maka berbeda nyata (tolak H0).