BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI. Stres merupakan kata yang sering kita dengar dalam kehidupan kita seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik maupun mental. Tetapi tidak semua anak terlahir normal, anak yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang tidak pasti dari kematian adalah waktu datang dan proses menjelangnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

STRATEGI KOPING PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGALAMI AMPUTASI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

BAB 1 PENDAHULUAN. belum ada lembaga resmi yang memiliki angka prevalensi individu autistik di

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang membuat stres. Dalam hal ini stres adalah perasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi oleh seseorang, mulai dari konflik pribadi maupun konflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga

BAB II LANDASAN TEORI

BABI PENDAHULUAN. kehidupan individu selalu dan tidak lepas dari masalah yang ada sehingga kadangkala

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua mendambakan memiliki anak yang sehat, baik secara jasmani maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEDOMAN OBSERVASI. Observasi penelitian ini mengungkap : a. Kesan umum : kondisi fisik, penampilan dan perilaku subyek

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental,

ABSTRAK Lazarus Folkman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada pasien kanker amputasi dilakukan sebagai prosedur menyelamatkan jiwa

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN. biasa. Tampaknya semua pihak menyambutnya dengan suka cita. Setiap orangtua

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang tidak dapat diperkirakan waktu terjadinya. Sehingga kematian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Kesenjangan. tenaga non-medis seperti dukun maupun kyai, (Kurniawan, 2015).

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi setiap orang yang telah menikah, memiliki anak adalah suatu anugerah dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tumbuh dan berkembang seperti layaknya orang normal. Naseef (dalam Kira, 2004) mengatakan bahwa ketika anak hadir, ada keseimbangan antara merawat kebutuhan anak dan menyiapkan waktu serta usaha dalam pemeliharaan dan pertumbuhan pernikahan. Namun, sering terjadi anak menunjukkan gejala adanya gangguan dalam perkembangannya. Warsiki (2007) mengatakan bahwa akhir-akhir ini para psikiater anak semakin banyak mendapat rujukan anak-anak usia 2-5 tahun, bahkan sampai usia 8-12 tahun oleh dokter umum atau dokter anak dengan gejala gangguan perkembangan yang ringan sampai berat. Salah satu gangguan perkembangan pada anak yang sering terjadi adalah autis. Autis atau gangguan autistik adalah salah satu gangguan terparah di masa kanak-kanak (Nevid, Rathus & Greene, 2005). Yayasan Cinta Harapan Indonesia (YCHI) (2010) mengatakan bahwa 1:1000 anak di Indonesia mengalami gangguan autis. Kira (2004) menambahkan bahwa autis dianggap merupakan hasil dari gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi otak. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Nevid, Rathus & Greene (2005) yang mengatakan bahwa gangguan autis merupakan gangguan yang bersifat kronis dan seumur hidup. Autis merupakan salah satu gangguan perkembangan pada anak dimana gejalanya muncul sebelum umur 3 tahun yang meliputi tiga gelaja utama yaitu mengalami kesulitan dalam interaksi sosial secara timbal balik, gangguan 1

2 komunikasi dan tingkah laku terbatas dan berulang-ulang disertai keterbatasan minat, aktivitas dan imajinasi (Schultz & Anderson dalam Warsiki, 2007). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV-TR) (2000) yang menjelaskan bahwa terdapat tiga karakteristik utama dari autis yaitu adanya gangguan dalam interaksi sosial yang timbal balik, komunikasi, dan munculnya perilaku yang terbatas, minat terbatas, perilaku yang berulang-ulang. Semua kelompok atau keadaan mirip autis disebut gangguan perkembangan pervasif atau Autism Spectrum Disorder (ASD) (Gilberg dalam Warsiki, 2007). Tidak mudah bagi orang tua untuk dapat menerima ketika pertama kali mengetahui bahwa anaknya mengalami gangguan autis. Kira (2004) mengatakan bahwa ketika orang tua melihat balita dan anak-anak lain berkembang berbeda dengan anaknya, maka mereka akan mulai cemas. Berbagai reaksi yang dimunculkan orang tua ketika mengetahui anaknya mengalami gangguan autis, seperti merasa terkejut, menyangkalnya, merasa tidak percaya, sedih, perasaan terlalu melindungi, cemas, perasaan menolak keadaan, perasaan tidak mampu dan malu, perasaan marah, bahkan ada perasaan bersalah dan berdosa (Safari, 2005). Hadirnya anak dengan gangguan autis dapat menimbulkan stres tersendiri bagi orang tua. Banyak media mengatakan bahwa gejala autis sukar disembuhkan sehingga menambah perasaan depresi pada orang tua yang anaknya mengidap gangguan autis (Warsiki, 2007). Memiliki anak autis dapat menambah tanggung jawab tersendiri bagi orang tua sehingga berpotensi menimbulkan stres terutama bagi ibu. Sebuah studi (Cox, Rutter, Newman, & Bartak, dalam Schopler & Mesibov, 1983) yang dilakukan pada ibu yang memiliki anak autis menunjukkan bahwa sepertiga dari ibu melaporkan gejala depresi dalam responnya terhadap stres.

3 Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Fisman dkk (dalam Ericzon, 2005) yang mengatakan bahwa ibu dengan anak ASD dilaporkan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dan kemampuan pengasuhan yang lebih rendah dibandingkan ibu dari anak-anak normal. Stres merupakan aspek dari kehidupan yang tak terelakkan dan dapat membuat perbedaan dalam fungsi manusia dengan mengetahui bagaimana orang mengatasi stresnya (Lazarus & Folkman, 1984). Stres adalah reaksi alami tubuh untuk mempertahankan diri dari tekanan secara psikis (Wijono, 2006). Lazarus (1984) menyarankan agar stres diperlakukan sebagai konsep pengorganisasian untuk memahami berbagai fenomena yang sangat penting dalam adaptasi manusia dan hewan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres disebut stresor. Seyle (1983) membedakan stresor menjadi 3 golongan, yaitu stresor fisikbiologik, stresor psikologis, dan stresor sosial budaya. Selain itu, kita juga dapat melihat darimana sumber stres yang dialami oleh subyek, dimana menurut Sarafino (2006) sumber stres dibagi menjadi tiga yaitu dari diri sendiri, keluarga serta komunitas dan masyarakat. Sumber stres dari diri sendiri berkaitan dengan adanya konflik dalam diri. Sumber stres dari keluarga dengan hadirnya anggota baru, sakit dan kematian dalam keluarga. Sumber stres dari komunitas dan masyarakat dapat menyediakan banyak sumber stres, misalnya: pengalaman anak di sekolah dan persaingan (Sarafino, 2006). Dalam penelitian ini, penulis melihat sumber stres yang berasal dari keluarga dimana terdapat anak autis yang dapat menambah beban di keluarga dan dapat menyebabkan stres bagi orang tuanya. Untuk mengatasi stres yang ada, maka diperlukan strategi untuk menanggulangi stres yang tepat.

4 Lazarus & Folkman (1984) menjelaskan bahwa cara menanggulangi stres adalah upaya merubah kognitif dan perilaku secara terus-menerus untuk mengelola tuntutan eksternal tertentu yang dinilai meningkat atau melebihi kemampuan seseorang. Cara menanggulangi stres dapat dilakukan dengan cara yaitu emotion focused coping dan problem focused coping (Lazarus & Folkman, 1984). Emotion focused coping dilakukan dengan mengurangi emosi negatif yang ditimbulkan oleh situasi yang tidak menyenangkan. Sedangkan problem focused coping dilakukan dengan melakukan tindakan langsung untuk memecahkan masalah. Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui sumber stres dan cara menanggulangi stres yang digunakan orang tua yang memiliki anak autis. Subyek yang diambil dalam penelitian ini adalah ibu dewasa muda yang berumur 20-40 tahun yang memiliki anak autis. Hal ini dikarenakan pada perkembangan psikososialnya, yang harus dilewati oleh ibu dewasa muda adalah intimacy. Intimacy adalah kemampuan mengembangkan identitas dirinya untuk siap memadukannya dengan identitas orang lain tanpa takut kehilangan identitas dirinya sendiri. Pada saat itu pula, seorang wanita menjalin hubungan yang serius dengan pasangannya dan menikah, memiliki anak, dan membantu anak-anak mencapai perkembangan kesehatan mereka sendiri. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat terapi anak autis yang terdapat di Jakarta. Hal tersebut dikarenakan terdapat banyak sekolah-sekolah autis, tempattempat terapi dan rumah sakit yang ditemukan di kota Jakarta dibanding kota-kota lainnya.

5 1.2 Rumusan Masalah Pada penelitian ini, rumusan masalahnya adalah bagaimanakah sumber stres dan cara menanggulangi stres yang digunakan ibu dewasa muda yang memiliki anak autis. 1.3 Tujuan dan Manfaat 1. 3.1 Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran sumber stres dan cara menanggulangi stres yang dialami ibu dewasa muda yang memiliki anak autis. 1.3.2 Manfaat 1) Manfaat praktis dari penelitian ini, agar orang tua yang memiliki anak autis dapat mengetahui gambaran sumber stres dan cara menanggulangi stres yang dilakukan mereka. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para orang tua dalam strategi yang tepat untuk mengatasi stres yang mereka alami karena memiliki anak autis. 2) Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah agar dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian lain menyangkut autis atau sumber stres dan cara menanggulangi stres ibu yang memiliki anak autis.