IS BAT WAKAF SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM ATAS

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

SEKITAR PEMERIKSAAN SETEMPAT DAN PERMASALAHANNYA ( Oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim Tinggi PTA Mataram )

UNDANG-UNDANG Nomor: 7 TAHUN 1989 Tentang PERADILAN AGAMA Tanggal: 29 DESEMBER 1989 (JAKARTA) LN 1989/49; TLN NO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT EDARAN Nomor : 1 Tahun 1990 Tentang Petunjuk Pembuatan Penetapan Eks Pasal 71 ayat (2) Dan Akta Cerai Eks Pasal 84 ayat (4)

NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan perkara di lingkungan peradilan agama, khususnya di pengadilan

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon banding:

PUTUSAN. Nomor : xxx/pdt.g/2012/ms-aceh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA TERHADAP PERWAKAFAN. A. Kewenangan Pengadilan Agama dalam hal sengketa wakaf.

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV. rumah tangga dengan sebaik-baiknya untuk membentuk suatu kehidupan. tangga kedua belah pihak tidak merasa nyaman, tenteram dan mendapaatkan

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

PERADILAN AGAMA Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tanggal 29 Desember 1989 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

RUMUSAN HASIL RAPAT PLENO KAMAR AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 03 S/D 05 MEI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. Oleh: NY. BASANI SITUMORANG, SH., M.Hum. (Staf Ahli Direksi PT Jamsostek)

BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA. peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dinyatakan bahwa Kekuasaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

EKSEPSI KOMPETENSI RELATIF DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PERADILAN AGAMA. Drs. H. Masrum M Noor, M.H EKSEPSI

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PASCA SIDANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diperbaharui dengan UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N Nomor: xxx/pdt.g/2012/ms-aceh

BAB IV. Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), tepatnya pada Pasal 24 ayat (2) dinyatakan bahwa Pengadilan Agama merupakan salah satu lingkungan

BAB III PUTUSAN PA BANGKALAN DAN PTA SURABAYA TENTANG PERSELISIHAN DAN PERTENGKARAN TERUS MENERUS SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN

1. Menerima surat permohonan sita sebanyak para pihak ditambah 3 eksemplar termasuk soft copynya. Dari Pemohon sita

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV. ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH

P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

P U T U S A N. Nomor: xxx/pdt.g/2013/ms-aceh

P E N E T A P A N. Nomor : 0096/Pdt.P/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

STANDAR PELAYANAN PADA BADAN PERADILAN AGAMA (KMA

Kecamatan yang bersangkutan.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara untuk menegakkan hukum

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PENDAFTAAN KASASI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FUNGSI MAHKAMAH AGUNG DALAM MENERIMA PENINJAUAN KEMBALI SUATU PERKARA PIDANA 1 Oleh: Eunike Lumi 2

FORMULIR ADMINISTRASI KEPANITERAAN PENGADILAN AGAMA

PUTUSAN Nomor : 105/Pdt.G/2009/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK

PUTUSAN Nomor 0036/Pdt.G/2015/PA. Pas

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

P U T U S A N. Nomor: 0265/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Makalah Rakernas MA RI

PUTUSAN Nomor xxxx/pdt.g/2012/pa.slw. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

1. Menerima surat permohonan sita sebanyak para pihak ditambah 3 eksemplar termasuk soft copynya. Dari Pemohon sita

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK

P U T U S A N. Nomor: 0043/Pdt.G/2011/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

P U T U S A N 37/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUTUSAN Nomor xxxx/pdt.g/2012/pa.slw. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

menjatuhkan putusan dalam perkara cerai gugat antara: Tergugat/Pembanding ; MELAWAN

SILABUS SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI PENGADILAN AGAMA (SIADPA Plus) PADA KOMPETENSI TENAGA TEKNIS PERADILAN AGAMA

MAKALAH : PEMBAHASAN :

BAB III. PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI No. 368 K/AG/1995. A. Ruang Lingkup Kekuasaan Mahkamah Agung

PUTUSAN Nomor 0050/Pdt.G/2015/PA. Pas

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

P U T U S A N. Nomor 0318/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N :

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat Telp./Fax. (021) sd. 95

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N Nomor :1202/ Pdt.G/2011/PA.Skh

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA ANCANGAN

PUTUSAN Nomor: xxxx/pdt.g/2012/pa.slw. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

BERACARA DI PENGADILAN AGAMA DAN PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH Oleh: Agus S. Primasta, SH 1

RIVIU DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA LAMONGAN

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA. Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor 0330/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 1125/Pdt.G/2015/PA. Pas

TEKNIK PEMBUATAN BERITA ACARA SIDANG (BAS) 1

PUTUSAN. Nomor : 1519/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

Transkripsi:

BAB III IS BAT WAKAF SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM ATAS WAKAF TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT A. Kewenangan Peradilan Agama Tugas dan kewenangan peradilan agama sangat terkait dengan kekuasaan peradilan dalam hubungannya dengan hukum acara perdata, menyangkut dua hal yaitu kekuasaan relatif dan kekuasaan absolut. Sekaligus dengan tempat mengajukan gugatan atau permohonan serta jenis perkara yang menjadi kekuasaan pengadilan. 1. Kekuasaan mutlak (Absolut Competentie) Kekuasaan mutlak pengadilan berkenaan dengan jenis perkara dan jenjang pengadilan. Pengadilan dalam lingkungan peradilan agama memiliki kekuasaan memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara perdata tertentu di kalangan rakyat tertentu yaitu orang yang beragama islam. Kekuasaan mutlak Pengadilan Agama diatur dalam Undang-undang No. 3 tahun 2006 tentang Undang-undang Peradilan Agama. 1 Yaitu Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang 1 Departemen Agama RI, Badan Penyuluhan UU No. 3 Tahun 2006 pasal 49 46

47 beragama Islam di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum islam, wakaf, s}adaqah dan ekonomi syariah. 2. Kekuasaan Relatif (Relative Competentie) Kekuasaan relative berhubungan dengan daerah hukum suatu pengadilan, baik pengadilan tingkat pertama maupun pengadilan tingkat banding artinya, cakupan dan batasan kekuasaan relative pengadilan ialah meliputi daerah hukum masing-masing peradilan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 2 Kekuasaan relative diartikan sebagai kekuasaan pengadilan yang satu jenis dan satu tingkatan. Dalam perbedaannya dengan kekuasaan pengadilan lainnya yang sama jenis dan sama tingkatanya, misalnya antara Pengadilan Agama trenggalek dan Pengadilan Agama gresik. Daerah hukum Pengadilan Agama, sebagaimana pengadilan Negeri, meliputi wilayah kotamadya atau kabupeten. Sedangkan daerah hukum Pengadilan Tinggi Agama, sebagaimana Pengadilan Tinggi meliputi wilayah privinsi, namun demikian, dalam Undang-undang No. 7 tahun 1989 dinyatakan Pada dasarnya tempat kedudukan Pengadilan Agama ada di kotamadya atau di ibukota kabupaten, yang daerah hukumnya meliputi wilayah kotamadya atau kabupaten, tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya pengecualian. 2 Umar Said, Kedudukan dan Hukum acara Peradilan agama, h. 106

48 Adanya pengecualian itu banyak sekali ditemukan, oleh karena proses pemecahan wilayah kotamadya dan kabupaten terjadi terus-menerus seiring dengan pertumbuhan dan penyebaran penduduk 3 Penyelesaian perkara mengenai wakaf dan penyelesaian perselisihan sepanjang yang menyangkut persoalan benda wakaf dan Nazir diajukan kepada Pengadilan Agama setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Proses Pelaksanaan Is bat Wakaf 1. Sejarah Is bat Wakaf Di Indonesia banyak sekali tanah-tanah yang diwakafkan. Akan tetapi masih banyak sekali wakaf tanah yang belum mempunyai sertifikat yang menjelaskan posisinya sebagai tanah wakaf. Dengan adanya tanah wakaf yang belum bersertifikat, maka hal itu merupakan salah satu kendala pendayagunaan tanah wakaf dan berpotensi menimbulkan sengketa-sengketa dikemudian hari, bahkan dapat diperjualbelikan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab 4. Wakaf merupakan salah satu ranah kompetensi Peradilan Agama yang sepertinya kalah populer dengan perceraian dan ekonomi syari ah. Padahal kondisi perwakafan di Indonesia masih rawan sengketa. Setidaknya 391.668 3 Ibid.106 4 Muchsin, Varia Peradilan, h. 21

49 m2 yang tersebar di lebih kurang 100.000 m2 lokasi tanah wakaf di tanah air belum memiliki sertifikat. Untuk itu diperlukan terobosan hukum untuk menyelamatkan asset ummat yang berharga ini. Salah satunya dengan pranata Is bat Wakaf yang didukung oleh Peraturan Mahkamah Agung 5. Inilah bahasan yang mengemuka dari peserta Kajian Buku II dan Diskusi tentang Is bat Wakaf yang bertempat di Hotel Panghegar Bandung. Peserta kegiatan yang diinisiasi oleh Pokja Perdata Agama dan Ditjen Badilag ini terdiri dari para hakim agung yang tergabung dalam Pokja Perdata Agama, Sekretaris Mahkamah Agung, KPTA Bandung, KPTA DKI Jakarta, Direktur Pratalak PPA Ditjen Badilag, Direktur Pembinaan Administrasi Ditjen Badilag, Panitera Muda Perdata Agama MA RI, Hakim Tinggi, para Askor dan para Asisten Hakim Agung dari Tim E serta pejabat struktural di lingkungan Direktorat Paratalak Ditjen Badilag. Menurut pendapat Ketua Pokja Perdata Agama, Prof. Dr. H. Abdul Manan, SH, SIP, M.Hum, selain masalah wakaf yang berpotensi memunculkan sengketa, adanya perubahan dan dinamika hukum dan peradilan yang berkembang belakangan ini telah menuntut adanya penyempurnaan aturan-aturan dalam Buku II tentang Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama. Berdasarkan hal tersebut, Pokja 5 Chandra, Perkara Is bat Wakaf dan Pembuktian, 29 April 2009

50 Perdata Agama dan Badilag menggelar kegiatan bertajuk Kajian Buku II dan Diskusi tentang Is bat Wakaf 6. Tentang Kajian Buku II, Prof. Manan menjelaskan bahwa ini merupakan kelanjutan dari pembahasan sebelumnya yang telah dilaksanakan di hotel yang sama pada awal Maret lalu. Diskusi tentang Is bat Wakaf pada hari pertama kegiatan, dua orang hakim agung yaitu Prof. Dr. H. Muchsin, SH. dan Dr. H. Abdurrahman, SH. MH tampil sebagai panelis pada saat itu. Moderator diskusi oleh hakim agung Drs. H. Mukhtar Zamzami, SH. MH 7. Meskipun sudah ada peraturan-peraturan yang mengatur tentang wakaf serta prosedur pendaftaran wakaf seperti dalam Pasal 41 Tahun 2004 tentang Wakaf serta PP No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Akan tetapi masih ada tanah wakaf yang belum bersertifikat, hal ini dikarenakan kebanyakan orang-orang belum sadar dan belum memahami tentang tata cara pendaftaran wakaf serta pentingnya sertifikat tanah wakaf. Dilatarbelakangi oleh kenyataan-kenyataan tersebut, maka baru-baru ini tim diskusi Pengadilan Agama pada Rapat Kerja Nasional Mahkamah Agung Republik Indonesia yang dilaksanakan di Makasar, membahas tentang banyaknya tanah wakaf yang masih belum bersertifikat dan tidak mempunyai 6 Mucshsin, Varia Peradilan,h. 20 7 Ibid, h. 21

51 akta ikrar wakaf (AIW). Karena itu dibutuhkan adanya Penetapan Pengadilan untuk mengatasi wakaf yang belum bersertifikat. Sehingga tim diskusi Pengadian Agama memutuskan, bahwa Pengadilan Agama berwenang menerima, memeriksa, dan mengadili perkara permohonan Is bat Wakaf. Maksudya tanah wakaf yang tidak mempunyai AIW atau pengganti AIW dapat mengajukan permohonan Is bat Wakaf ke Pengadilan Agama dengan berpedoman pada petunjuk teknis Mahkama Agung. Setelah itu Penetapan Pengadilan Agama tersebut yang menjadi dasar permohonan sertifikat tanah. Dan juga disebutkan, bahwa persangkaan hakim dan syahdah istifadhah dalam sengketa wakaf memiliki kekuatan pembuktian dalam permohonan Is bat Wakaf ini. 8 Hasil keputusan ini merupakan langkah maju dalam rangka wakaf tanah untuk memberikan kepastian hukum atas wakaf tanah yang belum bersertifikat, sehingga mempunyai akta otentik yaitu berupa sertifikat. 2. Dasar Hukum Is bat Wakaf Tim diskusi Pengadilan Agama pada Rapat Kerja Nasional Mahkamah Agung Republik Indonesia yang dilaksanakan di Makasar yang menghasilkan Is bat Wakaf sebagai solusi untuk mengatasi masalah wakaf yang belum bersertifikat. Dan perkara Is bat Wakaf ini merupakan kewenangan Pengadilan Agama, hal ini berdasarkan Undang-undang No. 14 tahun 1970 8 Muchsin, Varia Peradilan, h. 140

52 yang diamandemen dengan Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasasan Kehakiman dan Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama 9. Dalam Undang-undang No. 14 tahun 1970 yang diamandemen dengan Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman tercantum dalam Pasal 2 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: Pasal 2 ayat 1 dan 2: (1) Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman tercantum dalam pasal 1 diserahkan kepada Badan-badan Peradilan dan ditetapkan dengan Undang-undang dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya; (2) Tugas lain daripada yang tersebut ayat (1) dapat diberikan kepadanya berdasarkan peraturan perundangan. 10 Sedangkan dalam Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama Pasal 49 yang berbunyi; Pasal 49: Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang: perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syari ah 11. Pasal di atas menjelaskan tentang kewenangan Peradilan Agama dalam menerima, memeriksa, dan menyelesaikan perkara-perkara perdata, baik 334 9 Ibid, h. 130 10 Retno Wulan, Iskandar Oeriptikawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek. 11 Amandemen UU Peradilan Agama No. 3 Tahun 2006, Undang-undang Peradilan, h.26.

53 dalam hal wasiat, waris, perkawinan, dan wakaf. Berdasarkan pada pasal itulah Is bat Wakaf termasuk kewenangan Peradilan Agama. Jadi tim diskusi Pengadilan Agama pada Rapat Kerja Nasional Mahkamah Agung Republik Indonesia berharap dengan adanya jalan Is bat Wakaf ini dapat mengatasi masalah-masalah tanah wakaf yang belum bersertifikat. 3. Proses Pelaksanaan Is bat Wakaf Prosedur menetapkan Is bat Wakaf dapat dikategorikan melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut: a. Tahapan Pengajuan Permohonan Is bat Wakaf Pemohon mengajukan Is bat Wakaf ke Pengadilan Agama, menggunakan salah satu bentuk permohonan berikut ini: 1) Permohonan dari pemohon yang dapat membaca dan menulis, permohonan harus ditandatangani oleh pemohon 2) Permohonan dari pemohon yang buta huruf, permohonan ini harus di bubuhi cap jempol. Untuk memudahkan para pemohon, maka setiap Pengadilan Agama telah menyiapkan blanko permohonan bagi pemohon yang bermaksud untuk mengajukannya, hal ini bukan berarti pihak pengadilan menganggap bahwa masyarakat kurang mampu membuat surat

54 permohonan atau gugatan, akan tetapi hal ini di gunakan semata-mata untuk mempercepat proses pengadilan yang berdasar atas asas cepat, sederhana dan biaya ringan. 12 b. Tahapan Pemeriksaan Is bat Wakaf Ketua majelis setelah menerima berkas perkara tersebut bersamasama dengan hakim anggotanya mempelajari berkas perkara. Ketua menetapkan hari sidang, tanggal dan jam berapa perkara itu akan disidangkan serta memerintahkan kepada para pihak agar dipanggil untuk datang menghadap pada hari, tanggal dan jam yang telah di tentukan. Kepada pemohon di beritahukan pula bahwa mereka dapat mempersiapkan saksi-saksi dan bukti-bukti yang akan diajukan dalam persidangan. Perintah tersebut dilakukan dalam sebuah penetapan yang di tandatangani oleh hakim atau ketua majelis sebelum persidangan. Atas perintah hakim, juru sita atau juru sita pengganti melaksanakan pemanggilan kepada pemohon supaya hadir di persidangan pada hari, tanggal, dan jam sebagaimana yang tercantum dalam penetapan hari sidang. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu tim hakim yang berbentuk majlis. Dalam memulai pemeriksaan, terlebih 12 Wawancara hakim Pengadilan Agama Sumenep, bapak Kusno tanggal 8 Februari 2010

55 dahulu hakim akan menanyakan identitas misalnya: nama, umur, pekerjaan, tempat tinggal, kronologis perkara dan seterusnya. Setelah persidangan di buka dinyatakan terbuka untuk umum oleh ketua majlis, maka pihak yang berperkara dipanggil ke ruang persidangan. Kemudian majelis hakim melakukan pemeriksaan kepada pihak yang berperkara, hakim membacakan permohonan Is bat Wakaf. Pemeriksaan perkara diteruskan dan hakim mulai meanyakan pokok perkara, hakim memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pihak-pihak untuk mengemukakan segala sesuatu yang dianggap perlu supaya diketahui oleh hakim. Pihak-pihak mengajukan saksi dan memberikan bukti-bukti lainnya guna meyakinkan hakim.apabila saksi yang diperlukan belum hadir menghadap ke persidangan atau masih di perlukan saksi lain, majlis hakim dapat memerintahkan kesaksianya kemudian meminta juru sita untuk melakukan panggilan tersebut. c. Tahapan Pembuktian Is bat Wakaf Pada tahap ini, kepada emohon Is bat Wakaf diberikan kesempatan untuk mengajukan bukti-bukti baik berupa saksi dan bukti tertulis, pemohon bebas mengemukakan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan perkaranya. Hakim memperhatikan semua peristiwa yang

56 dikemukakan oleh pemohon untuk memberikan keterangan disertai bukti yang berhubungan dengan perwakafan tersebut. Dari setiap peristiwa yang harus dibuktikan adalah kebenaran perwakafannya. Dalam hal ini, kebenaran yang di cari adalah kebenaran yang bersifat formil berarti harus memenuhi data-data bukti yang sah dan sesuai dengan hukum syar i d. Tahapan Penetapan Is bat Wakaf Bahwa pengesahan Is bat Wakaf oleh Pengadilan Agama sumenep adalah selaras dan sejalan dengan hukum islam. Hal ini mengingat dan menimbang dari pengakuan pemohon, beberapa bukti dan keterangan para saksi juga berdasarkan dalil yang ada yang semuanya dianggap benar adanya. Setelah Is bat Wakaf di tetapkan, maka panitra Pengadilan Agama berkewajiban untuk mengirimkan salinan penetapan yang telah berkekuatan hukum kepada PPAIW setempat untuk di adakan pencatatan kembali dalam buku pendaftaran wakaf. Pada kolom terakhir buku tersebut di tuliskan bahwa pencatatan ini didasarkan atas putusan Pengadilan Agama yang bersangkutan, dengan nomor dan tanggal putusannya kepada pihak yang bersangkutan di berikan kutipan buku pendaftaran (akta wakaf) sebagai bukti perwakafan.

57 C. Perlindungan Is bat Wakaf Menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Sengketa wakaf masih banyak ditemui di belahan negeri Indonesia ini. Salah satu penyebabnya adalah karena masih banyaknya tanah-tanah wakaf yang belum didaftarkan dipegawai yang berwenang. Sehingga menyebabkan tanahtanah wakaf tersebut masih belum mempunyai perlindungan hukum yang jelas. Karena tanah-tanah wakaf tersebut belum mempunyai perlindungan hukum yang jelas, sehingga menyebabkan timbulnya sengketa-sengketa, misalnya antara nadzir dan ahli waris pewakif. Fenomena inilah yang mendorong para pakar hukum untuk memberikan solusi atas tanah-tanah wakaf yang belum bersertifikat. Adapun solusi untuk memberikan perlindungan atas tanah wakaf yang belum bersertifikat yaitu munculnya is bat wakaf sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan tanah-tanah wakaf yang belum bersertifikat. Perlindungan is bat wakaf dilakukan untuk pengamanan terhadap tanahtanah yang belum bersertifikat adalah sebagai berikut: 1. Segera memberikan sertifikat tanah yang ada di seluruh pelosok tanah air. 2. Memberikan advokasi secara penuh terhadap tanah-tanah wakaf yang menjadi sengketa atau bermasalah secara hukum 3. Untuk pemberdayaan tanah wakaf secara produktif 4. Sebagai pengamanan terhadap tanah-tanah wakaf tersebut.