TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekartawi (2001) agroindustri dapat diartikan 2 hal yaitu:

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Kumpulan dan i seluruh elemen (responden) tersebut dinamakan populasi.

ANALSIS NILAI TAMBAH KERIPIK BUAH DI KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

Lampiran 1. Analisis Biaya Produksi Pala Menjadi Sirup Pala Dalam Sebulan (3x produksi) di Kabupaten Bireuen

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi.

ANALISIS TEKNOLOGI MESIN PENGOLAH DAN NILAI TAMBAH KERIPIK SALAK PONDOH PADA KELOMPOK SRIKANDI KELURAHAN SUMBERGONDO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

BAB III METODE PENELITIAN. daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive pada agroindustri

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

ANALISA BREAK EVENT POINT

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK KULIT SAPI DI KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

III KERANGKA PEMIKIRAN

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nama latin Carica pubescens atau Carica candamarcencis. Tanaman ini masih

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

PENGANTAR EKONOMI MIKRO

PERHITUNGAN LABA/RUGI SUATU USAHA

Manajemen Keuangan. Break-Even Point

ANALISIS NILAI TAMBAH. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan)

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)

TOTAL PRODUKSI DAN PRODUKSI MARGINAL DENGAN SATU VARIABEL BEBAS : TANAH TENAGA KERJA TOTAL PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi pertanian dan

ANALISA BIAYA PRODUKSI

2.2.2 Penggolongan Biaya Menurut sifatnya, biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH STUDI KASUS MANAJEMEN PRODUKSI KERIPIK PISANG SEBAGAI PRODUK OLAHAN BUAH PISANG

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

KAJIAN NILAI TAMBAH PRODUK AGRIBISNIS KEDELAI PADA USAHA ANEKA TAHU MAJU LESTARI DI KECAMATAN LANDASAN ULIN, KOTA BANJARBARU

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BIJI KEMIRI DI DESA PANGGOI KECAMATAN MUARA DUA KOTA LHOKSEMAWE (Studi Kasus Usaha Ibu Asmiati) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

Andri Helmi M, SE., MM.

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA BAWANG GORENG PADA INDUSTRI ACRAN SIGI DI DESA LOLU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS

BIAYA PRODUKSI. I. Pengertian Biaya produksi. Nama : Abdul Wahab NPM : Kelas : 1 ID 05

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

KAPASITAS PRODUKSI JUMLAH DAN JENIS OUTPUT MAKSIMUM YANG DAPAT DIPRODUKSI DALAM SATUAN WAKTU TERTENTU. KAPASITAS PRODUKSI DITENTUKAN OLEH KAPASITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Karakteristik Sampel Pengusaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

PERENCANAAN PRODUKSI BERDASARKAN ANALISIS BREAK EVEN POINT UNTUK MENCAPAI EFISIENSI PADA PD JUMBO MEKAR LESTARI

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

BAB II LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI A.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUKSI KERUPUK TEMPE DI GAMPONG SEUNEUBOK SEUMAWE KECAMATAN PEULIMBANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. Teori Produksi dan Biaya Produksi 1

BAB 6 TEORI BIAYA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis sektor ekonomi yang berkelanjutan dan keadaan politik

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

III. METODE PENELITIAN. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis

BAB III MATERI DAN METODE. sangat baik, karena produk yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi yang

KERANGKA PENDEKATAN TERORI. dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agroindustri Agroindustri merupakan kegiatan denzan ciri: (a) meningkatkan nilai tambah, (b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan, (c) meningkatkan daya simpan, dan (d) menambah pendapatan dan keuntungan produsen. Sifat kegiatannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan, memperbaiki pemerataan pendapatan dan mempunyai kapasitas yang cukup besar untuk menarik pembangunan sektor pertanian (Tarigan, 2007 dalam Setyowati, 2012). Menurut Soekartawi (2001) agroindustri dapat diartikan 2 hal yaitu: 1) Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dan i produk pertanian dengan menekankan pada manajemen pengelolaan, maka dalam suatu perusahaan produk olahan dimana minimal 20 persen dan i jumlah bahan baku yang digunakan adalah dan i pertanian; 2) Agroindustri adalah suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dan i pembangunan, tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri. Salah satu tujuan dan i pengolahan hasil pertanian (agroindustri) adaiah meningkatkan kualitas. Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri. Agroindustri merupakan kegiatan pertanian yang diorientasikan pada perm intaan pasar.

6 Menurut Soekartawi (2003), melalui agroindustri diharapkan berbagai kegiatan di pedesaan akan berkembang sebagai kondisi yang menandai munculnya diversifikasi pedesaan sehingga terjadi proses perluasan dan semakin bervariasinya sumber pendapatan rumah tangga di pedesaan. Bila pembangunan pertanian berhasil, maka pembangunan agroindustri juga berhasil. Begitu pula sebaliknya, bila pembangunan pertanian gagal, maka pembangunan agroindustripun sulit untuk berkembang. Hal ini dapat dimengerti karena sebagian besar input atau bahan baku dan i agroindustri berasal dan i pertanian. Pada intinya, peran agroindustri dalam perekonomian nasional suatu neaara adalah sebaaai berikut: 1) mampu meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis khususnya dan pendapatan masyarakat pada umumnya; 2) mampu rnenyerap tenaga kerja; 3) mampu meningkatkan perolehan devisa; 4) mampu menumbuhkan industri yang lain, khususnya industri pedesaan. Sebagian besar agroindustri yang ada berupa Industri Rumah Tangga dan Industri Kecil. Industri Rumah Tangga adalah industri dengan jumlah pekerja sebanyak 1 sampai 4 orang, sedangkan industri keell adalah industri dengan jumlah pekerja sebanyak 5 sampai 15 orang. 2.1.1. Keripik Nenas Keripik nenas adalah keripik hasil olahan buah nenas yang digoreng dengan cara khusus, biasanya menggunakan mesin penggorena hampa yang disebut mesin vacw,:ini frying. Jika menggunakan cara penggorerigan biasa yakni dengan menggunakan kuali/wajan buah nenas tidak akan menjadi keripik karena buah akan rusak terkena suhu panas yang berlebih. Dengan menggunakan mesin

7 penggoreng hampa buah nanas digoreng dengan suhu yang lebih rendah sekitar 50-60 C sehingga tidak merusak buah nenas tersebut. Keripik nenas diolah dan i buah nenas ash. Pengolahan keripik nenas secara garis besar sebagai berikut, buah nenas yang segar dan dipilih dan i buah nenas yang tidak terlalu matang ataupun terlalu mentah. Proses pembuatan keripik nenas atau cara membuat keripik buah tidak bisa dengan cara dijemur atau digoreng dengan alat-alat sederhana, karena buah nenas mengandung kadar gula yang cukup tinggi. Apabila kita goreng memakai penggorengan biasa suhu 180-200 C, maka gula yang terdapat pada nenas akan gosong terlebih dahulu sebelum kadar airnya habis. Berikut adalah cara pembuatan keripik nenas; a. Bahan - Nenas yang sudah masak - Air kapur sirih - Minyak goreng - Garam b. Alat - Pisau stainless - Alat pembuang empulur (stainless bulat dan berlobang) - Alat pengisapan / pengeringan - Plastik - Alat Packing c. Cara Pembuatan 1. Nenas dikupas kulit buahnya dengan pisau dan dibuang empulurnya (tulang dalamnya) dengan alat yang terbuat dan i stainless bulat dan

8 berlubang. Kemudian didorong dengan kayu bulat yang spesial dibuat khusus untuk itu sepanjang 30 cm. 2. Setelah empulur dibuang, maka dipotong potong setebal 1 cm, lalu dimasukkan kedalam air kapur sirih ditambah sedikit garam agar hasil keripik nenas renyah dan gurih 3. Keringkan dan ditimbang menjadi 16 Kg (dan i nenas 40 buah) untuk satu kali penggorengan. 4. Masukkan kedalam atau vacuum frying yang telah berisi minyak goreng dan disusun dengan rapi atau berlapis. 5. Setelah 2 jam lalu dikeluarkan dan i vacuum frying, lalu masukkan kedalam alat pengisapan/pengeringan selama 5 menit. 6. Masukkan keripik nenas kedalam packing dan siap untuk dijual (Damayanti, 2014). Buah nenas masak Pengupasan buah Pencucian dengan air bersih -gr Pemotongan buah Penggorengan dengan vacimm frying selama 4 jam Pengeringan keripik Zir Pengemasan Gambar 1. Bagan Pembuatan Keripik Nenas

9 2.1.2 Keripik Nangka Keripik nangka merupakan produk olahan atau awetan yang dibuat dengan cara digoreng. Keripik nangka ini urnumnya dibuat dengan memanfaatkan buah nangka yang sudah terlalu masak atau mengkal. Memanfaatkan nangka mengkal karena sebab-sebab tertentu seperti jika dijual harga jualnya sangat rendah, buah cacat secara fisik dan lain sebagainya. Buah nangka mengkal dengan diolah menjadi keripik akan menambah nilai jual atau nilai ekonomis. Hal ini dikarenakan dalam semua proses pengolahan kekuranganny a diperbaiki. Secara fisik keripik nangka mirip dengan keripik lain, namun cita rasanya tetap seperti nangka. Prinsip dasar pembuatan keripik nangka adalah mengurangi kadar airnya dengan pengolahan dalam minyak goreng. Namun untuk mempertahankan warna, aroma dan cita rasanya, diperlukan alat pemanggang hampa udara atau biasa disebut vacuum frying (Suprapti 2000 dalam Dian 2010)., Bahan-bahan dan cara membuat keripik nangka sebagai berikut : - buah nangka segar - air - kapur sirih - garam - gula pasir - minyak goreng Cara membuat keripik nangka: 1. Kupas buah nangka dan bersihkan kulit beserta jeraminya, belah dagin buah, buang bijinya lalu potong ujung-ujungnya.

10 2. Rendam buah nangka dengan air larutan kapur sirih hingga 5 jam. 3. Cud i bersih buah nangka kemudian tiriskan hingga benar-benar kering. 4. Untuk mendapatkan hasil yang sedikit mengembang sebaiknya buah yang telah dicuci dijemur dulu selama 5 jam. 5. Kemudian Masukkan ke dalam mesin vacuum flying (mesin penggoreng hampa udara) dengan minyak yang dipanaskan pada suhu rendah tidak melebihi 90 Celcius. 6. Goreng hingga matang dan buih pada minyak semakin mengecil atau berkurang, angkat dan tiriskan. Dapat menaaunakan mesin peniris minyak, agar keripik nangka tidak mudah tenaik. 7. Simpan keripik buah nangka ke dalam wadah atau plastik kedap udara supaya rasa renyah clan gurihnya tahan lama (Anonim, 2014). Buah nangka masak Pengupasan buah Pemisahan buah dan i biji Pencucian dengan air bersih Pemotongan buah Penggorengan dengan vacuum frying selama 3 jam Pengeringan keripik Pengernasan Gambar 2. Bagan Pembuatan Keripik Nangka

11 2.2 Analisis Usaha Agroindustri 2.2.1 Produksi Menurut Sukirno (2003), pengertian kegiatan produksi adalah kegiatan yang dilakukan n-ianusia dalam menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Sedangkan menurut Adningsih (1999), produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sihingga nilai barang tersebut bertambah. Input dapat berupa terdiri dan i barang atau jasa yang digunakan dalam proses produksi, dan output adalah barang atau jasa yang di hasilkan dan i suatu proses produksi. Kegiatan produksi merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang sangat menunjang selain kegiatan konsumsi. Tanpa adanya kegiatan produksi, konsumen tidak dapat mengonsumsi barang dan jasa yang dibutuhkannya. Kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi adalah satu mata rantai yang saling berkaitan dan tidak bisa saling dilepaskan. 2.2.2 Proses Prod uksi Sadono Sukirno (2003) mengatakan bahwa memproduksi atau melakukan kegiatan proses produksi merupakan usaha untuk mengubah sesuatu barang menjadi barang lainnya atau usaha untuk mewujudkan sesuatu jasa. Untuk melakukan perubahan atau transformasi tersebut diperlukan faktor-faktor produksi. Disanying itu diperlukan pula bahan mentah atau barang setengah jadi yang akan ditranspormasikan menjadi barang lain. Menghasilkan jasa juga memerlukan bahan mentah. Kegiatan memproduksi dikelola oleh bagian atau ciepartemen produksi atau operasi.

12 2.2.3 Biaya Produksi Menurut Mulyadi (2005), biaya berdasarkan perilaku dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan dibagi menjadi 4, yaitu (1). Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji direktur produksi. (2). Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. (3). Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik yang digunakan. (4). Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahanbahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barangbarang yang diproduksikan perusahaan tersebut (Sukirno, 2003). Dalam menganalisis biaya pi-oduksi periu dibeciakan dua jangka waktu adalah sebagai berikut: a. Biaya jangka pendek Yaitu jangka waktu di mana sebagai faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya. Dalam biaya jangka pendek biaya produksi di bedakan.

13 I. Biaya total Biaya total dibedakan kepada tiga jenis biaya: 1) Biaya tetap total (TFC) Biaya yang meliputi perbelanjaan untuk memperoleh faktor- faktor produksi yang tetap jumlahnya. 2) Biaya berubah total (TVC) Biaya yang meliputi semua perbelanjaan yang digunakan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang dapat berubah jumlahnya. 3) Biaya total (TC) Biaya meliputi semua perbelenjaaan keatas faktor-faktor produksi yang digunakan. TC- = TFC + TVC 2. Biaya rata -rata Biaya rata -rata dibedakan kepada tiga jenis: 1) Biaya tetap rata -rata (AFC) Biaya ini merupakan biaya tetap yang dibelanjakan untuk menghasilkan setiap unit produksi. AFC = TFC 2) Berubah rata -rata (AVC) Biaya ini merupakan biaya pariabel yang dibelanjakan untuk menghasilkan setiap unit produksi. AVC = TVC

14 3) Biaya total rata -rata (AC) Biaya ini meliputi keseluruhan yang digunakan untuk menghasilkan setiap unit produksi. AC = TC b, 8 iaya j angka panj ang Yaitu jangka waktu cjimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan.oleh karna itu tidak dibedakan antara biaya tetap dan biaya berubah.dan semua jenis biaya dikeluarkan merupakan biaya berubah (Sukirno, 2005). 2.3. Analisis Pendapatan 2.3.1 Penerimaan Kotor Menurut Soekartawi (1995) penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara metematis dapat ditulis sebagai berikut : TR=QxP Keterangan : TR (Total Revenue) Q (Quantity) P (Price) = Penerimaan total (Rp) = Jumlah produk yang dihasilkan (Kg) = Harga produk (Rp) Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produksi yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar. Sebalikn:yu jika produk yang dihasilkan sedikit dan

15 harganya rendah maka penerimaan total yang diterima produsen semakin kecil (Soejarmanto dan Riswan, 1994). 2.3.2 Penerimaan Bersih Keuntungan adalah penerimaan total dik-urangi biaya total. Jadi keuntungan ditentukan oleh dua ha!, yaitu penerimaan dan biaya. Jika perubahan penerimaan lebih besar dan i pada perubahan biaya dan i setiap output, maka keuntungan yang diterima akan meningkat. Jika perubahan penerimaan lebih kecil dan i pada perubahan biaya, maka keuntungan yang diterima akan menurun. Keuntungan akan maksimal jika perubahan penerimaan sama dengan perubahan biaya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : = TR TC atau = x P (TFC + TVC) Keterangan : = Keuntungan (Rp) TR (Total Revenue) TC (Total Cost) Q (Quantity) P (Price) TFC (Total Fix Cost) TVC (Total Variable Cost) = Penerimaan total (Rp) = Biaya total (Rp) = Jumlah produksi (Kg) = Harga produk (Rp) = Total biaya tetap (Rp) = Total biaya variabel (Rp) Keuntungan atau laba pengusaha adalah penghasilan bersih yang diterima oleh pengusaha, sesudah dikurangi dengan biaya- biaya produksi, atau dengan kata lain, laba pengusaha adalah selisih antara penghasilan kotor dan biaya-biaya produksi. Laba ekonomis dan i barang yang dijual adalah selisih antara penerimaan

16 yang diterima produsen dari penjualan produksi keripik ubikayu dari sumber yang di2unakan untuk membuat barang tersebut. Jika biaya lebih besar dari pada penerimaan berarti labanya negatif, situasi seperti disebut rugi (Lipsey et al, 1990). 2.4. )3EP (BreakEven Point) Analisis impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tapi juga tidak memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama dengan no!). Analisis bre&k even merupakan analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh perusahaan agar tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break even akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan (iiilunawir, 2004 dalam Rakhmawati, 2008). Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung break even point: a. Atas Dasar Unit Perhitungan break even point atas dasar unit dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut BEP (Q) = FC P/unit VC/unit Dimana : BEP (Q) FC (FixCost) P (Price) VC (Variable Cost) = Jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual = Biaya tetap (Rp) = Harga jual per unit (Rp/kg) = Biaya variabel per unit (Rp)

17 b. Atas Dasar Penjualan (Sales) Dalam Rupiah Perhitungan break even point atas dasar penjualan (sales) dalam Rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : BEP (Qi) = 1 - FC VC Dimana : BEP (Qi) VC (Variable Cost) FC (FixCost) = Volume penjualan = Biaya variable (Rp) = Biaya tetap (Rp) = Penerimaan total (Rp/kg) (Riyanto, 2001 dalam Rakhmawati, 2008). Mentout Riyanto (2001) dalam Rakhmawati (2008), mudah tidaknya penghitungan titik break even baik dengan rumus matematik maupun dengan grafik tergantung pada asumsi atau konsep dasar, yang digunakan dalam penghitungan tersebut. Pada umumnya konsep dasar atau asumsi yang digunakan dalam analisa break even adalah sebagai berikut: a. Biaya di dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dan golongan biaya tetap. b. Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi/penjualan. e. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi/penjualan. d. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisis.

18 e. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi lebih dan i satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau sales mix-nya adalah tetap konstan. 2.5. Efisiensi Usaha Pendapat Soekartawi (1995) menjelaskan bahwa ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baaaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan rnemperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan..sumberdaya mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Efisiensi usaha tani dapat dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomis. Efisiensi usaha dapat dihitung dan i perbandingan antara besarnya penerimaan dan biaya yang digunakan untuk berproduksi yaitu dengan menggunakan RIC Ratio. R/C Ratio adalah singkatan Return Cost Ratio atau dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara penerimaan clan biaya. Efisiensi = Keterangan : R (Revenue) = Penerimaan usaha agroindustri keripik nenas dan keripik nangka (Rp/kg) C (Cost) = Biaya total usaha agroindustri keripik nenas dan keripik nangka (Rp/kg)

19 Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah : a. R/C > 1 berarti usaha agroindustri keripik nenas dan keripik nangka yang dijalankan sudah efisien, b. R/C = 1 berarti usaha agroindustri keripik - nenas dan keripik nangka belum efisien atau usaha mencapai titik impas, c. R/C < 1 berarti usaha agroindustri keripik nenas dan keripik nangka yang dijalankan tidak efisien. 2.6. Nilai Tambah Menurtit Hayami, et. al. (1987) dalam Hidayat (2009) definisi dan i nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen. Konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Input yang menyebabkan terjadinya nilai tambah dani suatu komoditas dapat dilihat dan i adanya peruba'nan pada komoditas tersebut, yaitu perubahan bentuk, tempat dan waktu. Hayami et. al. (1987) juga menyatakan bahwa nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Sumber-sumber clad nilai tambah tersebut adalah peinanfaatan faktor-faktor seperti tenna kerja, modal, sumberdaya manusia, dan manajemen. Pada kegiatan subsistem pengolahan alat

20 analisis yang sering digunakan adalah alat analisis nilai tambah. Alat analisis ini dikemukakan oleh Hayami. Untuk menghitung nilai tambah digunakan tabel berikut : Tabel 2. Cara perhitungan nilai tambah dengan Metode Hayami Variabel Nilai I.Output, Input dan Har a 1.0utput (Kg) (1) 2.Input (Kg) (2) 3.Tenaga Kerja (HOK) (3) 4.Faktor Konvensi (4) = (1)/(2) 5.Koefisien Tenaga Kerja (5) = (3)1(2) 6.Harga Output (6) 7.Upah Tenaga Kerja (7) H.Penerimaan dan Keuntungan 8.Harga Bahan Baku (Rp/Kg) (8) 9.Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) (9) 10.Nilai Output (Rp/Kg) (10) = (4)x(6) 11.a.Nilai Tambah (Rp/Kg) ( H a) = (10)-(9)-(8) b. Rasio Nilai Tambah (%) (11 b) =(1 1a)/(10)x100% 12.a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/Kg) (12a) = (5) x (7) b.pangsa Tenaga Kerja (%) (12b) = (12a)/(11a)x100% 13.a.Keuntungan (Rp/Kg) (13a) = (11a) -(12a) b.tingkat Keuntungan (%) (13a) = (13a)/(11a) x100% III.Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi 14.Marjin (Rp/Kg) (14) = (10) (8) atendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) (14a) (12a)/(14)x100% b.sumbangan Input Lain (%) (14 b) (9)/(14) x 100% c.keuntungan Pemilik Usaha (%) (14c) = (13a)/(14) x 100% Sumber : Hayami, et. al, 1987 dalam Hidayat, 2009 Kelebihan dan i alat analisis ini adalah sebagai berikut : 1. Lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian 2. Dapat diketahui produktivitas produksinya (rendemen dan efisiensi tenaga kerjanya) 3. Dapat diketahui balas jasa bagi pemilik-pemilik faktor produksi 4. Dapat dimodifikasi untuk nilai tambah selain subsistem pengolahan

21 Besaran nilai tambah yang dihasilkan dapat ditaksir besarnya balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi yang digunakan dalam proses perlakuan tersebut. Dalam analisis nilai tambah, terdapat tiga komponen pendukung, yaitu faktor konversi yang menunjukkan banyak output yang dihasilkan dari satu-satuan input, faktor koefisien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu-satuan input, dan nilai produk yang menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu-satuan input. Melalui analisis nilai tambah Hayami dapat diperoleh inforrhasi sebagai berikut : 1. Perkiraan besarnya nilai tambah (Rp) 2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%), menunjukkan presentase nilai tambah dari nilai produk 3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukkan besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerja langsung 4. Bagian tenaga keija dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan presentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah 5. Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha (pengolah) karena menanggung resiko usaha 6. Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai output (%) menunjukkan presentase keuntungan terhadap nlai tambah 7. Madin pengolahan (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi 8. Persentase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%) 9. Presentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%) 10. Presentase sumbangan input lain terhadap marjin (%)