Analisis Aspek Diksi Dalam Antologi Geguritan Guritan Oleh Suripan Sadi Hutomo

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

ANALISIS KOHESI LEKSIKAL SKRIPSI. Oleh Bambang Supriyadi NIM

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

Analisis Gaya Bahasa dan Ajaran Moral dalam Antologi Geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Jawa 2012)

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

VARIASI GAYA BAHASA REPETISI PADA WACANA KATA MUTIARA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA

ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

Analisis Semantik Geguritan dalam Majalah Panjebar Semangat Periode Januari-Juli 2013 Edisi 1-30

BAB V PENUTUP. gaya bahasa perulangan pada antologi geguritan Garising Pepesthen karya R. Bambang Nursinggih, dapat diperoleh kesimpulan di bawah ini.

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

Analisis Gaya Bahasa dalam Antologi Geguritan Puser Bumi karya Gampang Prawoto

KOHESI LEKSIKAL DALAM ARTIKEL OPINI KEDAULATAN RAKYAT

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO

ANALISIS ASPEK LEKSIKAL DAN ASPEK KONTEKS DALAM LAGU OEMAR BAKRI KARYA IWAN FALS

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

Penggunaan bahasa kias yang terdapat dalam novel AW karya Any Asmara

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

Analisis Onomatope Dalam Roman Dhahuru Ing Loji Kepencil Karya Suparto Brata

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM ALBUM SEPERTI SEHARUSNYA PADA GRUP MUSIK NOAH. NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa itu, biasanya akan dijawab, bahasa adalah alat komunikasi. Menurut

Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan dalam Antologi Geguritan Ombak Wengi Karya Yusuf Susilo Hartono

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

KAJIAN SEMIOTIK DALAM KUMPULAN GEGURITAN PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

ANALISIS SEMANTIK PUISI TINTRIM KARYA LELANA BRATA DALAM ANTOLOGI GEGURIT SEWINDU PUSTAKA CANDRA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

Kata dan Gagasan a) Adaptasi dari Gorys Keraff. Pilihan Kata

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar.

GAYA BAHASA PERULANGAN PADA KUMPULAN PUISI MAWAR MERAH KARYA CHALIK HAMID

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. sebagian alat komunikasi, baik komunikasi antara individu yang satu dengan

ANALISIS TINDAK TUTUR DAN GAYA BAHASA PADA DIALOG-DIALOG NASKAH DRAMA REPUBLIK BAGONG KARYA N. RINATIARNO

ANALISIS GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SYAIR LAGU CIPTAAN IWAN FALS ALBUM WAKIL RAKYAT SKRIPSI

Adelia Ghanis Nourmalita

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG KARYA SUPARTO BRATA

KAJIAN STILISTIKA PADA KUMPULAN GEGURITAN BOJONEGORO ING GURIT HIMPUNAN SANGGAR SASTRA PAMARSUDI BASA JAWI BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS GEGURITANDENGAN METODE OBJEK LANGSUNGSISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KEBUMEN

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA

Analisis Wacana Tekstual Lirik Lagu Langgam Pada Kempalan Langgam Karawitan Jawi Oleh Sri Widodo

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mampu merujuk objek ke dalam dunia nyata, misalnya mampu menyebut nama,

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

BAB I PENDAHULUAN. proses bersosialisasi tersebut. Komunikasi merupakan cara utama dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

ANALISIS PENANDA KOHESI PADA KARANGAN SISWA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARATA

ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW. Rini Agustina

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA

TINJAUAN TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL ANALISIS LIRIK LAGU KALA CINTA MENGGODA KARYA GURUH SOEKARNO PUTRA

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN SINONIMI DAN HIPONIMI PADA LAGU ANAK-ANAK KARYA IBU SUD

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN METODE PENGAMATAN OBJEK LINGKUNGAN SEKOLAH SISWA SMA

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

BAB I PENDAHULUAN. paling tua. Sebab puisi di kenal sejak zaman Romawi dan Yunani kuno

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

Analisis Semiotik Syair-Syair Tembang Campursari karya Didi Kempot pada Volume 1, 2, 3

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. analisis gaya bahasa pengarang dalam novel Derap-Derap Tasbih Karya Hadi S.

ANALISIS REPETISI PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 AMBAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

MUHAMMAD ARIFIN A

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat kerap menjadi

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Analisis Aspek Diksi Dalam Antologi Geguritan Guritan Oleh Suripan Sadi Hutomo Oleh: Vivi Kusumawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa kusumawativivi19@yahoo.com mailto:fenia228@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan: 1) mendeskripsikan bunyi bahasa yang terdapat dalam diksi yang digunakan dalam Antologi Geguritan Guritan yang disusun oleh Suripan Sadi Hutomo dan 2) mendeskripsikan struktur leksikal yang terdapat dalam diksi yang digunakan dalam Antologi Geguritan Guritan yang disusun oleh Suripan Sadi Hutomo. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penggunaan diksi dalam Antologi Geguritan Guritan yang disusun oleh Suripan Sadi Hutomo. 1) Bunyi bahasa atau repetisi meliputi: (a) repetisi epizeuksis (12), (b) repetisi tautotes (6), (c) repetisi anafora (37), (d) repetisi epistrofa (4), (e) repetisi simploke (1), (f) repetisi mesodiplosis (21), (g) repetisi epanalepsis (4), (h) repetisi anadiplosis (4), dan (i) repetisi utuh/ penuh (2). 2) Struktur leksikal meliputi: (a) hiponimi (5), (b) antonimi (oposisi makna) yang dibagi menjadi enam yaitu (1) oposisi kembar (4), (2) oposisi majemuk (2), (3) oposisi gradual (6), (4) oposisi relasional (kebalikan) (9), (5) oposisi hirarkis (2), dan (6) oposisi inversi (1). Kata kunci : diksi, Antologi Geguritan Pendahuluan Bahasa merupakan sarana penting dalam berkomunikasi antarmanusia baik dalam berinteraksi maupun bersosialisasi. Manusia memerlukan sarana dalam berkomunikasi untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, maksud, realitas, serta hal lainnya kepada orang lain sehingga orang yang diajak berkomunikasi memahami apa yang disampaikan. Sumarlam (2010: 10) membedakan sarana komunikasi menjadi dua macam, yaitu (1) sarana komunikasi berupa bahasa lisan dan (2) sarana komunikasi berupa bahasa tulis. Dari definisi tersebut Sumarlam juga menerangkan wacana atau tuturan juga dibagi menjadi dua macam yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Wacana tulis sebagai wacana yang disampaikan dalam bahasa tertulis atau media tulis yang diuraikan melalui rangkaian kata-kata, frasa, kalimat, bait maupun paragraf yang kemudian menjadi suatu keutuhan wacana. Dalam wacana tulis terjadi komunikasi secara tidak langsung antara penulis dengan pembaca. Seorang pembaca (komunikan/ pesapa) perlu membaca terlebih dahulu supaya dapat memahami isi wacana secara menyeluruh karena mengandung norma-norma yang agung, amanat Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 26

yang membangun, serta bahasa yang indah. Selain itu, diperlukan juga pengetahuan akan diksi (pilihan kata) dan aliran atau paham dalam seni, khususnya seni sastra yang salah satunya puisi (puisi Jawa modern atau geguritan). Dalam geguritan akan ditemukan bahasa indah yang diciptakan oleh pengarang. Bahasa indah ini menjadi salah satu daya tarik pembaca untuk menikmati sebuah karya sastra. Wujud bahasa yang indah dituangkan pengarang melalui diksi (pilihan kata) karena merupakan unsur yang sangat penting sebab tidak hanya mempersoalkan pilihan kata secara tepat dan sesuai, melainkan meliputi gaya bahasa dan ungkapannya. Gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang bertujuan untuk mengutarakan maksud yang ingin disampaikan dengan menggunakan bahasa secara tidak langsung karena tanpa adanya gaya bahasa, maka geguritan tersebut akan hilang estetika atau keindahannya. Selain itu, bunyi bahasa berpengaruh terhadap diksi (pilihan kata) seperti repetisi epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, anadiplosis, dan repetisi utuh/ penuh yang menjadi salah satu wujud bahasa yang indah. Begitu pula dengan struktur leksikal. Struktur leksikal juga berpengaruh terhadap diksi (pilihan kata) seperti sinonimi, antonimi, polisemi, homonimi, dan hiponimi yang terdapat dalam sebuah rangkaian kata-kata, frasa maupun kalimat yang dapat mempengaruhi para pembaca untuk menentukan hubungan antara kata satu dengan kata yang lainnya yang dimiliki pada sebuah karya sastra. Salah satu Antologi Geguritan yang dijadikan penelitian mengenai diksi (pilihan kata), yaitu Antologi Geguritan Guritan yang disusun oleh Suripan Sadi Hutomo terbitan tahun 1985. Dalam Antologi Geguritan ini mempunyai nilai keindahan (bersifat estetik) salah satunya aspek bunyi, sehingga penulis perlu mengkaji lebih dalam yaitu dengan analisis terhadap gaya bahasa sebagai upaya untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan dengan menggunakan bahasa kiasan. Antologi Geguritan Guritan yang disusun oleh Suripan Sadi Hutomo juga menggunakan pemilihan kata (diksi) yang tepat dan sesuai yang disusun dengan cara sedemikian rupa sehingga menghasilkan syair yang indah. Oleh karena itu, penulis melakukan kajian lebih dalam yaitu analisis terhadap pemilihan kata (diksi) dalam Antologi Geguritan Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 27

tersebut. Antologi Geguritan Guritan yang disusun oleh Suripan Sadi Hutomo tidak hanya memperhatikan aspek bunyi, akan tetapi juga memperhatikan aspek makna. Namun, makna yang terkandung di dalamnya masih dijelaskan secara tersirat oleh si pengarang sehingga diperlukan kajian lebih dalam terhadap makna agar mudah memahami arti, nilai-nilai, pesan atau amanat serta agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam isi geguritan tersebut. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui lebih dalam terhadap bunyi bahasa dan struktur leksikal yang terdapat pada diksi (pilihan kata) yang digunakan dalam Antologi Geguritan Guritan yang disusun oleh Suripan Sadi Hutomo. Penggunaan diksi (pilihan kata) dalam Antologi Geguritan Guritan yang disusun oleh Suripan Sadi Hutomo menciptakan makna estetis (keindahan) dalam setiap judul geguritannya. Di samping itu, dalam Antologi Geguritan tersebut juga mengandung tema dan pesan yang dapat diambil nilai-nilai positifnya dan direalisasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari sehingga menarik untuk diteliti. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian yang berjudul Analisis Aspek Diksi dalam Antologi Geguritan Guritan yang Disusun oleh Suripan Sadi Hutomo. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah kumpulan geguritan dalam buku Antologi Geguritan Guritan yang disusun oleh Suripan Sadi Hutomo penerbit PN Balai Pustaka (Jakarta) pada tahun 1985 dengan jumlah halaman 323 dan 115 jumlah geguritan. Data sekunder adalah berupa buku-buku acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Data dalam penelitian ini berupa diksi yang terdapat dalam kata/ frasa, baris/ kalimat, klausa serta ungkapan dalam setiap bait pada Antologi Geguritan Guritan yang disusun oleh Suripan Sadi Hutomo. Teknik pengumpulan data digunakan teknik pustaka atau metode kepustakaan dan teknik catat. Instrumen penelitian adalah penulis sebagai instrumen utama dan instrumen pembantu berupa kartu pencatat data (tabel), bukubuku yang relevan seperti buku tentang sastra yang membantu dalam penyusunan penelitian, serta alat tulis lainnya. Analisis data menggunakan dua cara analisis Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 28

(deskriptif dan kualitatif). Teknik penyajian hasil analisis data yang digunakan adalah teknik informal. Hasil Penelitian 1. Bunyi Bahasa dalam Diksi a. Repetisi Epizeuksis Kutipan: Endi sing mesthi dipulas ireng endi sing dipulas abang ( Prabéda, bait 4 baris 6, AGG: 195) Mana yang harus diwarnai hitam mana yang diwarnai merah Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat repetisi epizeuksis sebab diulang dua kali secara berturut-turut dalam sebuah baris atau kalimat untuk menekankan pentingnya frasa. Maksud kutipan tersebut pengarang mengalami kebingungan memberikan warna dengan didukung sebuah pertanyaan pilihan warna antara hitam dan merah. b. Repetisi Tautotes Kutipan: DAK-tunjemaké pangrasa-ku ing sajroning pangrasa-né DAK-tandur jiwa-ku ing sajroning jiwa-né DAK-pepetri tresna-ku ing sajroning tresna-né DAK-tancepaké nikmat-ku ing sajroning nikmat-e DAK-rasakaké wengi-wengi-ku ing sajroning wengi-wengi-né DAK-pasrahaké kabèh kang ana ing KU ing sajroning kabèh kang ana ing NE ( Aku lan Dhèwèké, bait 4 baris 1-6, AGG: 219) KUtancapkan perasaanku di dalam perasaannya KUtanamkan jiwaku di dalam jiwanya KUrawat cintaku di dalam cintanya KUtancapkan nikmatku di dalam nikmatnya KUrasakan malam-malamku di dalam malam-malamnya KUpasrahkan semua yang ada di KU di dalam semua yang ada di dirinya Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat repetisi tautotes sebab diulang dua kali secara berturut-turut dalam masing-masing sebuah konstruksi. Maksud kutipan tersebut si aku (laki-laki) tokoh utama memberikan sesuatu kepada seorang perempuan mengenai perasaan, jiwa, cinta, nikmat, malammalam, dan semua yang ada pada dirinya. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 29

c. Repetisi Anafora Kutipan: Ana kalané ing jumantara Ana wektuné ing dhuwur bumi ( Jinantra Donya, bait 1 baris 3-4, AGG: 41) Ada kalanya di langit Ada waktunya di atas bumi Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat repetisi anafora sebab terjadi perulangan kata pada awal barisan atau kalimat yaitu pada baris pertama dan baris kedua. Maksud kutipan tersebut kehidupan di dunia akan terus berputar, ada kalanya kita berada di atas dan ada kalanya pula kita berada di bawah. d. Repetisi Epistrofa Kutipan: Lan aku ora nyembah kaya caramu manembah Lan kowé ora nyembah kaya caraku manembah ( Wong-Wong Kapir, bait 1 baris 4-5, AGG: 200) Dan aku tidak menyembah seperti caramu menyembah Dan kamu tidak menyembah seperti caraku menyembah Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat repetisi epistrofa sebab terjadi perulangan kata pada akhir barisan atau kalimat yaitu pada baris pertama dan baris kedua. Maksud kutipan tersebut orang-orang kafir atau orang yang mendurharkai suatu agama memiliki cara berbeda perihal menyembah atau beribadah kepada Alah Swt. dan itu tidak seperti dengan apa yang kita lakukan. e. Repetisi Simploke Kutipan: Ana nyonya tuwa, clathuné: Aku lara mata. Lara sing banget nganyelaké. Ana ibu mudha, clathuné: Aku lara untu. Lara sing banget nganyelaké. Ana taruna bagus, clathuné: Aku watuk pilek. Lara sing banget nganyelaké. ( Ing Rumah Sakit, bait 1 baris 1-3, AGG: 302) Ada nyonya tua, jawabannya: Saya sakit mata. Sakit yang sangat menjengkelkan. Ada ibu muda, jawabannya: Saya sakit gigi. Sakit yang sangat menjengkelkan. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 30

Ada pemuda tampan, jawabannya: Saya batuk pilek. Sakit yang sangat menjengkelkan. Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat repetisi simploke sebab terjadi perulangan kata/ klausa pada awal dan akhir barisan atau kalimat yaitu pada baris pertama sampai keempat. Maksud kutipan tersebut di sebuah rumah sakit ada nyonya tua yang mengeluh sakit mata, ibu muda yang mengeluh sakit gigi, pemuda tampan yang mengeluh batuk pilek, dan si miskin sakit borok (di kepala) namun merasa dirinya sehat sendiri, dan sakit yang mereka rasakan itu sangat menjengkelkan baginya. f. Repetisi Mesodiplosis Kutipan: Ginelar ing kandha sarwa tètèh Murih gampang katampa ing akèh ( Kawruh, bait 4 baris 1-2, AGG: 32) Menggelar di percakapan serba lancar Supaya mudah diterima di banyak Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat repetisi mesodiplosis sebab terjadi perulangan kata pada tengah-tengah barisan atau kalimat yaitu pada baris pertama dan baris kedua. Maksud kutipan tersebut ilmu pengetahuan diperoleh dari sebuah komunikasi/ percakapan yang lancar dengan memiliki banyak pemahaman dan cara bicara yang tepat sehingga mudah diterima oleh banyak orang. g. Repetisi Epanalepsis Kutipan: Nétra ketemu nétra Yayah, ah, yayah Mata bertemu mata Yayah, ah, yayah ( Omah, bait 7 baris 3-4, AGG: 186) Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat repetisi epanalepsis sebab terjadi perulangan kata pada akhir barisan atau kalimat yang merupakan perulangan kata yang sama pada awal baris pertama dan kedua. Maksud kutipan tersebut anak menjelaskan kepada ayahnya untuk saling bertatap muka. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 31

h. Repetisi Anadiplosis Kutipan: Tumuruné saka bapak Bapak saka simbah ayakè Keturunan dari ayah Ayah dari simbah (kakek/ nenek) sepertinya ( Pusaka, bait 1 baris 2-3, AGG: 83) Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat repetisi anadiplosis sebab terjadi perulangan kata pada akhir baris atau kalimat pertama menjadi kata pertama pada baris atau kalimat kedua. Maksud kutipan tersebut pusaka atau senjata (keris) diperoleh ayah secara turun temurun pada zaman dahulu dan kemudian diberikan kepada generasi selanjutnya. i. Repetisi Utuh/ Penuh Kutipan: - Maryam lungsed gelungé Maryam lungsed gelungé ( Ibu Suci, bait 1 baris 3-4, AGG: 140) - Maryam tidak tapi (berantakan) sanggulnya Maryam tidak rapi (berantakan) sanggulnya Kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat repetisi utuh/ penuh sebab terjadi perulangan secara utuh/ penuh yaitu satu baris (baris ketiga) yang diulang secara utuh/ penuh menjadi satu baris atau kalimat pada baris selanjutnya (baris keempat). Maksud kutipan tersebut sanggul yang digunakan Maryam sudah tidak rapi lagi (berantakan). 2. Struktur Leksikal dalam Diksi a. Hiponimi Kutipan: Para empu, pujangga, sarjana ( Dayaning Sastra, bait 3 baris 4, AGG: 31) Para empu (ahli), pujangga, sarjana Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat hiponimi yaitu pada satu baris atau kalimat dari sejumlah kelas bawah di mana merupakan komponen-komponen yang tercakup dalam kelas atas, sedangkan superordinat di kelas atas adalah orang yang memiliki kepandaian (ilmu atau pengetahuan) dalam suatu bidang tertentu. Maksud kutipan tersebut para empu, pujangga, dan sarjana mewakili kata-kata yang diungkapkan oleh pengarang. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 32

b. Antonimi (Oposisi Makna) 1) Oposisi kembar Kutipan: Lair batin tan kuciwa ( Pepaèsing Jalma, bait 7 baris 2, AGG: 58) Lahir batin tanpa kecewa Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat antonimi oleh oposisi kembar yaitu pada satu baris atau kalimat pertama yang menerangkan penyangkalan terhadap yang satu berarti penegasan terhadap anggota yang lainnya, dan sebaliknya. Maksud kutipan tersebut dari lahir dan batin tidak ada yang mengecewakan. 2) Oposisi majemuk Kutipan: Lebar mlaku-mlaku ayo lungguh rerembugan ( Pangajab, bait 2 baris 1, AGG: 172) Setelah jalan-jalan ayo duduk bermusyawarah Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat antonimi oposisi majemuk yaitu pada satu baris atau kalimat pertama yang menerangkan penegasan terhadap suatu anggota akan mencakup penyangkalan atas tiap anggota lainnya secara terpisah, tetapi penyangkalan terhadap suatu anggota akan mencakup penegasan mengenai kemungkinan dari semua anggota lainnya. Maksud kutipan tersebut pengarang mengajak pembaca/ pemerhati supaya setelah berjalan-jalan dilanjutkan dengan kegiatan bermusyawarah. 3) Oposisi gradual Kutipan: Sinambung pinutung manut ukuran ( Dayaning Sastra, bait 1 baris 3, AGG: 31) Tersambung terpatah/ terputus menurut ukuran Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat antonimi oleh oposisi gradual yaitu pada satu baris atau kalimat pertama yang menerangkan penyangkalan terhadap yang satu tidak mencakup penegasan terhadap yang lain, walaupun penegasan terhadap yang satu mencakup Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 33

penyangkalan terhadap yang lain. Maksud kutipan tersebut tersambung dan terputusnya sesuatu pada isi geguritan disesuaikan dengan ukuran. 4) Oposisi relasional (kebalikan) Kutipan: Rina lan wengi tan kendhat-kendhat ( Kawruh, bait 2 baris 3, AGG: 32) Siang dan malam tanpa terputus-putus Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat antonimi oleh oposisi relasional yaitu pada satu baris atau kalimat pertama yang menerangkan oposisi yang saling melengkapi. Artinya kata yang satu dimungkinkan ada kehadirannya karena kehadiran kata yang lain menjadi oposisinya atau kehadiran kata yang satu disebabkan oleh adanya kata yang lain. Maksud kutipan tersebut keadaan siang dan malam selalu berjalan beriringan tanpa terputus-putus. 5) Oposisi hirarkis Kutipan: Sing tanpa purwaka madya wasana ( Aku lan Dhèwèké, bait 10 baris 3, AGG: 220) Yang tanpa awal tengah akhir Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat antonimi oleh oposisi hirarkis yaitu pada satu baris atau kalimat pertama yang menerangkan realitas jenjang atau tingkatan batas, yaitu antara satuan batas purwaka yang dioposisikan dengan madya, dan dioposisikan pula dengan wasana. Maksud kutipan tersebut awal, tengah, dan akhir tidak dilalui olehnya. 6) Oposisi inverse Kutipan: Iki kenyataan Dudu apus-apusan Ini kenyataan Bukan bohong-bohongan ( Lurung, bait 2 baris 5-6, AGG: 164) Dari kutipan di atas yang bercetak tebal terdapat antonimi oleh oposisi inversi yaitu pada dua baris atau kalimat pertama dan kedua yang menerangkan penggantian suatu istilah dengan yang lain dan mengubah Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 34

posisi suatu penyangkalan dalam kaitan dengan istilah yang berlawanan. Maksud kutipan tersebut semua ini (pada isi geguritan) adalah kenyataan dan bukan suatu kebohongan. Simpulan Berdasarkan hasil penyajian dan pembahasan data pada Antologi Geguritan Guritan yang disusun oleh Suripan Sadi Hutomo, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa: 1) Bunyi bahasa atau repetisi dalam diksi yang dibagi menjadi sembilan meliputi: (a) repetisi epizeuksis (12), (b) repetisi tautotes (6), (c) repetisi anafora (37), (d) repetisi epistrofa (4), (e) repetisi simploke (1), (f) repetisi mesodiplosis (21), (g) repetisi epanalepsis (4), (h) repetisi anadiplosis (4), dan (i) repetisi utuh/ penuh (2). 2) Struktur leksikal dalam diksi meliputi: (a) hiponimi (5), (b) antonimi (oposisi makna) yang dibagi menjadi enam yaitu (1) oposisi kembar (4), (2) oposisi majemuk (2), (3) oposisi gradual (6), (4) oposisi relasional (kebalikan) (9), (5) oposisi hirarkis (2), dan (6) oposisi inversi (1). Daftar Pustaka Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hutomo, Suripan Sadi. 1985. Guritan Antologi Puisi Jawa Modern (1940-1980). Jakarta: PN Balai Pustaka. Keraf, Gorys. 1999. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Soeparno. 2013. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana. Sumarlam. 2010. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Solo: Penerbit BUKUkATTA. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 35