BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Syamsul Rizal Muharam, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca

FENOMENA GAS RUMAH KACA

Iklim Perubahan iklim

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel Ca-Bentonit, Ca-Bentonit Merah muda, dan Na-Bentonit

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

I. PENDAHULUAN. dengan laju penemuan cadangan minyak bumi baru. Menurut jenis energinya,

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

Bab IV Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. penting dalam sejarah industri, bukan saja untuk keperluan sehari-hari seperti

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

APA ITU GLOBAL WARMING???

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumber energi alternatif saat ini terus digiatkan dengan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal

AKTIVASI DAN KARAKTERISASI FLY ASH SEBAGAI MATERIAL ADSORBEN LIMBAH TIMBAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

PENIPISAN LAPISAN OZON

I. PENDAHULUAN. dan banyak digunakan dalam aplikasi elektronik, keramik, adsorben semen,

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

APA & BAGAIMANA PEMANASAN GLOBAL?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI BAB IX EFEK RUMAH KACA DAN PEMANASAN GLOBAL : MUHAMMAD FIRDAUS F KELAS : 11 IPA 3

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN FLY ASH SEBAGAI ADSORBEN KARBON MONOKSIDA DAN KARBON DIOKSIDA PADA EMISI KENDARAAN BERMOTOR

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. material, antara lain sebagai komponen dari pembentukan gelas (Doweidar et al.,

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

I. PENDAHULUAN. produksi minyak per tahunnya 358,890 juta barel. (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

POTENSI EMISI METANA KE ATMOSFER AKIBAT BANJIR

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

I. PENDAHULUAN. Salah satu tantangan besar yang dihadapi secara global dewasa ini adalah krisis

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

BAB I PENDAHULUAN. Data Iklim Nasional NOAA (National Oceanic and Atmospheric. orang yang tinggal di Bumi akan menyumbang peran besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

15B08063_Kelas C SYAMSUL WAHID S. GEJALA PEMANASAN GLOBAL (Kelas XI SMA) PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR STRUKTUR MATERI

PERENCANAAN KEBIJAKAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM UNTUK PEMBANGUNAN RENDAH KARBON. Jakarta, 28 September 2011

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

Minggu VIII PENCEMARAN UDARA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Emisi CO 2 dari waktu ke waktu terus meningkat baik pada tingkat global, regional, nasional pada suatu negara maupun lokal untuk suatu kawasan. Hal ini terjadi karena semakin besarnya penggunaan energi dari bahan organik (fosil), perubahan tataguna lahan dan kebakaran hutan, serta peningkatan kegiatan antropogenik (Slamet S., 2008). Antropogenik adalah istilah yang umum dipakai untuk menyatakan segala sesuatu yang terjadi di alam karena campur tangan manusia (efek, proses, obyek dan material), kejadian tersebut sebagai lawan kata dari kejadian alami (Hairiah, 2007). Konsentrasi gas karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), Nitrogen oksida (N 2 O), dan aerosol mulai meningkat sejak tahun 1750, ketika dimulainya revolusi industri terutama dinegara-negara Eropa. Peningkatan gas CO 2 terutama disebabkan karena pembakaran energi fosil dan perubahan tataguna lahan. Penyebab utama peningkatan konsentrasi gas metana dan Nitrogen oksida ialah dampak dari pembangunan pertanian (Buddemeier et. al., 2004; Salim, 2007). Berdasarkan data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada saat mulai terjadi revolusi industri konsentrasi CO 2 di atmosfer adalah 282,32 ppm (parts per million), tahun 2005 konsentrasinya 380 ppm (Salim, 2007), tahun 2009 konsentrasinya 387,35 ppm, tahun 2010 konsentrasinya 388,38 ppm dan pada Juni 2011 konsentrasi CO 2 mencapai 450 ppm (Purba, 2011). Peningkatan gas metana terjadi dari 715 ppb (parts per billions) menjadi 1732 ppb pada tahun 1990an dan 1774 ppb pada tahun 2005. Peningkatan gas Nitrogen oksida terjadi dari 270 ppb menjadi 319 ppb pada tahun 2005, terutama disebabkan oleh aktifitas pertanian. Pengaruh pemanasan global sebagai dampak dari peningkatan konsentrasi terutama oleh gas CO 2, metana, dan Nitrogen Oksida tersebut dipahami dalam bentuk kekuatan radiasi (radiactive forcing). Kekuatan Syamsul Rizal Muharam, 2013 SINTESIS DAN KARAKTERISASI PENYERAP GAS CO 2 BERBASIS BENTONIT BERSINERGI DENGAN LARUTAN BASA Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

radiasi yang ditimbulkan terkait dengan meningkatnya karbon dioksida, metana dan Nitrogen oksida mencapai +2,30 Watt/m 2. Kekuatan radiasi karbon dioksida Syamsul Rizal Muharam, 2013 SINTESIS DAN KARAKTERISASI PENYERAP GAS CO 2 BERBASIS BENTONIT BERSINERGI DENGAN LARUTAN BASA Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 2

2 mengalami peningkatan sekitar 20% antara tahun 1995 sampai 2005, paling tinggi dalam 200 tahun terkahir (Muhammad dkk, 2009). Emisi GHG (greenhouse gases) di Indonesia telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Indonesia menempati posisi ketiga, setelah USA dan China, sebagai negara dengan emisi GHG terbesar di dunia. Jika negara-negara Uni- Eropa dimasukkan, maka Indonesia menempati posisi keempat (Kusumawardani, 2009). Sejak tahun 1995-2009, dunia internasional melakukan pertemuan rutin setiap tahun untuk membahas berbagai hal yang berkaitan dengan perubahan iklim, termasuk solusi yang harus dilakukan. Indonesia mengambil sikap dengan memberikan solusi pada pertemuan G20 di Pittsburgh, USA. Dalam pidatonya, Presiden Indonesia menyatakan bahwa Indonesia berusaha mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 26% dan jika ditambah dengan dukungan dari dunia internasional sebanyak 15% maka Indonesia dan dunia dapat menekan angka pertumbuhan emisi gas rumah kaca sebanyak 41% hingga 2020 sebagai mana dikemukakannya dalam pidato tersebut: We are devising an energy mix policy including LULUCF (Land Use, Land Use Change, and Forestry) that will reduce our emissions by 26 percent by 2020 from BAU (Business As Usual). With international support, we are confident that we can reduce emissions by as much as 41 percent. This target is entirely achievable because most of our emissions come from forest related issues, such as forest fires and deforestation. (Yudhoyono, 2009). Untuk itu diperlukan suatu cara agar gas CO 2 yang akan dilepaskan ke udara dapat ditangkap/disaring, Adsorpsi adalah salah satu cara atau metode yang efektif untuk menangkap/menyaring gas CO 2. Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi antara molekul-molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan. Proses ini sangat dipengaruhi oleh pasangan adsorben dan adsorbatnya. Karakteristik adsorpsi merupakan salah satu parameter yang menentukan kemampuan adsorben menyerap adsorbat (Arnas, 2008). Selain proses adsorpsi, proses yang banyak digunakan untuk menyerap gas CO 2 adalah dengan cara karbonasi dalam mineral. Kemampuan karbonasi mineral tergantung pada reaksi antara logam-logam oksida yang ada pada permukaan mineral

3 terhadap gas CO 2 yang diberikan sehingga akan menghasilkan suatu senyawa yang disebut dengan karbonat (IPCC, 2007). Penelitian tentang rekayasa penyerapan gas CO 2 sebenarnya sudah banyak dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan menggunakan mikroalga (Purba, 2011; Santoso, 2011), karbon aktif (Arnas, 2008), Fly ash (Hernandez et. al., 2009), air laut (Morse et. al., 1997; Fang et. al., 2010), batu bara (Mursito et. al., 2011), limbah semen (Bocheňczyk et. al, 2011), mineral Serpentine (Alexander et. al, 2008), mineral Olivine (O Conor et. al, 2001), mineral Wollastonite (Huijgen et. al, 2006), mineral Magnesium Silikat (Zevenhoven et. al, 2001). Penelitian tentang penyerapan gas CO 2 dengan menggunakan mineral montmorillonit sebenarnya sudah ada, proses yang digunakan menggunakan larutan asam asetat sebagai senyawa aktivasi (Ptáček et. al, 2012). Penyerapan gas CO 2 dengan menggunakan senyawa basa seperti NaOH (Kumoro, 2000; Mahmoudkhani et. al., 2009) dan Ca(OH) 2 juga sudah pernah dilakukan dengan kajian yang diteliti mengacu pada laju kinetik dan termodinamiknya (Hernandez et. al., 2012). Indonesia memiliki cadangan mineral industri berbasis silika alam seperti Bentonit, Perlit, Zeolit, dan Kaolin yang sangat besar, dan tersebar di seluruh pelosok nusantara salah satunya di Karangnunggal Tasikmalaya. Penggunaan bahan mineral industri tersebut selalu digunakan dalam proses yang tidak kontinu, sehingga selalu menghasilkan limbah-limbah mineral yang tidak digunakan kembali (Lubis, 2008). Oleh karena itu, untuk meningkatkan daya guna dalam pemanfaatan bahan industri yang sudah tidak terpakai maka dilakukan reuse kembali bahan-bahan dasar industri tersebut dengan memanfaatan mineral industri sebagai bahan alternatif untuk penyerapan gas CO 2 sehingga bahan-bahan industri tersebut akan memiliki nilai guna yang lebih sebagai bahan yang sangat berguna dalam mengurangi emisi GHG di tingkat nasional maupun internasional. Namun, penelitian dengan menggunakan mineral Bentonit dengan penambahan senyawa basa belum banyak yang melakukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan proses penyerapan gas CO 2 dengan menggunakan beberapa mineral Bentonit seperti Ca-Bentonit berwarna putih, Ca-Bentonit

4 berwarna merah muda, dan Na-Bentonit berwarna merah yang diberi penambahan senyawa basa seperti NaOH, KOH, dan Ca(OH) 2 sebagai senyawa pengaktivasi untuk meningkatkan proses penyerapan gas CO 2 dalam mineral. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, didapat beberapa rumusan masalah penelitian, sebagai berikut: 1. Apakah pengaruh penambahan senyawa NaOH, KOH, dan Ca(OH) 2 pada mineral Ca-Bentonit, Ca-bentonit merah muda, dan Na-Bentonit dapat meningkatkan daya penyerapan gas CO 2? 2. Seberapa besar kemampuan gas CO 2 yang terserap pada mineral Ca- Bentonit, Ca-bentonit merah muda, dan Na-Bentonit yang terakivasi oleh penambahan senyawa basa? 3. Bagaimana karakteristik mineral Ca-Bentonit, Ca-Bentonit merah muda, dan Na-Bentonit sebelum dan sesudah teraktivasi oleh penambahan senyawa basa pada penyerapan gas CO 2? 1.3 Batasan Masalah Penelitian Batasan masalah dalam penelitian ini adalah Ca-Bentonit putih, Cabentonit merah muda, dan Na-Bentonit yang digunakan berbahan baku lokal yaitu berasal dari karangnunggal, Tasikmalaya. Suhu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 C dan 60 C. Uji karakterisasi yang dilakukan menggunakan uji FTIR, XRD, XRF, SEM, dan Unsur Mayor. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan senyawa basa terhadap peningkatan daya serap gas CO 2 pada bentonit, kemudian penelitian ini pun bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari mineral Ca-Bentonit, Ca- Bentonit merah muda, dan Na-Bentonit sebelum dan sesudah diberi tambahan senyawa basa. Penelitian ini juga bertujuan sebagai data awal dalam pembuatan prototype alat untuk menyerap dan mengurangi emisi gas CO 2.

5 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan menjadi sumber acuan dalam pengembangan alat yang digunakan untuk penyerapan gas CO 2, sehingga mineral yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai tambah dalam fungsinya selain untuk bahan baku dalam industri. Selain itu juga dapat menjadikan langkah alternatif dalam menurunkan gas emisi CO 2 di udara sehingga pemanasan global tingkat nasional maupun internasional akan berkurang.