BAB I PENDAHULUAN. Stres karena infertilitas berbeda dari stres yang lain. Pasangan infertil menderita stres

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Tekanan psikologis dan kekhawatiran tentang infertilitas memiliki efek

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita.

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami istri pada hakikatnya ingin. memiliki anak sebagai tujuan dan aspek penting dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

KATA PENGANTAR. medical hipnosis dan tentang HIV AIDS. Selain itu diharapkan bisa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terjadi bila sel telur (ovum) dibuahi dan berkembang sampai menjadi janin (fetus)

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi, stabilitas dan keamanan pada negara-negara berkembang. HIV dan

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (2012), infertilitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. dan penarikan diri dari lingkungan (Semiun, 2006). Skizofrenia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),

GAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI. Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sembab, sakit kepala, dan nyeri dibagian perut 1. dengan PMS (Premenstruation Syindrom). Bahkan survai tahun 1982 di

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. berupa fisik, mental dan atau spiritual (Kemp, 2009). Selain kegiatan

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dimana kanker tersebut tumbuh dan tipe dari sel kanker tersebut.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak semua individu dapat menikmati kesehatan tersebut karena terjangkit

BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi yang ditandai dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa dengan berakhirnya kehidupan seseorang, mikro-organisme. tidak diwaspadai dapat ditularkan kepada orang orang yang menangani

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tahun 2025 sebagaian besar orang-orang dengan usia lanjut kemungkinan akan menderita

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Ansietas atau kecemasan adalah keadaan mood yang berorientasi dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. memberikan dukungan dan terdapat hubungan resiprokal dan saling menghormati.

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

PENDAHULUAN. (hamil dan tidak hamil), dimana terjadi ketidakseimbangan pada flora vagina, laktobasilus, dan terjadi peningkatan bakteri anaerob, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres karena infertilitas berbeda dari stres yang lain. Pasangan infertil menderita stres kronis setiap bulan jika pembuahan tidak terjadi. Hubungan antara stres dan infertil membentuk lingkaran setan yang akan memperberat satu sama lain. Pasangan infertil, yang mengetahui bahwa mereka adalah penyebab infertilitas, akan menyalahkan diri sendiri. Perasaan bersalah ini mungkin meningkatkan dan membuat masalah menjadi lebih buruk (Rashidi, et al, 2011). Tekanan psikologis dan kekhawatiran tentang infertilitas memiliki efek langsung pada fisiologi normal tubuh serta dapat memiliki efek ganda terhadap hasil kesuburan. Orangorang yang memiliki ketenangan pikiran dan sehat secara psikologis serta tidak berada di bawah tekanan akan memiliki tingkat kesuburan yang lebih baik (Baghianimoghadam, et al, 2013). Di Indonesia kejadian wanita infertil pada usia 30-34 tahun adalah 15%, kemudian meningkat 30% pada usia 35-39 tahun, dan 55% pada usia 40-44 tahun. Hasil survei gagalnya kehamilan pada pasangan yang sudah menikah selama 12 bulan, 40% disebabkan infertilitas pada pria, 40% karena masalah infertilitas pada wanita, 10% sebab dari pria ataupun wanita dan 10% tidak diketahui sebabnya (Syamsiyah, 2010).

Studi yang dilakukan di klinik Sekar RSUD Dr Moewardi Surakarta dari 60 pasien wanita infertil, didapatkan 29 orang (48,3%) mengalami psikopatologi dengan gejala depresi 1 orang (1,7%), obsesif kompulsif 1 orang (1,7%), somatisasi 1 orang (1,7%) dan agresi 1 orang (1,7%), sedangkan yang mengalami interpersonal sensitivity adalah 2 orang (3,3%) dan ide paranoid 2 orang (3,3%) serta tidak ada subjek studi yang mengalami fobia, psychoticism maupun item tambahan (0%) (Isnaya, et al, 2015). Pasangan infertil selain menghadapi berbagai masalah kesehatan, mengalami banyak gejala psikologis seperti kecemasan, kesulitan dalam hubungan interpersonal, frustrasi, kemarahan, agresi dan lain-lain, terutama bagi mereka yang mengalami kegagalan dalam pengobatan. Secara umum, pada pasangan infertil, wanita menunjukkan tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan pasangan pria (Tahereh, et al, 2015). Nilai anak dalam budaya dan masyarakat Indonesia sangat penting, bukan hanya karena penerimaan yang baik pada mereka yang mampu melahirkan anak (meneruskan keturunan keluarga), tetapi juga karena sumbangan sosial dan ekonomi bagi rumah tangga. Dalam konteks budaya patriarki yang demikian dominan, bila terjadi kemandulan seringkali yang disalahkan adalah kaum wanita karena kodratnya sebagai yang mampu hamil (Demartoto, 2008). Ketika stimulus dianggap sebagai stres, sinyal dikirim ke hipotalamus yang kemudian mengaktifkan jalur symphatetic adrenomedullary (SAM). Apabila stres terus berlanjut (menjadi kronis), jalur SAM akan tetap hiperaktif dan hypothalamic pituitary adrenal (HPA) menjadi aktif juga. Untuk sistem SAM, norepinefrin disekresikan ke dalam

aliran darah, yang akhirnya menghasilkan peningkatan produksi alpha amylase saliva oleh kelenjar parotis (Lynch, et al, 2014). Alpha amylase saliva adalah parameter potensial yang mudah untuk dinilai. Alpha amylase saliva diproduksi oleh kelenjar parotis di mulut, maka dapat menjadi penanda stres yang lebih baik dibandingkan dengan kortisol. Alpha amylase saliva adalah pengukuran aktif, sebagai lawan kortisol yang pasif diangkut dari plasma ke saliva (Wang, et al, 2015). Analisis melalui saliva adalah non-invasif dan karena itu bebas stres bagi pasien. Bagi orang yang mengumpulkan sampel, saliva juga menimbulkan resiko minimal untuk tertular penyakit menular seperti human immunodeficiency virus (HIV). Akhirnya, saliva merupakan biofluid ideal untuk negara-negara berkembang karena biaya pengumpulan dan pengolahan sampel yang murah (Punyadeera, 2013). Pada pasien infertil, psikoterapi yang menyediakan pendidikan dan keterampilan seperti pelatihan relaksasi telah terbukti lebih efektif mengurangi gejala psikopatologi akibat stres dan biofeedback dapat digunakan sebagai strategi regulasi emosi. Pelatihan relaksasi yang dibantu biofeedback efektif dalam mengubah fisiologi baik menggunakan pernapasan diafragma, relaksasi otot progresif atau pelatihan autogenik (Levy, et al, 2008 ; Jarasiunaite, et al, 2015). Infertilitas adalah krisis kompleks yang menyebabkan stres pada penderitanya (tingkat stres pada wanita lebih tinggi dari pria) dan mengaktivasi jalur symphatetic adrenomedullary. Hal ini akan merangsang sekresi norepinefrin sehingga jumlahnya berlebih di dalam darah, yang akhirnya menghasilkan peningkatan produksi alpha amylase saliva oleh kelenjar parotis. Ini membuat alpha amylase saliva sebagai biomarker stres potensial yang

mudah dan mempunyai resiko minimal. Terapi relaksasi biofeedback dapat digunakan sebagai strategi regulasi emosi untuk mengurangi gejala psikopatologi akibat stres pada pasien infertil. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang ini, maka penulis mengusulkan sebuah studi tentang terapi relaksasi biofeedback untuk menurunkan stres wanita infertil ; sebuah studi RCT di klinik Sekar RSUD Dr Moewardi Surakarta. B. Rumusan Masalah Bagaimana efek terapi relaksasi biofeedback untuk menurunkan stres wanita infertil yang melakukan pengobatan di klinik Sekar RSUD Dr Moewardi Surakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek terapi relaksasi biofeedback untuk menurunkan stres wanita infertil yang melakukan pengobatan di klinik Sekar RSUD Dr Moewardi Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis 1.1 Menambah pengetahuan tentang terapi relaksasi biofeedback dan stres pada wanita infertil yang melakukan pengobatan di klinik Sekar RSUD Dr Moewardi Surakarta. 1.2. Landasan pengembangan dibidang Consultation Liaison Psychiatry dalam penanganan pasien wanita infertil dengan gangguan psikiatrik.

1.3. Landasan pengembangan dibidang Psychoneuroendocrinology-Imunology untuk mengetahui peran alpha amylase saliva sebagai biomarker stres. 2. Manfaat Praktis 2.1. Menambah wawasan di bidang psikiatri khususnya mengenai efek terapi relaksasi biofeedback untuk menurunkan stres pada wanita infertil yang melakukan pengobatan di klinik Sekar RSUD Dr Moewardi Surakarta. 2.2. Implikasi hasil penelitian dapat digunakan dalam penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) terhadap penatalaksanaan wanita infertil yang melakukan pengobatan di klinik Sekar RSUD Dr Moewardi Surakarta. 2.3. Memberikan keuntungan dalam hal penanganan yang lebih baik dan efektif pada wanita dengan masalah infertilitas baik secara fisik maupun psikologis. E. Orisinalitas Penelitian Banyak peneliti yang mempublikasikan studinya tentang terapi relaksasi biofeedback sebagai manajemen stres tetapi penulis belum menemukan ada yang secara khusus melakukan studi tentang penggunaan biofeedback sebagai terapi relaksasi untuk menurunkan stres wanita infertil. Penggunaan alpha amylase saliva sebagai biomarker stres juga telah banyak dikembangkan dan hasil studinya telah banyak dipublikasikan, akan tetapi penggunaan dan pengembangan alpha amylase saliva di bidang psikiatri masih sangat terbatas. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya studi yang menggunakan alpha amylase saliva sebagai biomarker stres pada bidang psikiatri. Hingga saat ini penulis belum menemukan publikasi studi yang

menggabungkan antara terapi relaksasi biofeedback untuk menurunkan stres wanita infertil dengan memakai biomarker alpha amylase saliva.