BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN BEHAVIOR SISWA SMP KELAS VIII

I. PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas, dan produktivitas. Untuk itu diperlukan sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan budaya luhur bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan karena banyaknya siswa yang kurang disiplin di sekolah. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat terpenting bagi setiap individu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. mendapat tempat terdepan dan terutama. Pendidikan merupakan faktor yang sangat esensial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

2. Faktor pendidikan dan sekolah

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjaga dari perilaku yang menyimpang dan hal-hal yang dapat

1. PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 mencantumkan bahwa siswa

PENINGKATAN PERILAKU DISIPLIN BELAJAR SISWAMELALUI TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF DALAM PEMBELAJARAN IPS

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

PENGARUH POLA ASUH OARNG TUA DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BREBES TAHUN AJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kuat. Kedisiplinan berasal dari kata bahasa Inggris discipline yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sumber daya suatu Negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi. kebutuhan di setiap Negara untuk terus berusaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh negara lain, seperti perubahan sistim pendidikan, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar sejak manusia lahir hingga akhir hayatnya. Havighurst dalam Bimo

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai. keseimbangan jasmaniah dan rohani menuju kedewasaan, disinilah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dewasa ini sangat dominan, di negara-negara yang sedang

Manusia merupakan individu yang tidak dapat hidup sendiri. Ia memerlukan. berbagai macam kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif dapat. mengembangkan potensi pada dirinya untuk dapat memiliki kekuatan

PENDIDIKAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI HUKUMAN (Studi Tentang Pandangan Stakeholder di SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik)

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN. tergambar dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibutuhkan sumber daya

BAB III PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM MENGATASI PERILAKU TERLAMBAT

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung pada dekade saat ini yang ditandai dengan ledakan besar ilmu

I. PENDAHULUAN. kehidupan karena pendidikan merupakan pengaruh, penentu, sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh pendidikan guna mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sekolah juga memiliki peraturan yang berlaku bagi warga sekolah yaitu tata tertib sekolah. Gunawan (2012:266) mengatakan aturan tata tertib sekolah merupakan pedoman bagi sekolah untuk menciptakan suasana sekolah yang aman dan tertib, sehingga akan terhindar dari kejadian-kejadian yang bersifat negatif. Hukuman yang diberikan ternyata tidak ampuh untuk menangkal beberapa bentuk pelanggaran, malahan akan bertambah keruh permasalahan. Selain itu juga, dengan adanya tata tertib juga mencerminkan budaya sekolah yang baik, terutama dalam membina akhlak siswa.

2 Gunawan (2012:266) juga mengungkapkan bahwa disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Hal ini berkaitan dengan pengembangan karakter diri pada siswa sehingga dapat membangun pribadi yang disiplin selama menempuh pendidikan di sekolah. Artinya disiplin sekolah nantinya akan sangat bermaanfat bagi siswa di masa depannya untuk membentuk perilaku sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku di tengah masyarakat. Siswa yang disiplin adalah siswa yang taat terhadap peraturan dan tata tertib sekolah, taat terhadap kegiatan belajar di sekolah, taat terhadap norma-norma yang berlaku, taat dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan dan dilakukan. Gunawan (2012:266) mengungkapkan kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya itu biasanya disebut disiplin siswa. Dari pengertian disiplin siswa di atas, maka yang dimaksud disiplin siswa di sekolah dalam penelitian ini adalah sikap atau tingkah laku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah serta bertingkah laku sesuai dengan norma dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

3 Siswa yang disiplin yaitu siswa yang menaati peraturan sekolah, contohnya; rajin masuk sekolah, masuk sekolah tepat waktu, mengumpulkan tugas tepat waktu, memakai seragam sesuai dengan ketentuan sekolah, mengikuti proses belajar dengan tertib, dll. Sedangkan siswa yang tidak disiplin yaitu siswa yang melanggar peraturan sekolah, contohnya; tidak masuk sekolah tanpa keterangan (alpa), membolos, tidak mengerjakan PR (pekerjaan rumah), terlambat masuk sekolah, ribut saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dewasa ini peserta didik mulai tidak peduli lagi dengan kedisiplinan sekolah sehingga beberapa pihak sekolah mulai menerapkan peraturan yang lebih ketat agar siswa merasa lebih jera. Contohnya, sekarang ini beberapa sekolah menggunakan penerapan sanksi bagi siswa yang melanggar peraturan sekolah yaitu dikenakannya sistem point bagi siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Jika point yang dikenakan sudah memenuhi kapasitas sesuai dengan standar point yang ditentukan oleh peraturan sekolah maka pihak sekolah akan mengeluarkan siswa tersebut. Artinya masih banyak siswa yang melanggar tata tertib sekolah pihak sekolah memberikan bentuk peraturan baru dengan memberikan sanksi agar siswa merasa jera dengan perbuatan yang dilakukannya. Bentuk pelanggaran yang biasanya dilakukan oleh siswa seperti; terlambat, membolos, menyontek, tidak membawa PR (pekerjaan rumah), dan bentuk pelanggaran yang lainnya. Maka upaya pencegahan dan penanggulangan sangat dibutuhkan, dan di sinilah arti pentingnya disiplin siswa di sekolah.

4 Berdasarkan penelitian pendahuluan di SMP Negeri 1 Gadingrejo terdapat beberapa siswa yang memiliki disiplin siswa di sekolah rendah. Keterangan tersebut didapatkan saat melakukan observasi dengan mengamati perilaku siswa bersama dengan guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling lebih banyak berinteraksi dengan siswa dan mengetahui perilaku siswa dari catatan pelanggaran yang merupakan bentuk sistem poin di sekolah, guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Gadingrejo biasanya mengawasi siswa yang melakukan pelanggaran dengan mencatat perilaku siswa tersebut dibantu oleh ketua kelas yang mengetahui situasi yang terjadi di dalam kelas. Adapun siswa yang terlambat masuk sekolah atau tidak mengerjakan PR (pekerjaan rumah) biasanya mencatat sendiri di dalam buku poin sehingga mereka mengetahui jenis pelanggaran apa yang dilakukan dan mendapatkan poin yang setara dengan jenis pelanggaran tersebut. Dalam upaya peningkatan disiplin siswa di sekolah, diperlukan dukungan dari semua pihak yang terlibat, khususnya siswa itu sendiri. Selain itu, peran guru pembimbing juga sangat penting untuk memberikan rancangan layanan bimbingan sosial bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan individual maupun kelompok, baik dalam bentuk penyajian klasikal, kegiatan kelompok sosial, bimbingan/konseling kelompok atau individual atau kegiatan lainnya. Dalam hal ini teknik yang digunakan adalah layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior. Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada sekelompok individu.

5 Sukardi (2002:58) mengungkapkan bahwa, layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan penuntasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa klien-klien (siswa) yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki suatu titik lemah dalam kehidupannya sehingga menggangu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian bahwa konseling kelompok itu menyajikan dan memberikan dorongan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk mengubah dirinya selaras dengan minatnya sendiri. Dalam hal ini, individu-individu tersebut didorong untuk melakukan tindakan yang selaras dengan kemampuannya semaksimal mungkin melalui perilaku perwujudan diri. Penggunaan layanan konseling kelompok disertai strategi dalam meningkatkan disiplin siswa di sekolah karena ketidakdisiplinan sekolah pada siswa merupakan bentuk tingkah laku maladaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan) sehingga peneliti mengunakan caracara pendekatan behavior untuk memodifikasi tingkah laku menjadi lebih

6 adaptif (dapat menyesuaikan diri dengan keadaan). Seperti yang dikatakan oleh Corey (Koswara, 2009:193) bahwa terapi tingkah laku menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif. Ketidakdisiplinan sekolah pada siswa merupakan tingkah laku yang kurang (deficit) sehingga tingkah laku tersebut perlu diterapi dengan menggunakan pendekatan untuk meningkatkan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Komalasari, dkk (2011) bahwa tingkah laku yang bermasalah dalam konseling behavioral adalah tingkah laku yang berlebihan (execessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Tingkah laku yang deficit adalah terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas dan bolos sekolah. Tingkah laku deficit dapat diterapi dengan menggunakan teknik meningkatkan tingkah laku. Dalam hal ini positive reinforcement yaitu salah satu pendekatan behavior digunakan untuk meningkatkan disiplin siswa di sekolah pada siswa. Pengertian positive reinforcement menurut Walker dan Shea (Komalasari, dkk, 2011) adalah memberikan penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkat, dan menetap di masa akan datang. Positive reinforcement digunakan dalam mengevaluasi proses konseling kelompok, dimana peneliti dapat mengamati tingkah laku yang diinginkan mucul kemudian diberikan stimulus sehingga diharapkan dengan pemberian positive reinforcement maka dapat meningkatkan disiplin siswa di sekolah pada siswa.

7 Berdasarkan uraian tersebut, peneliti membuat suatu penelitian berjudul peningkatan disiplin siswa di sekolah menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Terdapat siswa yang datang terlambat ke sekolah. 2. Terdapat siswa yang tidak masuk sekolah tanpa keterangan (alpa). 3. Terdapat siswa yang meninggalkan kelas tanpa izin (membolos). 4. Terdapat siswa yang memakai aksesoris berlebihan. 5. Terdapat siswa yang mengganggu temannya. 6. Terdapat siswa yang tidak mengerjakan tugas sekolah (PR). 7. Terdapat siswa yang menyontek saat ulangan. 3. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka agar dalam penelitian ini tidak terjadi yang tidak diinginkan penulis membatasi masalah mengenai Peningkatan disiplin siswa di sekolah menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015.

8 4. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah: Rendahnya disiplin siswa di sekolah. Adapun permasalahannya adalah Apakah terdapat peningkatan disiplin siswa di sekolah melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015? B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dengan memperhatikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan disiplin siswa di sekolah pada siswa kelas VIII dengan menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : a. Secara teoritis Penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu tentang bimbingan dan konseling khususnya layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior.

9 b. Secara praktis 1. Siswa dapat meningkatkan disiplin siswa di sekolah melalui kegiatan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior. 2. Menambah pengetahuan guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior di sekolah terkait dengan peningkatan disiplin siswa di sekolah. 3. Bagi peneliti sebagai bekal untuk meningkatkan pengetahuan serta menambah wawasan agar nantinya dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya. C. Kerangka Pemikiran Kerangka berfikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Kerangka berfikir dapat disajikan dengan bagan yang menunjukkan alur berfikir peneliti serta keterkaitan antara variabel yang diteliti. Berdasarkan judul penelitian yang telah peneliti ajukan, maka dapat disusun kerangka pemikiran yang diuraikan dibawah ini: Disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Sedangkan sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan merupakan small community, suatu masyarakat dalam skala kecil, sehingga gagasan untuk mewujudkan masyarakat madani perlu diwujudkan dalam tata kehidupan sekolah.

10 Gunawan (2012:266) mengungkapkan kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya itu biasanya disebut disiplin siswa. Dari pengertian disiplin siswa tersebut, maka yang dimaksud disiplin siswa di sekolah dalam penelitian ini adalah sikap atau tingkah laku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah serta bertingkah laku sesuai dengan norma dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Pendapat di atas menjelaskan bahwa disiplin sekolah pada siswa adalah sangat penting untuk keberhasilan siswa itu sendiri karena dapat dipergunakan untuk mengatur dan membatasi segala tindakan atau perbuatan agar kehidupan dan segala tindakannya terarah. Tata tertib merupakan satu hal yang sangat penting bagi kehidupan sebagai penyelenggara pendidikan. Faktor penting untuk dapat berlakunya tata tertib di sekolah adalah kedisiplinan sekolah pada siswa. Perilaku tertib disini erat kaitannya dengan disiplin, jika di sekolah siswa berperilaku tertib maka siswa tersebut dapat dikatakan sudah memaknai arti disiplin siswa di sekolah sepenuhnya dengan kata lain disiplin siswa di sekolah akan meningkat. Disiplin siswa di sekolah yang dimaksudkan disini yaitu seperti; datang ke sekolah tepat waktu, memakai seragam sesuai ketentuan sekolah, tidak membolos atau tidak meninggalkan kelas tanpa izin, rajin masuk sekolah, dll. Namun kenyataannya, ketidakdisiplinan sekolah pada siswa masih banyak terjadi. Ketidakdisiplinan sekolah pada siswa yang dimaksud dalam hal ini

11 yaitu bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa siswa seperti; membolos, tidak masuk sekolah tanpa keterangan (alpa), terlambat, tidak mengerjakan tugas sekolah, memakai seragam sekolah tidak lengkap, dll. Disiplin siswa di sekolah perlu ditingkatkan kembali agar perilaku siswa dapat dibentuk sehingga dimasa depannya menjadi pribadi yang terarah. Melalui layanan-layanan serta pendekatan yang dilakukan oleh guru kepada anak didiknya, siswa dapat merubah pola pikirnya bahwa apa yang dilakukannya itu salah dan apabila siswa tersebut melakukannya itu hanya akan merusak dirinnya. Sehingga setelah pemikiran siswa dirubah dan diarahkan kearah yang positif dan baik maka siswa mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya untuk merubah tingkah lakunya. Untuk itu peran guru pembimbing sangat dibutuhkan untuk memberikan berbagai layanan bimbingan dan konseling dalam mengatasi permasalahan siswa. Berkenaan dengan itu, maka peneliti menggunakan layanan konseling kelompok. Ketidakdisiplinan siswa merupakan perilaku yang dilakukan berulangkali sehingga tanpa disadari perilaku tersebut menjadi suatu kebiasaan yang buruk. Untuk itu diperlukan upaya untuk merubah perilaku siswa yang sudah melekat pada diri siswa tersebut. Layanan konseling kelompok bersifat penyembuhan artinya disini dalam konseling kelompok dapat diberikan cara-cara yang ilmiah untuk memodifikasi perilaku yang diinginkan dengan bantuan kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh Sukardi (2002:58), bahwa layanan konseling kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh

12 kesempatan untuk pembahasan dan penuntasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Pendekatan behavior adalah metode yang tepat dalam meningkatkan disiplin siswa di sekolah karena pendekatan behavior mengunakan cara-cara yang lebih adaptif (dapat menyesuaikan diri dengan keadaan). Sesuai dengan pendapat Corey (Koswara, 2009:193) bahwa terapi tingkah laku menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif. Peneliti menggunakan positive reinforcement untuk mendorong siswa dalam memunculkan perilaku yang diinginkan. Walker dan Shea (Komalasari, dkk, 2011) positive reinforcement adalah memberikan penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkat, dan menetap di masa akan datang. Ketidakdisiplinan sekolah pada siswa merupakan tingkah laku yang kurang (deficit) sehingga perlu diterapi dengan menggunakan pendekatan untuk meningkatkan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Komalasari, dkk (2011) bahwa tingkah laku yang bermasalah dalam konseling behavioral adalah tingkah laku yang berlebihan (execessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Tingkah laku yang deficit adalah terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas dan bolos sekolah. Tingkah laku deficit dapat diterapi dengan menggunakan teknik meningkatkan tingkah laku. Diharapkan penggunaan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior dapat meningkatkan disiplin siswa di sekolah pada siswa.

13 Gambaran kerangka pikir dari penelitian ini: Disiplin siswa di sekolah rendah Disiplin siswa di sekolah meningkat Layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian Dari gambar 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa disiplin siswa di sekolah yang rendah yaitu siswa yang melanggar tata tertib sekolah akan diberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior sehingga diharapkan disiplin siswa di sekolah meningkat. D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dan perlu dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan data atau fakta yang ada dan terjadi di lapangan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1) Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat peningkatan disiplin siswa di sekolah melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015.

14 2) Hipotesis Nihil (Ho): Tidak terdapat peningkatan disiplin siswa di sekolah melaluoi layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavior pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015. Untuk menguji hipotesis ini peneliti menggunakan uji statistik dengan uji wilcoxon. Jika Z hitung Z tabel maka Ho ditolak, sedangkan jika Z hitung Z tabel maka Ho diterima (Sudjana, 2002).