BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan pembagian harta warisan dengan aturan yang sangat adil sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2002, hlm. 4.

PANDANGAN MASYARAKAT TENTANG PENJUALAN HARTA WARIS SEBELUM DIBAGI (Studi di Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang)

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia, sebab setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hartanya kepada para ahli warisnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri atau diingkari oleh

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

Praktek Pembagian Harta Waris Masyarakat Suku Lio Perspektif Fikih Mawaris (studi kasus di Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur)

BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI. A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP METODE PEMBAGIAN WARIS DENGAN CARA LOTRE DI DESA KEMLOKOLEGI KAB. NGANJUK

BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. atau hak setelah ada seseorang yang meninggal dunia. Maka apabila ada

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.

BAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu:

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSEP AHLI WARIS RADD MENURUT MUHAMMAD ALI AL SHABUNI DAN HUKUM WARIS ISLAM (STUDI KOMPERATIF) SKRIPSI

BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebagai jamak dari lafad farîdloh yang berarti perlu atau wajib 26, menjadi ilmu menerangkan perkara pusaka.

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

Membangun Keluarga yang Islam

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB III PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF CLD KHI

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam merinci dan menjelaskan, melalui al-qur an al-karim bagian

BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS

BAB IV PENUTUP. 1) Penafsiran QS. Al-Nisa :12 Imam Syafi i menafsirkan kata walad dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan, yaitu perpindahan harta benda dan hak-hak material dari pihak yang

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah

BAB II TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEWARISAN DAN PERMOHONAN

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

BAB I PENDAHULUAN. Kematian atau meninggal dunia adalah suatu peristiwa yang pasti akan

BAB IV ANALISIS AH TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM PERDATA. A. Ahli waris pengganti menurut hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. dengan ahli waris. Adanya pewarisan berarti adanya perpindahan hak, berupa. harta benda dari si pewaris kepada ahli waris.

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan dari si mayat kepada ahli waris yang masih hidup sudah terlaksana. Allah SWT sebagaimana termaktub dalam al-qur an.

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti zakat, infak, shadaqah, hibah, dan wakaf. Lembaga-lembaga ekonomi

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. yang lengkap dan sempurna, yang mengatur segala aspek kehidupan untuk

HUKUM KEWARISAN ISLAM HUKUM WARIS PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FHUI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. Islam ini mendapat perhatian besar karena pembagian warisan sering

BAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur pembagian warisan,

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. informasi yang diperoleh dari beberapa sumber, yaitu seorang pakar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun yang berhubungan

Studi komparasi warisan anak luar kawin menurut hukum Islam dan hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. harta yang banyak dan sebagian lagi ada yang sebaliknya. Setelah tiba. peristiwa hukum yang lazim disebut dengan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT MAZHAB HANAFI DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG WALI NIKAH. A. Analisa Terhadap Mazhab Hanafi Tentang Wali Nikah

BAB I PENDAHULUAN. Islam bukan keluarga besar (extended family, marga) bukan pula keluarga inti

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya hukum waris yang terdapat di Indonesia ini masih bersifat

بسم االله الرحمن الرحیم

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Proses perjalanan kehidupan manusia yang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, menimbulkan hak dan kewajiban serta hubungan antara keluarga, kerabat dan masyarakat. Kematian seseorang juga menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan kematian itu pula timbul hukum waris terhadap keluarga dan harta peninggalannnya. Harta peninggalan menurut hukum Islam ialah segala yang dimiliki sebelum meninggal, baik berupa benda maupun hutang, atau berupa hak atas harta. Selain itu ada yang menyebutkan harta peninggalan adalah hak yang 1

2 dimiliki mayit karena kematiaannya, seperti denda bagi pembunuhan atas diriya. 1 Harta peninggalan merupakan harta warisan yang dalam istilah fara id dinamakan tirkah, yaitu sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia, baik berupa uang atau materi lainnya yang dibenarkan oleh syariat Islam untuk diwariskan kepada ahli warisnya. Sistem waris merupakan salah satu alasan atau sebab adanya perpindahan kepemilikan, yaitu perpindahan harta benda dan hak-hak material dari pihak yang mewariskan, setelah yang bersangkutan wafat, kepada para penerima warisan dengan jalan pergantian yang didasarkan pada hukum syara'. Islam menetapkan aturan waris, yang disebut ilmu pembagian waris yang di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Islam juga menetapkan hak pemindahan kepemilikan seseorang sesudah meninggal dunia kepada ahli warisnya, baik dari segi nasab maupun kerabat yang ada, tanpa membedakan laki-laki dan perempuan, besar ataupun kecil. Dalam Al-Qur an juga menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan kewarisan. Bagian yang diterima telah dijelaskan sesuai kedudukan nasab terhadap pewaris, apakah ia berstatus sebagai anak, ayah, istri, suami, kakek, ibu, paman, cucu, atau bahkan hanya sebatas saudara seayah atau seibu. 2 Oleh karena itu, Al-Qur an sebagai sumber utama hukum dalam pembagian waris. Namun dalam ayat Al-Qur an sendiri sedikit sekali yang 1 Muhammad Jawad Al-Mughniyah, Fikih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2001), h 535. 2 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h 32.

3 merinci suatu hukum secara detail, maka sebagai pelengkap untuk menjabarkannya adalah dengan sunnah Rasul (hadits) beserta hasil ijtihad ulama terkemuka. Bentuk dan sistem hukum waris sangat erat kaitannya dengan bentuk masyarakat dan sifat kekeluargaan, Sedangkan sistem kekeluargaan yang ada pada masyarakat Indonesia menarik dari sebuah garis keturunan. Secara umum, garis keturunan yang ada pada masyarakat Indonesia dikenal dengan tiga macam sistem keturunan, yaitu sistem patrilineal, sistem matrilineal dan sistem bilateral. 3 Dari adanya perbedaan sistem keturunan yang tercantum di atas, menunjukkan bahwa sistem hukum waris pun sangat pluralistik. Meski demikian, sistem hukum waris di Indonesia tidak hanya melihat pada sistem kekeluargaan masyarakat yang beragam, melainkan juga disebabkan oleh keaneka ragaman adat istiadat masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, tidak heran jika sistem hukum waris adat yang ada juga beraneka ragam serta memiliki corak dan sifat-sifat tersendiri sesuai dengan sistem kekeluargaan dari masyarakat adat tersebut. Begitu pula dengan hukum waris Islam dan hukum waris Barat (hukum positif) yang mempunyai corak dan sifat berbeda dengan hukum waris adat. Karena sumber dari hukum waris Islam berdasarkan pada kitab suci Al-Qur an, sedangkan hukum waris Barat 3 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, adat dan BW, (Bandung: Refika Aditama, 2005), h 6.

4 peninggalan zaman Hindia Belanda bersumber pada kitab Burgerlijk Wetboek atau yang biasa disebut dengan BW. 4 Seiring dengan perkembangan zaman, tingginya kebutuhan hidup membuat manusia merasa kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sehariharinya. Misalnya untuk membiayai sekolah anak-anaknya, pengobatan, dan kebutuhan yang tidak terduga dan lain sebagainya. karena tidak mempunyai penghasilan yang cukup dan juga tidak mempunyai tabungan, dengan terpaksa mereka harus menjual apa yang mereka punya yaitu salah satunya harta peninggalan yang diberikan oleh orang tua untuk mereka dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut para ulama dan sumber hukum yang ada bahwa menjual harta peninggalan diperbolehkan. Karena harta peninggalan sudah menjadi hak dari ahli waris, diwakafkan, dihibahkan ataupun dijual sudah sepenuhnya menjadi hak ahli waris. Itupun apabila harta peninggalan tersebut sudah memenuhi hak-hak yang berkaitan dengan harta peninggalan. Adapun hak-hak yang berkaitan dengan harta peninggalan yaitu: Pertama, hak yang berkaitan dengan zat harta peninggalan. Kedua, biaya perawatan jenazah. Ketiga, pelunasan hutang. Keempat, pemberian wasiat. Kelima, pewarisan. 5 Setelah harta waris sudah dibagi secara adil menurut hukum kewarisan, maka ahli waris mendapatkan hak harta waris sepenuhnya. Namun, berbeda dengan masyarakat Kelurahan Tunjungsekar yang mempunyai pemikiran bahwa menggunakan, memanfaatkan atau menjual harta peninggalan yang belum 4 Eman Suparman, Hukum, h 7. 5 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris-Hukum Kewarisan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h 49.

5 dibagikan kepada ahli waris secara adil diperbolehkan. Mereka berpendapat bahwa harta peninggalan yang digunakan merupakan harta yang nantinya juga akan dimilikinya. Misalnya, bapak Mustakim meninggal dunia dengan meninggalkan harta sebuah tanah berukuran 5000 m2, mempunyai satu anak laki-laki dan dua anak perempuan. Setelah memenuhi hak-hak yang berkaitan dengan harta peninggalan, harta tersebut tidak dibagikan terlebih dahulu, melainkan dikelola bersama-sama dan hasilnya juga digunakan bersama-sama. Semakin bertambah tahun dan semakin bertambah pula kebutuhan-kebutuhan dalam keluarga. Anak pertama laki-laki dari bapak Mustakim menjual sebagian tanah peninggalan, Dia berdalih bahwa tanah yang dijual itu merupakan hak dari harta peninggalan yang diberikan oleh orangtua kepadanya. Padahal mulai sepeninggal bapaknya sampai dia menjual tanah tersebut belum ada pembagian harta waris secara sah, hanya dengan perkiraan yang dia miliki harta peninggalan tersebut dijual untuk memenuhi kebutuhannnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Apa alasan masyarakat melakukan penjualan terhadap harta waris yang belum dibagi di Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang?

6 2. Bagaimana sistem pembagian harta waris yang diterapkan oleh masyarakat Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang? 3. Bagaimana pandangan tokoh agama dan tokoh masyarakat tentang penjualan harta waris sebelum dibagi di Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang? C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui secara jelas mengenai alasan penjualan harta waris sebelum dibagi yang diterapkan oleh Masyarakat Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. 2. Mengetahui lebih jauh mengenai hukum dan dampak dari penjualan harta waris sebelum dibagi yang diterapkan oleh Masyarakat Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. D. Manfaat Penelitian Selain terdapat tujuan penelitian seperti yang telah dipaparkan diatas, penelitian ini juga mempunyai manfaat penelitian yaitu secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah:

7 1. Teoritis a. Dapat memberi sumbangsih ilmu pengetahuan kepada mahasiswa fakultas Syariah dan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. b. Dapat melengkapi khazanah keilmuan para penuntut ilmu. c. Sebagai pengayaan wacana dan pengetahuan mengenai kewarisan 2. Praktis a. Dapat memberi wawasan kepada para tokoh masyarakat Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. b. Sebagai rujukan dalam mengatasi problematika waris oleh tokoh agama kepada masyarakat Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. E. Sistematika Pembahasan Sebelum peneliti membahas lebih detail, sistematika pembahasan yang akan penulis gunakan terkait dengan skripsi ini yang diharapkan akan mempermudah dalam memahami alur dan isi yang termaktub di dalamnya. Maka pembahasan proposal skripsi ini disistematisir dalam lima bab. BAB I, Pendahuluan. Dalam Bab ini, peneliti membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan

8 manfaat penelitian. Dengan adanya pembahasan tersebut maka diharapkan dapat diketahui gambaran umum dari subtansi penelitian ini. BAB II, Tinjauan Pustaka dan Kerangka teori. Pada Bab ini, dibahas tentang penelitian terdahulu dan konsep waris, yang didalamnya akan memuat tentang pengertian waris, dasar hukum waris, rukun dan syarat waris, hak dan kewajiban ahli waris, hak yang berkaitan dengan harta peninggalan, penundaan pembagian harta warisan dalam perspektif hukum islam, dan penjualan harta waris. Peneliti membahas hal tersebut dalam bab III bertujuan agar pembaca dapat melihat dan menilai perbedaan teori yang digunakan peneliti dengan peniliti-peneliti terdahulu, serta karena kajian pustaka diatas relevansi dengan masalah yang akan diteliti sehingga penelitian ini memiliki dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan cobacoba. BAB III, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan. Bab ini membahas metode penelitian yang akan mengulas metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Metode tersebut meliputi pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, metode pengolahan dan analisis data. Sehingga dengan pembahasan tersebut dapat mengungkap sejumlah cara yang diatur secara sistematis, logis, rasional dan terarah tentang bagaimana pekerjaan sebelum, ketika dan sesudah mengumpulkan data sehingga diharapkan mampu menjawab secara ilmiah perumusan masalah yang telah ditetapkan.

9 BAB IV, Paparan dan Analisis Data. Dalam bab ini memaparkan hasil penelitian yang meliputi: deskripsi lokasi penelitian (kondisi geografis, penduduk, sosial keagamaan, dan pendidikan), paparan data subyek penelitian (sistem dan pandangan Masyarakat Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang tentang penjualan harta waris sebelum dibagi). Serta di dalam Bab ini di bahas juga mengenai analisis terhadap hasil penelitian di atas yaitu Pandangan Masyarakat Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang tentang penjualan harta waris sebelum dibagi. BAB V, Kesimpulan dan Saran. Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan hasil penelitian serta saran-saran dari peneliti.