02ILMU. Komunikasi Pemasaran Politik. From Party Politics to Mass Marketing. Dr. Achmad Jamil M.Si KOMUNIKASI. Modul ke: Fakultas

dokumen-dokumen yang mirip
Model-Model Political Marketing.

06ILMU. Komunikasi Pemasaran Politik. Product Development and Political Branding. Dr. Achmad Jamil M.Si KOMUNIKASI. Modul ke: Fakultas

ZULHEFI Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun Josiane Cotrim-Macieira

MUHAMMAD ARIF SYUHADA Program Studi Magister

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016

STRATEGI DAN MARKETING PUBLIC RELATIONS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

PR POLITIK & MARKETING POLITIK. Oleh: Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

BAB II. LANDASAN TEORI

Firmanzah, PhD. Pasca Sarjana Ilmu Manajemen University of Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab VI. Kesimpulan dan Implikasi

Voter Segmentatipon dan Positioning.

Mata Kuliah - Media Planning & Buying

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

Bab V. Analisis Pengambilan Keputusan Pemilih Pemula

yang membentuk lingkungan pemsaran eksternal. komponen bauran pemasaran segmentasi tersebut dalam pemasaran. konsumen perilaku pembelian konsumen.

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

Memahami Proses Pemasaran Dan Perilaku Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penulisan

KOMUNIKASI POLITIK DALAM MEDIA MASSA

Bab V. Penutup. masyarakat sebanyak-banyaknya. Partai berbondong-bondong menjual diri untuk. suara. Sebuah proses yang tentunya sangat melelahkan.

BAB I PENDAHULUAN. ini didukung dengan berdirinya bermacam-macam partai politik. Diawali

Bab I Mendefinisikan Pemasaran untuk Abad ke- 21

BAB II LANDASAN TEORI

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

Bab V. Kesimpulan. 1. Product tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pemilih, dengan. persentase pengaruh sebesar -0,0029 atau -0.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tetap eksis selama bertahun-tahun hingga saat ini. Pada harian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. MoU Helsinki antara Pemerintah Republik Indonesia (RI) dengan Gerakan Aceh

Fokus Malam Edisi Rabu, 24 Juni 2009 Tema : Politik Topik : Mencermati Iklan-iklan politik capres di Media

PANDUAN KUISIONER. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Pada Pemilihan Walikota. Bandar Lampung Periode

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, politik merupakan kegiatan yang dekat

Programming TV. Segmentasi Demografis + Psikografis. Syaifuddin, S.Sos, M.Si. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

Modul ke: Pemasaran Sosial. Bentuk dan Tugas Pemasaran Sosial. Fakultas Ilmu Komunikasi. Tri Diah Cahyowati, M.SI. Program Studi Periklanan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pasar bebas pada era abad ke 21 ini mengakibatkan persaingan sudah

KEWIRAUSAHAAN - 2 STRATEGI PEMASARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

BAB II BAHAN RUJUKAN

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB I PENGERTIAN, KONSEP, DEFINISI PEMASARAN DAN MANAJEMEN PEMASARAN

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya

ABSTRACT. Keywords: Political Marketing, Decision to choose. viii Universitas Kristen Maranatha

BAB VI PENUTUP. a. Berdasarkan jenis kelamin, responden yang menyatakan bahwa figur Tri

Modul 1 Pelatihan Strategi Pemenangan Pemilu Untuk Candidate Schools

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat, dibuktikan semenjak paska reformasi terdapat pergeseran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

PERTEMUAN 12 STRATEGI PEMASARAN 2/13/13

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN

Produksi Media Public Cetak. Modul ke: 02FIKOM. Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Humas ) Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom. Fakultas. Program Studi HUMAS

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 ini. Politik selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas bagi

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

Materi Bahasan. n Definisi Partai Politik. n Fungsi Partai Politik. n Sistem Kepartaian. n Aspek Penting dalam Sistem Kepartaian.

MODUL MANAJEMEN EVEN (3 SKS) Oleh : Ratih Hasanah, M.Si.

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB VI KESIMPULAN. berasal dari dana mereka masing-masing. Di samping itu bantuan finansial dalam

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

What is di Gital Marketing

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

Komunikasi Politik

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. penyebarluasan suatu produk atau jasa kepada orang lain.

Integrated Marketing Communication II

PARTAI POLITIK dan PEMILU (Suatu Studi Marketing Politik Terhadap Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif 2009) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tentunya ingin menguasai pasar yang sebesar-besarnya. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN. promosi yaitu iklan. Periklanan merupakan salah satu alat promosi yang

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

Transkripsi:

Komunikasi Pemasaran Politik Modul ke: From Party Politics to Mass Marketing Fakultas 02ILMU KOMUNIKASI Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi MAGISTER KOMUNIKASI

Produk Bagaimana citra Prabowo, penilaian atas masa lalu. APakah pemilih bisa diyakinkan bahwa Prabowo adalah calon yang paling sesuai. Promosi Apakah Prabowo telah diinformasikan dan dipromosikan secara luas dan efektif (penggunaan media untuk memperkenalkan Prabowo seperti iklan, kampanye, dsb). Harga Berapa uang yang dibelanjakan agar bisa terpilih. Apakah ada ketidakssukaan pada Prabowo (mis, terkait dengan dugaan keterlibatan pada Peristiwa 1998). Tempat Apakah Prabowo bisa menjangkau pemilih secara langsung. Penggunaan door do door, pertemuan dsb di mana Prabowo bisa dikenal langsung oleh pemilih. Adanya upaya dari Prabowo untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh pemilih, dan membuat program / citra dsb yang sesuai dengan apa yang diinginkan pemilih.

Sejumlah kritik terhadap model ini: (a) Tidak memperhitungkan konteks pemilihan yang berbeda. Mengadopsi seluruhnya konsep dalam pemasaran bisnis, tanpa memperhitungkan sistem politik dan pemilihan yang berbeda. (b) Tidak memasukkan karakteristik khas dari produk politik. Melihat produk politik sama persis dengan produk komersial,m padahal produk politik mempunyai kekhasan yang berbeda.

(b) Model Kotler&Kotler Model pemasaran politik lain, dikemukakan oleh Philip Kotler dan Neil Kotler (1999). Kotler&Kotler adalah ahli pemasaran bisnis, mereka berusaha menerapkan konsep dalam bisnis tersbeut dalam politik. Menurut Kotler&Kotler, tidak ada perbedaan antara pemasaran bisnis dan politik. Mengapa? Semua aktivitas pemasaran pada dasarnya berkaitan dengan mengetahui keinginan pemilih menciptakan produk yang sesuai menginformasikan produk itu lewat promosi mendistribusikan produk agar sampai ke tangan konsumen (voter). Aktivitas ini juga berlaku untuk politik.

Menurut Kotler&Kotler, pemasaran politik merupakan upaya untuk memasarkan produk politik. Ini melibatkan 5 tahapan: (a) Riset Riset lingkungan (environtmental research) meliputi segala aspek yang mempengaruhi perilaku pemilih. Misalnya sosial demografis, psikografis, situasi ekonomi, persepsi pemilih, ideologi pemilih (kiri, kanan, tengah), persepsi terhadap incumbent vs penantang dan sebagainya. (b) Evaluasi eksternal dan internal Kekuatan dan kelemahan dari partai dan kandidat (internal), kekuatan dan kelemahan penantang (eksternal). Kekuatan penantang yang potensial bisa mengalahkan partai atau kandidat.

(c) Strategi pemasaran Berkaitan dengan segmentasi pemilih. Peta pemilih berbeda-beda. Analisis terhadap karakteristik dari setiap daerah pemilihan. Setiap daerah membutuhkan strategi yang berbeda. Aktivitas ini akan menghasilkan segmentasi, wilayah dan segmen apa kandidat/partai akan fokus. (d) Strategi kampanye Penciptaan citra partai/ kandidat, platform, termasuk menghindari informasi negatif pada partai. Kandidat. (e) Komunikasi, distribusi dan organisasi Upaya menginformasikan partai/ kandidat pada pemilih (iklan, kampanye), manajemen sumber daya agar bisa menjangkau pemilh.

Kelemahan model Kotler&Kotler, mirip dengan kritik pada model Niffenegger. Model ini mengadopsi secara utuh pemasaran dalam bisnis untuk diterapkan pada politik. Model tidak memperhitungkan produk politik sebagai sesuatu yang khas, yang berbeda dengan produk bisnis. Kelemahan lain, tidak memperhitungkan struktur, perbedaan sistem yang mungkin membatasi (constarin) pemasaran.

(c) Model Newman Salah satu model pemasaran politik yang banyak dipakai adalah model yang diperkenalkan oleh Bruce I. Newman. Berbeda dengan model Niffenegger dan Kotler&Kotler, model ini sudah memasukkan kekhaasan produk politik dan struktur (sistem) pemilihan. Newman melihat ada 4 aspek yang saling berkaitan dalam pemasaran politik: fokus partai/kandidat, kampanye, sistem pemilihan dan kekuatan lingkungan (eksternal).

Aspek penting dari pemasaran politik adalah kampanye pemasaran. Ini meliputi tiga kegiatan utama. Pertama, segmentasi pemilih. Riset terhadap apa yang dibutuhkan pemilih, keinginan pemilih,. Profil pemilih, identifikasi segmen-segmen pemilih. Kedua, positioning partai dan kandidat. Evaluasi apa kelebihan dan kelemahan kandidat-kompetiror, kompetisi, target pemilih yang hendak dituju dsb. KAMPANYE PEMASARAN (1) Segmentasi (2) Positioing partyai / kandidat (3) Formulasi strategi dan implementasi Ketiga, formulasi strategi dan implementasi. Ini meliputi implementasi dari 4P (Produk, Promosi, Tenpat dan Harga), push Marketing (kampanye langsung ke pemilih, tokoh masyarakat). pull marketing (kampanye lewat media massa), polling untuk mengetahui keinginan pemilih dan manajemen organisasi.

Pemasaran politik ditentukan oleh sistem pemilihan yang berbeda. Dalam konteks di Amerika, pemasarn politik pada masa pra pemilihan, konvensi, hingga pemilihan nasional berbeda. Ini membutuhkan strategi dan kampanye yang berbeda-beda untuk setiap tahapnya.

Pemasaran politik harus juga memperhitungkan aspek lingkungan eksternal (environmental forces). Diantaranya: (1). Teknologi. Sejauh mana penggunaan teknologi di kalangan pemilih, perubahan penggunaan teknologi. Jika pemilih sudah mengadopsi penggunaan media sosial misalnya, maka partai/kandidat harus menyesuaikan dengan perubahan tsb. LINGKUNGAN EKSTERNAL (1) Teknologi (2) Aturan dan sistem (3) Pengaruh penghubung / kekuatan lain (media, konsultan, pollster, tokoh, kelompok kepentingan dsb) (2). Aturan dan sistem yang ada, meliputi aturan pemilihan (Undang- Undang), regulasi dana kampanye, debat dan sebagainya. (3). Kekuatan dari kelompok dalam masyarakat, seperti media, pollster, kelompok kepentingan dan sebagainya.

Kelebihan dari model Newman adalah mengintegrasikan antara konsep-konsep dalam pemasaran dengan politik. Model ini bukan hanya menerapkan konsep pemasaran bisnis pada politik, tetapi juga mengintegrasikannya dnegan konsep dalam politik. Model Newman misalnya memasukkan aspek sistem pemilihan dan kekuatan lingkungan eksternal. Kritik model ini: terlalu Amerika sentris (?) dikenal juga sebagai model pemasaran politik Amerika.

(d) Model Lees-Marshment Model ini dikenal juga sebagai model Comprehensive Political Marketing (CMP), dikembangkan oleh pakar manajemen dari Universitas Keele (Inggris), Jennifer Lees-Marshment. CMP tidak hanya memusatkan perhatian pada cara dan strategi partai dalam berkampanye, tetapi lebih luas bagaimana partai mendesain kebijakan atau organisasinya agar bisa diterima oleh pasar. Model ini memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh partai dalam merespon keinginan pasar (pemilih). Konsep-konsep dan teknik marketing tidak hanya dapat dipergunakan oleh partai untuk mengkomunikasikan produk, tetapi juga memandu partai menentukan apa yang akan menjadi produknya, dan bagaimana seharusnya partai berperilakju terhadap pasar politik. Terdapat beberapa karakteristik dari model CMP. (1) Mengaplikasikan pendekatan marketing ke seluruh perilaku organisasi partai. Tidak hanya sebatas pada kampanye dan strategi partai. (2) Mengintegrasikan ilmu politik dalam analisis dan konsep marketing digunakan untuk penyesuaian dengan pemahaman tradisional tentang partai politik. Konsep-konsep marketing tentang harga, produk, tempat dan promosi disesuaikan sehingga aplikatif dengan aktivitas partai politik.

Product Oriented Party (POP) Berorientasi pada produk. Partai / kandidat sudah mempunyai produk (kebijakan, calon, program dsb) dan berusaha agar produk tersebut diterima oleh pemilih. Sales Oriented Party (SOP) Berorientasi pada penjualan. Partai / kandidat sudah mempunyai produk. Tetapi produk tersebut agar bisa diterima oleh pemilih, bisa disesuaikan (adjust) dengan keinginan pemilih. Market Oriented Party (MOP) Berorientasi pada pasar. Produk partai atau kandidat (kebijakan, calon, program dsb) disesuikan dengan keinginan pemilih. Produk dibuat berdasarkan kebutuhan pemilih.

Model POP adalah model partai tradisional. Partai / kandidat mempunyai ide dan gagasan, dan percaya dengan ide dan gagasan itu. Yang dilakukan oleh partai / kandidat adalah menjual ide dan gagasan tu agar diterima oleh pasar (pemilih). Partai / kandidat yang menganut POP menolak mengubah ide atau produk partai / kandidat. Fokus meyakinkan pasar (pemilih) bahwa ide atau produk partai itu adalah produk yang terbaik. Model SOP memfokuskan pada upaya menjual argumen-argumen pada pemilih. SOP mempertahankan ide, gagasan dan produk (program, orang dsb) yang telah ditetapkan oleh partai / kandidat sebelumya. Tetapi mereka sadar, produk yang sudah ditetapkan itu harus disesuaikan (adjust) agar sesauai dengan keinginan pasar. Oleh karena itu, partai / kandidat berusaha untuk membuat penyeledikan apa persepsi pasar terhadap produk, dan bagaimana cara mengubah produk tersebut agar bisa diterima oleh pasar. Model MOP berbeda dengan POP dan SOP. MOP bertolak belakang dengan ide tradisional tentang partai politik. MOP percaya bahwa untuk memenangkan Pemilihan, partai / kandidat harus mengidentifikasi terlebih dahulu apa keinginan pasar (pemilih). Apa kebutuhan dan keinginan pemilih. Atas dasar itu, produk politik dibuat berdasarkan apa yang menjadi keinginan dari pemilih tersebut. MOP tidak berpretensi untuk mengubah pandangan pasar, sebaliknya menawarkan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pasar (pemilih).

Prabowo Sebagai Calon Presiden dari Gerindra (2019) Product Oriented Party (POP) Prabowo telah ditetapkan sebagai calon presiden Gerindra (Produk partai politik). Yang dilakukan oleh PDIP adalah meyakinkan pemilih bahwa Prabowo adalah calon presiden terbaik dibandingkan kandidat lain. Prabowo paling kompeten dan unggul. Fokus diarahkan pada memasarkan produk (Prabowo) agar dipilih oleh pasar. Sales Oriented Party (SOP) Prabowo telah ditetapkan sebagai calon presiden. Tetapi Gerindra sadar pemilih tidak bisa dipaksa untuk menyukai Prabowo. Produk (megawati) harus dipoles dan disesuaikan agar bisa diterima oleh pasar. Gerindra membuat penyelidikan pasar untuk mengetahui persepsi terhadap Prabowo, apa yang disukai dan tidak disukai. Apa yang harus diubah dari Prabowo agar bisa diterima oleh pasar (Mis. harus leih banyak berbicara dan tampil di depan publik dsb). Market Oriented Party (MOP) Sebelum memutuskan calon presiden yang diusung, Gerindra membuat penyeleidikan pasar terlebih dahulu. Apa yang diinginkan oleh publik, siapa calon yang dikehendaki oleh publik. Hasil dari penyelidikan pasar itu, menjadi dasar dalam merancang produk (memilih calon presiden). Dari proses ini, bisa jadi yang terpilihg sebagai calon presiden bukan Prabowo, tetapi calon lain. Calon tersebut kemudian dites kembali ke pasar untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh pasar (pemilih)

Sumber: Lilleker and Less-Marshment, 2005: 8

(a) Penyelidikan Pasar /Market Intelligence Sebelum membuat produk (program, orang dsb) partai harus mengetahui terlebih dahulu apa yang diinginkan oleh pasar (pemilih). Penyelidikan pasar ini bisa dilakukan secara kuantitatif (survei), bisa juga kualitatif---seperti Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam dsb. Partai membentuk bagian khusus yang bertugas mencari tahu dan menentukan apa yang diinginkan oleh pemilih, dan apa yang harus dilakukan oleh partai politik agar bisa menyesuaikan dengan keinginan pemilih tersebut. Pekerjaan ini bisa dilakukan sendiri oleh partai politik, tetapi juga bisa menggunakan jasa profesional di luar partai (lembaga survei atau konsultan politik). (b) Desain Produk Berdasarkan data mengenai apa yang diinginkan oleh pasar (pemilih), partai kemudian menyusun produk. Ini yang membedakan antara MOP dengan POP dan SOP. Pada SOP dan POP, produk dirancang terlebih dahulu. Sementara pada MOP, dilakukan penyelidikan pasar sebelum produk dibuat oleh partai.

(c) Penyesuaian Produk (Adjustment) Partai yang menganut prinsip MOP harus dinamis, mengikuti keinginan dan perkembangan pasar (pemilih). Produk yang telah dibuat, mungkin saja diubah jikalau dari hasil penyelidikan pasar ditemukan bahwa produk tidak sesuai dengan keinginan pemilih. (d) Implementasi Perubahan partai (sesuai dengan keinginan pemilih) harus diimplementasikan di partai. Jika aktivitas itu dilakukan secara efektif di internal partai, maka bisa menarik dukungan pemilih. Makin besar perubahan yang dilakukan di dalam partai, makin besar pula upaya yang dilakukan oleh pimpinan partai untuk meraih dukungan internal sekaligus mengimplementasikan perubahan tersebut di dalam partai.kegagalan penerapan MOP terutama ketika harus berhadapan dengan perubahan di dalam internal partai, melawan kultur dan kebiasaan yang sudah mendarah daging di dalam partai. Kalangan internal partai umumnya tidak menyadari perlunya perubahan, termasuk di antartanya perubahan radikal demi mengikuti keinginan pemilih.

(e) Komunikasi Setelah produk itu dibuat dan diimplementasikan di kalangan internal partai, barulah partai mengkomunikasikan produk tersebut kepada pasar (pemilih). Komunikasi itu haruslah dilakukan sedini mungkin dan melibatkan seluruh anggota partai. Menurut Less-Marshment, kekalahan partai Buruh pada Pemilu 1992 di Inggris karena partai melakukan perubnahan kebijakan politik, tetapi terlambat dalam mengkomunikasikan kepada pemilih. Komunikasi hanya dilakukan pada level pimpinan partai, belum sampai anggota partai. Pemilih bahkan melihat ketidakkompakan antara pemimpin adan anggota partai dalam mengkomunikasi perubahan kebijakan dan program partai. (f) Kampanye Program dan kebijakan partai bukan hanya perlu dikomunikasikan tetapi juga diracang agar sampai kepada pemilih. Ini meliputi berbagai program kampanye dan strategi baik yang dilakukan lewat media ataupun non media. Termasuk dalam tahapan ini adalah menurunkan kebijakan partai ke dalam program-program yang bisa dinilai secara langsung oleh pemilih. (g) Delivery Proses ini adalah tahapan setelah pemilihan. Partai harus memastikan agar setelah Pemilu, janji dan program yang sudah dibuat oleh partai, akan diimplementasikan oleh partai. Kesalahan yang kerap muncul, program telah dibuat dengan baik oleh partai dengan mempertimbangkan kebutuhan pemilih. Tetapi program tersaebut tidak bisa diimplementasikan oleh partai. Akibatnya, pemilih akan mengalami kekecewaan yang bisa berakibayt pada kekalahan partai pada Pemilu berikutnya.

Tri Rismaharini (Surabaya) dalam Pilkada Kota Surabaya adalah contoh penerapan MOP. PDIP tidak mencalonkan kader sendiri, sebaliknya menyelidiki siapa calon yang diinginkan oleh pemilih. Partai/kandidat kemudian menyusun strategi kampanye, segmentasi dsb. Pada Pemilu Presiden 2014, PDIP bimbang antara memilih Jokowi atau Megawati sebagai calon presiden. PDIP bimbang apakah menggunakan konsep POP, SOP ataukah MOP?

Kelebihan dari model Lees-Marshment adalah membuat model yang bisa diperbandingkan antara partai / Kandidat yang menerapkan pemasaran politik dan tidak. Model ini juga testable, mudah diuji dan dibuktikan apakah kemenangan partai/kandidat ditentukan oleh penggunaan MOP (pemasaran politik). Meskipun model ini dibuat berdasarkan pengalaman Pemilu Inggris, model ini dalam banyak kajian ternyata juga berlaku untuk Pemilu di negara lain. Kelemahan dari model ini adalah lebih berorientasi pada kepentingan partai jangka pendek, terutama untuk memenangkan pemilihan. Partai berubah setiap saat memenuhi keinginan pemilih. Padahal, partai juga diharapkan bertahan dengan ide dan gagasan dalam jangka panjang. Model MOP juga dinilai banyak ahli lebih cocok diterapkan untuk partai oposisi dibandingkan dengan partai penguasa. Partai penguasa (incumbent) kerap kali harus berlawanan dengan opini publik dan keinginan dari pemilih karena harus menjalan kebijakan yang sudah dibuat.

(e) Model Wojciech Cwalina (et.al) Model pemasaran politik kontemporer, diperkenalkan Wojciech Cwalina, Andrzej Falkowski and Bruce I. Newman. Ada tiga komponen penting: orientasi demokrasi, kampanye politik dan proses pemasaran politik.

(a) (b) Orientasi demokrasi. Pemasaran politik tidak bisa dilepaskan (dan karenanya harus memperhatikan) konteks orientasi demokrasi suatu negara. Orientasi kandidat (mis. Amerika) negara dimana pemilihan bertumpu pada kandidat. Pemasaran politik karenanya menitikberatkan pada individual kandidat. Partai direpresentasikan oleh kandidat yang dicalonkan oleh partai. Pemimpin partai (Inggris, Mexico) pemimpin partai memegang posisi kunci, dimana pemimpin partai adalah sekaligus calon / kandidat dalam pemilihan. Partai (Polandia, Finlandia, Rumania) kekuatan partai sangat kuat. Pemilih pada dasarnya memilih partai,kandidat akan menang kalau diajukan oleh partai yang diinginkan oleh pemilih. Pemerintah (Rusia, China pemerintahan didominasi oleh satu partai tunggal. ORIENTASI DEMOKRASI Kandidat Pemimpin partai Partai Pemerintah

Model Cwalina ini selain memperhitungkan sistem demokrasi di suatu negara, juga memperhitungkan sistem pemilihan dan masa kampanye. Kampanye yang dilakukan sebelum, seteklah dan sesudah mempunyai pola dan srategi pemasaran politik yang berbeda. KAMPANYE POLITIK Pra kampanye Kampanye Pasca kampanye

Proses pemasaran politik di bagi ke dalam tiga proses. (1) Penyusunan pesan. Termasuk dalam proses ini adalah menentukan segmentasi pemilih, positioning dan branding. (2) Penyebaran pesan atau produk. Penggunaan medikumn untuk menyebarluaskan produk atau pesan politik, misalnya lewat iklan, kampanye langsung, public relation, dan sebagainya. (3) Membangun relasi. Bagaimana partai atau kandidat menjalin hubungan dengan stakeholder, membangun kepercayaan, dan sebagainya. PROSES PEMASARAN Penyusunan pesan Diseminasi (penyebaran) pesan Membangun relasi

Kelebihan dari model ini adalah melihat pemasaran politik sebagai proses yang kontekstual, disesuaikan dengan sistem demokrasi dan sistem pemilihan di suatu negara. Tidak berpretensi untuk membangun suatu model yang bisa diterapkan di banyak negara, karena masing-masing negara mempunyai sistem pemilihan dan demokrasi yang berbeda-beda. Kelemahan model, kurang prediktif. Bagaimana kita bisa memastikan bahwa penggunaan pemasaran politik bisa menjamin kemenangan calon atau partai.

Terima Kasih Dr. Achmad Jamil. M.Si