BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan di bidang perekonomian. Pembangunan ini dilakukan oleh

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan. yang menjadi pendukung kehidupan manusia telah rusak.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB I LATAR BELAKANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Organisasi. Tata Kerja. Rumah Sakit Pengayoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat

-1- BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan obyek wisatanya. Pembangunan pawisata mesti ditunjang dengan

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

- 1 - BUPATI ACEH TAMIANG PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TAMIANG NOMOR 77 TAHUN 2016

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

KEBIJAKAN BANGUNAN, PRASARANA & PERALATAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

Implementasi Kebijakan dan Regulasi Dalam Kesehatan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2010 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medik dan non medik. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan dibidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Tujuan pembangunan kesehatan adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat, secara sinergis, berkelanjutan, sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan 1

diselenggarakan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat. Rumah Sakit (RS) adalah salah satu industri jasa yang memberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan berfungsi sosial serta menyelenggarakan kegiatan yang meliputi preventif (pencegahan), promotif (peningkatan) dan rehabilitative (pemulihan). Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat, institusi RS secara langsung menghasilkan limbah buangan berbentuk padat, cair dan gas yang berasal dari pelayanan medis (rawat inap, rawat jalan/poliklinik, rawat intensif, rawat darurat, haemodialisa, kamar jenazah dan bedah sentral). Dari penunjang medis (dapur pusat, laundry, laboratorium klinik, laboratorium patologi anatomi dan radiologi) dan dari perkantoran serta fasilitas sosial (perkantoran dan administrasi, asrama pegawai, rumah dinas, dan lain-lain). Diantara limbah-limbah tersebut terdapat limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Bahan Berbahaya dan Beracun merupakan sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. 1 1 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Bab 1, pasal 1. 2

Bahan limbah Berbahaya dan Beracuin tersebut menghasilkan limbah yang merupakan limbah B3, yaitu sisa usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. 2 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) harus ditangani dengan rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan, 3 perlakuan khusus ini mengingat bahaya dan resiko yang ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal tersebut termasuk proses pengemasan. Pengemasan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Limbah Rumah sakit adalah buangan hasil proses kegiatan dimana sebagian limbah tersebut merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang mengandung mikroorganisme pathogen, infeksius dan radioaktif. Limbah tersebut sebagian dapat dimanfaatkan ulang dengan teknologi tertentu dan sebagian lainnya sudah tidak dapat dimanfaatkan kembali. Dengan demikian limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan rumah sakit. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas 2 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Bab 1, pasal 1 ayat (3) 3 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Bab 1, pasal 1. 3

sebagaimana dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Fungsi Rumah Sakit adalah merupakan tempat praktek pelaksanaan profesi tenaga medik dan kesehatan lainnya merupakan,...an institution providing medical care and other services for sick and injured persons 4 Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan dan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Dalam undang-undang kesehatan menyatakan bahwa bidang kesehatan sepenuhnya diserahkan kepada daerah masing-masing yang setiap daerah diberi kewenangan untuk mengelola dan menyelenggarakan seluruh aspek kesehatan. 5 Oleh karena itu rumah sakit mempunyai tanggung jawab untuk mengelola limbah yang dihasilkan secara komprehensif dan tersistematis sesuai dengan prinsipprinsip dan peraturan yang telah ditetapkan. 4 Hermen Hadiati Koeswadi, Hukum Untuk Perumasakitan,Cet. 1, Bandung : PT.Citra Adithya Bakti, 2002, hlm. 42. 5 Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, Bab 1. 4

Pengelolaan limbah rumah sakit yang tersistematis maka akan dapat memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan ataupun kesehatan dan keselamatan kerja internal. Untuk mengoptimalkan upaya penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari pencemaran limbah yang dihasilkannya maka Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas pengelolaan limbah sendiri yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan (KepMenkes) RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.6 Pengelolaan limbah medis yang tidak benar dapat menyebabkan pencemaran lingkungan seperti menimbulkan bau, meningkatkan pertambahan serangga, tikus dan cacing, serta menyebabkan penularan penyakit tipus, kolera, dan hepatitis, bahaya radiasi (kanker, kelainan organ genetik) dan resiko bahaya kimia. Oleh karena itulah, diperlukan pengelolaan limbah medis rumah sakit khusus yang benar atau sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan (KepMenkes) Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004. Sehubungan dengan hal tersebut di atas penulis akan mengkaji pengelolaan limbah medis yang dihasilkan oleh Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati yang berada di Jakarta Selatan dengan tujuan pengawasan penyebaran limbah medis khususnya pengelolaan limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) yang kemudian akan diwujudkan dalam 6 Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 5

bentuk skripsi yang berjudul : SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH B3 MEDIS (Studi di rumah sakit umum pusat fatmawati) 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati telah melakukan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) medis sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit? 2. Bagaimana Proses pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) medis di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Dari Latar Belakang dan Rumusan Masalah yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui, menganalisis dan menggambarkan mengenai Apakah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati telah melakukan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) medis sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 6

2. Untuk mengetahui, menganalisis dan menggambarkan mengenai proses pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) medis di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Sesuai dengan judul yang penulis pilih dari hasil penelitian ini diharapkan akan berguna dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut: 1. Secara teoritis, pembuatan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Apakah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati telah melakukan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) medis sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 2. Untuk mengetahui proses pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) medis di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. 1.5 DEFINISI OPERASIONAL Sebelum melangkah lebih jauh kepada pokok pembahasan pada bab-bab berikutnya, penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang dipakai dalam pembahasan berikutnya, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan 7

kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945. 7 2. Hukum lingkungan dalam pengertian yang paling sederhana adalah hukum yang mengatur tatanan lingkungan. 8 3. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. 9 4. Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. 10 5. Limbah bahan berbahaya dan beracun Medis, disingkat limbah B3 Medis adalah sisa suatu kegiatan dari rumah sakit atau suatu usaha yang dimana mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifatnya serta 7 Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, Bab 1. 8 Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, Bandung, Alumni 1983, hlm 8. 9 Peraturaturan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 03 Tahun 2008, tentang cara pemberian symbol dan label bahan berbahaya dan beracun. Bab 1 10 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Bab 1, pasal 1. 8

konsentrasinya dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup serta dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup serta makhluk hidup lain. 11 6. limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat dan cair. 12 7. Limbah Radioaktif adalah zat radioaktif dan atau bahan serta peralatan yang terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion yang tidak dapat digunakan lagi. 13 8. Minimisasi Limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan 11 Peraturaturan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 03 Tahun 2008, tentang cara pemberian symbol dan label bahan berbahaya dan beracun. Bab 1 12 Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Bab IV. Pengelolaan Limbah. 13 Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2002. Tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif. Pasal 1. 9

(reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle). 14 9. Upaya Preventif dalam pengendalian dampak lingkungan hidup perlu dilaksanakan dengan mendayagunakan secara maksimal instrument pengawasan dan perizinan. 15 10. Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. 16 11. Remediasi adalah Pemulihan pencemaran lingkungan hidup untuk memperbaiki mutu lingkungan hidup. 17 12. Produksi Bersih (cleaner production) adalah suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu 18. 13. Restorasi adalah upaya pemulihan untuk mnjadikan lingkungan hidup atau bagian-bagiannya berfungsi kembali sebagaimana semula. 19 14 Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Bab IV. Pengelolaan Limbah. 15 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penjelasan Umum Nomor 5. 16 Republik Indonesia. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009. Pasal 1. 17 Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Tentang Penjelasan atas Undang- Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 54 ayat 2 huruf b. 18 Suhendrayatna, Teknologi Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3), (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2007), hlm 56. 19 Ibid, Pasal 54 ayat 2 huruf d. 10

14. Rehabilitasi adalah upaya pemulihan untuk mengembalikan nilai,fungsi dam manfaat lingkungan hidup termasuk upaya pencegahan kerusakan lahan, memberikan perlindungan dan memperbaiki ekosistem. 20 1.6 METODE PENELITIAN Jenis/Tipe Penelitian Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian hukum empiris (penelitian hukum empiris atau yang biasa disebut juga penelitian lapangan), adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mencari data lapangan dan menganalisa bahan dokumen dari hasil lapangan baik wawancara atau meneliti data lapangan. Sifat penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analistis mengenai pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) pada rumah sakit Fatmawati, dimana penelitian berusaha menggarkan secara alaistis mengenai penerapan ketentuan limbah B3 pada RS Fatmawati. Alat pengumpul data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah 20 Ibid, Pasal 54 ayat 2 huruf c. 11

1. Studi lapangan untuk memperoleh data primer yang diperoleh melalui : a. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap : - Staf - staf Unit Instalasi Sanitasi dan Pertamanan, bernama Dartini, Tohandi, Elias, Mario karena dengan mewawancarai Ibu Dartini, Bapak Elias. Bapak Tohandi, serta bapak Mario dapat mengetahui data-data mengenai pengelolaan limbah RSUP Fatmawati. b. Observasi Observasi atau penelitian melihat pada obyek yang diteliti secara langsung bertujuan untuk mengetahui kondisi pengelolaan limbah medis pada RSUP Fatmawati. 2. Studi memperoleh data sekunder kepustakaan untuk bersumber dari yang a. Bahan hukum primer: - Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. - Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. - Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. 12

b. Bahan hukum sekunder: Merupakan bahan hukum yang berasal dari buku-buku, jurnal dan literatur sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka terlampir c. Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang berupa kamus, surat kabar dan majalan lainnya. d. Analisis data: Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan metode induktif yaitu Berangkat dari fakta--fakta yang khusus atau peristiwa yang konkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus dan kongkrit ditarik generalisasi-generalisasi yang kemudian data yang diperoleh dianalisis secara analisi kualitatif, dimana hasil penelitian disajikan dalam bentuk rangkaian kalimat e Lokasi penelitian Penelitian dilakukan pada RS. Fatmawati, Kantor Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan Perustakaan Universitas Esa Unggul Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan metode induktif yaitu Berangkat dari fakta--fakta yang khusus atau peristiwa yang konkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus dan kongkrit ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum. 13

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini berjudul SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH B3 MEDIS (Studi di Rumah sakit umum pusat Fatmawati). Pada skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) bab dan beberapa sub bab yang kesemuanya saling berkaitan dan dalam satu kesatuan sehingga tidak dapat dilepaskan satu dengan yang lainnya. Sistematika yang dimaksud dalam penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Mengenai sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di RSUP Fatmawati. BAB II PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) BERDASARKAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN Pada bab ini penulis memaparkan peran dan fungsi dari pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB III TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT DAN GAMBARAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI 14

Pada bab ini penulis memaparkan pengertian serta tugas dan fungsi rumah sakit. Serta penulis akan memberikan gambaran umum mengenai Rumah sakit umum pusat Fatmawati. BAB IV PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) MEDIS DAN PROSES PEMBUANGAN LIMBAH DI RSUP FATMAWATI Pada bab ini penulis akan memaparkan Pengelolaan, Pembuangan Limbah di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. BAB V PENUTUP Bab ini akan mengakhiri susunan skripsi, dengan diuraikannya kesimpulan. Selain itu penulis juga memberikan saran sebagai masukan. 15