BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU

FAKTUR PAJAK STANDAR

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV EVALUASI PENERAPAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ACG. Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-undang PPN Nomor 18 Tahun 2000

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ.

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK STANDAR

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

Penggantian ke 2 (dua) :

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SPT MASA PPN UNIVERSITAS MERCU BUANA JURUSAN AKUNTANSI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust

BAB I PENDAHULUAN. baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu

Halaman Pemberian Hak Cipta Non Eksklusif dari Mahasiswa ke Universitas Bina Nusantara PERNYATAAN NIM :

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai. PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Lembar ke 1 : untuk Pembeli BKP/Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan FAKTUR PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak yang menjiwai Undang-Undang Perpajakan

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BE

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai

SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) Nomor Telepon : Nomor Faksimile : Nomor Telepon Baru Kegiatan Usaha :

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak apabila melakukan pembelian Barang Kena Pajak yang terutang Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Masukan dibedakan menjadi dua tipe yaitu : Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak yang diperkenankan untuk mengurangi Pajak Keluaran dalam satu Masa Pajak atau Masa Pajak tidak sama yang jangka waktunya ditetapkan 3 (tiga) bulan selama belum ditetapkan sebagai biaya oleh perusahaan dan belum dilakukan pemeriksaaan oleh Direktur Jenderal Pajak. Sedangkan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah Pajak masukan yang tidak dapat mengurangi Pajak Keluaran. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan tersebut dapat dibebankan menjadi beban. Pembelian dilakukan oleh PT QN menghasilkan Pajak Masukan dari bulan Agustus-Desember tahun 2008 sebesar Rp209.484.981,-, dari bulan Januari-Desember tahun 2009 sebesar Rp283.632.930,- dan pada tahun 2010 sebesar Rp297.499.661,-. Berikut akan disediakan penjabaran secara singkat mengenai Pajak Masukan PT QN pada tahun 2008, 2009, dan 2010. 51 1

Tabel IV.1 PT QN Rekap Pajak Masukan Periode Agustus s/d Desember 2008 Bulan PPN Yang dipungut sendiri DPP (RP) PPN (RP) Jumlah (RP) Agustus 213,896,542 21,389,654 235,286,196 September 398,460,324 39,846,032 438,306,356 Oktober 255,905,224 25,590,522 281,495,746 November 424,731,427 42,473,143 467,204,570 Desember 801,856,296 80,185,630 882,041,926 TOTAL 2,094,849,813 209,484,981 2,304,334,794 Dari tabel IV.1 di atas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Masukan yang dibayarkan oleh perusahaan dari pembelian kepada supplier sebesar Rp2.094.849.813,- menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp209.484.981,- dengan total pembelian dalam tahun 2008 Rp2.304.334.794,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Pada Tahun 2008, PT QN baru berdiri pada bulan Agustus, oleh karena itu pembelian yang dilakukan PT QN dimulai pada bulan Agustus. Dan pada bulan November 2008, PT QN melakukan pembelian yang cukup banyak dikarenakan untuk memenuhi kekurangan persediaan barang yang akan dipergunakan untuk penjualan. 52

Tabel IV.2 PT QN Rekap Pajak Masukan Periode Januari s/d Desember 2009 Bulan PPN Yang dipungut sendiri DPP (RP) PPN (RP) Jumlah (RP) Januari 227,822,403 22,782,240 250,604,643 Februari 102,642,955 10,264,296 112,907,251 Maret 169,360,606 16,936,061 186,296,667 April 584,799,191 58,479,919 643,279,110 Mei 362,252,121 36,225,212 398,477,333 Juni 198,119,836 19,811,984 217,931,820 Juli 206,614,705 20,661,471 227,276,176 Agustus 244,429,404 24,442,940 268,872,344 September 245,377,722 24,537,772 269,915,494 Oktober 213,695,397 21,369,540 235,064,937 November 121,519,226 12,151,923 133,671,149 Desember 159,695,733 15,969,573 175,665,306 TOTAL 2,836,329,299 283,632,930 3,119,962,229 Dari tabel IV.2 di atas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Masukan yang dibayarkan oleh perusahaan dari pembelian kepada supplier sebesar Rp2.836.329.299,- menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp283.632.930,-, maka kas yang harus dikeluarkan perusahaan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp283.632.930,-. Dengan total pembelian dalam tahun 2009 Rp3.119.962.229,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Pada bulan April 2009, PT QN membayarkan PPN untuk bulan Februari 2009. Hal ini sebenarnya dapat dihindari oleh perusahaan. Karena, apabila perusahaan mengkreditkan Pajak Masukan bulan Februari tepat pada waktunya, maka PT QN tidak perlu membayarkan Pajak Masukan pada bulan April 2009 sebesar Rp58.479.920,-. Hal itu 53

juga terjadi pada bulan November 2009 dan Desember 2009, perusahaan mengkreditkan Pajak Masukan bulan September dan bulan Oktober 2009 pada bulan November 2009 sedangkan Pajak Masukan bulan November 2009 dikreditkan pada bulan Desember 2009. Walaupun hal tersebut boleh dilakukan menurut Pasal 9 ayat (9) UU PPN, Pajak Masukan dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sebelum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan. Tabel IV.3 PT QN Rekap Pajak Masukan Periode Januari s/d Desember 2010 Bulan PPN Yang dipungut sendiri DPP (RP) PPN (RP) Jumlah (RP) Januari 441,874,877 44,187,488 486,062,365 Februari 266,376,006 26,637,601 293,013,607 Maret 224,857,748 22,485,775 247,343,523 April 154,759,038 15,475,904 170,234,942 Mei 210,808,127 21,080,813 231,888,940 Juni 271,952,529 27,195,253 299,147,782 Juli 197,476,188 19,747,619 217,223,807 Agustus 215,566,237 21,556,624 237,122,861 September 168,660,324 16,866,032 185,526,356 Oktober 263,459,273 26,345,927 289,805,200 November 260,760,427 26,076,043 286,836,470 Desember 298,445,833 29,844,583 328,290,416 TOTAL 2,974,996,607 297,499,661 3,272,496,268 Dari tabel IV.3 di atas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Masukan yang dibayarkan oleh perusahaan dari pembelian kepada supplier sebesar Rp2.974.996.607,- menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp297.499.661,- dengan total pembelian dalam 54

tahun 2009 Rp3.272.496.268,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Hampir setiap bulannya, PT QN mengkreditkan Pajak Masukan bulan sebelumnya ke Masa Pajak berikutnya. Berdasarkan penjabaran penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelian PT QN mengalami peningkatan sebesar 35,40% dari pembelian tahun 2008 ke tahun 2009 dan peningkatan sebesar 4,89% dari pembelian tahun 2009 ke tahun 2010. Adanya perbedaan yang cukup besar antara persentase kenaikan pembelian tahun 2008 2009 dan 2009 2010, dikarenakan pada tahun 2008 pembelian hanya terjadi pada bulan Agustus hingga Desember, sedangkan pada tahun 2009 dan 2010 pembelian terjadi dari bulan Januari sampai dengan Desember. Sarana yang digunakan untuk menentukan besarnya Pajak Masukan yang harus dibayar Pengusaha Kena Pajak atas perolehan Barang dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Faktur Pajak Standar. Setiap melakukan transaksi pembelian, perusahaan harus menerima lembar asli invoice pembelian dan lembar asli Faktur Pajak Standar dari perusahaan yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak. Faktur Pajak tersebutlah yang akan menentukan berapa besar Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar oleh perusahaan. Faktur Pajak yang diterima atas perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak ini merupakan Faktur Pajak Masukan bagi perusahaan yang nantinya akan dikreditkan dengan Pajak Keluaran perusahaan untuk menentukan berapa besar Pajak Pertambahan Nilai kurang bayar atau lebih bayar. Sehingga jumlah Pajak Masukan ini akan sangat mempengaruhi Pajak Pertambahan Nilai terutang yang akan dibayar oleh perusahaan. Faktur Pajak Standar harus memuat semua data mengenai : 55

1. Nama, alamat, dan NPWP yang melakukan penyerahan atau pembelian BKP atau JKP; 2. Jenis Barang atau Jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga; 3. PPN yang dipungut; 4. PPnBM yang dipungut; 5. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan FP; dan 6. Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak. Berdasarkan hasil penelitian pada dokumen-dokumen berupa SPT Masa 2008, 2009, dan 2010, Faktur Pajak Masukan, Laporan Laba Rugi, dan Neraca maka dengan ini penulis menemukan masalah yang terdapat dalam Faktur Pajak Masukan PT QN seperti terdapatnya Faktur Pajak Standar yang diperoleh dari Pengusaha Kena Pajak penjual tergolong Faktur Pajak Standar Cacat. Menurut hasil penelitian yang didasarkan pada data dan hasil wawancara dan bukti Faktur Pajak yang dilakukan, penulis melihat banyak Faktur Pajak Masukan Cacat pada tahun 2008 dan 2009. Banyak Faktur Pajak Masukan yang diterima PT QN yang tidak diisi dengan lengkap dan jelas seperti tidak mencoret pada bagian kalimat (Harga Jual/ Penggantian/ Uang Muka/ Termin) yang tidak perlu sebagaimana diminta dalam catatan bagian bawah sebelah kiri Faktur Pajak Standar dan pada Faktur Pajak Masukan, penjual tidak mencantumkan tanggal pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Penulis beranggapan bahwa PT QN belum begitu memahami ketentuan-ketentuan yang ada, sehingga Faktur Pajak tersebut tidak ada pembetulan kembali yang seharusnya 56

diperbaiki oleh pihak penjual. Karena Faktur Pajak Standar yang diperoleh tidak lengkap atau cacat, maka Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan. Namun oleh perusahaan, Pajak Masukan ini tetap dikreditkan. Menurut Pasal 13 Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009, Faktur Pajak wajib diisi dengan lengkap, benar, dan jelas. Lengkap berarti semua unsur yang tercantum dan lampiran yang di isyaratkan harus lengkap dan ditandatangani. Benar berarti sesuai dengan Undang-Undang material. Jelas berarti setiap tulisan maupun angka harus jelas sehingga tidak dapat ditafsirkan lain. Dari unsur jelas ini, diantaranya termasuk dengan memberikan coretan pada bagian yang tidak perlu dari kalimat (Harga Jual/ Penggantian/ Uang Muka/ Termin**) sesuai dengan keadaan pada saat pembuatan Faktur Pajak Standar. Jika penyerahan BKP Dasar Pengenaan Pajaknya adalah Harga Jual, maka baris tersebut yang bukan Harga Jual harus dicoret, menjadi seperti berikut : Harga Jual/ Penggantian/ Uang Muka/ Termin *) XXX *) Coret yang tidak perlu Rekomendasi dari penulis yaitu, perusahaan sebaiknya pada waktu menerima Faktur Pajak dari Pengusaha Kena Pajak penjual, Bagian administrasi PT QN harus memeriksa kembali kelengkapan dari Faktur Pajak Standar yang tidak diisi dengan lengkap, PT QN harus segera meminta Faktur Pajak Standar pengganti kepada Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut. 57

IV.1.2 Analisis Penyerahan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak (Pajak Keluaran) Pada tahun 2008, 2009, dan 2010, PT QN telah melakukan transaksi penyerahan Barang Kena Pajak dan melakukan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan yang dilakukan kepada pelanggan. Pemungutan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan mengalikan tarif Pajak Pertambahan Nilai yang diterapkan dengan besarnya Dasar Pengenaan Pajak atas transaksi penyerahan tersebut. Perusahaan wajib membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan yang dilakukan atas penyerahan BKP atau JKP. Pajak Keluaran yang diperoleh perusahaan dari hasil penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada konsumen yang telah dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% (sepuluh persen) atas Dasar Pengenaan Pajak pada transaksi penyerahan. Secara prinsip, Pajak Pertamabahn Nilai dikenakan setiap terjadi penyerahan Barang Kena Pajak, maka akan menimbulkan utang pajak. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan transaksi penjualan maupun penyerahan Barang Kena pajak atau Jasa Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak karena atas transaksi tersebut Pengusaha Kena Pajak harus memungut Pajak Pertambahan Nilai yang disebut sebagai Pajak Keluaran atau PPN Keluaran yang kemudian akan disetorkan ke Kas Negara. Menurut Pasal 4 (empat) Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER 13/PJ/2010 tentang saat pembuatan, bentuk, ukuran, pengadaan, tata cara pembetulan Faktur Pajak Standar, dalam hal pembuatan Faktur Pajak lebih dari 2 (dua) rangkap, maka harus dinyatakan secara jelas penggunaannya dalam lembar Faktur Pajak yang bersangkutan. 58

PT QN membuat Faktur Pajak dalam 5 (lima) rangkap, dan setiap rangkap telah dituliskan dengan jelas penggunaannya dalam lembar Faktur Pajak yang bersangkutan. Pembuatan Faktur Pajak yang dilakukan PT QN adalah pada saat pembayaran atau selambat-lambatnya satu bulan setelah berakhirnya Masa Pajak. Dilihat dari segi tanggal pembuatan, Faktur Pajak keluaran yang dilaporkan dalam SPT Masa PPN sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PT QN tidak membuat Faktur Pajak untuk Uang Muka yang diterima oleh PT QN. PT QN hanya menerbitkan Faktur Pajak pada saat pelunasan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli Barang Jasa Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. Pajak Keluaran PT QN yang berasal dari penjualan pada tahun 2008 sebesar Rp219.189.862,-, tahun 2009 sebesar Rp338.519.229,-, dan pada tahun 2010 sebesar Rp559.123.484. Pajak Keluaran pada tahun 2008 sangat kecil dibandingkan dengan tahun-tahun selanjutnya karena PT QN baru berdiri pada tahun 2008, jadi penjualan yang dilakukan oleh PT QN hanya sedikit. Oleh karena itu, Pajak Keluaran yang dilaporkan oleh PT QN hanya sebesar Rp219.189.862,- Berikut akan disediakan penjabaran secara singkat mengenai Pajak Keluaran PT QN pada tahun 2008, 2009, dan 2010. 59

Tabel IV.4 PT QN Rekap Pajak Keluaran Periode Agustus s/d Desember 2008 Bulan PPN Yang dipungut sendiri DPP (RP) PPN (RP) Jumlah (RP) Agustus 226,853,490 22,685,349 249,538,839 September 320,284,170 32,028,417 352,312,587 Oktober 355,267,475 35,526,748 390,794,223 November 481,984,537 48,198,454 530,182,991 Desember 807,508,951 80,750,895 888,259,846 TOTAL 2,191,898,623 219,189,862 2,411,088,485 Dari tabel IV.4 di atas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Keluaran yang diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen sebesar Rp2.191.898.623,- menghasilkan Pajak Keluaran sebesar Rp219.189.862,- dengan total penjualan dalam tahun 2008 Rp2.411.088.485,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Pada tahun 2008, ada beberapa penjualan yang dilakukan oleh PT QN tidak dikenakan PPN, karena memang barang tersebut tidak termasuk Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. 60

Tabel IV.5 PT QN Rekap Pajak Keluaran Periode Januari s/d Desember 2009 Bulan PPN Yang dipungut sendiri DPP (RP) PPN (RP) Jumlah (RP) Januari 231,608,543 23,160,854 254,769,397 Februari 104,696,238 10,469,624 115,165,862 Maret 178,251,001 17,825,100 196,076,101 April 518,929,875 51,892,988 570,822,863 Mei 436,313,659 43,631,366 479,945,025 Juni 290,782,354 29,078,235 319,860,589 Juli 261,413,682 26,141,368 287,555,050 Agustus 305,641,382 30,564,138 336,205,520 September 256,820,685 25,682,069 282,502,754 Oktober 225,648,176 22,564,818 248,212,994 November 292,499,993 29,249,999 321,749,992 Desember 282,586,703 28,258,670 310,845,373 TOTAL 3,385,192,291 338,519,229 3,723,711,520 Dari tabel IV.5 di atas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Keluaran yang diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen sebesar Rp3.385.192.291,- menghasilkan Pajak Keluaran sebesar Rp338.519.229,- dengan total penjualan dalam tahun 2009 Rp3.723.711.520,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. 61

Tabel IV.6 PT QN Rekap Pajak Keluaran Periode Januari s/d Desember 2010 Bulan PPN Yang dipungut sendiri DPP (RP) PPN (RP) Jumlah (RP) Januari 440,293,127 44,029,313 484,322,440 Februari 306,382,500 30,638,250 337,020,750 Maret 466,217,067 46,621,707 512,838,774 April 587,004,156 58,700,416 645,704,572 Mei 425,137,514 42,513,751 467,651,265 Juni 487,297,875 48,729,788 536,027,663 Juli 472,436,627 47,243,663 519,680,290 Agustus 403,206,719 40,320,672 443,527,391 September 425,665,891 42,566,589 468,232,480 Oktober 453,027,500 45,302,750 498,330,250 November 486,089,473 48,608,947 534,698,420 Desember 638,476,390 63,847,639 702,324,029 TOTAL 5,591,234,839 559,123,484 6,150,358,323 Dari tabel IV.6 di atas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Keluaran yang diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen sebesar Rp5.591.234.839,- menghasilkan Pajak Keluaran sebesar Rp559.123.484,- dengan total penjualan dalam tahun 2010 Rp6.150.358.323,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. 62

Berdasarkan penjabaran penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa penjualan PT QN mengalami peningkatan sebesar 54,41% dari pejualan tahun 2008 ke tahun 2009 dan peningkatan sebesar 65,16% dari penjualan tahun 2009 ke tahun 2010. Pembuatan Faktur Pajak yang dilakukan PT QN yaitu pada saat pembayaran atau selambat-lambatnya satu bulan setelah berakhirnya. PT QN tidak menerbitkan Faktur Pajak apabila PT QN baru menerima Uang Muka dari Customer. PT QN hanya akan menerbitkan Faktur Pajak apabila PT QN telah menerima pelunasan pembayaran atas penjualan tersebut. Penjualan dilakukan hanya dalam lingkup dalam negeri saja, baik secara tunai maupun kredit dengan uang muka maupun tanpa uang muka. Pada Faktur Pajak Keluaran, masih banyak yang terdapat kesalahan, seperti tidak adanya cap perusahaan. Padahal Faktur Pajak yang benar adalah Faktur Pajak yang disertakan tanda tangan pihak perusahaan yang bertanggung jawab atas Faktur Pajak dan cap perusahaan. IV.1.3 Analisis Besarnya Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar/Kurang Bayar Perhitungan besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang lebih bayar atau yang kurang bayar dapat dihitung berdasarkan data data Pajak Keluaran dan Pajak Masukan yang telah dijabarkan diatas. Apabila Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka Pajak Pertambahan Nilai Kurang Bayar yang berarti perusahaan berkewajiban membayar kekurangan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai kepada Kas Negara. Sedangkan, apabila Pajak Keluaran lebih kecil daripada Pajak Masukan, maka Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar yang berarti perusahaan berhak menentukan apakah kelebihan pembayaran pajak tersebut akan direstitusi ataupun dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. 63

Apabila dalam suatu Masa Pajak, jumlah Pajak Keluaran lebih besar dari jumlah Pajak Masukan selisihnya merupakan Pajak Pertambahan nilai yang masih harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak. Sebaliknya, apabila jumlah Pajak Masukan lebih besar dari jumlah Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dikompensasikan pada Masa Pajak berikutnya. Pada prakteknya, jumlah Pajak Keluaran PT QN sering lebih besar dari jumlah Pajak Masukannya sehingga terdapat kurang bayar. Berikut akan disediakan penjabaran secara singkat mengenai besarnya Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar/Kurang Bayar PT QN pada tahun 2008, 2009, dan 2010. Tabel IV.7 PT QN Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Periode Agustus s/d Desember 2008 MASA PAJAK PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN KOMPENSASI KURANG/(LEBIH) BAYAR (Rp) (Rp) (Rp) Agustus 22,685,349 21,389,654 1,295,695 September 32,028,417 39,846,032 (7,817,615) Oktober 35,526,748 25,590,522 7,817,615 2,118,610 November 48,198,454 42,473,143 5,725,311 Desember 80,750,895 80,185,630 565,266 Total 219,189,862 209,484,981 1,887,266 64

Berdasarkan tabel IV.7 diatas, dapat dilihat besarnya Pajak Keluaran perusahaan pada tahun 2008 sebesar Rp219.189.862,- dan Pajak Masukan pada tahun 2008 sebesar Rp209.484.981,-, di mana adanya kompensasi pada bulan Oktober atas Lebih Bayar bulan September sebesar Rp7.817.615,-. Tabel IV.8 PT QN Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2009 MASA PAJAK PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN (Rp) KOMPENSASI KURANG/(LEBIH) BAYAR (Rp) (Rp) Januari 23,160,854 22,782,240 378,614 Februari 10,469,624 10,264,296 205,328 Maret 17,825,100 16,936,061 889,040 April 51,892,988 58,479,919 (6,586,931) Mei 43,631,366 36,225,212 6,586,932 819,222 Juni 29,078,235 19,818,984 9,259,252 Juli 26,141,368 20,661,471 5,479,898 Agustus 30,564,138 24,442,940 6,121,198 September 25,682,069 24,537,472 1,144,596 Oktober 22,564,818 21,369,540 1,195,278 November 29,249,999 12,151,923 17,098,077 Desember 28,258,670 15,969,573 12,289,097 Total 338,519,230 283,639,630 48,292,668 Berdasarkan tabel IV.8 diatas, dapat dilihat besarnya Pajak Keluaran perusahaan pada tahun 2009 sebesar Rp338.519.230,- dan Pajak Masukan pada tahun 2009 sebesar Rp283.639.630,-, di mana adanya kompensasi pada bulan Mei atas Lebih Bayar bulan April sebesar Rp6.586.932,-. Pada bulan Juli 2009, terdapat pembetulan Surat 65

Pemberitahuan dengan jumlah Kurang Bayar Rp5.479.898,- menjadi Rp6.413.750,-. Sehingga jumlah Kurang Bayarnya bertambah sebesar Rp933.852,-. Tabel IV.9 PT QN Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2010 MASA PAJAK PAJAK KELUARAN (Rp) PAJAK MASUKAN (Rp) KOMPENSASI KURANG/(LEBIH) BAYAR (Rp) Januari 44,029,313 44,187,488 (158,175) Februari 30,638,248 26,637,601 199,577 3,801,070 Maret 46,621,707 22,485,775 24,135,932 April 58,700,416 15,475,904 43,224,512 Mei 42,513,751 21,080,813 21,432,939 Juni 48,729,788 27,195,253 21,534,535 Juli 47,243,663 19,747,619 27,496,044 Agustus 40,320,672 21,556,624 18,764,048 September 42,566,589 16,866,032 25,700,557 Oktober 45,302,750 26,345,927 18,956,823 November 48,608,947 26,076,043 22,532,905 Desember 63,847,639 29,844,583 34,003,056 Total 559,123,484 297,499,661 261,424,244 Berdasarkan tabel IV.9 di atas, dapat dilihat besarnya Pajak Keluaran perusahaan pada tahun 2010 sebesar Rp559.123.484,- dan Pajak Masukan pada tahun 2010 sebesar Rp297.499.661,-. Pada bulan Januari terdapat Lebih Bayar sebesar Rp158.179,-, namun terdapat pembetulan Surat Pemberitahuan sehingga mengakibatkan jumlah Lebih Bayar bulan Januari 2010 bertambah menjadi sebesar Rp199.577,- dan yang akan dikompensasikan pada bulan Februari 2010. Pada bulan Februari terdapat kompensasi 66

atas Lebih Bayar bulan Januari 2010 sebesar Rp199.577,-. Sehingga jumlah kurang bayar bulan Februari menjadi Rp3.801.070,-. IV.2 Analisis Pencatatan Pajak Pertambahan Nilai IV.2.1 Pencatatan Penyerahan Barang Kena Pajak Penjualan yang dilakukan oleh perusahaan menetapkan proses pembayaran dilakukan dengan cash atau tunai. Pada saat melakukan penjualan, perusahaan akan mengeluarkan invoice atas transaksi penjualan tersebut serta mengeluarkan Faktur Pajak yang mencantumkan besarnya pajak yang harus dipungut oleh perusahaan. Di setiap transaksi penjualan PT QN, PT QN tidak menerbitkan Faktur Pajak apabila PT QN baru menerima Uang Muka dari Customer. PT QN hanya akan menerbitkan Faktur Pajak apabila PT QN telah menerima pelunasan pembayaran atas penjualan tersebut. Dari setiap transaksi penjualan yang dilakukan, perusahaan membuat jurnal atas Pajak Keluaran yang dipungut perusahaan seperti sebagai berikut: Debit Kredit Kas XXXX - Penjualan - XXXX PPN Keluaran - XXXX Dari Jurnal inilah PT QN juga dapat mengetahui jumlah kas yang diterima PT QN dan total penjualan yang diperoleh PT QN. Dengan demikian, berdasarkan data yang telah diperoleh jurnal atas Pajak Keluaran perusahaan yaitu sebagai berikut: 67

Debit Kredit *Tahun 2008 Kas 2,411,088,485 Penjualan 2,191,898,623 PPN Keluaran 219,189,862 *Tahun 2009 Kas 3,723,711,521 Penjualan 3,385,192,291 PPN Keluaran 338,519,230 *Tahun 2010 Kas 6,150,358,323 Penjualan 5,591,234,839 PPN Keluaran 559,123,484 IV.2.2 Pencatatan Perolehan Barang Kena Pajak Dalam hal pembelian, pada saat melakukan pembelian perusahaan akan menerima invoice beserta Faktur Pajak yang mencantumkan besarnya Pajak Masukan perusahaan. Dari setiap transaksi pembelian yang dilakukan, perusahaan melakukan pencatatan atas Pajak Masukan seperti sebagai berikut: Debit Kredit Pembelian XXXX - PPN Masukan XXXX - Kas - XXXX Dengan demikian, berdasarkan data yang diperoleh jurnal atas Pajak Masukan perusahaan yaitu sebagai berikut: Debit Kredit *Tahun 2008 Pembelian 2,094,849,813 PPN Masukan 209,484,981 Kas 2,304,334,794 *Tahun 2009 Pembelian 2,836,396,299 PPN Masukan 283,639,630 Kas 3,120,035,929 *Tahun 2010 Pembelian 2,974,996,607 PPN Masukan 297,499,661 Kas 3,272,496,268 68

IV.2.3 Analisis Faktur Pajak Yang Tidak Memenuhi Persyaratan Formal Undang-undang PPN (UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun 2009), tidak terdapat istilah Faktur Pajak Cacat. Yang ada dalam UU PPN adalah bahwa Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal (Pasal 13 ayat (9)). Faktur Pajak dikatakan memenuhi persyaratan formal apabila diisi secara lengkap, jelas, dan benar sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (5) UU PPN di mana Faktur Pajak paling sedikit harus memuat keterangan tentang : 1. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; 2. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak; 3. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga; 4. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; 5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; 6. Kode, Nomor Seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan 7. Nama, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Tabel IV.10 Rekapitulasi Faktur Pajak 69

Periode Agustus s/d Desember 2008 No Bulan No. Faktur Pajak Dasar Pengenaan Pajak PPN Keterangan 1 Agustus 010.000-08.00000103 705,014 70,501 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 2 September 010.000-08-00000135 24,500,000 245,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 3 Oktober 010.000-08.00000214 2,237,632 223,763 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-08.00000228 3,034,321 303,432 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 4 November 010.000-08.00000290 4,844,772 484,477 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 5 Desember 010.000-08.00000303 75,000,000 7,500,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-08.00000356 586,670 58,667 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-08.00000440 4,706,467 470,647 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual Berdasarkan Tabel IV.10, penulis menemukan pada tahun 2008 terdapat Faktur Pajak Cacat / tidak memenuhi aturan yang berlaku tetapi dikreditkan oleh PT QN. Faktur Pajak Cacat tersebut seharusnya tidak dikreditkan. Karena PT QN mengkreditkan Faktur Pajak Cacat, maka PT QN akan dikenakan sanksi atau denda. Pada tahun 2008, ada beberapa pembelian yang dilakukan PT QN kepada Bukan Pengusaha Kena Pajak sehingga pembelian tersebut tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PT QN tidak memperoleh Faktur Pajak. Hal itu menyebabkan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan PT QN menjadi kecil. Tabel IV.11 Rekapitulasi Faktur Pajak Periode Januari s/d Desember 2009 70

No Bulan No. Faktur Pajak Dasar Pengenaan PPN Keterangan 1 Januari 010.000-09.00000001 43,785,949 4,378,595 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-09.00000019 52,732,882 5,273,288 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-09.00000021 21,418,612 2,141,861 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 2 Februari 010.000-09.00000017 5,642,955 564,296 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 3 Maret 010.000-09.18921647 27,478,020 2,747,802 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-09.00000033 23,170,682 2,317,068 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-09.00000180 15,676,884 1,567,688 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 4 April 010.000-09.00000103 3,969,676 396,968 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-09.20090402 47,241,042 4,724,104 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 5 Mei 010.000-09.00000308 92,038,840 9,203,884 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 6 Juni 010.000-09.20090602 70,137,950 7,013,795 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 7 Juli 010.000-09.00000185 21,595,000 2,159,500 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 8 Agustus 010.000-09.00000397 3,772,727 377,273 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 9 September 010.000-09-20090902 12,755,610 1,275,561 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 10 Oktober 010.000-09.00000504 5,772,727 577,273 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 11 November 010.000-09.20091102 14,542,000 1,454,200 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 12 Desember 010.000-09.00000719 16,348,626 1,634,863 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual Berdasarkan Tabel IV.11, pada tahun 2009 telah ditemukan Faktur Pajak Cacat / tidak memenuhi aturan yang berlaku tetapi tetap dikreditkan oleh PT QN. Faktur Pajak Cacat tersebut seharusnya tidak dikreditkan. Karena PT QN mengkreditkan Faktur Pajak Cacat, maka PT QN akan dikenakan sanksi atau denda. Tabel IV.12 Rekapitulasi Faktur Pajak Periode Januari s/d Desember 2010 71

No Bulan No. Faktur Pajak Dasar Pengenaan PPN Keterangan 1 Januari 010.000-10.00000001 136,672,950 13,667,295 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 2 Februari 010.000-10.20100202 34,260,660 3,426,066 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-10.00000127 47,500,000 4,750,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 3 Maret 010.000-10.00000192 50,000,000 5,000,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-10.00000157 13,760,263 1,376,026 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 4 April 010.000-10.00000077 2,726,636 272,664 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-10.00000232 4,500,000 450,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-10.20100402 2,448,540 244,854 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 5 Mei 010.000-10.00000292 33,364,650 3,336,465 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 6 Juni 010.000-10.00000119 6,363,636 636,364 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 7 Juli 010.000-10.00000877 1,491,531 149,153 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 8 Agustus 010.000-10.00000177 16,571,455 1,657,146 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 9 September 010.000-10.00000546 37,000,000 3,700,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 10 Oktober 010.000-10.00000584 65,260,391 6,526,039 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 11 November 010.000-10.00000224 7,209,162 720,916 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-10.00000215 51,682,665 5,168,267 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 12 Desember 010.000-10.00000498 75,000,000 7,500,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-10.00000491 25,000,000 2,500,000 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual 010.000-10.00000470 9,793,300 979,330 Tidak mencoret pada kalimat Harga Jual Berdasarkan Tabel IV.12, peneliti menemukan pada tahun 2010 terdapat Faktur Pajak Cacat / tidak memenuhi aturan yang berlaku tetapi tetap dikreditkan oleh PT QN. Faktur Pajak Cacat tersebut seharusnya tidak dikreditkan. Karena PT QN mengkreditkan Faktur Pajak Cacat, maka PT QN akan dikenakan sanksi atau denda. Banyaknya Faktur Pajak Cacat atau yang tidak memenuhi syarat ini, mengakibatkan kerugian bagi PT QN. IV.2.4 Evaluasi Pajak Pertambahan Nilai PT QN Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Pemeriksaan adalah Serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban 72

perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan Sederhana PPN dan PPnBM dilakukan dengan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang bersangkutan. Dalam hal tertentu pemeriksaan PPN dan PPn BM dapat dilakukan oleh Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak (UP3) Lengkap, dan dapat dikembangkan menjadi pemeriksaan lengkap (seluruh jenis pajak). Sesuai dengan hakekat PPN yaitu pajak atas nilai tambah, selama pengusaha masih membukukan adanya nilai tambah, pengembalian pajak hanya dapat terjadi dalam beberapa hal seperti: 1. Penjualan ekspor; 2. Penyerahan kepada Pengusaha di Kawasan Berikat; 3. Pengusaha menghasilkan BKP dan atau JKP yang atas penyerahannya mendapat fasilitas PPN yang terutang tidak dipungut; 4. Penyerahan kepada Pemungut PPN; 5. Penumpukan Persediaan; 6. Perusahaan pada masa awal operasi. Hasil Pemeriksaan dituangkan dalam Laporan Pemeriksaan Pajak. Laporan pemeriksaan Pajak disusun dengan sistematika sebagai berikut: I. Umum 73

II. Pelaksanaan Pemeriksaan III. Hasil Pemeriksaan IV. Kesimpulan dan Usul Pemeriksa Laporan Pemeriksaan Pajak harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran sebagai berikut: a. SP3 b. Daftar Penghitungan PPN untuk seluruh masa pajak yang diperiksa c. Daftar Surat Setoran Pajak d. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan e. Surat Persetujuan Hasil Pemeriksaan/Berita Acara Hasil Pemeriksaan f. Lain-lain Hasil Pemeriksaan diberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak (PKP). Apabila Wajib Pajak (PKP) menyetujui seluruh hasil pemeriksaan, maka Wajib Pajak (PKP) diminta untuk menandatangani Lembar Pernyataan Persetujuan Wajib Pajak dan menyampaikannya kepada Pemeriksa paling lambat 3 (tiga) hari sejak Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan diterima. Namun, apabila Wajib Pajak (PKP) tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan, Wajib Pajak (PKP) dapat memberikan tanggapan secara tertulis atas pemberitahuan hasil pemeriksaan tersebut dan menyampaikannya kepada Pemeriksa dalam batas waktu paling lambat 3 (tiga) hari sejak Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan diterima. Tanggapan atas hasil 74

pemeriksaan dari Wajib Pajak (PKP) tersebut disampaikan kepada Pemeriksa sebelum dilakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan maka tanggapan atas hasil pemeriksaan dari Wajib Pajak (PKP) harus ditindaklanjuti dengan Pembahasan Akhir (closing conference) dengan Wajib Pajak (PKP) dalam batas waktu paling lambat 3 (tiga) hari sejak diterimanya tanggapan tersebut. Tabel IV.13 Evaluasi Penyerahan dan Perolehan PPN Periode Agustus s/d Desember 2008 Sebelum Evaluasi Sesudah Evaluasi no bulan Penyerahan Perolehan Penyerahan Perolehan DPP PPN DPP PPN DPP PPN DPP PPN 1 Agustus 226,853,490 22,685,349 213,896,542 21,389,654 226,853,490 22,685,349 213,191,528 21,319,153 2 September 320,284,170 32,028,417 398,460,324 39,846,032 320,284,170 32,028,417 373,960,324 37,396,032 3 Oktober 355,267,475 35,526,748 255,905,224 25,590,522 355,267,475 35,526,748 250,633,271 25,063,327 4 November 481,984,537 48,198,454 424,731,427 42,473,143 481,984,537 48,198,454 419,886,655 41,988,666 5 Desember 807,508,951 80,750,895 801,856,296 80,185,630 807,508,951 80,750,895 721,563,159 72,156,316 Total 2,191,898,623 219,189,862 2,094,849,813 209,484,981 2,191,898,623 219,189,862 1,979,234,937 197,923,494 Berdasarkan tabel IV.13, Pada tahun 2008 peneliti melakukan evaluasi dan menemukan Faktur Pajak cacat yang tidak dapat dikreditkan tetapi dikreditkan sehingga mengakibatkan Pajak Masukan atas Pembelian yang dilakukan oleh PT QN sesudah evaluasi mengalami penurunan, oleh karena itu Jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kurang Bayar menjadi lebih besar. 75

Tabel IV.14 Evaluasi Penyerahan dan Perolehan PPN Periode Januari s/d Desember 2009 no DPP PPN DPP PPN DPP PPN DPP PPN 1 Januari 231,608,543 23,160,854 227,822,403 22,782,240 231,608,543 23,160,854 109,884,960 10,988,496 2 Februari 104,696,238 10,469,624 102,642,955 10,264,296 104,696,238 10,469,624 97,000,000 9,700,000 3 Maret 178,251,001 17,825,100 169,360,606 16,936,061 178,251,001 17,825,100 103,035,020 10,303,502 4 April 518,929,875 51,892,988 584,799,191 58,479,919 518,929,875 51,892,988 533,588,473 53,358,847 5 Mei 436,313,659 43,631,366 362,252,121 36,225,212 436,313,659 43,631,366 270,213,281 27,021,328 6 Juni 290,782,354 29,078,235 198,189,836 19,818,984 290,782,354 29,078,235 128,051,886 12,805,189 7 Juli 261,413,682 26,141,368 206,614,705 20,661,471 261,413,682 26,141,368 185,019,705 18,501,971 8 Agustus 305,641,382 30,564,138 244,429,404 24,442,940 305,641,382 30,564,138 240,656,677 24,065,668 9 September 256,820,685 25,682,069 245,374,722 24,537,472 256,820,685 25,682,069 231,673,794 23,167,379 10 Oktober 225,648,176 22,564,818 213,695,397 21,369,540 225,648,176 22,564,818 207,922,670 20,792,267 11 November 292,499,993 29,249,999 121,519,226 12,151,923 292,499,993 29,249,999 106,977,226 10,697,723 12 Desember 282,586,703 28,258,670 159,695,733 15,969,573 282,586,703 28,258,670 131,058,010 13,105,801 Total bulan Sebelum Evaluasi Sesudah Evaluasi Penyerahan Perolehan Penyerahan Perolehan 3,385,192,291 338,519,230 2,836,396,299 283,639,630 3,385,192,291 338,519,230 2,345,081,702 234,508,170 Berdasarkan tabel IV.14, Pada tahun 2009 peneliti melakukan evaluasi dan menemukan Faktur Pajak cacat yang tidak dapat dikreditkan sehingga mengakibatkan Pajak Masukan atas Pembelian yang dilakukan oleh PT QN sesudah evaluasi mengalami penurunan, oleh karena itu Jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kurang Bayar menjadi lebih besar. Pada tahun 2009, setelah di evaluasi terdapat Nilai Perolehan yang nilainya 0 (nol). Hal itu disebabkan karena pada bulan Januari sampai dengan Maret 2009 banyak terdapat Faktur Pajak Masukan yang cacat atau yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Penurunan atau perbedaan ini disebabkan karena pada tahun 2010 terdapat beberapa Faktur Pajak yang Cacat atau tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Tabel IV.15 76

Evaluasi Penyerahan dan Perolehan PPN Periode Januari s/d Desember 2010 Sebelum Evaluasi Sesudah Evaluasi no bulan Penyerahan Perolehan Penyerahan Perolehan DPP PPN DPP PPN DPP PPN DPP PPN 1 Januari 440,293,127 44,029,313 441,874,877 44,187,488 440,293,127 44,029,313 305,201,927 30,520,193 2 Februari 306,382,500 30,638,250 266,376,006 26,637,601 306,382,500 30,638,250 140,080,978 14,008,098 3 Maret 466,217,067 46,621,707 224,857,748 22,485,775 466,217,067 46,621,707 161,097,485 16,109,749 4 April 587,004,156 58,700,416 154,759,038 15,475,904 587,004,156 58,700,416 101,859,350 10,185,935 5 Mei 425,137,514 42,513,751 210,808,127 21,080,813 425,137,514 42,513,751 177,443,477 17,744,348 6 Juni 487,297,875 48,729,788 271,952,529 27,195,253 487,297,875 48,729,788 265,588,893 26,558,889 7 Juli 472,436,627 47,243,663 197,476,188 19,747,619 472,436,627 47,243,663 195,984,657 19,598,466 8 Agustus 403,206,719 40,320,672 215,566,237 21,556,624 403,206,719 40,320,672 198,994,782 19,899,478 9 September 425,665,891 42,566,589 168,660,324 16,866,032 425,665,891 42,566,589 131,660,324 13,166,032 10 Oktober 453,027,500 45,302,750 263,459,273 26,345,927 453,027,500 45,302,750 198,198,882 19,819,888 11 November 486,089,473 48,608,947 260,760,427 26,076,043 486,089,473 48,608,947 201,868,600 20,186,860 12 Desember 638,476,390 63,847,639 298,445,833 29,844,583 638,476,390 63,847,639 188,652,533 18,865,253 Total 5,591,234,839 559,123,484 2,974,996,607 297,499,661 5,591,234,839 559,123,484 2,266,631,888 226,663,189 Berdasarkan hasil tabel IV.15, Pada tahun 2010 Peneliti melakukan evaluasi dan menemukan Faktur Pajak cacat yang tidak dapat dikreditkan tetapi dikreditkan sehingga mengakibatkan Pajak Masukan atas Pembelian yang dilakukan oleh PT QN sesudah evaluasi mengalami penurunan, oleh karena itu Jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kurang Bayar menjadi lebih besar. Penurunan atau perbedaan ini disebabkan karena pada tahun 2010 terdapat beberapa Faktur Pajak yang Cacat atau tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. IV.3 Analisis Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai IV.3.1 Analisis Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai 77

Dalam setiap Masa Pajak Pertambahan Nilai, Wajib Pajak berkewajiban melakukan penyetoran besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang Kurang Bayar kepada Kas Negara, ataupun melakukan restitusi atau kompensasi pada masa pajak berikutnya apabila terjadi Lebih Bayar atas Pajak Pertambahan Nilai. PKP melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai yang Kurang Bayar dengan menggunakan Surat Setoran Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Surat Setoran Pajak ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) yang terdiri dari: a. Lembar ke 1 : Untuk arsip PT QN b. Lembar ke 2 :Untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). c. Lembar ke 3 :Untuk PT QN yang akan dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. d. Lembar ke 4 : Untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran. e. Lembar ke 5 : Untuk arsip Pemungut/Pihak lain. Berdasarkan Undang Undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 15 A ayat (1), penyetoran Pajak Pertambahan Nilai paling lambat akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa disampaikan. Apabila perusahaan tidak melakukan pembayaran ataupun penyetoran Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka sesuai dengan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 9 ayat 2a, Pengusaha Kena Pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua 78

persen) per bulan dari jumlah pajak yang terutang dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran sampai tanggal pembayaran. Berikut akan diberikan penjabaran mengenai apakah PT QN telah melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai sesuai atau tidak sesuai dengan Undang Undang yang berlaku untuk Masa Pajak 2008, 2009, dan 2010. Tabel IV.16 PT QN Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai Periode Agustus s/d Desember 2008 MASA PAJAK KURANG/(LEBIH) BAYAR (RP) TANGGAL SETOR KETERANGAN SESUAI/TIDAK DENGAN UU PPN NO 18 TAHUN 2000 Agustus 1,295,695 10-Sep-08 Sesuai UU September (7,817,615) - - Oktober 2,118,610 9-Nov-08 Sesuai UU November 5,725,311 12-Dec-08 Sesuai UU Desember 565,266 11-Jan-09 Sesuai UU Berdasarkan tabel IV.16 di atas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2008, PT QN tidak mengalami keterlambatan dalam melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilainya. Sedangkan, untuk Masa Pajak bulan September 2008 tidak dicantumkan tanggal penyetoran yang disebabkan karena perusahaan mengalami kondisi Lebih Bayar. Kondisi Lebih Bayar ini dapat dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. Pajak yang 79

harus disetorkan PT QN pada tahun 2008 cukup rendah, hal ini disebabkan karena PT QN baru berdiri dari bulan Agustus. Tabel IV.17 PT QN Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2009 MASA PAJAK KURANG/(LEBIH) BAYAR (RP) TANGGAL SETOR KETERANGAN SESUAI/TIDAK DENGAN UU PPN NO 18 TAHUN 2000 Januari 378,614 13-Feb-09 Sesuai UU Februari 205,328 11-Mar-09 Sesuai UU Maret 889,040 14-Apr-09 Sesuai UU April (6,586,931) - - Mei 819,222 10-Jun-09 Sesuai UU Juni 9,259,252 13-Jul-09 Sesuai UU Juli 5,479,898 14-Aug-09 Sesuai UU Agustus 6,121,198 10-Sep-09 Sesuai UU September 1,144,596 12-Oct-09 Sesuai UU Oktober 1,195,278 9-Nov-09 Sesuai UU November 17,098,077 13-Dec-09 Sesuai UU Desember 12,289,097 12-Feb-10 Tidak Sesuai UU Berdasarkan tabel IV.17 di atas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2009, PT QN mengalami keterlambatan dalam melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilainya pada bulan Desember 2009. Sedangkan, untuk Masa Pajak bulan April 2009 tidak dicantumkan tanggal penyetoran yang disebabkan karena perusahaan mengalami kondisi Lebih Bayar. Tabel IV.18 80

PT QN Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai Periode Januaris/d Desember 2010 MASA PAJAK KURANG/(LEBIH) BAYAR (RP) TANGGAL SETOR KETERANGAN SESUAI/TIDAK DENGAN UU PPN NO 42 TAHUN 2009 Januari (158,175) 11-Feb-10 Sesuai UU Februari 3,801,070 10-Apr-10 Tidak Sesuai UU Maret 24,135,932 13-Apr-10 Sesuai UU April 43,224,512 14-Jun-10 Tidak Sesuai UU Mei 21,432,939 9-Jun-10 Sesuai UU Juni 21,534,535 12-Jul-10 Sesuai UU Juli 27,496,044 8-Aug-10 Sesuai UU Agustus 18,764,048 11-Sep-10 Sesuai UU September 25,700,557 12-Oct-10 Sesuai UU Oktober 18,956,823 10-Nov-10 Sesuai UU November 22,532,905 13-Dec-10 Sesuai UU Desember 34,003,056 14-Jan-11 Sesuai UU Berdasarkan tabel IV.18 diatas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2010, PT QN mengalami keterlambatan dalam melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilainya pada bulan Februari dan bulan April 2010. Hal itu dapat disebabkan karena PT QN melakukan pembetulan atas Faktur Pajak yang belum diterima oleh PT QN. Evaluasi Penyetoran Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Dilihat dari setiap penjabaran penyetoran Pajak Pertambahan Nilai pada tahun 2008, 2009, dan 2010 di atas dapat dilihat bahwa selama tahun 2008, 2009, dan 2010 tersebut, PT QN mengalami keterlambatan dalam penyetoran Pajak Pertambahan Nilai yaitu pada Masa Pajak bulan Desember 2009, Februari 2010 dan bulan April 2010 81

sehingga perusahaan harus membayar sanksi administrasi berupa bunga yaitu untuk bulan Desember 2009 sebesar Rp245.782,- (2% x Rp12.289.097,-), bulan Februari 2010 sebesar Rp76.021,- (2% x Rp3.801.070,-), dan bulan April 2010 sebesar Rp864.490,- (2% x Rp43.224.512,-) yang diperoleh dari 2% x pajak yang Kurang Bayar. IV.3.2 Analisis Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Setiap Wajib Pajak, dalam hal ini Pengusaha Kena Pajak, wajib melakukan pelaporan atas seluruh kegiatan usahanya dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan sistem perpajakan yang berlaku saat ini yaitu Self Assessment System, di mana Wajib Pajak sendiri yang melakukan pelaporan perpajakan serta mempertanggungjawabkannya. Dalam hal ini, PT QN melakukan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa lengkap beserta lampiran lampirannya sebagai pertanggungjawaban atas pengkreditan Pajak Masukan atas Pajak Keluaran perusahaan. Berdasarkan Undang Undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 15 A ayat (2), pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai paling lambat akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan oleh PT QN di Kantor Pelayanan Pajak tempat perusahaan dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (9) wajib melaporkan hasil pemungutannya secara mingguan paling lama pada hari kerja terakhir minggu berikutnya. Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (10) wajib melaporkan hasil pemungutannya 82

paling lama 14 (empat belas) hari setelah Masa Pajak berakhir. Pemungut PPN wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (14) dan ayat (15) ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemungut PPN terdaftar paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (16) dan ayat (17) yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir. Apabila perusahaan terlambat dalam melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, maka perusahaan akan dikenakan sanksi sebesar Rp. 500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah) sesuai dengan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 7 ayat 1. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai pada PT QN dibuat dalam 3 (tiga) rangkap paling lambat 14 (empat belas) hari setelah bulan dilakukan pembayaran atas tagihan, yang masing masing diperuntukkan sebagai berikut: Lembar ke 1 : Dilampiri Faktur Pajak lembar ke 3 untuk Kantor Pelayanan Pajak. Lembar ke 2 : Untuk Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN). Lembar ke 3 : Untuk arsip Bendaharawan Pemerintah. 83

Di bawah ini akan diberikan penjabaran mengenai apakah PT QN telah melaporkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan Undang Undang yang berlaku atau tidak sesuai untuk masa pajak 2008, 2009 dan 2010. Tabel IV.19 PT QN Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Periode Agustus s/d Desember 2008 MASA PAJAK KURANG/(LEBIH) BAYAR (RP) TANGGAL LAPOR KETERANGAN SESUAI/TIDAK DENGAN UU PPN NO 18 TAHUN 2000 Agustus 1,295,695 13-Sep-08 Sesuai UU September (7,817,615) - - Oktober 2,118,610 11-Nov-08 Sesuai UU November 5,725,311 15-Dec-08 Sesuai UU Desember 565,266 14-Jan-09 Sesuai UU Berdasarkan tabel IV.19 di atas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2008, PT QN tidak mengalami keterlambatan dalam melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilainya. Pada tahun 2008 semua SPT dilaporkan tepat pada waktunya sesuai dengan UU yang berlaku. Dan pada bulan September 2008 tidak terdapat tanggal lapor SPT Pajak Pertambahan Nilai. 84

Tabel IV.20 PT QN Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2009 MASA PAJAK KURANG/(LEBIH) BAYAR (RP) TANGGAL LAPOR KETERANGAN SESUAI/TIDAK DENGAN UU PPN NO 18 TAHUN 2000 Januari 378,614 13-Feb-09 Sesuai UU Februari 205,328 14-Mar-09 Sesuai UU Maret 889,040 17-Apr-09 Sesuai UU April (6,586,931) - - Mei 819,222 12-Jun-09 Sesuai UU Juni 9,259,252 15-Jul-09 Sesuai UU Juli 5,479,898 16-Aug-09 Sesuai UU Agustus 6,121,198 13-Sep-09 Sesuai UU September 1,144,596 14-Oct-09 Sesuai UU Oktober 1,195,278 12-Nov-09 Sesuai UU November 17,098,077 16-Dec-09 Sesuai UU Desember 12,289,097 12-Feb-10 Tidak Sesuai UU Berdasarkan tabel IV.20 di atas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2009 PT QN mengalami keterlambatan dalam melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilainya untuk Masa Pajak Desember 2009 yang dilaporkan PT QN pada tanggal 12 Februari 2010 dan pada bulan April 2009 tidak terdapat tanggal lapor. PT QN akan dikenakan sanksi atau denda administrasi sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. 85

Tabel IV.21 PT QN Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2010 MASA PAJAK KURANG/(LEBIH) BAYAR (RP) TANGGAL LAPOR KETERANGAN SESUAI/TIDAK DENGAN UU PPN NO 42 TAHUN 2009 Januari (158,175) 13-Feb-10 Sesuai UU Februari 3,801,070 10-Apr-10 Tidak Sesuai UU Maret 24,135,932 16-Apr-10 Sesuai UU April 43,224,512 14-Jun-10 Tidak Sesuai UU Mei 21,432,939 11-Jun-10 Sesuai UU Juni 21,534,535 15-Jul-10 Sesuai UU Juli 27,496,044 10-Aug-10 Sesuai UU Agustus 18,764,048 14-Sep-10 Sesuai UU September 25,700,557 15-Oct-10 Sesuai UU Oktober 18,956,823 13-Nov-10 Sesuai UU November 22,532,905 16-Dec-10 Sesuai UU Desember 34,003,056 18-Jan-11 Sesuai UU Berdasarkan tabel IV.21 di atas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2010, PT QN mengalami keterlambatan dalam melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilainya pada bulan Februari dan April 2010, maka PT QN akan dikenakan sanksi / denda administrasi. Evaluasi Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Dilihat dari setiap penjabaran penyetoran Pajak Pertambahan Nilai pada tahun 2008, 2009, dan 2010 di atas dapat dilihat bahwa selama tahun 2008, 2009, dan 2010 86

tersebut, PT QN mengalami keterlambatan dalam penyetoran Pajak Pertambahan Nilai yaitu pada Masa Pajak bulan Desember 2009, Februari 2010 dan bulan April 2010 sehingga perusahaan harus melakukan pembayaran sanksi administrasi berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000,- x 3 bulan = Rp1.500.000,-. Jadi, total sanksi atau denda yang harus dibayarkan oleh PT QN yaitu sebesar Rp1.500.000,-. Sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka PT QN wajib untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai, dan harus mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dengan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai. Wajib Pajak setiap bulannya wajib melaporkan berapa besarnya PPN terutang atau PPN lebih bayarnya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. IV.4 Pembahasan Hasil Temuan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan atas penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT QN, ditemukan temuan temuan sebagai berikut: 1. Terjadinya keterlambatan pada saat melakukan penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang. Keterlambatan penyetoran dan pelaporan yang terjadi pada Masa Pajak bulan Desember 2009, Februari 2010 dan bulan April 2010 yang menyebabkan perusahaan harus membayar sanksi administrasi. Sanksi administrasi yang dikarenakan keterlambatan menyetorkan dan melaporkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yaitu sebesar Rp500.000,- (Menurut UU No. 28 Tahun 2007) x Masa Pajak yang mengalami keterlambatan menyetorkan dan melaporkan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sanksi ini dapat dihindari yaitu dengan melakukan 87