1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan Hukum Milik Negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan 4 (empat) Perguruan Tinggi Negeri sebagai Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN), dan kemudian disusul dengan 3 (tiga) Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sebagai PT BHMN. Ketujuh PT BHMN tersebut meliputi Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Airlangga (UNAIR). 1 Perguruan Tinggi tersebut ditetapkan sebagai PT BHMN dengan ketetapan sebagai berikut: 1. Universitas Indonesia, ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 152 Tahun 2000. 2. Universitas Gadjah Mada, ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 153 Tahun 2000. 3. Institut Pertanian Bogor, ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 154 Tahun 2000. 1 BHMN Perguruan Tinggi, diakses melalui https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/perguruantinggi-eks-bhmn-lahir-kembali-dengan-casing-baru, pada tanggal 7 Maret 2014.
2 4. Institut Teknologi Bandung, ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000. 5. Universitas Sumatera Utara, ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2003. 6. Universitas Pendidikan Indonesia, ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2004. 7. Universitas Airlangga, ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2006. Seiring dengan pendidikan yang semakin maju dan tujuan pemerintah untuk menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional bagi seluruh putra-putri bangsa, dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. bahwa: Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 angka 1 disebutkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karenanya, selain menjadi kewajiban bagi pemerintah pusat dan daerah, seluruh warga negara/masyarakat juga berkewajiban untuk memberdayakan diri, mengusahakan dan ikut mendukung demi terlaksananya program pendidikan nasional. Mochtar Buchori menyatakan, pendidikan merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan manusia, karena pendidikan berfungsi sebagai
3 pengembang pengetahuan, keterampilan, nilai dan kebudayaan. 2 Oleh karena itu seluruh masyarakat berhak untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan amanat Pasal 31 UUD 1945. Tidak lama berselang dengan diundangkannya UU Sisdiknas, Pemerintah mengeluarkan undang-undang baru yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pada saat ini Undang- Undang tersebut telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang ini membawa semangat otonomi ke setiap pelosok tanah air, Pemerintah Daerah mendapatkan kewenangan untuk mengatur sendiri pemerintahannya. Pasal 1 angka 5 dari UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa: otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat esuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut UU Nomor 12 Tahun 2008, dalam Pasal 10 mengemukakan bahwa: (1) Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah. (2) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. (3) Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: 2 Mochtar Buchori, 2001, Pendidikan Antisipatoris, Yogyakarta : Kanisius, hlm. 23.
4 a) Politik luar negeri; b) Pertahanan; c) Keamanan; d) Yustisi; e) Moneter dan fiskal nasional; dan f) Agama. Untuk bidang pendidikan, diserahkan kewenangannya kepada pemerintahan daerah dan menjadi urusan wajib. Hal tersebut diatur ketentuan dalam Pasal 13 UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Adanya otonomi daerah membawa dampak bagi pelaksanaan manajemen pendidikan, hal tersebut identik dengan pemberian otonomi bagi Perguruan Tinggi Negeri yang dipandang sudah cukup mampu melakukan kemandirian pengelolaan perguruan tinggi. Dalam perkembangannya, hasil dari pelaksanaan pengelolaan PT BHMN secara mandiri telah memperoleh berbagai bentuk kemajuan, dengan melihat adanya berbagai kemajuan tersebut mendorong Pemerintah kemudian mengeluarkan UU Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP), dengan tujuan memajukan pendidikan secara nasional dengan menerapkan manajemen berbasis otonomi perguruan tinggi. Dengan adanya UU Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan maka otonomi dalam pengelolaan pendidikan formal dapat diwujudkan, jika penyelenggara atau satuan pendidikan formal berbentuk badan hukum pendidikan, diharapkan akan memberikan pelayanan yang adil dan bermutu kepada peserta didik, berprinsip nirlaba, dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan pendidikan nasional.
5 Untuk mewujudkan pengelolaan perguruan tinggi tersebut, maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, yang salah satu ketentuannya mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 sebagaimana tercantum dalam Pasal 220 huruf i, yang menyatakan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan Hukum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3860), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pada sisi yang lain beberapa kelompok masyarakat yang tidak setuju mengajukan judicial review atas UU Sisdiknas dan UU Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) kepada Mahkamah Konstitusi untuk membatalkan UU tersebut dan beberapa pasal terkait dengan Badan Hukum Pendidikan. Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11-14-21-126 dan 136/PUU- VII/2009 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menyatakan bahwa UU Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan dan Penjelasan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Selanjutnya berdasarkan pendapat hukum Kejaksaaan Agung Republik Indonesia yang dikeluarkan atas permintaan Menteri Pendidikan
6 Nasional menyatakan, bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, semua PT BHMN sebagai suatu badan hukum tidak ada lagi, yang ada hanya sebagai fungsi penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, menurut pendapat hukum tersebut telah terjadi kekosongan hukum (rechtsvacuum), yang berpengaruh terhadap peraturan perundangundangan yang mengatur tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan /tata kelola satuan pendidikan. Untuk mengisi kekosongan hukum tersebut Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 ini yang mengembalikan status PT BHMN menjadi perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah. Status tersebut pun kemudian tidak bertahan lama, karena begitu UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi diterbitkan dan berlaku, seluruh perguruan tinggi eks 7 (tujuh) BHMN, termasuk yang telah berubah menjadi perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah, ditetapkan sebagai Perguruan Tinggi Negeri badan hukum (PTN bh). Pada tahun 2012, terdapat 2 (dua) perguruan tinggi eks BHMN ditetapkan sebagai perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah, yaitu: 1. Universitas Pendidikan Indonesia, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2012. 2. Institut Teknologi Bandung, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2012.
7 Seiring dengan penetapan status perguruan tinggi negeri badan hukum untuk perguruan tinggi eks BHMN, pada tahun 2013 pemerintah menetapkan pula statuta perguruan tinggi negeri badan hukum untuk: 1. Institut Teknologi Bandung (ITB) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2013. 2. Institut Pertanian Bogor (IPB) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2013. 3. Universitas Gadjah Mada (UGM) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2013. 4. Universitas Indonesia (UI) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2013. 5. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2014. 6. Universitas Pendidikan Indonesia (USU) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2014. Pada penelitian ini penulis menfokuskan penelitian pada Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11-14-21-126 dan 136/PUU-VII/2009 yang diucapkan dalam Sidang Pleno Terbuka tanggal 31 Maret 2010, yang salah satu amar putusannya menyatakan bahwa: Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
8 Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, maka status ketujuh PT BHMN diantaranya adalah Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung, Universitas Sumatera Utara, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Airlangga, bukan sebagai PT BHMN lagi. Pasca Putusan tersebut maka status hukum ketujuh Universitas tersebut menjadi tidak jelas. Pada penelitian ini penulis fokus melakukan penelitian pada status badan hukum dari Universitas Gadjah Mada. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah status hukum Universitas Gadjah Mada pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11-14-21-126-136/PUU-VII/2009 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945? 2. Apakah status hukum pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11-14- 21-126 dan 136/PUU-VII/2009 tersebut berdampak pada tata kelola Universitas Gadjah Mada sebagai Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN)? C. Keaslian Penelitian Setelah melakukan penelusuran pada berbagai referensi dan hasil penelitian dalam berbagai media, baik cetak maupun elektronik, penelitian tentang status
9 kelembagaan Universitas Gadjah Mada pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11-14-21-126 dan 136/PUU-VII/2009, belum pernah dilakukan penelitian dan dalam kesempatan ini penulis berniat untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan tersebut. Dengan demikian penelitian ini adalah asli milik penulis. D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis status kelembagaan Universitas Gadjah Mada pasca Putusan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11-14-21-126 dan 136/PUU- VII/2009 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Untuk menganalisis keberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 153 Tahun 2000 tentang Penetapan Universitas Gadjah Mada sebagai Badan Hukum Milik Negara pasca Putusan Putusan Mahkamah Nomor 11-14-21-126 dan 136/PUU-VII/2009 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, akan berdampak pada tata kelola Universitas Gadjah Mada sebagai Badan Hukum Milik Negara.
10 E. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu hukum khususnya mengenai status badan hukum suatu Perguruan Tinggi Negeri. 2. Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi: a. Universitas Gadjah Mada Bagi Universitas Gadjah Mada diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui status badan hukumnya pasca Putusan Putusan Mahkamah Nomor 11-14-21-126 dan136/puu-vii/2009 tentang Pengujian Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 akan berdampak pada tata kelola Universitas Gadjah Mada sebagai Badan Hukum Milik Negara. b. Masyarakat Bagi masyarakat diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui status badan hukum suatu Perguruan Tinggi Negeri.