BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keahlian dan keterampilan yang mereka miliki dalam dunia kerja dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK)

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai

MATERI KULIAH PENGAJARAN MIKRO MODUL DWI RAHDIYANTA FT-UNY

Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

BAB III ANALISIS KURIKULUM SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MERENCANAKAN MENU KESEMPATAN KHUSUS SEBAGAI KESIAPAN MENGOLAH MAKANAN UNTUK PESTA PERNIKAHAN PADA SISWA DI SMKN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Melalui pendidikan yang maju, maka perkembangan suatu bangsa

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran. merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Rupert Evan merumuskan tujuan Pendidikan Kejuruan (SMK) : 1) memenuhi

BAGIAN II GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN KURIKULUM SMK EDISI 2004 PROGRAM KEAHLIAN: SENI MUSIK NON KLASIK (DRUM)

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Struktur Kurikulum..

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendri Risfandi, 2014

KURIKULUM SMK EDISI 2004 BAGIAN II GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini menimbulkan banyak permasalahan,

DESKRIPSI PROGRAM PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional terdapat penjelasan mengenai standar nasional. dan afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susi Susanti, 2015

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu bangsa atau negara. Sebagaimana

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 23 B. TUJUAN 23 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 24 D. UNSUR YANG TERLIBAT 24 E. REFERENSI 24 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 25

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia di dalam pembukaan Undang-

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dalam masyarakat, juga untuk menjawab tentang masa depan.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,

2014 STUD I RELEVANSI MATERI PEMBELAJARAN TEKNIK REFRIGERASI D I PERGURUAN TINGGI DAN D I SMK D ENGAN STAND AR UJI KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Permendikbud nomor 58 tahun 2014 matematika merupakan

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan senantiasa membutuhkan usaha ke arah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. mendorong setiap manusia dapat merespon semua perkembangan tersebut. logis, kreatif dan kemauan berkerjasama secara efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan suatu lembaga formal yang memang dirancang khusus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rena Ernawati, 2013

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumberdaya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang kemajuan suatu

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi pembelajaran memasuki era globalisasi tahun 2015, Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Fathurahman, dkk (2012: 1) mendefinisikan bahwa. pendidikan merupakan suatu usaha pengaruh perlindungan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Afif Miftah Amrullah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tri Juliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam perkembangannya saat ini lebih dituntut untuk menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dunia kerja. Di Indonesia begitu banyak orang-orang terpelajar atau. bangsa yang masih terpuruk, dan sebagainya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan bagian dari proses kehidupan manusia yang berkontribusi terhadap peningkatan kualitas individu-individu dalam rangka menjalani keberlangsungan hidupnya di dunia. Selama manusia hidup, tidak akan terlepas dari pendidikan. Pendidikan ini adalah ujung tombak dari ketercapaian manusia dalam menempuh tujuan hidupnya sebagai insan yang telah memahami akan eksistensinya di dunia. Pemahaman tentang makna pendidikan ini sangat luas, sehingga perlu difokuskan pada pengertian yang lebih sederhana. Pendidikan yang populer dan diakui oleh semua manusia adalah pendidikan formal. Pendidikan formal ini adalah pendidikan yang terprogram dan terencana secara sistematis yang menghasilkan suatu jenjang-jenjang sehingga dapat menunjukkan identitas manusia berpendidikan. Salah satu jenjang pendidikan formal yang dikenal adalah jenjang pendidikan menengah ke atas, dimana jenjang ini terklasifikasikan dalam dua kelompok besar. Dua kelompok besar ini adalah sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan menengah yang marak menjadi sorotan. Tujuan dari sekolah menengah kejuruan ini, tiada lain untuk menghasilkan output lulusan yang siap kerja atau dapat membuka lapangan kerja (berwirausaha). Tentunya, untuk mensinkronkan tujuan ini perlu didukung oleh kurikulum pembelajaran yang merefleksikan Sumber Daya Manusia(SDM) yang berkualitas sesuai dengan eksistensi dari sekolah menengah kejuruan itu sendiri. Sekolah menengah kejuruan agar dapat mencapai tujuan utamanya sehingga sesuai dengan eksistensinya, harus memiliki kurikulum pembelajaran yang dapat menciptakan lulusan SMK yang benar-benar siap kerja. Kurikulum itu sendiri merupakan sebuah alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang terdiri atas berbagai komponen yang saling keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.

Merujuk pada pendapat Sukmadinata (2009: 102) bahwa kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme yang memiliki susunan anatomis tertentu. Hal ini berarti bahwa kurikulum itu terdiri atas perangkat-perangkat atau komponen-komponen. Sementara itu, menurut UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengertian ini mengandung makna, kurikulum sebagai rencana, pengaturan, cara, dan pedoman. Adanya makna bahwa kurikulum sebagai kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, mengindikasikan pembelajaran sebagai bentuk pelaksanaan kurikulum itu sendiri. Suatu kurikulum menurut Sukmadinata (2009: 102) harus mempunyai relevansi atau kesesuaian. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua, kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum. Unsur atau komponen-komponen kurikulum yang utama meliputi tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta evaluasi. Ketiga komponen itu saling berkaitan erat satu dengan yang lain seperti sebuah spiral. Pendapat berhubungan dengan pernyataan tersebut, dikemukakan juga oleh Ruhimat (2009: 64), bahwa: Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang memenuhi syarat relevansi internal, yaitu adanya koherensi dan konsistensi antar komponennya. Hal ini harus diperhatikan karena setiap tujuan tertentu akan menuntut adanya isi, metode, dan sistem evaluasi tersendiri. Ketidaksesuaian dalam komponenkomponen ini akan menyebabkan kurikulum tidak akan bisa mencapai tujuannya secara optimal... Merujuk pada kedua pendapat di atas, kurikulum harus memiliki relevansi atau keterkaitan diantara komponen-komponen penyusunnya. Adanya relevansi tersebut, akan mengoptimalkan pencapaian dari tujuan dibuatnya kurikulum itu sendiri.

SMK Negeri 7 Baleendah merupakan SMK bidang studi keahlian Teknologi dan Rekayasa yang memiliki dua kompetensi keahlian, yakni kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Audio Video (TAV). Kurikulum yang diterapkan di SMK Negeri 7 Baleendah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP tersebut telah disusun oleh guru-guru dan komite sekolah sesuai dengan pedoman penyusunan KTSP jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Berkaitan dengan dokumen kurikulum yang diterapkan di SMK Negeri 7 Baleendah, secara umum mata pelajaran dikelompokkan menjadi 3 kelompok mata pelajaran antara lain: mata pelajaran normatif, mata pelajaran adaptif, dan mata pelajaran produktif. Kelompok normatif terdiri atas Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya. Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI), dan Kewirausahaan. Kelompok produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. Mata pelajaran matematika sebagai salah satu mata pelajaran kelompok adaptif merupakan ilmu dasar yang sangat penting. Matematika memiliki peranan penting baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika selalu identik dengan cermin perabadan dalam makna penguasaan terhadap matematika dapat menciptakan masa depan yang lebih baik, ditandai dengan nilai kemajuan teknologi yang sangat besar. Hal ini sangat wajar untuk diungkapkan, karena matematika menurut Sutrisman dan Tambunan (Fathani, 2012: 25) adalah queen of science. Tujuan pembelajaran matematika di SMK menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 (Depdiknas, 2006) tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika secara umum bila ditafsirkan adalah untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika memiliki peranan yang

sangat penting bagi pembelajaran siswa di SMK khususnya SMK Negeri 7 Baleendah pada kompetensi keahlian TKR. Merujuk pada pendapat Sukmadinata dan Ruhimat sebelumnya bahwa kurikulum harus memiliki relevansi baik relevansi internal maupun eksternal, maka menuntut mata pelajaran matematika yang diajarkan di SMK harus sesuai dan memiliki keterkaitan pada mata pelajaran produktif. Keterkaitan mata pelajaran matematika pada mata pelajaran produktif dapat ditinjau dari dua sisi. Apabila ditinjau dari skala makro, keterkaitan diantara kedua mata pelajaran ini merupakan relevansi internal. Hal ini, mengingat mata pelajaran merupakan komponen dari kurikulum itu sendiri. Namun demikian, apabila ditinjau dari skala mikro keterkaitan mata pelajaran matematika pada mata pelajaran produktif ini dapat dikatakan sebagai relevansi eksternal. Terlepas dari itu semua, idealnya pembelajaran mata pelajaran matematika di SMK harus memiliki relevansi pada mata pelajaran produktif. Pembelajaran matematika di SMK lebih praktis dari SMA, dimana pembelajarannya diarahkan kepada penyelesaian masalah perhitungan menggunakan rumus instan yang diberikan dalam pembelajaran. Berbeda dengan SMA, pembelajaran matematikanya diarahkan kepada pemahaman tentang konsep matematika itu sendiri sehingga rumus-rumus perhitungan dalam penyelesaian masalah matematika tidak diberikan secara instan tetapi merupakan hasil dari proses pemahaman terhadap konsep yang dipelajari. Implikasinya, siswa SMK akan kesulitan ketika menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perhitungan matematis. Tujuan dari SMK adalah untuk menghasilkan output lulusan yang siap kerja atau dapat membuka lapangan kerja (berwirausaha) seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Hal ini, tentu menuntut pembelajaran mata pelajaran matematika harus mendukung pada penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan kejuruan. Sementara itu, pembelajaran matematika di SMK yang praktis menyebabkan kemampuan siswa yang berhubungan dengan perhitungan rendah. Selain itu, kurikulum SMK lebih diarahkan pada kemampuan kejuruan siswa sehingga terkadang memiliki kesan bahwa pembelajaran lebih ditekankan

pada mata pelajaran produktif. Padahal, mata pelajaran produktif mengandung konten matematika sehingga seharusnya mata pelajaran matematika pun tidak diabaikan begitu saja. Mata pelajaran matematika ini menjadi ilmu dasar yang membantu siswa untuk dapat memudahkan pada pembelajaran mata pelajaran produktif terutama dalam hal penyelesaian masalah kejuruan yang berhubungan dengan hitungan. Mata pelajaran matematika yang diajarkan di SMK harus sesuai dan memiliki keterkaitan pada mata pelajaran produktif sebagaimana diutarakan sebelumnya. Sementara itu, adanya keresahan terkait dengan pengimplementasian kurikulum di SMK. Pertama, kurikulum lebih difokuskan pada mata pelajaran produktif sehingga terkesan mata pelajaran lainnya seperti mata pelajaran matematika tidak terlalu begitu penting. Kedua, sarana dan prasarana di SMK lebih pada penyediaan fasilitas pembelajaran kejuruan seperti bengkel atau ruang praktikum yang memungkinkan siswa memandang bahwa belajar di SMK adalah belajar mata pelajaran produktif sehingga terkesan siswa mengabaikan mata pelajaran lainnya seperti mata pelajaran matematika. Ketiga, guru SMK lebih menitikberatkan pada pembelajaran yang mengasah kemampuan keahlian praktikum siswa sehingga terkadang kemampuan dari segi pemahaman konsep ilmu dasarnya seperti matematika kurang begitu diperhatikan. Dengan demikian, perlu dilakukannya penelitian mengenai keterkaitan mata pelajaran matematika pada mata pelajaran produktif sehingga dapat menjawab keresahan yang terjadi. Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, penulis akan fokus untuk mengkaji relevansi mata pelajaran matematika pada mata pelajaran produktif. Sebagai bahan pendukung kajian ini, peneliti melakukan studi pendahuluan yang bermaksud untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Adapun informasi tersebut didasarkan atas hasil wawancara secara nonformal (wawancara tidak terstruktur) dengan beberapa nara sumber (dalam hal ini salah satu guru pengampu mata pelajaran matematika dan wakasek kurikulum). Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak M. Zulkifli Lubis (Lampiran A) selaku guru pengampu mata pelajaran matematika, penulis memperoleh informasi bahwa belum adanya forum diskusi antar guru mata pelajaran yang

membahas mengenai kebutuhan materi yang diperlukan oleh siswa guna menunjang pembelajaran mata pelajaran produktif. Dokumen mengenai pemetaan keterkaitan antar mata pelajaran juga belum ada, yang ada hanya gambaran global pemetaan antar mata pelajaran. Berkaitan dengan pengaplikasian materi ajar pada mata pelajaran produktif, beliau pernah mengilustrasikan pengaplikasian materi ajarnya. Akan tetapi, hanya sekilas saja pada gambaran materi produktif yang beliau ketahui. Sementara itu, hasil wawancara dengan Bapak Achmad Rosyadi (Lampiran A) selaku wakasek kurikulum, diperoleh informasi bahwa di SMK Negeri 7 Baleendah belum pernah melaksanakan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang didalamnya membahas mengenai relevansi antar mata pelajaran. Harusnya memang dilaksanakan, tetapi kebijakan sekolah belum ke arah sana, masih terfokus pada pembangunan gedung sekolah. Dokumen mengenai pemetaan keterkaitan antar mata pelajaran belum ada, yang ada hanya sebatas gambaran global saja, itu pun masih hasil copy-paste. SMK Negeri 7 Baleendah ini sendiri sebenarnya belum mempunyai dokumen resmi sekolah mengenai pemetaan keterkaitan antar mata pelajaran, apalagi pemetaan keterkaiatan materi antar mata pelajarannya, karena tidak pernah melaksanakan MGMP. Ada juga pemetaan antar materi mata pelajaran produktif/pemetaan standar kompetensi keahlian. Perlu sekali adanya dokumen mengenai keterkaitan materi antar mata pelajaran ini, supaya proses pembelajaran yang dilaksanakan lebih optimal (dapat mendukung pembelajaran produktif sehingga dapat optimal). Atas dasar informasi-informasi di atas, penulis terdorong untuk melakukan suatu penelitian dengan judul Relevansi Mata Pelajaran Matematika pada Mata Pelajara Produktif. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut: 1. Pembelajaran matematika di SMK yang praktis menyebabkan kemampuan siswa yang berhubungan dengan perhitungan rendah.

2. Kurikulum SMK lebih diarahkan pada kemampuan kejuruan siswa sehingga terkadang memiliki kesan bahwa pembelajaran lebih ditekankan pada mata pelajaran produktif. Padahal, mata pelajaran produktif mengandung konten matematika sehingga seharusnya mata pelajaran matematika pun tidak diabaikan begitu saja. 3. Sarana dan prasarana di SMK lebih pada penyediaan fasilitas pembelajaran kejuruan seperti bengkel atau ruang praktikum yang memungkinkan siswa memandang bahwa belajar di SMK adalah belajar mata pelajaran produktif sehingga terkesan siswa mengabaikan mata pelajaran lainnya seperti mata pelajaran matematika. 4. Guru SMK lebih menitikberatkan pada pembelajaran yang mengasah kemampuan keahlian praktikum siswa sehingga terkadang kemampuan dari segi pemahaman konsep ilmu dasarnya seperti matematika kurang begitu diperhatikan. 5. Belum tersedianya pemetaan keterkaitan antar materi tiap mata pelajaran. 6. Forum diskusi antara guru mata pelajaran belum terkondisikan sehingga kemungkinan mismatch materi bisa terjadi. 7. Materi mata pelajaran matematika hanya sedikit yang terilustrasikan secara jelas pengaplikasiannya pada materi mata pelajaran produktif. C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka penulis perlu membatasi permasalahan di dalam penelitian ini. Adapun pembatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pendeskripsian relevansi dari materi mata pelajaran matematika pada materi mata pelajaran produktif. 2. Pemetaan sekuen antara materi mata pelajaran matematika dengan materi mata pelajaran produktif berdasarkan pendeskripsian relevansi antara kedua mata pelajaran tersebut. 3. Dokumen kurikulum yang digunakan adalah dokumen kurikulum SMK Negeri 7 Baleendah, khususnya kompetensi keahlian TKR.

D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah relevansi materi mata pelajaran matematika pada mata pelajaran produktif tingkat I di SMK Negeri 7 Baleendah kompetensi keahlian TKR?. E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terklasifikasikan dalam dua kategori, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui relevansi mata pelajaran matematika pada mata pelajaran produktif. Sedangkan tujuan khususnya adalah : 1. Menghasilkan deskripsi relevansi dari materi mata pelajaran matematika pada materi mata pelajaran produktif. 2. Menghasilkan pemetaan sekuen materi antara kedua mata pelajaran (mata pelajaran matematika dan mata pelajaran produktif) berdasarkan pendeskripsian relevansi antara kedua mata pelajaran tersebut. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain: 1. Bagi guru matematika, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyampaian materi ajar sehingga dapat mendukung pembelajaran pada mata pelajaran produktif. Adapun bagi guru produktif, hasil penelitian dapat membantu terlaksananya pembelajaran yang optimal. 2. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini diharapkan pembelajaran matematika dapat membekali mereka sehingga memiliki kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. 3. Bagi peneliti, sebagai penambahan wawasan dalam pengaplikasian ilmu pendidikan khususnya terkait dengan relevansi sebagai salah satu prinsip pengembangan kurikulum. 4. Bagi sekolah, penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pembelajaran.

G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang dasar-dasar teori umum yang dipakai pada pembahasan dan analisis masalah. Teori diambil dari literatur yang berkaitan dengan pembahasan masalah, internet, pembahasan mengenai teori yang mendasari prinsip relevansi dalam kurikulum, dan teori-teori lainnya yang menunjang permasalahan yang diteliti. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi perangkat atau instrumen yang digunakan dan metodemetode yang dapat digunakan dalam penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi analisis data yang dikumpulkan dari proses penelitian dan pembahasan mengenai hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang diambil dari hasil pembahasan dan saran untuk mendukung kesimpulan yang telah ada.