BAB I PENDAHULUAN. aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran (Depdiknas 2006:2). Walaupun dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Pendekatan pengajaran dan pembelajaran kontektual atau Contextual Teaching

I PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang diajarkan di SD/Ml termasuk SD Negeri 1 Purwodadi Gisting

BAB I PENDAHULUAN. kata yang sesuai yang terdapat pada KD menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses

III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa dan

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat di dengar (audible) dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terbagi menjadi empat, yaitu mendengarkan,

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari empat keterampilan berbahasa. Dilihat dari proses pemerolehan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses belajar pada diri siswa. Secara implisit, di dalam pembelajaran, ada

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan alat komunikasi dengan sesama manusia. Sementara bahasa

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketermpilan, yaitu mendengar,

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, di samping keterampilan menyimak,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

I. PENDAHULUAN. Bahasa tersebut digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan sejalan dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

I. PENDAHULUAN. sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi

I. PENDAHULUAN. sekitar beserta isinya seperti benda-benda di alam dan fenomena yang terjadi di

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman. Oleh karena itu pendidikan sangat cepat perkembanganannya semua ini

Oleh: Nur Adha Wahyuningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan salah satu media untuk mendapatkan sumber daya manusia

Rasiman 1, Wahyu Widayanto 2. Abstrak

I. PENDAHULUAN. komunikasi, baik komunikasi secara lisan, maupun komunikasi secara tertulis.

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1).

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammadiyah 2 Kalianda Lampung Selatan. 2. Kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian adalah kelas VII 2 yang

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pencapaian yang saling berhubungan. penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keberanian, siswa akan senantiasa untuk mau mencoba hal-hal yang baru,

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, membaca maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan guru dan siswa,

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya (Permana dan Utari Sumarmo, 2007: 117). Koneksi matematika harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bercerita merupakan salah satu bentuk kemampuan berbicara. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. soal matematika apabila terlebih dahulu siswa dapat memahami konsepnya.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah malas berpikir

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, bahasa merupakan penunjang keberhasilan dalam

RANGKUMAN NASKAH INOVASI METODE PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PIDATO MELALUI TEKNIK SCAFFOLDING SISWA KELAS IX SMP NEGERI 5 MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kapan saja dan di mana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Sadiman

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

I. PENDAHULUAN. (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nendi Rohaendi,2013

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa ditempuh disekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek keterampilan, yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut merupakan aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran (Depdiknas 2006:2). Walaupun dalam pembelajaran keempat aspek (mendengar, berbicara, membaca dan menulis) tersebut masih dapat dipisahkan, karena kenyataannya guru harus mampu mengidentifikasi setiap kemampuan peserta didik. Dari keempat aspek keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca dan menulis), keterampilan berbicara yang sulit dilakukan karena berbicara merupakan hal yang sangat memerlukan keterampilan. Masalah yang menjadi hambatan dalam berbicara adalah gangguan dari segi berbicara itu sendiri, gangguan dari segi bahasa dan gangguan dari segi berpikir. Gangguan dari segi berbicara bisa bersifat gangguan teknik atau mekanisme berbicara atau alat-alat organ manusia yang terlibat sewaktu berbicara, bisa bersifat multifaktoral berbicara yang sembrono, propulsif dan lain sebagainya. Menurut Karomani (2011:44) berbicara merupakan kegiatan motorik voluntari yang mengandung modalitas psikis, sehingga secara singkat dikenal sebagai aktifitas psikomotorik. Karena itu, gangguan berbicara dapat dikelompokkan

2 menjadi dua kategori. Yang pertama adalah gangguan teknik atau mekanik yang berimplikasi gangguan organik dan yang kedua gangguan psikogenik. Sedangkan menurut Tarigan (1990:15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. (Suwandi, 2008:180) mengemukakan bahwa pemandu acara atau sering disebut pewara adalah orang yang bertugas memandu suatu acara dengan membacakan dan mengatur jalannya acara dalam suatu kegiatan. Pemandu acara merupakan orang yang pertama tampil dan berbicara, sebelum pembicara-pembicara utama berbicara atau berpidato. Sebagai orang pertama yang berbicara, pemandu acara harus mampu menarik perhatian pendengar. Menurut (Wahono, 2007:173), untuk menjadi pemandu acara diperlukan sikap yang luwes, tidak kaku, berani tampil di depan umum, berpenampilan menarik, vokal atau suara yang jelas, dan mampu dengan cepat beradaptasi dengan konteks peristiwa yang terjadi. Dalam kurikulum 2006, silabus kelas VIII terdapat Standar Kompetensi (KD) berbicara 10 yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler. Kompetensi Dasar (KD) 10.2 yaitu membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar serta santun dengan indikator (1) mampu menyimpulkan tata cara protokoler pembawa acara dalam berbagai acara, (2) mampu menunjukkan garis besar susunan acara, (3) mampu membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar serta santun sesuai dengan konteks acara. ( Depdiknas, 2006:31).

3 Berdasarkaan observasi, pada kelas VIII SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan, rata-rata kemampuan berbicara dalam memandu acara sangat rendah dapat dibuktikan berdasarkan nilai rata-ratanya 60,28. Rendahnya kemampuan berbicara dalam memandu acara pada SMP 17.3 Katibung salah satu faktor utamanya adalah metode yang digunakan dalam pembelajaran. Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti menerapkan teknik pembelajaran dengan pendekatan kontektual. Pendekatan pengajaran dan pembelajaran kontektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu pendekatan yang cocok untuk melaksanakan program pendidikan. Teknik yang dipilih adalah pemodelan. Pemodelan (modeling), yaitu membahaskan gagasan yang kita pikirkan, mendemontrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar, dan melakukan apa yang kita inginkan agar siswa melakukannya. Rendahnya kemampuan memandu acara pada siswa kelas VIII A SMP 17.3 Katibung berjumlah 25 siswa dapat diketahui dari nilai rata-rata uji kompetensi memandu acara yaitu 60,28 dengan nilai tertinggi 78,54 dan nilai terendah 35,70 masih di bawah KKM yaitu 70,00. Siswa memiliki tingkat kemampuan baik dengan presentasi 8% sebanyak 2 orang. Siswa memiliki tingkat kemampuan sedang dengan presentasi 16% sebanyak 4 orang. Siswa memiliki tingkat kemampuan kurang dengan presentasi 60% sebanyak 15 orang, dan siswa dinyatakan gagal dengan presentasi 16% sebanyak 4 siswa. Rendahnya kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara di antaranya, sulitnya siswa memusatkan pikiran dan perhatian pada apa yang akan disampaikan. Selain itu perencanaan, strategi, dan teknik yang dipilih kurang melibatkan siswa secara langsung dan kurang menyenangkan karena bersifat monoton.

4 Hal tersebut di atas dapat digambarkan pada tabel berikut ini. Tabel 1.1 Sebaran Jumlah Siswa Menurut Klasifikasi Rentang Nilai Hasil Pengujian Memandu Acara Siswa Kelas VIII A SMP 17.3 Katibung Kasifikasi Interval Jumlah Siswa Presentasi (%) Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal 85-100 75-84 60-74 40-59 0-39 - 2 4 15 4-8 % 16 % 60 % 16 % Jumlah 25 100 % Berdasarkan gambaran di atas, guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang luas dan mendalam tentang apa yang diajarkan, juga penggunaan berbagai macam strategi pembelajaran. Kenyataan ini apabila tidak segera ditangani secara serius oleh guru dapat menjadi terpuruknya kompetensi berbicara, khususya memandu acara. Pihak yang paling mengetahui akar permasalahan yaitu guru itu sendiri. Guru itulah yang dapat menentukan teknik pembelajaran yang bermutu, inovatif dan menyenangkan karena hanya guru yang mengetahui karakteristik dan tingkat perkembangan siswanya, bukan pihak luar. Salah satu cara untuk mencapai keberhasilan itu apabila guru tepat memilih teknik yang digunakan. Pemilihan teknik yang tepat merupakan hal yang menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Dari hasil pengamatan, rendahnya hasil belajar tersebut juga disebabkan beberapa faktor antara lain: (1) lemahnya teknik pembelajaran yang diterapkan, (2) tidak adanya faktor pendukung kegiatan memandu acara, (3) kurangnya kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran memandu acara, dan (4) lemahnya kegiatan memandu acara pada siswa.

5 Hanafiah (2009 : 74) mengemukakan bahwa proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan adanya pemodelan yang ditiru, baik yang bersifat kejiwaan (identifikasi) maupun yang bersifat fisik (imitasi) yang berkaitan dengan cara mengoperasikan sesuatu aktivitas, cara untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan tertentu. Pemodelan dalam pembelajaran bisa dilakukan guru, peserta didik, atau dengan cara mendatangkan narasumber dari luar (outsoursing), yang terpenting dapat membantu terhadap ketuntasan dalam belajar (master learning) sehingga peserta didik dapat mengalami akselerasi perubahan secara berarti. Teknik pemodelan (modeling) ini dipih karena membahaskan gagasan yang kita pikirkan, mendemontrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar, dan melakukan apa yang kita inginkan agar siswa melakukannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti perlu mengadakan penelitian tindakan kelas tentang memandu acara pada siswa kelas VIII A semester genap SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013. Peneliti mangambil judul penelitian Peningkatan Kemampuan Memandu Acara Melalui Teknik Pemodelan Pada Siswa Kelas VIII A Semester Genap SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah yaitu sebagai berikut. 1) bagaimanakah perencanaan peningkatan kemampuan memandu acara melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII A semester genap SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013?

6 2) bagaimanakah pelaksanaan peningkatan kemampuan memandu acara melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII A semester genap SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013? 3) bagaimanakah penilaian peningkatan kemampuan memandu acara melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII A semester genap SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. 1. Meningkatkan kemampuan memandu acara melaui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII A. 2. Memperbaiki proses pembelajaran memandu acara melaui teknik pemodelan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran di kelas memiliki manfaat yang penting, yang mencakup manfaat teoretis dan praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Melalui teknik pemodelan dapat bermanfaat membantu guru dalam memperbaiki proses pembelajaran pada kegiatan memandu sehingga kemampuan memandu acara pada siswa lebih meningkat.

7 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis meliputi : 1. Bagi siswa a. Meningkatkan motivasi belajar dalam kegiatan membawakan acara. b. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran membawakan berbagai acara. 2. Bagi guru a. Guru dapat memperbaiki proses pembelajaran membawakan berbagai acara di kelas. b. Guru dapat memahami tentang teknik pemodelan dalam kegiatan membawakan acara. c. Guru dapat meningkatkan kemampuannya secara profesional dalam pelaksanaan pembelajaran membawakan acara di kelas. 3. Bagi sekolah Siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM) yang telah ditentukan guru Bahasa Indonesia dan sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mutu kelulusan Bahasa Indonesia yang lebih baik. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup (1) subjek penelitian, (2) objek penelitian, (3) tempat penelitian, dan (4) tempat penelitian. Adapun penjelasannya sebagai berikut.

8 1.5.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah SMP 17.3 Katibung Jalan Magelang No. 74 A Desa Transtanjungan Kecamatan Katibung Lampung Selatan. 1.5.2 Objek Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian objeknya adalah kelas VIII A SMP 17.3 Katibung Jalan Magelang No. 74 A Desa Transtanjungan Kecamatan Katibung Lampung Selatan. 1.5.3 Tempat Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian di SMP 17.3 Katibung Jalan Magelang No. 74 A Desa Transtanjungan Kecamatan Katibung Lampung Selatan. 1.5.4 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan saat kegiatan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.