BAB V ANALISIS DATA 5.1 UMUM

dokumen-dokumen yang mirip
V-27. Gambar 5.25 Pergerakan alternatif 2 waktu pagi 2009 BAB V ANALISIS DATA

Analisis Antrian

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Data Masukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pertemuan dari jalan-jalan yang terlibat pada sistem jaringan jalan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data

IV. ANALISA DATA BAB IV ANALISIS DATA. 4.1 Geometri Simpang. A B C D. Gambar 4.1 Geometri Jl. Sompok Baru IV - 1.

Dari gambar 4.1 maka didapat lebar pendekat sebagai berikut;

Studi Amdal Lalu Lintas Pada Ruas Jalan dan Persimpangan (Studi Kasus Pembangunan Perumahan Baturaja Permai)

BAB III LANDASAN TEORI

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...

DAFTAR ISI. i ii iii iv v. vii. x xii xiv xv xviii xix vii

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

DAFTAR ISI. Judul. Lembar Pengesahan. Lembar Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara

Gambar 5.1. Geometrik Tinjauan Titik I Lokasi Penelitian.

TUGAS AKHIR. ANALISA KARAKTERISTIK KONFLIK LALU LINTAS PADA SIMPANG TAK BERSINYAL TIGA KAKI (studi kasus pada Jalan RC Veteran)

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG, NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN

MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS PERSIMPANGAN SEPANJANG Jl. A. YANI SISI BARAT AKIBAT PEMBANGUNAN FRONTAGE ROAD

BAB IV HASIL DAN ANALISA. kondisi geometrik jalan secara langsung. Data geometrik ruas jalan Kalimalang. a. Sistem jaringan jalan : Kolektor sekunder

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 7 (Tujuh)

BAB V ANALISIS DATA 5.1 ANALISIS AWAL TANPA PENANGANAN

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Kajian Kinerja Bagian Jalinan (Studi Kasus : Jl. Niaga 1 Jl. Yos Sudarso, Kota Tarakan)

BAB V ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN

UNSIGNALIZED INTERSECTION

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Ruas Jalan A. Data Umum, Kondisi Geometrik, Gambar dan Detail Ukuran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI PERBANDINGAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA RUAS JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA 2017

BAB III LANDASAN TEORI Kondisi geometri dan kondisi lingkungan. memberikan informasi lebar jalan, lebar bahu, dan lebar median serta

Kajian Kinerja Persimpangan Jalan Harapan Jalan Sam Ratulangi Menurut MKJI 1997

JURNAL EVALUASI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JALAN CIPTOMANGUNKUSUMO JALAN PELITA KOTA SAMARINDA.

ANALISIS KINERJA SIMPANG TIGA PADA JALAN KOMYOS SUDARSO JALAN UMUTHALIB KOTA PONTIANAK

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Kecepatan Arus Bebas Dasar Jalan Perkotaan... 13

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan,

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL HALAMAN PENGESAHAN. ABSTRAK... i. ABSTRACT... iii. KATA PENGANTAR...v. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL...

DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN BALI KUTA RESIDENCE (BKR) Di KUTA, BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

KINERJA SIMPANG LIMA TAK BERSINYAL JL. TRUNOJOYO, BANDUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA MARANATHA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wikipedia (2011), ruas jalan adalah bagian jalan di antara dua

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

Gambar 2.1 Rambu yield

STUDI AMDAL LALU LINTAS PADA RUAS JALAN DAN PERSIMPANGAN (Studi kasus Pembangunan Perumahan Spring of Tomorrow Sidoarjo) ABSTRAK

ANALISIS KINERJA JALINAN JALAN IMAM BONJOL-YOS SOEDARSO PADA BUNDARAN BESAR DI KOTA PALANGKA RAYA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Data hasil pengamatan dari studi kasus Jalan Ngasem Yogyakarta

BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK)

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober

ANALISIS LALU LINTAS AKIBAT PARKIR DI BADAN JALAN (STUDI KASUS DI JALAN JENDERAL SUDIRMAN AMBARAWA) TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN KINERJA LALU LINTAS SIMPANG CILEUNYI TANPA DAN DENGAN FLYOVER

Oleh: QOMARUDIN SHOLEH Dosen Pembimbing MACHSUS, ST. MT NIP

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Tipikal Simpang Bersinyal dan Sistem Pengaturan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Ya Survei Pendahuluan

PERTEMUAN KE-8 UJIAN TENGAH SEMESTER

ANALISA KINERJA LALU LINTAS SIMPANG BERSINYAL, STUDI KASUS SIMPANG EMPAT SRIKANDI DAN SIMPANG TIGA KARANGJATI, KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN, DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG

KAJIAN PENERAPAN REKAYASA LALU LINTAS SISTEM SATU ARAH PADA SIMPANG TIGA STRAAT A KOTA KUPANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MANAJEMEN LALU-LINTAS DAN EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jl. Semolowaru-Jl. Klampis Semolo Timur-Jl.Semolowaru- Jl.

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seiring dengan perkembangan suatu kota dan semakin meningkatnya arus lalu-lintas, pertumbuhan perhotelan juga

ANALISA A KINERJA SIMPANG DAN RUAS JALAN AKIBAT PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT ROYAL DI KAWASAN RUNGKUT INDUSTRI SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KINERJA SIMPANG JALAN MANADO BITUNG JALAN PANIKI ATAS MENURUT MKJI 1997

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

EVALUASI KINERJA SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL DENGAN METODE MKJI 1997 (Studi Kasus Simpang Tiga Jalan Ketileng Raya-Semarang Selatan)

PRESENTASI TUGAS AKHIR

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. saling berpotongan, masalah yang ada pada tiap persimpangan adalah kapasitas jalan dan

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)


DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB V ANALISIS DATA 5.1 UMUM Pada bab ini akan dijelaskan analisis data dari kondisi tanpa pembebanan hingga alternati-alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang muncul ketika pembebanan 100% dilakukan. Analisis dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis kondisi do nothing dan analisis kondisi do something. Analisis kondisi do nothing adalah analisis kondisi tanpa dilakukan alternatif-alternatif solusi. Analisis kondisi do nothing sendiri dibagi menjadi dua bagian kembali, yaitu kondisi tanpa pembebanan dan kondisi dengan pembebanan 40% dan kondisi dengan pembebanan 100%. Kondisi tanpa pembebanan yaitu kondisi eksisting wilayah kajian tanpa adanya pengaruh dari gedung Graha Niaga (Medco Tower). Kondisi pembebanan 40% adalah kondisi eksisting yang dibebani 40% pengaruh dari gedung Graha Niaga (akhir tahun 2008), sementara kondisi dengan pembebanan 100% adalah kondisi eksisting yang dibebani 100% pengaruh dari gedung Graha Niaga dengan tambhan pengaruh dari pertumbuhan normal (tahun 2009 hingga tahun 2012). Sementara kondisi do something adalah kondisi dengan pembebanan 100% dari pengaruh gedung Graha Niaga (Medco Tower) ditambah pengaruh pertumbuhan normal lalu lintas yang diberi saransaran alternatif solusi. 5.2 ANALISIS KONDISI DO NOTHING Analisis kondisi do nothing adalah analisis kondisi tanpa dilakukan alternatif-alternatif solusi. Analisis kondisi do nothing sendiri dibagi menjadi dua bagian kembali, yaitu kondisi tanpa pembebanan dan kondisi dengan pembebanan 40% dan kondisi dengan pembebanan 100% 5.2.1 Kondisi Tanpa Pembebanan Kondisi Tanpa Pembebanan adalah kondisi eksisting lalu lintas sekitar lokasi studi yang belum terpengaruh oleh pembebanan Medco Tower. 5.2.1.1 Analisis Ruas Dengan pengolahan data jaringan (ruas) dan data volume ruas yang ada maka kita dapat mengetahui kinerja daripada ruas. Adapun parameter kinerja ruas dapat dilihat dari perhitungan Volume-Capacity Ratio (VCR). VCR merupakan nilai yang diperoleh dari perbandingan antara volume yang membebani suatu ruas jalan dengan kapasitas dari ruas jalan tersebut. Sehingga dari VCR ini dapat diketahui seberapa baik ruas jalan tersebut melayani pergerakan yang terjadi. V-1

5.2.1.1.1 Volume Lalu Lintas Ruas Eksisting Volume lalu lintas pada suatu ruas merupakan jumlah dari setiap kendaraan bermotor yang melewati ruas tersebut dalam satuan kendaraan per jam. Kendaraannya meliputi kendaraan ringan, kendaraan berat, dan motor. Tabel 5.1 Volume lalu lintas ruas eksisting Ruas Volume (smp/jam) AM PM Ruas Medco (Niaga-Sudirman) 511 491 Ruas Medco (Sudirman-Niaga) 972 598 Ruas Tenggara 1340 1066 Ruas Bengkel 1145 932 5.2.1.1.2 Kapasitas Ruas Eksisting Kapasitas ruas didapatkan dari perhitungan kapasitas dasar yang dipengaruhi oleh faktor penyesuaian antara lain : 1. Faktor penyesuaian lebar lajur, 2. Faktor penyesuaian pemisahan arah, 3. Faktor penyesuaian hambatan samping, dan 4. Faktor penyesuaian ukuran kota Tabel 5.2 Kapasitas ruas eksisting Ruas Kapasitas dasar Co Lebar lajur (FCw) Faktor penyesuaian untuk kapasitas Pemisahan arah FCsp Hambatan samping Ukuran kota (FCcs) Kapasitas Ruas Medco (Niaga-Sudirman) 3300 0.92 0.96 0.95 1.04 2865 Ruas Medco (Sudirman-Niaga) 1650 0.92 0.96 0.98 1.04 1478 Ruas Tenggara 4950 0.92 1.00 0.94 1.04 4452 Ruas Bengkel 4950 1.08 1.00 0.94 1.04 5226 5.2.1.1.3 VCR Eksisting Untuk melihat kinerja dari ruas eksiting, dapat dilihat dari nilai VCR. Secara perhitungan, VCR yang bagus adalah dibawah satu. Karena itu berarti kapasitas yang ada lebih besar daripada volume pergerakan. Biasanya VCR yang bagus berkisar 0.75, sehingga kapasitas yang ada lebih dari cukup untuk melayani kebutuhan pergerakan. Tabel 5.3 VCR Ruas Sekitar Medco jalur Sudirman-Niaga pagi dan sore VCR Tahun Niaga-Sudirman Sudirman-Niaga Tenggara Bengkel AM PM AM PM AM PM AM PM 2008 0.18 0.17 0.66 0.40 0.23 0.18 0.16 0.13 2009 0.20 0.19 0.70 0.44 0.24 0.19 0.17 0.14 2010 0.21 0.20 0.74 0.47 0.26 0.21 0.19 0.15 2011 0.24 0.22 0.78 0.51 0.28 0.22 0.20 0.16 2012 0.26 0.24 0.83 0.55 0.30 0.24 0.22 0.18 V-2

5.2.1.2 Analisis Simpang Kinerja simpang eksisting dapat diketahui dengan melihat nilai derajat kejenuhan. Derajat kejenuhan atau Degree of Saturation (DS) merupakan ukuran kinerja simpang yang memiliki pengertian yang sama dengan VCR. DS merupakan perbandingan antara volume yang membebani suatu ruas jalan dengan kapasitas dari ruas jalan. 5.2.1.2.1 Volume Simpang Eksisting Volume simpang lalu lintas didapatkan dari jumlah pergerakan yang terjadi dari setiap pendekat ke pendekat yang lain dalam suatu simpang. Tabel 5.4 Volume simpang eksisting Simpang Volume (smp/jam) AM PM Simpang Sudirman 3905 2385 Simpang Medco 1580 1334 5.2.1.2.2 Kapasitas Simpang Eksisting Kapasitas simpang dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain : 1. Faktor penyesuaian lebar pendekat rata-rata 2. Faktor penyesuaian median jalan utama 3. Faktor penyesuaian ukuran kota 4. Faktor penyesuaian hambatan samping 5. Faktor belok kiri dan belok kanan 6. Rasio jalan minor dan total Tabel 5.5 Kapasitas simpang eksisting Pilihan Kapasitas Dasar Co (smp/jam) Lebar Pendekat Rerata Median Jalan Utama Faktor penyesuaian kapasitas (F) Ukuran Kota Hambatan Samping Belok Kiri Belok Kanan Rasio Minor/ Total Kapasitas Fw Fm Fcs Frsu Flt Frt Fmi C Simpang Sudirman AM 2700 1.06 1.05 1.05 0.94 1.45 1.09 1.21 5676.89 Simpang Sudirman PM 2700 1.06 1.05 1.05 0.94 1.57 1.09 1.24 6311.09 Simpang Medco AM 3400 1.19 1.00 1.05 0.94 1.60 1.00 1.42 9097.93 Simpang Medco PM 3400 1.19 1.00 1.05 0.94 1.65 1.00 1.42 9370.48 5.2.1.2.3 Perilaku Lalu Lintas Simpang Eksisting Perilaku lalu lintas simpang mencakup derajat kejenuhan, tundaan, dan peluang antrian yang terjadi pada simpang. V-3

Tabel 5.6 Derajat kejenuhan simpang 1 (Sudirman) waktu pagi dan sore Tahun Simpang Sudirman Simpang Medco AM PM AM PM 2008 0.69 0.38 0.17 0.14 2009 0.76 0.41 0.19 0.15 2010 0.85 0.45 0.20 0.17 2011 0.94 0.49 0.22 0.18 2012 1.05 0.53 0.24 0.20 DS 5.2.2 Kondisi Dengan Skenario Pembebanan Kondisi ini adalah kondisi di mana lalulintas lokasi studi telah dipengaruhi oleh pembebanan Medco Tower. Kondisi beroperasinya gedung Graha Energi (Medco Tower) dianalisis secara bertahap. Hal ini dilakukan untuk memodelkan kenyataan di lapangan. Berdasarkan hasil survei, hingga akhir bulan Oktober 2008, gedung Graha Energi (Medco Tower) belum beroperasi secara penuh. Oleh karena itu dalam pemodelannya diasumsikan, hingga akhir tahun 2008, Graha Energi (Medco Tower) baru beroperasi sebesar 40%, lalu untuk tahun-tahun selanjutnya gedung Graha Energi (Medco Tower) akan beroperasi sebesar 100%. Tabel 5.7 Skenario pembebanan gedung Graha Energi (Medco Tower) 5.2.2.1 Pembebanan 40% Pembebanan tahap pertama adalah pembebanan 40% yang diasumsikan terjadi pada akhir tahun 2008. Pada pembebanan 40 % diasumsikan Medco Tower belum beroperasi seluruhnya. V-4

Gambar 5.1 Pergerakan pembebanan 40% waktu pagi 2008 V-5

Gambar 5.2 Pergerakan pembebanan 100% waktu pagi 2009 V-6

Gambar 5.3 Pergerakan pembebanan 40% waktu sore 2008 V-7

Gambar 5.4 Pergerakan pembebanan 100% waktu sore 2009 V-8

5.2.2.1.1 Kinerja Ruas Pembebanan 40% dilakukan pada ruas-ruas dan simpang eksisting pada tahun 2008. Pada pembebanan ini tidak dilakukan proses forecasting karena pada pelaksanaannyadi lapangan kondisi beroperasinya pembebanan seratus persen terjadi pada tahun-tahun berikutnya (2009 seterusnya). Pada pembebanan 40%, kinerja dari masing-masing ruas masih bagus, keadaannya belum jenuh, walaupun keadaan pada ruas Medco jalur Sudirman-Niaga keadaannya mendekati titik jenuh. Tabel 5.8 VCR Ruas beban waktu pagi dan sore 40% VCR Tahun Niaga-Sudirman Sudirman-Niaga Tenggara Bengkel AM PM AM PM AM PM AM PM 2008 0.18 0.17 0.82 0.51 0.25 0.25 0.19 0.15 5.2.2.1.2 Kinerja Simpang Pada pembebanan 40%, DS kedua simpang masih dibawah 0,75. Hal ini berarti kinerja kedua simpang masih sangat bagus. 5.2.2.1.3 Analisis U-turn Analisis u-turn dilakukan untuk melihat bagaimana pergerakan yang terjadi di putaran. U-turn dapat berbahaya bila banyaknya pergerakan yang terjadi. Pergerakan memutar ini dapat mengakibatkan tundaan bagi kendaraan lainnya yang bergerak lurus. Analisis u-turn dilakukan dengan cara memodelkan u-turn yang terjadi pada ruas Medco menjadi simpang empat lengan. Pergerakan lurus di jalur Sudirman-Niaga dianalogikan sebagai gerakan dari utara belok ke timur, pergerakan memutar dari jalur jalur Sudirman-Niaga ke dianalogikan sebagai gerakan dari utara kearah barat, pergerakan lurus di jalur Niaga-Sudirman dianalogikan sebagai pergerakan dari selatan ke arah barat dan pergerakan memutar dari jalur Niaga-Sudirman ke jalur Sudirman-Niaga dianalogikan sebagai pergerakan dari arah selatan ke arah timur. Pada analisis u-turn yang terjadi di ruas Medco, didapat nilai DS sebesar 0.22 pada waktu pagi dan 0.18, dengan peluang antrian yang terjadi hanya berkisar 3.08% hingga 9.87% pada waktu pagi dan pada waktu sore peluang antriannya berkisar antara 2.34% hingga 8.08%. Hal ini berarti dampak u- turn belum berbahaya pada pergerakan di sekitarnya 5.2.2.1.4 Analisis Weaving Adanya pergerakan masuk gedung Graha Energi (Medco Tower) dari arah kafe Bengkel akan menyebabkan Weaving atau persilangan dengan kendaraan dari ruas Medco jalur Sudirman-Niaga. Bila kendaraan yang terlibat jalinan terlalu banyak, maka akan menyebabkan antrian di jalur Medco. Oleh karena itu kita harus memperhitungkan dampak dari jalinan tersebut. V-9

Pada analisis Weaving yang terjadi di ruas tenggara gedung Graha Niaga, didapat nilai DS sebesar 0.44 pada waktu pagi dan 0.32 pada waktu sore. Nilai DS ini relatif kecil, artinya dampak Weaving belum berbahaya pada pergerakan di sekitarnya. 5.2.2.1.5 Analisis Antrian Selain masalah u-turn dan Weaving, masalah lain yang ditimbulkan akibat pembangunan gedung Graha Energi (Medco Tower) adalah antrian yang terjadi pada pintu masuk gedung Graha Energi (Medco Tower). Besarnya arus kendaraan yang masuk, lamanya proses pengecekan keamanan, jumlah pintu masuk, serta panjang antara pintu masuk hingga loket (geometri) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari besar tidaknya gangguan atau antrian yang ditimbulkan. Untuk menganalisis antrian ini, diperlukan data-data. Adapun data-data yang diperlukan adalah mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi antrian yang sebelumnya telah dijelaskan diatas. Besarnya arus kendaraan yang masuk diperoleh dari bangkitan yang ditimbulkan (berdasarkan metode ITE), lamanya proses pengecekan keamanan diperoleh berdasarkan proses pengecekan pada tata guna lahan sejenis yang dalam studi ini diperoleh dari tata guna lahan dimana Medco Energy beroperasi sebelumnya. Jadi data statistik yang ada sangat layak untuk dipakai. Adapun lama pengecekan ratarata per kendaraan adalah 11.59 detik. Waktu ini dipakai untuk kendaraan tamu, sedangkan untuk Tenant yang pada umumnya telah di kenal secara umum oleh pihak keamanan, lama pengecekan relatif jauh lebih singkat, yaitu berkisar empat detik. Untuk data geometri dan jumlah loket atau pintu masuk diperoleh dari data sekunder yang diperoleh dari pihak Graha Energi. Dengan pembebanan 40%, dengan jumlah kedatangan sebesar 295 kendaraan, jumlah pintu yang dibutuhkan hanya satu pintu untuk masing-masing pintu untuk tenant dan tamu. 5.2.2.2 Pembebanan 100% Pembebanan tahap kedua adalah pembebanan 100% yang diasumsikan terjadi mulai tahun 2009. Pada pembebanan 100 % diasumsikan Medco Tower sudah beroperasi seluruhnya. Pembebanan 100% dilakukan dengan cara mengambil sebesar 100% dari bangkitan yang ditimbulkan dari pembangunan gedung Graha Energi (Medco Tower). Sedikit berbeda dengan pembebanan yang dilakukan pada pembebanan 40%, pembebanan 100% dilakukan untuk tahun 2009 serta empat tahun kedepannya (hingga tahun 2012), artinya pembebanan 100% diikuti dengan forecasting volume lalu lintas yang ada sebelumnya (pertumbuhan normal). 5.2.2.2.1 Kinerja Ruas Pembebanan 100% dilakukan untuk tahun 2009 hingga tahun 2012. Pembebanan ini adalah hasil dari pembebanan akibat bangkitan gedung Graha Energi yang telah beroperasi 100% dan pembebanan akibat pertumbuhan normal. V-10

Tabel 5.9 VCR Ruas beban waktu pagi dan sore 100% VCR 100% Tahun Niaga-Sudirman Sudirman-Niaga Tenggara Bengkel AM PM AM PM AM PM AM PM 2009 0.20 0.19 1.10 0.70 0.31 0.46 0.26 0.20 2010 0.21 0.20 1.14 0.73 0.33 0.47 0.27 0.21 2011 0.24 0.22 1.19 0.77 0.35 0.49 0.29 0.22 2012 0.26 0.24 1.24 0.81 0.37 0.51 0.30 0.23 5.2.2.2.2 Kinerja Simpang Pada pembebanan 100%, untuk simpang 1 (simpang Sudirman) waktu pagi hari, DS sudah lewat dari 1. Hal ini berarti simpang tersebut sudah jenuh, dimana kondisi kebutuhan sudah melebihi kapasitas. Sedangkan pada simpang 2 (simpang Medco) keadaannya masih belum jenuh. 5.2.2.2.3 Analisis U-turn Analisis u-turn dilakukan untuk melihat bagaimana pergerakan yang terjadi di putaran. U-turn dapat berbahaya bila banyaknya pergerakan yang terjadi. Pergerakan memutar ini dapat mengakibatkan tundaan bagi kendaraan lainnya yang bergerak lurus. Pada pembebanan 100%, u-turn yang terjadi tidak terlalu signifikan pengaruhnya bagi pergerakan kendaraan yang lainnya. Pada tahun 2012, dengan adanya pembebanan 100% dari gedung Graha Energi serta pembebanan akibat pertumbuhan normal lalu lintas, DS yang ada hanya 0.36 pada waktu puncak pagi dan 0.29 pada waktu puncak pagi. Nilai ini juga berarti peluang antrian yang terjadi akibat adanya pergerakan u-turn ini hanyalah berkisar 6.44 hingga 16.66%. 5.2.2.2.4 Analisis Weaving Adanya pergerakan masuk gedung Graha Energi (Medco Tower) dari arah kafe Bengkel akan menyebabkan Weaving atau persilangan dengan kendaraan dari ruas Medco jalur Sudirman-Niaga. Bila kendaraan yang terlibat jalinan terlalu banyak, maka akan menyebabkan antrian di jalur Medco. Oleh karena itu kita harus memperhitungkan dampak dari jalinan tersebut. Pada pembebanan 100%, pengaruh weaving yang terjadi sudah mulai terlihat pengaruhnya bagi pergerakan kendaraan yang lainnya. Pada tahun 2012, dengan adanya pembebanan 100% dari gedung Graha Energi serta pembebanan akibat pertumbuhan normal lalu lintas, DS yang terjadi adalah 0.63 pada waktu puncak pagi dan 0.45 pada waktu puncak pagi. Hal ini berarti kapasitas yang ada masih memungkinkan untuk melayani kebutuhan volume dari jalinan yang terjadi. Weaving yang terjadi membutuhkan waktu tempuh sekitar 10 detik. 5.2.2.2.5 Analisis Antrian Selain masalah u-turn dan Weaving, masalah lain yang ditimbulkan akibat pembangunan gedung Graha Energi (Medco Tower) adalah antrian yang terjadi pada pintu masuk gedung Graha Energi (Medco Tower). Besarnya arus kendaraan yang masuk, lamanya proses pengecekan keamanan, jumlah V-11

pintu masuk, serta panjang antara pintu masuk hingga loket (geometri) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari besar tidaknya gangguan atau antrian yang ditimbulkan. Untuk menganalisis antrian ini, diperlukan data-data. Adapun data-data yang diperlukan adalah mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi antrian yang sebelumnya telah dijelaskan diatas. Besarnya arus kendaraan yang masuk diperoleh dari bangkitan yang ditimbulkan (berdasarkan metode ITE), lamanya proses pengecekan keamanan diperoleh berdasarkan proses pengecekan pada tata guna lahan sejenis yang dalam studi ini diperoleh dari tata guna lahan dimana Medco Energy beroperasi sebelumnya. Jadi data statistik yang ada sangat layak untuk dipakai. Adapun lama pengecekan ratarata per kendaraan adalah 11.59 detik. Waktu ini dipakai untuk kendaraan tamu, sedangkan untuk Tenant yang pada umumnya telah di kenal secara umum oleh pihak keamanan, lama pengecekan relatif jauh lebih singkat, yaitu berkisar empat detik. Untuk data geometri dan jumlah loket atau pintu masuk diperoleh dari data sekunder yang diperoleh dari pihak Graha Energi. Dengan kondisi yang ada, jumlah pintu tamu satu akan menimbulkan jumlah kendaraan dalam sistem sebanyak satu kendaraan, artinya tidak terjadi antrian. Sedangkan untuk pintu tenant yang berjumlah satu, akan menimbulkan antrian pada sistem sebanyak tiga kendaraan, dan dua kendaraan dalam antrian. Untuk melihat dampak dari pembebanan akibat gedung Graha Energi (Medco Tower) dan pembebanan akibat normal pertumbuhan dapat dilihat dari perbandingan nilai VCR dan DS antara kondisi eksisting (tanpa pembebanan) dan kondisi dengan pembebanan. Dari nilai-nilai ini kita dapat melihat ruas atau simpang mana yang terkena pengaruh besar akibat pembebanan. V-12

Gambar 5.18 Pergerakan alternatif 1 waktu pagi 2009 V-20

Gambar 5.19 Pergerakan alternatif 1 waktu sore 2009 V-21

5.3.1.1 Analisis Ruas Dengan memindahkan median pada ruas Medco, kapasitas pada jalur Sudirman-Niaga berhasil ditingkatkan, terlihat dari nilai VCR pada akhir tahun prediksi (tahun 2012) waktu puncak pagi yang menurun, dari 1.24 menjadi 0.62, walaupun dengan konsekuensi kinerja jalur Niaga-Sudirman menurun, terlihat dari nilai VCR jalur Niaga-Sudirman meningkat dari 0.26 menjadi 0.52. Akan tetapi nilai ini masih dibawah 0.75, artinya kapasitas jalur ini masih dapat melayani kebutuhan yang ada secara baik. Pada ruas lainnya, ruas Bengkel dan ruas tenggara, penanganan alternatif 1 tidak menghasilkan pengaruh apa-apa. Kinerjad pada kedua ruas ini masih sangat baik. 5.3.1.2 Analisis Simpang Menggeser median mengakibatkan lebar pendekat pada simpang utama bagian ruas Medco menjadi tiga meter yang pada awalnya enam meter, hal ini mengakibatkan kapasitas simpang Sudirman menurun, sehingga mengakibatkan nilai DS simpang Sudirman meningkat. Pada simpang Medco, tidak terjadi perubahan kinerja, karena penanganan yang dilakukan tidak menytuh simpang Medco. 5.3.1.3 Analisis U-turn Analisis u-turn dilakukan untuk melihat bagaimana pergerakan yang terjadi di putaran. U-turn dapat berbahaya bila banyaknya pergerakan yang terjadi. Pergerakan memutar ini dapat mengakibatkan tundaan bagi kendaraan lainnya yang bergerak lurus. Dengan bertambah lebarnya jalur Sudirman-Niaga, maka lebar pendekat pada simpang u-turn bertambah. Hal ini berarti kapasitas dari simpang u-turn bertambah pula, sementara volume pergerakan tidak bertambah. Hal ini berarti u-turn yang terjadi tidak membahayakan pergerakan di sekitarnya. 5.3.1.4 Analisis Weaving Adanya pergerakan masuk gedung Graha Energi (Medco Tower) dari arah kafe Bengkel akan menyebabkan Weaving atau persilangan dengan kendaraan dari ruas Medco jalur Sudirman-Niaga. Bila kendaraan yang terlibat jalinan terlalu banyak, maka akan menyebabkan antrian di jalur Medco. Oleh karena itu kita harus memperhitungkan dampak dari jalinan tersebut. Dengan alternatif 1, penggeseran median pada ruas Medco mengakibatkan pelebaran jalur Sudirman- Niaga yang berarti pendekat pada jalur ini bertambah, sehingga kapasitasnya bertambah, sehingga masalah Weaving yang terjadi pada ruas tenggara menurun. V-22

5.3.1.5 Analisis Antrian Dengan kondisi yang ada, jumlah pintu tamu satu akan menimbulkan jumlah kendaraan dalam sistem sebanyak satu kendaraan, artinya tidak terjadi antrian. Sedangkan untuk pintu tenant yang berjumlah satu, akan menimbulkan antrian pada sistem sebanyak tiga kendaraan, dan dua kendaraan dalam antrian. 5.3.1.6 Kesimpulan Alternatif Menggeser median pada ruas Medco berhasil meningkatkan kapasitas dari ruas Medco jalur Sudirman-Niaga, akan tetapi dampaknya kapasitas pada ruas Medco jalur Niaga-Sudirman jadi menurun, begitu pula dengan kapasitas simpang Sudirman. Karena penggeseran median ini berakibat mengurangi jalur Niaga-Sudirman. Akan tetapi walau kapasitas jalur Niaga-Sudirman menurun, hal ini masih dapat diterima, karena kebutuhan (volume kendaraan yang melalui jalan ini) masih dibawah kapasitas jalur ini. Sedangkan pada simpang Sudirman, keadaannya sudah jenuh. Sedangkan untuk hal yang lain, menggeser median ini tidak mempengaruhi perilaku dari ruas tenggara, ruas Bengkel dan simpang Medco. Menggeser median pada ruas Medco meningkatkan lebar pendekat pada ruas Medco jalur Sudirman- NIaga sehingga masalah Weaving dan u-turn yang terjadi pada ruas Medco berhasil dikurangi dengan alternatif solusi ini. Untuk masalah antrian yang terjadi akibat pengecekan keamanan, alternatif ini tidak banyak membantu, sama seperti kondisi eksisting, antrian maksimal yang terjadi adalah tiga kendaraan pada waktu puncak. 5.3.2 Alternatif 2 Alternatif 2 merupakan modifikasi dari alternatif 1. Pada alternatif 2 selain dilakukan pemindahan median seperti pada alternatif 1 dilakukan juga pelebaran jalan. Pelebaran jalan dilakukan dengan mengurangi dimensi kereb pada jalur lambat Sudirman dan pada Ruas Medco. Pelebaran jalan pada jalur lambat Sudirman dan ruas A (Ruas Medco) akan menambah 1 lajur pada ruas A dilakukan untuk menambah kapasitas simpang Sudirman dan kapasitas ruas Medco. Dapat dilihat dari gambar-gambar, besarnya lebar kereb-kereb yang ada memungkinkan untuk menambah lebar pada ruas yang bersangkutan. Dengan dikuranginya lebar kereb pada sisi jalur Sudirman-Niaga dan pada sisi jalur Niaga-Sudirman hingga menjadi masing-masing 0.4 meter, maka memungkinkan untuk menambah satu lajur pada ruas Medco. V-23