BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

B. Materi Ajar Permasalahan penduduk Indonesia (kuantitas dan kualitas). Dampak dari permasalahan penduduk terhadap pembangunan.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati SMA/MA/SMA-LB/SMK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

Fakta FAKTA,KONSEP, DEFINISI, OPERASI/RELASI,PRINSIP Pemufakatan (konvensi) dalam matematika diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu 2 sebagai simb

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2. Nama Guru :... NIP /NIK :... Sekolah :...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB II KAJIAN TEORI. dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Panas pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Balukang 2

BAB II LANDASAN TEORI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

PENANAMAN NILAI (KARAKTER) DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Menurut Cronbach dalam Djamarah (2011: 13) belajar sebagai usaha aktifitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Djamarah (2011: 13) belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan yang mempengaruhi tingkah laku seseorang. Belajar seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2011: 28) belajar adalah upaya menyesuaikan diri yang sengaja dialami oleh warga belajar dengan maksud untuk melakukan perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan belajar. Dari penjelasan menurut Slameto dan Sudjana di atas faktor yang sangat berpengaruh dalam proses dan hasil belajar adalah faktor lingkungan sekolah yaitu lingkungan tempat siswa berinteraksi sehingga menimbulkan kegiatan belajar pada dirinya. Lingkungan sekolah disini seperti guru, sarana belajar, pembelajaran, teman-teman dan dan lain-lain, yang paling utama adalah suatu pembelajaran yang dilakukan di kelas. Apabila pembelajaran yang dilakukan tidak dapat menarik perhatian, 6

7 keaktifan dan motivasi untuk mempelajari materi yang disajikan maka akan berdampak buruk pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Sedangkan menurut Djamarah, suatu kegiatan dikatakan belajar apabila ditandai dengan adanya suatu perubahan tingkah laku seorang individu secara keseluruhan bukan hanya sekedar perubahan pengetahuan saja tetapi mencangkup aspek lainnya yaitu perubahan sikap dan keterampilan. Belajar merupakan suatu cara yang menuju pada perubahan kehidupan yang lebih baik dalam segala bidang karena dengan adanya proses belajar terjadi penyesuaian tingkah laku dengan lingkungannya yang dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangannya pengalaman individu akan dapat menyesuaikan dengan keadaan yang berkembang dan adanya peningkatan dalam melakukan sesuatu yang dilakukan dengan melibatkan jiwa dan raga. Dari gerak raga yang sejalan dengan proses jiwa diharapkan akan mendapatkan perubahan, perubahan disini bukanlah perubahan fisik tetapi perubahan jiwa sebagai hasil dari proses belajar yang mempengaruhi proses belajar. Dari pengertian distas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekolah dengan melibatkan jiwa dan raga dalam berinteraksi dengan keadaan lingkungan dam mengembangkan dan meningkatkan suatu perubahan jiwa sebagai hasil dari proses belajar. 2.1.2 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian hasil belajar Pengertian hasil belajar yang dikemukakan oleh W. S. Wingkel (1996) yaitu setiap macam kegiatan belajar mengajar menghasilkan suatu perubahan yang khas yaitu hasil belajar. Pengertian lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Sudjana (2011: 22) yaitu: hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dari pengertian hasil belajar diatas dapat dikemukakan bahwa hasil belajar merupakan perilaku sebagai akibat dari proses belajar mengajar.

8 Hasil belajar dapat diukur melalui kegiatan penilaian. Penilaian dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau kegiatan untuk menilai sejauh mana tujuan- tujuan instruksional dapat tercapai atau sejauh mana materi yang diberikan dikuasai siswa. Hasil penilaian dapat dilaporkan dalam bentuk nilai atau angka. Benyamin S. Bloom (Sudjana, 2011: 22) berpendapat bahwa hasil belajar dibagi menjadi tiga bagian menurut hasil yang dicapainya yaitu hasil belajar yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotori. 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah ini terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. 3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek pada ranah ini yakni, gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas menyatakan bahwa hasil belajar merupakan akibat dari adanya suatu proses belajar, perubahan perilaku, peningkatan pengetahuan. Salah satu fungsi hasil belajar siswa diantaranya adalah siswa dapat mencapai prestasi yang sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami. Aktivitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah. Untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik menggunakan alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek kognitif digunakan alat penilaian yang berupa tes, sedangkan untuk aspek

9 afektif digunakan alat penilaian yaitu skala sikap (cek list) untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik digunakan lembar observasi. Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses belajar dari seluruh kegiatan dan kemampuan dicapai oleh seseorang (siswa) dalam usaha belajarnya di dalam kelas saat menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dengan mengguakan suatu alat penilaian. Hasil belajar dapat dikatakan baik apabila keberhasilan atau kemampuan dalam kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Setelah memperoleh pengalaman belajar, hasil belajar dapat dilihat dari tingkah laku siswa dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2.1.2.2 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Dalam pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif, hal ini akan bekaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapat pengetahuan, penanaman konsep, ketrampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Slameto (2010: 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua, yaitu: 1. Faktor Intern. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor internal antara lain: a. Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) b. Faktor psikologis (intelegensi, minat, perhatian, bakat motif, dan kematangan). c. Faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan kelelahan rohani). 2. Faktor Ekstern. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu. Yang termasuk dalam faktor eksternal adalah: a. Faktor keluarga (cara mendidik orang tua, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan). b. Faktor sekolah (metode mengajar, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, isiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah). c. Faktor masyarakat (keadaan siswa dalam masyarakat, massa

10 media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Sedangkan untuk faktor eksternal, terdiri dari: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Kedua faktor yang telah dijelaskan di atas memberikan pengaruh yang banyak bagi siswa. Untuk dapat memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan siswa harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas agar terwujud kebiasaan belajar yang baik. 2.1.3 Keaktifan Belajar Aktif menurut Alwi (2002) berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Keaktifan siswa dalam belajar IPA tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran. Menurut Usman (2002: 26) cara yang dapat dilakukan guru untuk memperbaiki keterlibatan siswa antara lain sebagai berikut: a. Tingkat persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang membuat respon yang aktif dari siswa. b. Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara cepat dan luwes. c. Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai. d. Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa. Menurut Lidgren (Usman, 2002) terdapat empat jenis interaksi dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya sebagai berikut: Gambar 2.1 Berbagai interaksi dalam pembelajaran

11 Komunikasi satu arah (gambar 1.a) merupakan komunikasi yang hanya dilakukan oleh guru terhadap siswa, sementara siswa hanya pasif sebatas mendengarkan komunikasi dari guru. Komunikasi dari guru sudah mendapat respon balikan dari siswa, tetapi tidak ada interaksi antara siswa. Interaksi yang terjadi hanya antara guru dan siswa selama pembelajaran (gambar 1.b). komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa dan ada interaksi diantara siswa, tetapi belum keseluruhan siswa yang melakukan interaksi baik dengan guru maupun siswa lainnya (gambar 1.c). komunikasi sudah berjalan baik antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Dalam hal ini interaksi sudah optimal selama proses pembelajaran (gambar 1.d). Menurut Aries.S, E.F (2009) dalam weblog menyatakan bahwa keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari: a. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru b. Kerjasamanya dalam kelompok c. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok d. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok e. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat f. Memberi gagasan yang cemerlang g. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang h. Saling membantu dan menyelesaikan masalah Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, keaktifan merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan dapat dilihat dari: a. siswa memperhatikan penjelasan guru b. respon siswa terhadap pertanyaan yang diberikan guru c. sering bertanya kepada guru atau siswa lain mengenai hal yang belum dimengerti d. senang diberi tugas belajar e. mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik dan tepat waktu f. mampu bekerjasama dalam kelas g. aktif mengemukakan pendapat h. memberikan kesempatan kepada teman untuk berpendapat

12 i. memanfaatkan potensi yang ada dan saling membantu dalam menyelesaikan masalah j. aktif mencari informasi dan menunjukkan rasa ingin tahu yang besar. 2.1.4 Pembelajaran IPA Proses pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya memperhatikan hakikat IPA itu sendiri. Menurut Prihantoro dalam weblog Arifuddin (2011) mengemukakan bahwa nilai-nilai yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain: 1. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah; 2. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat eksperimen untuk memecahkan masalah; 3. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan pembelajaran IPA maupun dalam kehidupan. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah dasar dengan merumuskan tujuan pembelajaran yang memuat hakikat IPA serta dengan metode yang memungkinkan tercapainya tujuan IPA. Salah satunya adalah metode eksperimen, karena dengan metode ini siswa akan dilatih untuk melakukan kegiatan ilmiah, berpikir sistematis dan rasional, dan membuktikan sesuatu yang selama ini menjadi pertanyaan di dalam kehidupan. 2.1.5 Metode Eksperimen Metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian atau pembahasan materinya melalui suatu percobaan atau mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses (Winataputra, 2005). Pengertian lain metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari (Djamarah, 2011). Moedjiono & Dimyati (2009) juga mengemukakan bahwa:

13 Metode eksperimen merupakan format interaksi belajarmengajar yang melibatkan logika induksi untuk menyimpulkan pengamatan terhadap proses dan hasil percobaan yang dilakukan. Eksperimen yang dilakukan dalam metode eksperimen dapat dilakukan secara perorangan ataupun kelompok. Metode eksperimen dilakukan dengan kegiatan percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau masalah maupun hipotesis tertentu. Oleh karena itu, seorang guru seharusnya kreatif dalam mengelola pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu cara untuk menyajikan materi pelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa melakukan suatu percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri apa yang sedang dipelajari. Dengan metode eksperimen peserta didik akan lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan hasil percobaannya dari pada hanya mendapat info dari guru atau buku. Menurut Roestiyah (2008: 80-82) metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi guru. Tujuan penggunaan metode ini adalah: a. Siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan persoalan yang di hadapi dengan mengadakan percobaan sendiri. b. Siswa dapat terlatih dalam cara berfikir ilmiah. c. Dengan metode eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Menurut Dona agus setiawan (2011) dalam blognya menjelaskan langkah- langkah pembelajaran menggunakan metode eksperimen dalam PBM. 1) Kegiatan Persiapan a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan metode eksperimen. b. Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui eksperimen. c. Menyiapkan alat, sarana dan bahan yang diperlukan dalam eksperimen.

14 d. Menyiapkan panduan prosedur pelaksanaan eksperimen, termasuk Lembar Kerja Siswa (LKS). 2) Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen a. Kegiatan Pembukaan Menanyakan materi pelajaran yang telah diajarkan minggu lalu (opersepsi). Memotivasi siswa dengan mengemukakan ceritera anekdot yang ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan prosedur eksperimen yang akan dilakukan. b. Kegiatan Inti Siswa diminta membantu menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam eksperimen. Siswa melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan LKS yang telah disiapkan guru. Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan. c. Kegiatan Penutup Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen. Guru mengadakan evaluasi, hasil dan proses eksperimen.mtindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi eksperimen untuk mengulang lagi eksperimennya, dan bagi yang sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman. Keunggulan dan kelemahan metode eksperimen. Ali (2000), mengemukukun metode eksperimen memiliki keunggulan disamping kelemahan, sebagai berikut: 1. Keunggulan a. Siswa berkesempatan melaksanakan prosedur ilmiah, dalam rangka menguji kebenaran hipotesis. 2. Kekurangan a. Memerlukan sarana dan prasarana yang cukup banyak b. Jika guru dan siswa kurang paham akan materi percobaan, dimungkinkan percobaan akan menyita waktu terlalu lama atau bahkan percobaan kemungkinan gagal. c. Kegagalan eksperimen akan mengakibatkan perolehan belajar yang salah atau menyimpang. Menurut Ali, Untuk menekan kegagalan, sebaiknya menempuh prosedur atau tahapan sebagai berikut: 1. Tahap persiapan Tahap ini berupa penetapan tujuan, penyediaan fasilitas eksperimen dan menyusun skenario pembelajaran serta perangkat pembelajaran yang menunjang.

15 2. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini guru dan siswa mendiskusikan mengenai prosedur eksperimen, alat dan bahan yang berbahaya, serta membimbing siswa selama melakukan percobaan. Bimbingan tersebut dilaksanakan selama proses pembelajaran hingga siswa menarik simpulan 3. Tindak lanjut Tahap ini berupa diskusi tentang hambatan-hambatan eksperimen, menyimpan peralatan, hingga evaluasi akhir kegiatan percobaan. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan eksperimen: 1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan 2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen 3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan penjelasan dan petunjuk- petunjuk seperlunya 4. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah direncanakan bila hasilnya belum memuaskan dapat di ulangi lagi untuk membuktikn kebenaranya 5. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya secara tertulis 2.1.6 Kerja kelompok Sagala (2006) mengatakan bahwa metode kerja kelompok adalah cara pembelajaran dimana siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk Strategi Pembelajaran mempelajari materi pelajaran yang telah ditetapkan untuk diselesaikan secara bersama-sama. Pada umumnya materi pelajaran yang harus dikerjakan secara bersama-sama dalam kelompok itu diberikan atau disiapkan oleh guru. Materi itu harus cukup kompleks isinya dan cukup luas ruang lingkupnya sehingga dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang cukup memadai bagi setiap kelompok. Materi hendaknya membutuhkan bahan dan informasi dari berbagai sumber untuk pemecahannya. Masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan membaca satu sumber saja tentu tidak cocok untuk ditangani melalui kerja kelompok. Kelompok dapat dibentuk

16 berdasarkan perbedaan individual dalam kemampuan belajar, perbedaan bakat dan minat belajar, jenis kegiatan, materi pelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan tugas yang harus diselesaikan, siswa dapat dibagi atas kelompok paralel yaitu setiap kelompok menyelesaikan tugas yang sama, dan kelompok komplementer dimana setiap kelompok berbeda-beda tugas yang harus diselesaikan. Metode kerja kelompok digunakan dalam strategi pembelajaran bertujuan untuk: a. Memecahkan masalah pembelajaran melalui kelompok b. Mengembangkan kemampuan bekerjasama diantara peserta didik. Alasan Penggunaan Metode Kerja Kelompok a. Membuat para peserta didik dapat bekerjasama dengan temannya. b. Mengembangkan kekuatan untuk mencari dan menemukan bahanbahan untuk melaksanakan tugas tersebut. c. Membuat peserta didik aktif Kelebihan dan kekurangan Metode kerja kelompok a. Kelebihan 1. Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah 2. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. 3. Dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk lebih intensif dalam mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah 4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan peserta didik sebagai individu serta kebutuhan belajarnya. 5. Peserta didik lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka. 6. Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan rasa menghormati dan menghargai pribadi temannya serta menghargai pendapat orang lain.

17 b. Kekurangan 1. Kerja kelompok sering hanya melibatkan siswa yang mampu, sebab mereka cukup memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang. 2. Keberhasilan metode kerja kelompok bergantung pada kemampuan siswa memimpin kelompok atau bekerja sendiri 3. Dalam belajar bersama-sama tidak terkendali sehingga penyimpangan dari rencana yang berlarut-larut. c. Cara mengatasi kelemahan Metode Kerja Kelompok 1. Bimbingan terhadap kelompok harus dilakukan terus menerus 2. Usahakan agar jumlah kelompok itu tidak terlalu besar. 2.1.7 Pelaksanaan Pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen secara kerja kelompok. Pelaksanaan pembelajaran diatur oleh menteri pendidikan nasional republik Indonesia nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 1) Kegiatan Pendahuluan Kegiatan ini merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan guru: a. menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti pembelajaran. b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

18 dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Tabel 2.2 Proses Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi Pembelajaran Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan Kutipan: Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentuyang bermakna memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar 3) Kegiatan Penutup Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut.

19 Berdasarkan rencana pembelajaran di atas dapat diuraikan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen secara kerja kelompok merupakan pembelajaran yang pelaksanaannya disesuaikan dengan standar proses yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (yang terdiri dari elaborasi, eksplorasi, konfirmasi), dan kegiatan penutup. 1. Rencana Pelaksanaan Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah: a. Membuat skenario pembelajaran IPA berupa RPP b. Menyiapkan alat, sarana, dan bahan yang diperlukan dalam eksperimen. c. Menyiapkan panduan pelaksanaan eksperimen yang berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) d. Sebelum melaksanakan kegiatan guru membuat lembar observasi sesuai dengan indikator yang sudah ditentukan yang bertujuan untuk meneliti seberapa jauh pengajar melakukan pembelajaran. e. Membuat evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh siswa menerima pelajaran. 2. Pelaksanaan Kegiatan Pendahuluan a. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari sesuai dengan RPP. b. Guru menanyakan materi yang telah diajarkan minggu lalu (apersepsi) c. Guru memotivasi siswa dengan cerita yang ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan dipelajari, agar siswa lebih senang dan antusias dalam mengikuti pelajaran. d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan prosedur eksperimen yang akan dilakukan.

20 Kegiatan Inti Eksplorasi a. Guru melakukan penjelasan materi ajar menggunakan bantuan gambar yang sesuai dengan materi, agar siswa bersemangat dan tidak jenuh saat menerangkan. b. Guru melakukan tanya jawab materi yang akan diajarkan, untuk menggali kemampuan siswa. c. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 9 anggota kelompok untuk melakukan eksperimen. d. Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan penjelasan dan petunjuk seperlunya. e. Guru menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai, dan perwakilan kelompok mengambil alat dan bahan yang akan digunakan. f. Siswa didalam kelompok melakukan eksperimen dari materi yang telah disampaikan guru melalui panduan dan LKS yang telah disiapkan guru. g. Masing- masing kelompok mencatat hasil pengamatannya. h. Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Elaborasi a. Setiap kelompok melaporkan hasil eksperimen dari materi yang telah disampaikan guru dan perwakilan dari kelompok maju untuk membacakan hasil dari eksperimen. b. Guru memberikan tanggapan (diskusi balikan) c. Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen, dari materi yang telah disampan guru. Konfirmasi a. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi setiap kelompok. b. Guru memberikan pengayaan berupa tanya jawab kepada siswa. 3. Akhir Pelaksanaan a. Melakukan evaluasi pembelajaran setelah melakukan tindakan.

21 b. Melakukan refleksi agar mengetahui kelemahan-kelemahan saat melakukan tindakan. 2.2 Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Danarti (2011) yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Metode Eksperimen Berbantuan Benda Nyata pada Siswa Kelas V SD Negeri Trangkil 06 Tahun Pelajaran 2011/2012 memberi simpulan sebagai berikut: Terbukti bahwa penerapan metode eksperimen berbantuan media benda nyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi benda magnetis dan non magnetis. Pada kondisi awal sebelum peneliti menggunakan metode eksperimen secara kerja kelompok hasil belajar siswa rendah yaitu nilai rata-rata hanya 60,27 jumlah siswa yang mencapai standart KKM 70 hanya 6 dari 22 siswa ketuntasan belajar 27%. Pada siklus I dengan menggunakan metode eksperimen nilai rata-rata 69 jumlah siswa yang mencapai standart KKM 70 mencapai 15 siswa dari 22 siswa, ketuntasan belajar 68%. Pada siklus II nilai rata-rata menjadi 84,8 jumlah siswa yang mencapai standart KKM 70 menjadi 22 siswa, ketuntasan belajar 100%. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa melalui metode eksperimen berbantuan media benda nyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Trangkil 06 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati, Tahun Pelajaran 2011/2012. Menurut Sutrisni (2011) dengan PTK nya yang berjudul Penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Kajar 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. Sebagai berikut: Berdasarkan deskripsi hasil penelitian tentang Penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Kajar 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

22 Dari hasil siklus I ternyata belum berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan, terbukti siswa yang tuntas hanya 17 siswa dari 25 siswa. Tingkat ketuntasan baru 68%. Hasil siklus II anak yang tuntas 25 dari 25 tingkat ketuntasan mencapai 96%. Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh Tri Danarti (2011) dan Hery Sutrisni (2011) dengan metode eksperimen dapat terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada SD tersebut. Dengan melihat kelemahan dan kelebihan dari metode eksperimen dan pembelajaran telah terbukti berhasil untik jenjang Sekolah Dasar. Berdasarkan masalah yang dihadapi penulis dan hasil dari metode eksperimen menunjukkan peningkatan, Maka penulis memutuskan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar dengan menambahkan variabel, yaitu keaktifan. 2.3 Kerangka berfikir Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar di kelas, selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang selama proses pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa masih rendah dalam pembelajaran IPA. Hal ini yang menjadi upaya perlunya membantu siswa agar dapat mempelajari pembelajaran IPA dengan lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penerapan metode eksperimen secara kerja kelompok lebih mendorong kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam pembelajaran ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan berlangsung. Melalui metode eksperimen secara kerja kelompok ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada pepembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Ledok 05, Kecamatan Argomulyo, Salatiga.

23 Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut: Kondisi Awal Tindakan Hasil Akhir Masih menggunakan metode ceramah dan hanya berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif, tidak bersemangat, bosan dan kecewa karena ti-dak terlibat langsung dalam PBM akibat-nya hasil belajar siswa masih rendah. Penjelasan tentang penerapan metode eksperimen secara kerja kelompok. Penerapan pembelajaran menggunakan metode eksperimen secara kerja kelompok. Refleksi dari hasil penerapan pembelajaran menggunakan metode eksperimen secara kerja kelompok Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa Peningkatan keaktifan belajar siswa dilihat dari aktivitas belajar selama PBM berlangsung Evaluasi Awal Evaluasi Efek Evaluasi Akhir Gambar 2.3 Alur Kerangka Berpikir dalam Penelitian 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penerapan metode eksperimen secara kerja kelompok pada pembelajaran IPA diduga dapat meningkatkan hasil belajar siwa kelas IV SD Negeri Ledok 05, Kecamatan Argomulyo, Salatiga. 2. Penerapan metode eksperimen secara kerja kelompok pada pembelajaran IPA diduga dapat meningkatkan keaktifan siwa kelas IV SD Negeri Ledok 05, Kecamatan Argomulyo, Salatiga.