BAB III PROSUDER PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, kebutuhan akan adanya sistem informasi yang

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kecelakaan lalu lintas. Dalam penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengembangan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. ibu kota dari Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung merupakan kota terbesar

KAJIAN BANGKITAN PERGERAKAN TRANSPORTASI DI KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

Daftar Pustaka. 3. Aronoff, S Geographic Information System, A Management Perspective. WDL Publications. Ottawa, Canada.

TANGGAL NO SURAT NAMA DOKUMEN NAMA GEDUNG PERUSAHAAN ALAMAT REKOMENDASI WISMA JL. DAGO ASRI I NO REKOMENDASI GEDUNG

BAB III METODOLOGI. Menurut Surakhmad (1994) metode adalah cara utama yang digunakan

BAB III LANDASAN TEORI. Pengolongan jenis kendaraan sebagai berikut : Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 4 roda (mobil penumpang)

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

BAB II KARAKTERISTIK KORIDOR CIBIRU-DAGO

STUDI KINERJA OPERASI DAMRI DI KOTA BANDUNG Disusun oleh: Render bakti Diputra Dosen pembimbing: Ir. Budi Hartanto Susilo, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik arus jalan, dan aktivitas samping jalan.

KAJIAN LAJUR KHUSUS SEPEDA MOTOR PADA JALAN JEND. AHMAD YANI PONTIANAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mencakup cara pengumpulan data, alat yang digunakan dan cara analisa data.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL ANALISIS KINERJA RUAS JALAN STUDI KASUS : JALAN WATURENGGONG DI KOTA DENPASAR

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari-hari. Angkutan kota atau yang biasa disebut angkot adalah salah satu

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan

III. PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA A. JENIS KENDARAAN

PENYELENGGARAAN SALURAN SERAT OPTIK BERSAMA BAWAH TANAH DI JAWA BARAT JAKARTA, 16 SEPTEMBER Dr. H. Dudi Sudradjat Abdurachim, MT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 03 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 054 TAHUN 2010 TENTANG

BAB III PERKEMBANGAN KOTA DAN KARAKTERISTIK SARANA ANGKUTAN UMUM KOTA BANDUNG. III.1.1. Pertumbuhan Penduduk dan Luas Wilayah

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus ibukota dari Provinsi Jawa Barat yang mempunyai aktifitas Kota

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dari hasil survei inventaris jalan didapat data-data ruas Jalan Pintu Satu Senayan. Panjang. ( m )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI Oleh RAHIMA AHMAD NIM:

BAB III LANDASAN TEORI. kapasitas. Data volume lalu lintas dapat berupa: d. Arus belok (belok kiri atau belok kanan).

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

BAB III LANDASAN TEORI. hal-hal yang mempengaruhi kriteria kinerja lalu lintas pada suatu kondisi jalan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. manajemen sampai pengoperasian jalan (Sukirman 1994).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERBANDINGAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA RUAS JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

KAJIAN PELAYANAN FUNGSI JALAN KOTA BOGOR SELATAN (Studi Kasus Ruas Jalan Bogor Selatan Zona B)

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan

KINERJA LALU LINTAS JALAN DIPONEGORO JALAN PASAR KEMBANG TERHADAP PEMBANGUNAN JEMBATAN FLY OVER PASAR KEMBANG SURABAYA

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

DAFTAR ISTILAH. lingkungan). Rasio arus lalu lintas (smp/jam) terhadap kapasitas. (1) Kecepatan rata-rata teoritis (km/jam) lalu lintas. lewat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DERAJAT KEJENUHAN JALAN DUA ARAH DENGAN MAUPUN TANPA MEDIAN DI KOTA BOGOR. Syaiful 1, Budiman 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR TRANSPORTASI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (29-36) ISSN:

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI

Gambar II.1 bis sekolah gratis kota Bandung (Sumber : Dokumen pribadi 2014)

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

ANALISIS KINERJA JALAN KOTA METRO BERDASARKAN NILAI DERAJAT KEJENUHAN JALAN

ANALISA KERJA RUAS JALAN S. TUBUN

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

KONTRIBUSI KENDARAAN RODA DUA TERHADAP KEPADATAN LALU LINTAS DI JALAN KOL.H.BARLIAN PALEMBANG. A. Latif 1),Yusri 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENATAAN RUANG PARKIR BADAN JALAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA LALU LINTAS JURNAL TUGAS AKHIR

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

BAB III LANDASAN TEORI

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR DAMPAK LALULINTAS AKIBAT AKTIVITAS MALIOBORO MALL DAN RENCANA PEMBANGUNAN HOTEL MALIOBORO YOGYAKARTA

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG

Kata kunci : Kinerja ruas jalan, Derajat kejenuhan, On street parking

ANALISA KEPADATAN ARUS LALU LINTAS PADA RUAS JALAN RAYA MASTRIP STA KOTA SURABAYA DENGAN PENDEKATAN LINIER TUGAS AKHIR

BAB III GAMBARAN UMUM TRANS METRO BANDUNG KORIDOR 2 CICAHEUM-CIBEUREUM

ANALISIS KINERJA JALAN PERKOTAAN STUDI KASUS RUAS JALAN HR. SOEBRANTAS KM 3 PEKANBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian bab sebelumnya dapat ditarik

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan

KINERJA BEBERAPA RUAS JALAN DI KOTA PALEMBANG. Pujiono T. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas IBA, Palembang.

ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha bisnis donut di bandung saat ini semakin pesat

BAB II STUDI PUSTAKA

DAMPAK PUSAT PERBELANJAAN SAKURA MART TERHADAP KINERJA RUAS JALAN TRANS SULAWESI DI KOTA AMURANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian Daya Dukung Cihampelas Sebagai

STUDI RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS DI JALAN SOEKARNO-HATTA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

43 BAB III PROSUDER PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Ali (1983:120) yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah metode penelitian yang tidak hanya menyajikan data, mengumpulkan, dan menyusunnya, tetapi dengan pembahasan lebih lanjut, yaitu analisis dan interpretasi tentang arti data yang ada dengan maksud untuk menjelaskan permasalahannya. Langkah ini pada dasarnya meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data dan analisis data kemudian membuat kesimpulan dan terakhir menyusun laporan dari seluruh rangkaian penelitian, yang tentunya bertujuan untuk menggambarkan tentang suatu kejadian atau keadaan objek dalam suatu deskriptif. Metode penelitian deskriptif ini diharapkan dapat menjelaskan dan mengkaji masalah yang berhubungan dengan kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung. B. Variabel Penelitian Menurut Riduwan (2002:96) variabel adalah ukuran, sifat atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok atau suatu set yang dimiliki oleh kelompok. Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:

44 1. Variabel bebas yaitu merupakan variabel yang mempengaruhi atau sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat, dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor penyebab kemacetan lalu lintas. 2. Variabel terikat yaitu merupakan yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas, dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu kemacetan lalu lintas di Kota Bandung. Berdasarkan penjelasan variabel diatas, maka untuk memudahkan penelitian disajikan hubungan antara dua variabel sebagai berikut: Tabel 6 VARIABEL PENELITIAN Varabel Bebas Variabel Terikat Faktor faktor terjadinya kemacetan lalu lintas di Kota Bandung - Jumlah kendaraan - Jumlah jaringan jalan - Pedagang kaki lima - Areal parkir Kemacetan lau lintas di Kota Bandung - Arus lalu lintas/volume lalu lintas - Kapasitas dan tingkat pelayanan C. Teknik Pengumpulan Data Teknik atau metode pengumpulan data ialah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, adapun teknik atau metode yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Observasi, teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara mengamati objek penelitian secara langsung di lapangan atau lokasi yang diteliti untuk memperoleh data yang aktual. 2. Studi literatur, teknik ini digunakan untuk memperoleh dasar-dasar teoritis mengenai masalah yang diteliti dengan cara mengkaji dan mengumpulkan data dari berbagai literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

45 3. Kuesioner atau angket, teknik ini merupakan teknik pengumpulan data untuk meggali informasi dari responden yang banyak tersebar di berbagai tempat. 4. Wawancara, teknik pengumpulan dengan tanya jawab langsung kepada aparat pemerintahan dan masyarakat sebagai sumber data primer. D. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara terhadap pihak yang berkompeten mengenai masalah kemacetan lalu lintas kuhususnya dari Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga dan Bappeda Kota Bandung, dengan ditunjang dengan data-data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber, kemudian pada akhirnya melakukan observasi langsung pada titik-titik kemacetan lalu lintas yang ada di Kota Bandung dengan mengamati kondisi lalu lintas dan jalan lalu menghitung rata-rata jumlah kendaran dalam satu jam, dengan menggunakan teknik penentuan tingkat kemacetan lalu lintas. 1. Penentuan Tingkat Kemacetan

46 Tabel 7 Kelas Tingkat Pelayanan Jalan Tingkat Pelayanan Karakteristik Lalu lintas Nilai V/C Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi dan volume arus lalu lintas A rendah. Pengemudi dapat memilih 0,00 0,19 kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan (jalan by pass) B Dalam zona arus stabil, pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk 0,22 0,44 beralih gerak (manuver) C Dalam zona ini arus stabil pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatannya 0,45 0,69 D Arus tidak stabil, dimana hampir hampir semua pengemudi dibatasi kecepatannya. Arus tidak stabil dan 0,70 0,84 sering berhenti E Volume lalu lintas mendekati atau berada pada kapasitasnya. Arus tidak 0,85 stabil dan sering berhenti F Arus yang dipaksakan akan terjadi kemacetan, atau kecepatannya sangat rendah, antrean kendaraan panjang dan hambatannya sangat banyak > Sumber : Dinas Perhubungan 2000 Berdasarkan tabel tersebut maka dalam penelitian ini dilakukan klasifikasi tingkat kemacetan lalu lintas, yaitu: Tabel 8 Tingkat Kemacetan Lalu lintas Tingkat Kemacetan Karakteristik Lalu lintas Nilai V/C Rendah Arus tidak stabil, dimana hampir hampir semua pengemudi dibatasi kecepatannya. Arus tidak stabil dan 0,70 0,84 sering berhenti Sedang Volume lalu lintas mendekati atau berada pada kapasitasnya. Arus tidak 0,85 stabil dan sering berhenti Tinggi Arus yang dipaksakan akan terjadi kemacetan, atau kecepatannya sangat rendah, antrean kendaraan panjang dan hambatannya sangat banyak > Sumber : Yuliarti 2004

47 Untuk menghitung kemacetan lalu lintas dilakukan dengan membandingkan nilai volume (V) dan (C), dimana Tingkat Kemacetan = V/C V = Volume lalu lintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP), penentuan SMP diambil dari tabel berikut, yaitu: Tabel 9 Volume Lalu lintas No Jenis Kendaraan Volume ratarata/jam/dua arah SMP 1 Tidak Bermotor 0,80 2 Sepeda Motor 0,25 3 Mobil Penumpang / Pribadi 4 Angkutan Kota 5 Bus / Truk 1,20 Sumber: Dinas Perhubungan 2000 Volume SMP C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs Keterangan C : Kapasitas (SMP / Jam) Co : Kapasitas dasar (SMP / Jam) FCw : Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas FCsp : Faktor penyesuaian pemisah arah FCsf : Faktor penyesuaian hambatan samping FCcs : Faktor penyesuaian ukuran kota Co = Kapasitas dasar ditentukan berdasarkan tipe jalanj yang sesuai dengan nilai yang tertera pada tabel berikut:

48 Tabel 10 Kapasitas Dasar Tipe Jalan Kapasitas dasar (SMP / Jam) Keterangan Jalan 4 lajur berpembatas median atau jalan satu arah 1.650 Per lajur Jalan 4 lajur tanpa pembatas median 1.500 Per lajur Jalan 2 lajur tanpa pembatas median 2.900 Total dua arah Sumber: Dinas Perhubungan 2000 FCw = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas ditentukan berdasarkan lebar jalan efektif yang sesuai dengan nilai yang tertera pada tabel berikut: Tabel 11 Penyesuaian Lebar Jalur Lalu lintas Tipe jalan Lebar jalan efektif (m) FCw Jalan 4 lajur berpembatas median atau jalan satu arah Jalan 4 lajur tanpa pembatas median Jalan 2 lajur tanpa pembatas median Sumber: Dinas Perhubungan 2000 Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 Dua arah 5 6 7 8 9 10 11 0,96 1,04 1,08 0,91 1,05 1,09 0,56 0,87 1,14 1,25 1,29 1,34 FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah (tidak berlaku untuk jalan satu arah) ditentukan berdasarkan kondisi arus jalan lalu lintas dari kedua arah atau untuk

49 jalan tanpa pembatas median yang sesuai dengan nilai yang tertera pada tabel berikut: Tabel 12 Penyesuaian Pemisah Arah Pembagian arah (% -%) 50 50 55 45 60 40 65 35 70-30 FCsp 2 lajur 2 arah tanpa pembatas 0,94 0,91 0,88 median (2/2) 4 lajur 2 arah tanpa pembatas 0,985 5 0,94 median (4/2) Sumber: Dinas Perhubungan 2000 FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping untuk ruas jalan yang mempunyai bahu jalan didasarkan pada lebar bahu jalan efektif (Ws) dan tingkat gangguan samping yang penentuan klasifikasinya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 13 Klasifikasi Gangguan Samping Kelas gangguan samping Jumlah gangguan per 200 m per jam (dua arah) Kondisi tipikal Sangat Rendah < 100 Pemukiman Rendah 100 299 Pemukiman, beberapa transportasi umum Daerah industri Sedang 300 499 dengan beberapa toko di pinggir jalan Daerah komersial, Tinggi 500 899 aktivitas pinggir jalan tinggi Daerah komersil, Sangat Tinggi > 900 aktivitas perbelanjaan pinggir jalan Sumber: Dinas Perhubungan 2000

50 Tipe jalan 4 lajur 2 arah berpembatas median (4/2) 4 lajur 2 arah tanpa pembatas median (4/2) 2 lajur 2 arah tanpa pembatas median (2/2) atau jalan satu arah Tabel 14 FCsf Untuk Jalan yang Mempunyai Bahu Jalan Kelas gangguan samping Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sumber: Dinas Perhubungan 2000 Tipe jalan 4 lajur 2 arah berpembatas median (4/2) 4 lajur 2 arah tanpa pembatas median (4/2) 2 lajur 2 arah tanpa pembatas median (2/2) atau jalan satu arah Sumber: Dinas Perhubungan 2000 Faktor korelasi akibat gangguan samping dan lebar bahu jalan Lebar bahu jalan efektif < 0,5 1,0 1,5 > 2,0 0,96 0,94 0,88 0,84 0,96 0,94 0,87 0,80 0,94 0,89 0,82 0,73 0,98 0,88 0,99 0,91 0,86 0,96 0,94 0,86 0,79 Tabel 15 FCsf Untuk Jalan yang Mempunyai Kereb Kelas gangguan samping Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 1,01 0,98 1,01 0,98 0,94 0,90 0,99 0,90 0,85 1,03 1,02 0,98 0,96 1,03 1,02 0,98 1,01 0,98 0,91 Faktor korelasi akibat gangguan samping dan lebar bahu jalan Lebar bahu jalan efektif < 0,5 1,0 1,5 > 2,0 0,94 0,91 0,86 0,81 0,93 0,90 0,84 0,77 0,93 0,90 0,86 0,78 0,68 0,96 0,93 0,89 0,85 0,87 0,81 0,88 0,81 0,72 0,99 0,98 0,88 0,99 0,90 0,85 0,91 0,84 0,77 1,01 0,98 1,01 0,93 0,90 0,99 0,94 0,88 0,82

51 FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota didasarkan dari jumlah penduduk kota yang penentuan klasifikasinya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 16 Penyesuaian Ukuran Kota Ukuran Kota (Juta Penduduk) Faktor Koreksi ukuran kota < 0,1 0,86 0,1 0,5 0,90 0,5 1,0 0,94 1,0 1,3 > 1,3 1,03 Sumber: Dinas Perhubungan 2000 2. Penentuan Interval Rentang Data Rentang data dapat diperoleh dengan cara mengurangi data yang terbesar dengan data yang terkecil yang ada pada kelompok jumlah kendaraan kemudian dibagi tiga rumusnya adalah sebagai berikut: R = Xt Xr Dimana R : Rentang Xt : Data terbesar dalam kelompok Xr : Data terkecil dalam kelompok Sumber: Sugiyono (2003) 3. Persentase Data Untuk memperoleh persentase data, data disusun dalam tabel dan dideskripsikan. Persentase data dilakukan dengan rumus P = F/n x 100% Keterangan P : Besarnya persen (%) hasil penelitian (persentase jawaban) F : Frekuensi jawaban N : Jumlah responden Adapun kriteria persentase yang digunakan adalah sebagai berikut:

52 Tabel 17 Kriteria Perhitungan Persentase Persentase Keterangan 1 24% Tidak ada 25 49% Sebagian kecil 50% Setengahnya 51 74% Lebih dari setengahnya 75 99% Sebagian besar 100% Seluruhnya Sumber: Koentjaraningrat (1990) E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sumaatmaja (1989:122) populasi adalah keseluruhan gejala (fisik, ekonomi, sosial, budaya, politik) individu (manusia, baik perorangan atau kelompok), kasus (masalah, peristiwa tertentu) yang ada di daerah penelitian, atau dengan kata lain populasi identik dengan ruang sampel (sampel space). Dalam penelitian ini terdapat dua populasi, yaitu: populasi wilayah dan populasi manusia. Populasi wilayah dalam penelitian ini adalah Kota Bandung, yang terdiri dari 26 Kecamatan dengan luas wilayah 16.729,65 Ha.(PP No. 16 1987) sedangkan populasi manusia adalah para pengguna kendaraan di jalan yang merupakan bagian dari penduduk Kota Bandung yang mencapai 2.228.268 jiwa (Sensus 2003) 2. Sampel Menurut Sumaatmaja (1989:122) sampel adalah bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan. Sampel pada

53 penelitan ini terbagi menjadi dua yaitu sampel wilayah (titik-titik kemacetan di Kota Bandung) dan sampel manusia (jumlah pengguna kendaraan). Dalam menentukan jumlah sampel dari populasi yang diteliti, penulis berpedoman pada pendapat Riduwan (2002:81) yang berpendapat bahwa tidak ada ketentuan yang mutlak berapa persen suatu sampel harus diambil dari populasi. Untuk menentukan sampel dipilih berdasarkan klasifikasi jaringan jalan di Kota Bandung yang terdiri dari jalan arteri primer, kolektor primer, arteri sekunder dan kolektor sekunder. Kemudian dikaitkan dengan persebaran titik-titik kerawanan kemacetan lalu lintas yang di kota bandung, sehingga didapatkan empat sampel wilayah penelitian yaitu: Jl Setiabudhi (Terminal Ledeng), Jl. Ahmad Yani (Pasar Kosambi), Jl Merdeka (BIP) dan Jl Laswi (Persimpangan Laswi-Gatsu)

54 Tabel 18 Klasifikasi Jaringan Jalan di Kota Bandung dan Sampel jalan Lokasi Penelitian No Nama Ruas Jalan Panjang (km) Lebar (m) Status Jalan arteri primer 1 Jl. Jend. Sudirman 6.79 13,00-15,00 Nasional 2 Jl. Asia Afrika 1.51 13,00-15,00 Nasional 3 Jl. Jend. A. Yani 5.40 1-14,00 Nasional 4 Jl. Raya Ujungberung 8.04 Nasional 5 Jl. Soekarno Hatta 18.46 10,00 Nasional 6 Jl. Dr. Junjunan 2.00 9,00-13,00 Kota Bandung 7 Jl. Pasteur 0.21 10,60 Kota Bandung 8 Jl. Cikapayang 0.37 9,70 Kota Bandung 9 Jl. Surapati 1.16 12,62 Kota Bandung 10 Jl. PHH. Mustofa 3.34 9,00 Kota Bandung Jalan kolektor primer 1 Jl. Setiabudhi 6.03 9,00-1 Propinsi 2 Jl. Sukajadi 2.57 9,00-1 Propinsi 3 Jl. HOS. Cjokroaminoto (Pasirkaliki) 2.18 13,50 Propinsi 4 Jl. Gardujati 0.41 14,00 Propinsi 5 Jl. Astana Anyar 0.76 8,00 Propinsi 6 Jl. Pasir Koja 0.13 8,00 Propinsi 7 Jl. K.H. Wahid Hasyim (Kopo) 2.96 13,00 Propinsi 8 Jl. Moch. Toha 3.47 12,00-15,00 Kota Bandung 9 Jl. Ters. Buah Batu 1.06 10,00 13,00 Propinsi 10 Jl. Ters. Kiaracondong 1.16 Propinsi 11 Jl. Moch. Ramdan 0.94 10,50 Kota Bandung 12 Jl. Ters. Pasir Koja 2.72 8,00 Kota Bandung 13 Jl. Rumah Sakit 2.83 5,00 Kota Bandung 14 Jl. Gedebage Selatan 3.08 6,00 Kota Bandung Jalan arteri sekunder 1 Jl. Kiaracondong 4.12 Propinsi 2 Jl. Ters. Kiaracondong 0.99 Propinsi 3 Jl. Jamika 0.91 4,00 Kota Bandung 4 Jl. Peta 2.60 10,20 Kota Bandung 5 Jl. BKR 2.30 10,20 Kota Bandung 6 Jl. Pelajar Pejuang 45 1.48 20,00 Kota Bandung 7 Jl. Laswi 1.10 20,00 Kota Bandung 8 Jl. Sukabumi 0.64 9,00 Kota Bandung 9 Jl. Sentot alibasa 0.20 16,00 Kota Bandung 10 Jl. Dipenogoro 0.66 12,62 Kota Bandung 11 Jl. W.R. Supratman 1.86 7,94 Kota Bandung 12 Jl. Jakarta 1.15 14,00-15,50 Kota Bandung 13 Jl. Ters. Jakarta 2.76 14,00-15,50 Kota Bandung 14 Jl. Ters. Pasirkoja 2.68 8,00 Kota Bandung 15 Jl. Pasirkoja 0.46 8,00 Kota Bandung 16 Jl. Abdul. Muis 1.68 6,00 Kota Bandung

Jalan kolektor sekunder 1 Jl. Ir. H. Juanda 5.64 15,00 Kota Bandung 2 Jl. Dipatiukur 1.83 8,88 Kota Bandung 3 Jl. Merdeka 1.04 12,00 Kota Bandung 4 Jl. Ciumbuleuit 2.44 6,50 Kota Bandung 5 Jl. Setiabudhi 1.48 9,00-1 Kota Bandung 6 Jl. Cihampelas 0.14 7,00 Kota Bandung 7 Jl. Siliwangi 1.06 12,00 Kota Bandung 8 Jl. Gegerkalong Hilir 2.10 6,00 Kota Bandung 9 Jl. Tubagus Ismail 1.27 5,50 Kota Bandung 10 Jl. Sadang Serang 0.71 6,50 Kota Bandung 11 Jl. Cikutra Barat 0.88 6,00 Kota Bandung 12 Jl. Cikutra Timur 2.37 8,00 Kota Bandung 13 Jl. Antapani Lama 1.26 5,00 Kota Bandung 14 Jl. Pacuan Kuda 2.44 3,00 Kota Bandung 15 Jl. Ciwastra 5.80 6,00 Kota Bandung 16 Jl. Rajawali Barat 1.02 10,00 Kota Bandung 17 Jl. Rajawali Timur 1.54 13,50 Kota Bandung 18 Jl. Kebonjati 1.40 12,17 Kota Bandung 19 Jl. Suniaraja 0.24 1-14,50 Kota Bandung 20 Jl. Lembong 0.45 9,50 Kota Bandung 21 Jl. Veteran 0.83 12,00 Kota Bandung Sumber: Bina Marga Kota Bandung 55

56 Tabel 19 Titik -titik Kerawanan Kemacetan Lalu lintas di Kota Bandung No Ruas-ruas Jalan 1 Setiabudhi (Terminal Ledeng) 2 Gerlong girang Gerlong hilir 3 Setiabudhi (pertokoan, borma) 4 Sukajadi Eykman 5 Sutami (setrasari mall) 6 Surya Sumantri Sutami Junjunan 7 Junjunan (BTC) 8 Pasirkaliki Rajiman, Pasirkaliki Pajajaran 9 Pasirkaliki Kebon Kawung, GarduJati KebonJati, Sudirman Astanaanyar 10 Astanaanyar Cibadak Pagarsih 11 Pasirkoja Astanaanyar, Astanaanyar Panjunan 12 Kebonjati (Terminal St. Hall) 13 Soekarno Hatta Pasirkoja 14 Soekarno Hatta Holis 15 Soekarno Hatta Sumbersari 16 Soekarno Hatta Babakan Ciparay (Pasar Induk Caringin) 17 Soekarno Hatta Kopo 18 Soekarno Hatta Cibaduyut (Terminal Leuwipanjang) 19 Sudirman Jamika 20 Jamika Pasirkoja 21 Setiabudhi Cihampelas Siliwangi 22 Juanda Tubagus Ismail Dipatiukur 23 Juanda Sulanjana 24 Riau Merdeka Aceh 25 Wastukencana Taman Sari 26 Buahbatu Lingkar Selatan, Buahbatu Kliningan, Buahbatu Guntursari 27 Soekarno Hatta Buahbatu 28 Soekarno Hatta Muhammad Toha 29 Lingkar Selatan Otta Iskandar Dinata Muhammad Toha 30 Achmad Yani (Terminal Cicaheum) 31 Lingkar Selatan Martanegara 32 Gatot Subroto Lingkar Selatan 33 Lingkar Selatan Sukabumi 34 Achmad Yani Riau 35 Achmad Yani Kiaracondong Supratman 36 Achmad Yani (Pasar Kosambi) 37 Soekarno Hatta Kiaracondong 38 Soekarno Hatta Putaran 39 Soekarno Hatta (Bundaran Cibiru) 40 Nasution Rumah Sakit 41 Nasution Cijambe Sukaasih Cicukang 42 Nasution Sindanglaya Sumber: Dinas Perhubungan dan Satlantas Polwiltabes Bandung

57 No. Tabel 20 Jumlah Sarana Angkutan Umum dan Pribadi 2002 2003 Jenis Kendaraan 2004 (unit) (unit) (unit) 1. Sepeda Motor 324.366 344.132 424.580 2. Mobil Penumpang 175.333 181.115 219.011 3. Mobil Barang 45.648 46.758 54.261 4. Mobil Bus a. Umum - Bus Besar - Bus Sedang - Bus Kecil b. Bukan Umum 1.276 70-2.105 1.276 70-2.151 1.276 70-2.151 5. Kendaraan Khusus 261 260 260 6. Mobil Penumpang Umum 8.099 8.526 8.811 7. Kendaraan Roda Tiga - - 555 Jumlah 557.158 584.288 710.975 Sumber: Samsat Kota Bandung dan Satlantas Polwiltabes Bandung

58

59