BAB III METODOLOGI. Menurut Surakhmad (1994) metode adalah cara utama yang digunakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI. Menurut Surakhmad (1994) metode adalah cara utama yang digunakan"

Transkripsi

1 29 BAB III METODOLOGI A. Metode Penelitian Menurut Surakhmad (1994) metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa atau penelitian dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Selanjutnya menurut Arikunto (2006) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data penelitiannya. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian survey, yaitu metode penelitian terhadap objek tertentu yang membutuhkan informasi banyak sehingga membutuhkan alat untuk mewadahi data yang banyak, tertentu dalam variasi data yang akurat. Untuk itu dibutuhkan suatu alat yang disebut questionnaires (daftar pertanyaan) untuk objek yang dapat diwawancarai dan daftar isian (formulir/cek lis) untuk objek yang tidak dapat diwawancarai (Yunus, 2010). B. Bahan dan Alat 1. Bahan a. Data Citra Penginderaan Jauh Data berupa informasi spasial Kota Bandung berdasarkan hasil interpretasi penginderaan jauh dengan menggunakan citra digital Quickbird daerah Kota Bandung hasil perekaman tanggal 1 Agustus Data yang diambil dari citra Quickbird adalah data pemanfaatan lahan kota dan jaringan jalan.

2 30 b. Data terestris (data lapangan) Data ini merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan. Data yang diperoleh yaitu jumlah kendaraan, kondisi rambu, dan kondisi trotoar. kendaraan, dan data tentang jalan-jalan utama yang berada di Kota Bandung. c. Data peta Data ini merupakan data yang berasal dari peta atau data yang telah terekam pada peta kertas atau film kemudian dikonversikan. Dalam penelitian ini data yang diambil adalah peta rupabumi yang digunakan untuk memperoleh batas administratif Kota Bandung. d. Data Sekunder Data yang berasal dari instansi yang terkait yaitu : 1) Badan Pusat Statistik, berupa kondisi fisik kota Bandung yang didapat dari Kota Bandung dalam Angka ) Dinas Perhubungan dan Dinas Binamarga, berupa data kemacetan lalu lintas, jaringan jalan, dan manajemen lalu lintas Kota Bandung. 3) Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung, berupa data keberadaan pedagang kaki lima di Kota Bandung. 2. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat hardware, softaware, dan alat lapangan yitu :

3 31 a. Hardware 1) Seperangkat komputer untuk keperluan pengolahan data citra Quickbird dan proses digitasi peta dengan spesifikasi sebagai berikut : a) Central Processing Unit (CPU) Pentium 4 dengan kecepatan 3.0 Ghz, untuk memudahkan proses pengolahan citra dan digitasi peta. b) Kartu Grafis (VGA) 512 Mb, untuk memudahkan proses interpretasi visual citra Quickbird, karena resolusi spasial citra Quickbird sangat besar sehingga memerlukan kapasitas kartu grafis yang cukup untuk memperlancar proses pengerjaannya. c) Random Access Memory (RAM) sebesar 1 Gb, dengan kapasitas RAM sebesar ini proses pengolahan citra akan lebih cepat, dan tidak menggangu proses lainnya. d) Kapasitas penyimpanan data Hard Disk Drives (HDD) > 10 Gb, dengan kapasitas penyimpanan data sebesar ini data hasil pengolahan citra tidak akan tercecer, hal ini disebabkan data citra Quickbird sangat besar. 2) Printer, untuk proses output hasil citra dan peta. b. Software Perangkat lunak yang digunakn adalah Map Info 7.5, ArcView GIS 3.3, untuk digitasi dan pembuatan/analisis SIG dan ER Mapper 6.4 untuk koreksi geometrik.

4 32 c. Alat lapangan. Alat lapangan yang dugunakan dipakai yaitu GPS (Global Positioning Sistem) digunakan untuk mengetahui posisi daerah penelitian, kamera digital digunakan untuk mendokumentasikan gambar-gambar dari situasi yang sebenarnya, meteran untuk pengukuran panjang dan lebar jalan, dan pedoman observasi. C. Variabel Penelitian Menurut Soewarno (1987) variabel adalah karakteristik yang dapat diamati dari suatu (objek) dan mampu memberikan bermacam-macam nilai atau beberapa kategori. Selanjutnya menurut Arikunto (1998), variabel adalah objek penelitian yang bervariasi, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Jadi variabel penelitian adalah objek kajian yang kita amati berdasarkan berbagai penilaian sehingga ada pembatasan kajian yang menjadi titik pusat. Dalam penelitian yang dilakukan titik pusat yang dijadikan batasan adalah factor-faktor kemacetan di Kota Bandung yang bersumber dari data citra Quickbird tahun Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu : Tabel 3.1 Variabel penelitian No. Variabel Bebas Variabel Terikat Pemanfaatan lahan Volume Kapasitas Jalan Derajat kejenuhan tingkat pelayanan jallan Keberadaan parkir on the street Keberadaan pasar tumpah Trotoar Ketersediaan rambu Kemacetan lalu lintas

5 33 D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Sumaatmadja (1988) Populasi adalah keseluruhan gejala, individu, kasus, dan masalah yang diteliti di daerah penelitian yang dapat dijadikan objek penelitian. Adapun Arikunto (2006) menyatakan bahwa Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Selanjutnya Tika (2005) mengemukakan bahwa populasi merupakan himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Himpunan individu atau objek yang terbatas adalah himpunan individu atau objek yang dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlahnya maupun batasannya. Sedangkan himpunan individu atau objek yang tidak terbatas merupakan himpunan individu atau objek sulit diketahui jumlahnya walaupun batas wilayahnya kita ketahui. Berdasarkan pengertian di atas, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah populasi wilayah kota Bandung yang mengalami kemacetan lalu lintas. Populasi wilayah yang mengalami kemacetan di Kota Bandung berdasarkan data dari dinas Perhubungan yaitu 10 ruas jalan pada jalan arteri primer, 14 jalan arteri sekunder, 13 ruas jalan kolektor primer dan 13 ruas jalan kolektor sekunder. 2. Sampel Menurut Sumaatmadja (1988:112) Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi yang bersangkutan. Untuk penarikan sampel tidak ada ketentuan angka yang pasti mengenai besarnya jumlah sampel yang harus di ambil, yang penting adalah sampel yang diambil tersebut representatif, artinya

6 34 bisa mewakili populasi yang ada. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah titik-titik kemacetan yang paling mewakili. Untuk pengambilan sampel digunakan teknik pengambilan sampel secara acak berimbang (Proporsional Random Sampling) yaitu penentuan jumalah anggota sampel berdasarkan proporsi jumlah anggota sub populasi yang berbeda-beda, sehingga untuk pengambilan sampelnya ditentukan berimbang, misalnya untuk pengambilan anngota sampel sebesar 5% maka untuk semua sub populasi juga harus diambil sebesar 5% (Yunus, 2010:299). Untuk penelitian yang dilakukan sampel yang diambil adalah 30% dari jumlah populasi yang ada. Tabel 3.2 Populasi dan sampel penelitian No. Status Jalan Nama Ruas Jalan Sampel 1. Arteri primer Jalan Jend. Sudirman Jl. Soekarno Hatta 2. Arteri primer Jalan Asia Afrika Jl. Asia Afrika 3. Arteri primer Jalan Jend. Ahmad Yani Jl. Pasteur 4. Arteri primer Jalan Raya Ujungberung 5. Arteri primer Jalan Soekarno Hatta 6. Arteri primer Jalan Dr. Junjunan 7. Arteri primer Jalan Pasteur 8. Arteri primer Jalan Cikapayang 9. Arteri primer Jalan Surapan 10. Arteri primer Jalan PHH Mustofa 11. Arteri Sekunder Jalan Kiaracondong Jl. Kiaracondong 12. Arteri Sekunder Jalan Jamika Jl. BKR 13. Arteri Sekunder Jalan Peta Jl. Diponegoro 14. Arteri Sekunder Jalan BKR Jl. W.R. Supratman 15. Arteri Sekunder Jalan Pelajar Pejuang 45 Jl. Jakarta 16. Arteri Sekunder Jalan Laswi 17. Arteri Sekunder Jalan Sukabumi 18. Arteri Sekunder Jalan Sentot Alibasa 19. Arteri Sekunder Jalan Diponegoro 20. Arteri Sekunder Jalan W.R. Supratman 21. Arteri Sekunder Jalan Jakarta 22. Arteri Sekunder Jalan Ters. Jakarta 23. Arteri Sekunder Jalan Abdul Muis 24. Arteri Sekunder Jalan Terusan

7 35 Kiaracondong 25. Kolektor primer Jalan Setiabudhi Jl. Astana Anyar 26. Kolektor primer Jalan Sukajadi Jl. Pasir Koja 27. Kolektor primer Jalan HOS Cjokroaminoto Jl. K.H. Wahid Hasyim (Kopo) 28. Kolektor primer Jalan Gardujati 29. Kolektor primer Jalan Astana Anyar 30. Kolektor primer Jalan Pasir Koja 31. Kolektor primer Jalan KH. Wahid Hasyim (Kopo) 32. Kolektor primer Jalan Moch. Toha 33. Kolektor primer Jalan Moch. Ramdhan 34. Kolektor primer Jalan Terusan Buah Batu 35. Kolektor primer Jalan Gedebage Selatan 36. Kolektor sekunder Jalan IR. H. Juanda Jalan IR. H. Juanda 37. Kolektor sekunder Jalan Dipatiukur Jalan Cihampelas 38. Kolektor sekunder Jalan Merdeka Jalan Gegerkalong Hilir 39. Kolektor sekunder Jalan Cimbuleuit Jalan Siliwangi 40. Kolektor sekunder Jalan Setiabudhi 41. Kolektor sekunder Jalan Cihampelas 42. Kolektor sekunder Jalan Gegerkalong Hilir 43. Kolektor sekunder Jalan Tubagus Ismail 44. Kolektor sekunder Jalan Cikutra Barat 45. Kolektor sekunder Jalan Cikutra Timur 46. Kolektor sekunder Jalan Antapani Lama 47. Kolektor sekunder Jalan Siliwangi 48. Kolektor sekunder Jalan Kebonjati Sumber : Dinas Perhubungan dan Satlantas, 2010 Pengambilan sampel dilakukan yaitu dengan mengambil 30% dari seluruh populasi secara proporsional. Berdasarkan hasil perhitungan didapat 15 titik sampel yang akan diteliti mewakili jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer dan kolektor sekunder. Adapun alasan pemilihan jalan dilakukan berdasrkan berbagai pertimbangan dikarenakan ruas-ruas jalan yang dijadikan sampel merupakn kawasan pusat perdagangan dan jasa, industri, dan keterjangkuan akses.

8 36 E. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini proses pengolahan dan analisis data terdiri atas lima tahap, yaitu. 1. Tahap Persiapan Tahap ini meliputi tahap studi pustaka dan pengumpulan data penginderaan jauh (berupa citra Quickbird) tahun 2008 serta data penunjang (Peta Rupa Bumi tahun 2001 kemudian melakukan pembuatan peta dasar dari Peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) yaitu berupa peta batas administratif kota Bandung, selanjutnya melakukan registrasi dan retifikasi data digital citra Quickbird tahun 2008 dengan melakukan koreksi radiometri dan koreksi geometri pada citra Quickbird dengan menggunakan perangkat lunak ER Mapper 6.4. Adapun secara rinci tahap persiapan yang dilakukan yaitu : a. Studi pustaka, yaitu mepersiapkan literatur dan data sekunder dari berbagai sumber. Adapun data dan literature yang diperoleh berupa : 1) Sumber literatur berupa buku. Buku-buku yang digunakan sebagai literatur judul-judulnya antara lain Sistem Informasi Geografi, Penginderaan Jauh, Sistem Transportasi Kota, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Pengideraan Jauh dan Interpretasi Citra, The Geography of Transport Systems, Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Pengelolaan Lalu Lintas dan Agkutan Jalan, dan Metode Penelitian. 2) Sumber literatur berupa jurnal. Adapun sumber literatur berupa jurnal diantaranya Spectrometry and Hyperspectral Remote Sensing of Urban

9 37 Road Infrastructure, Rethinking Traffic Congestion, Cosmos - Congestion Management Strategies and Methods in Urban Sites, Pemodelan Kecelakaan Lalu Lintas melalui Foto Udara, dan Kajian Proses Manuver Parkir di Badan Jalan di Kota Bandung. 3) Sumber literatur berupa skripsi dan tesis. Adapun judul-judul skripsi yang digunakan adalah Hubungan Kedisiplinan Sopir Angkutan Perkotaan dengan Kemacetan Lalu Lintas di Sepanjang Jalan Ir. H. Djuanda Kota Bogor, Aplikasi SIG Untuk Penyusunan Basisdata Jaringan Jalan Di Kota Magelang, Pemanfaatan Data Digital Quickbird dan Sistem Informasi Geografis untuk Studi Manajeman Jalan dan Lalu Lintas, Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Sukasari Dan Kecamatan Cidadap Kota Bandung Dengan Menggunakan Aplikasi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis, dan Pemanfaatan Citra Quickbird dan Sistem Informasi Geografis untuk Mengetahui Tingkat Kemacetan Lalu Lintas di Kota Yogyakarta. Adapun untuk tesis yang digunakan sebagai sumber adalah Kemacetan Lalulintas pada Ruas Jalan Veteran Kota Brebes dan Pola Kemacetan Lalu-Lintas di Pusat Kota Bandar Lampung. 4) Sumber literatur dari internet. Yaitu literatur hasil browsing, situs-situs yang digunakan adalah dan

10 38 5) Sumber literatur dari media cetak. Sumber yang didapat berupa artikel Macet Melanda Tiap Hari oleh Ofyar Tamin dari pikiran rakyat terbit Senin 2 Agustus ) Sumber literatur dari bahan ajar perkuliahan. Sumber bahan ajar yang dipakai adalah Geografi Ekonomi (bahan ajar mata kuliah Geografi Ekonomi, Jurusan Pendidikan Geografi UPI), Pengantar Geografi Perkotaan (bahan ajar mata kuliah Geografi Desa Kota, Jurusan Pendidikan Geografi UPI), Penginderaan Jauh Untuk Studi Kota (Fakultas Geografi UGM). 7) Data sekunder. Data yang didapat dari berbagai instansi yaitu data kependudukan, sosial, ekonomi dan transportasi dari Badan Pusat Statistik, data lokasi kemacetan, rekayasa lalu lintas Kota Bandung dari dinas perhubungan dan binamarga, dan persebaran pedagang kaki lima dari Satpol PP Kota Bandung. b. Pembuatan batas administrasi pada citra Quickbird yang disesuaikan dengan rupabumi skala 1: untuk mendapatkan gambaran umum mengenai kondisi lokasi penelitian. c. Pemrosesan data citra Quickbird meliputi pemeriksaan atau koreksi radiometri dan geometri dengan peta Rupa Bumi digital skala 1: dan penyesuian dengan citra. Untuk keperluan interpretasi visual pada citra Quickbird dilakukan koreksi radiometri dengan melakukan penajaman kontras dengan perentangan kontras (contrast stretching) yang bertujuan mengoptimalisasi derajat kecerahan penampilan citra selanjutnya untuk

11 39 memperkecil kesalahan dilakukan koreksi geometri dengan menempatkan kembali posisi piksel dengan peta dan citra yang dianggap benar. 2. Tahap Interpretasi Kegiatan interpretasi Citra Quickbird tahun 2008 dilakukan secar visual dengan digitsi on screen meliputi interpretasi klasifikasi pemanfatan lahan tentatif dan peta jaringan jalan. Setelah itu ditentukan lokasi dan jumlah sampelnya berdasarkan metode sampling dan dibuat peta sampelkemudian cek lapangan. 3. Cek Lapangan dan Survey Lapangan Dalam kegiatan survei lapangan ada dua hal yang dilakukan, yaitu cek lapangan. Cek lapangan ditujukan untuk melakukan pengecekan hasil interpretasi citra berupa tutupan lahan dengan pengamatan maupun pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan GPS untuk menentukan lokasi suatu titik. GPS adalah sistem pencarian posisi dengan akurasi tinggi berbasis satelit dan dapat diakses oleh siapapun dan dimanapun di seluruh permukaan bumi kemudian dianalisis. Titik survey diambil berdasarkan hasil interpretasi perbandingan citra Quickbird tahun 2008, yang diolah melalui peta sampel penelitian untuk dicek kebenarannya oleh peneliti sehingga perlu dilakukan cek lapangan. 4. Uji Ketelitian Uji ketelitian yang dilakukan berupa perhitungan ketelitian data yang diperoleh dari citra Quickbird dan data hasil cek lapangan. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui persentasi tingkat keakuratan pemetaan dari citra Quickbird.

12 40 5. Reinterpretasi Berikutnya reinterpretasi (interpretasi ulang) bertujuan untuk menilai ulang dan memperbaiki peta pemanfatan lahn tentataif dan jaringan jalan. Kegiatan ini meliputi interpretasi ulang dan revisi atau perbaikan peta-peta tematik dan penambahan informasi baru dari data lapangan dan data sekunder. a. Pengolahan data pengamatan GPS Pengolahan data pengamatan GPS secara post processing dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak TripWptManager v.4. Prosedur pengolahannya terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap editing data dan pengolahan. Tahap editing data dilakukan agar data pengamatan GPS tersebut siap digunakan untuk proses pengolahan, sedangkan tahap pengolahan digunakan untuk mendapatkan posisi definitif titik kontrol tanah dalam sistem koordinat UTM. b. Uji Ketelitian Interpretasi Citra Quickbird Uji ketelitian interpretasi citra Quickbird sangat mempengaruhi besarnya kepercayaan yang dapat diberikan terhadap data citra tersebut dan hasil penelitian, karena itu perlu dilakukan uji ketelitian. Uji ketelitian dilakukan dengan membandingkan antara hasil interpretasi citra Quickbird dengan kenyataan yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran lapangan. Ketelitian yang dihasilkan ada dua jenis, yaitu ketelitian hasil kesesuaian interpretasi dan ketelitian pemetaan dalam penelitian ini menggunakan ketelitian hasil kesesuaian interpretasi. Dalam hal ini yang diuji adalah hasil kesesuaian interpretasi citra Quickbird yang didapat dari survey lapangan dengan alat berupa tabel kesesuaian

13 41 dan bukan luas unitnya. Tabel tersebut berisikan titik lokasi hasil interpretasi, lokasi survei dan koordinat. Tabel 3.3 Kesesuaian interpretasi No. Lokasi Interpretasi Lokasi Survei Koordinat X,Y 1. Jalan Arteri primer Jalan Arteri primer X 1,Y 5 2. Pemukiman Pemukiman X 8,Y 10 dst dst Dst Dst (Febrianto, 2007 dalam Yusron 2010) Berdasarkan tabel tersebut diharapkan dapat diketahui nilai keakuratan interpretasi dengan rumus Jumlah Kebenaran Interpretasi= x100 Menurut Campbell (1983) dalam Danoedoro (2005) menyebutkan bahwa nilai ambang akurasi keseluruhan adalah sebesar 85 %. Nilai tersebut digunakan sebagai nilai minimum untuk diterimanya suatu pemetaan penutup/penggunaan lahan berbasis citra penginderaan jauh. Sedangkan ketelitian interpretasi atau klasifikasi menurut Jensen (Sutanto, 1999) merupakan fungsi dari tema studi, kesesuaian lokasi studi, karakteristik objek (jenis, ukuran, bentuk, distribusi), kemampuan sensor dan resolusi, metode klasifikasi. Uji hasil ketelitian citra dalam penelitian ini menggunakan metode Short (Sutanto, 1999) yang dapat dilihat pada table 3.4

14 42 Tabel 3.4 Matriks Uji Ketelitian Hasil Interpretasi Kategori Lapangan Kategori Hasil Interpretasi Jumlah Omisi Komisi Ketelitian Pemetaan A B C D A /43=42% 7/43=16% 25/ =50% B /63=42% 11/63=17% 50/ =68% C /72=42% 18/72=25% 60/ =67% D /106=42% 13/106=12% 100/ =84% Jumlah Sumber : Short dalam Sutanto (1999) dengan perubahan. Keterangan A,B,C,D = Jenis Objek Omisi Komisi = Jumlah semua pixel bukan X pada baris X = Jumlah semua pixel bukan X pada lajur X Ketelitian seluruh hasil interpretasi = Rumus ketelitian interpretasi (Kp): (Sutanto, 1999) = F. Teknik Analisis Data Untuk mengevaluasi tingkat kemacetan lalu lintas maka analisis data dilakukan dengan proses overlay peta-peta parameter kemacetan yaitu peta pemanfaatan lahan, peta volume lalu lintas, peta kapasitas ruas jalan, peta derajat kejenuhan, peta tingkat pelayanan jalan, peta parkir badan jalan, peta sebaran PKL, peta kondisi trotoar dan peta keberadaan rambu. Semua peta menggunakan koordinat, skala, dan sistem proyeksi yang sama. Selain itu digunakan anlisis dengan pengharkatan dan pembobotan.

15 43 a. Menganalisis dengan Metode Pengharkatan dan Pembobotan 1) Pengharkatan Pengharkatan atau pengskoran dilakukan dengan memberikan skor pada variabel yang telah dikelompokan. Adapun pengharkatan yang dilakukan yaitu : a) Pemanfaatan lahan perkotaan Tata guna lahan perkotaan memiliki peran besar dalam terjadinya kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas dominan terjadi pada tata guna lahan perkotaan yang menjadi berbagai pusat kegiatan seperti kegiatan ekonomi dan pendidikan. Adapun tata guna lahan perkotaan yang berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas yaitu : Tabel 3.5 Harkat penggunaan lahan Jenis Penggunaan Lahan Permukiman kota (kompleks perumahan, kampung, kawasan rumah tinggal lainya ) Permukiman kota (kompleks perumahan, kampung, kawasan rumah tinggal lainya ) Transportasi, komunikasi, dan utilitas (areal parkir, kuburan, tanah kosong) Perdagangan, jasa, dan industri (kawasan perdagangan, kawasan jasa, industri) Perdagangan, jasa, dan industri (kawasan perdagangan kecuali pasar, kawasan jasa) Kelembagaan (sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit) Transportasi, komunikasi, dan utilitas (terminal, stasiun) Perdagangan, jasa, dan industry (kawasan perdagangan dengan pasar, kawasan jasa) Transportasi, komunikasi, dan utilitas (terminal, stasiun) b) Sumber : IHCM 1997 dan Tim Dosen Fakultas Geografi UGM Harkat

16 44 c) Volume Volume lalu lintas digunakan sebagai salah satu parameter kemacetan lalu lintas. Volume digunakan sebagai salah satu variabel karena kemacetan lalu lintas terjadi apabila volume kendaraan tinggi mendekati atau bahkan melebihi kapasitas jalan itu sendiri. Adapun untuk volume lalu lintas yang digunakan adalah volume LHR di Kota Bandung berdasarkan data volume lalu lintas dari dinas perhubungan. Untuk pengklasifikasian dilakukan pengolahan data dengan perhitungan statistic, dan hasilnya berupa klasifikasi volume LHR pada tabel 3.6. d) Kapasitas Tabel 3.6 Harkat volume lalu lintas Volume LHR Nilai (SMP/Km) Harkat Rendah 456, Sedang 1.607, Tinggi 2.758, ,25 3 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik, 2010 Kapasitas secara sederhana merupakan kemampuan ruas jalan dalam menampung beban kendaraan yang melintas. Kemacetan terjadi pada jalan yang terlintasi oleh kendaraan dengan volume yang mendekati atau melebihi batas kemampuan ruas jalan untuk menampung kendaraan. Tabel 3.7 Harkat kapasitas Kapasitas Nilai (SMP/jam) Harkat Rendah 971, ,99 3 Sedang 2.715, ,18 2 Tinggi 4.459, ,36 1 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik, 2010

17 45 e) Derajat Kejenuhan Derajat kejenuhan merupakn perbandingan antara volume lalu lintas ratarata dengan kapasitas jalan (Q/C). Derajat kejenuhan digunakan untuk menilai tingkat kemecetan lalu lintas yang terjadi. Tabel 3.8 Harkat derajat kejenuhan Derajat Keterangan Kejenuhan Rendah Q/C 0.8 / Kecepatan rata-rata kendaraan > 24 Km/jam Tinggi Q/C > 0.8 / Kecepatan rata-rata kendaraan 24 Km/jam Sumber : Susanti, 2009 Harkat 1 2 f) Tingkat pelayanan jalan Tingkat pelayanan jalan tersebut diklasifikasikan lagi menjadi lebih sderhan menjadi tiga kelas, yaitu : Tabel 3.9 Harkat tingkat pelayanan Tingkat pelayanan jalan Keterangan Harkat V/C < 0,8 Kondisi Stabil 1 0,8 V/C 1,0 Kondisi Tidak Stabil 2 V/C 1,0 Kondisi kritis 3 Sumber : Tamin, 2000 g) Kebijakan Parkir Untuk parkir dikategorikan berdasarkan ada dan tidak adanya parkir pada badan jalan di lapangan. Keberadaan parkir pada badan jalan dijadikan sebagai variabel kemacetan lalu lintas karena secara langsung mempengaruhi tingkat pelayanan suatu ruas jalan. terkurangi kapasitasnya.

18 46 Tabel 3.10 Harkat parkir badan jalan Parkir badan jalan Harkat Ada 2 Tidak ada 1 Sumber : Analisis data Sekunder, 2010 h) Pedagang Kaki Lima Pedagang kaki lima (PKL) dijadikan sebagai variabel karena keberadaannya jelas terjadi di Kota Bandung. Keberadaanya mempengaruhi kemacetan lalu lintas karena PKL biasanya terdapat di trotoar atau pun jalanjalan tertentu. i) Trotoar Tabel 3.11 Keberadaan pasar tumpah Pedagang Kaki Lima Harkat Ada 2 Tidak ada 1 Sumber : Analisis data Sekunder, 2010 Penggunaan trotoar sesuai dengan fungsinya akan memaksimalkan penggunaan jalan. Ketiadaan trotoar dapat mengurangi lebar jalan karena pejalan kaki akan menggunakn jalan untuk beraktivitas. Oleh kraena itu ada tidaknya trotoar mempengaruhi kapasitas jalan. Tabel 3.12 Keberadaan trotoar Keberadaan trotoar Harkat Ada trotoar 1 Ada trotoar tetapi berubah fungsi 2 Tidak ada trotoar 3 Sumber : Susanti, 2009

19 47 j) Ketersediaan Rambu Keberadaan rambu penting dalam pengaturan ketertiban lalu lintas. Rambu digunakan sebagai indikasi kemacetan lalu lintas karena semakin kecil prosentase keberadan rambu semakin besar kemungkinan terjadi kemacetan lalu lintas. Tabel 3.13 Keberadaan rambu lalu lintas Keberadaan rambu Keterangan Harkat Sangat baik Baik Sedang Jelek Sumber : Susanti, 2009 Rasio krberadaan rambu dengan kebutuhan rambu >75% Rasio krberadaan rambu dengan kebutuhan rambu >50% - 75% Rasio krberadaan rambu dengan kebutuhan rambu >25% - 50% Rasio krberadaan rambu dengan kebutuhan rambu < 25%

20 48 2) Pembobotan Adapun untuk menentukan tingkat kemacetan lalu lintas dilakuka pembobotan pada setiap variabel, yaitu : Tabel 3.14 Faktor Pembobot Indikator Kemacetan No. Indikator Kemacetan lalu lintas Bobot Pemanfatan lahan Volume Kapasitas Derajat kejenuhan Tingkat pelayanan jalan Keberadaan parkir badan jalan Keberadaan PKL Trotoar Ketersediaan rambu Sumber : Analisis data sekunder, 2010 Harkat total = (Harkat A x pembobot A) + (Harkat B x pembobot B) +...(harkat n x pembobot n) Harkat terbesar = (5 x 2) + (3x 2) + (3 x 2) + (2 x 2) + (3 x 2)+ ( 2 x 1) + (2 x 1) + (3x 1) + (4 x 1) = 43 Harkat terkecil = (1 x 2) + (1 x 2) + (1 x 2) + (1 x 2) + (1 x 1) + (1 x 1) + (1 x 1) + (1 x1) + (1 x 2) = 14 Interval Kelas = harkat total tertinggi harkat total terendah Jumlah kelas Interval Kelas = = 9,67= 8 3

21 49 Berdasarkan perhitungan tersebut dilakukan klasifikasi tingkat kemacetan lalu lintas yang sebagai berikut : Tabel 3.15 Tingkat Kemacetan Lalu Lintas Harkat Total Tingkat Kemacetan Keterangan Volume, kapasitas dan derajat kejenuhan rendah, penggunaan lahan permukiman kota (kompleks perumahan, kampung, 14-23,67 Rendah kawasan rumah tinggal lainya ), tidak ada parkir badan jalan atau pun PKL, trotoar masih berfungsi dengan baik, rambu lalu lintas tersedia dengan cukup dan tingkat pelayanan jalan stabil. Volume, kapasitas dan derajat kejenuhan lalu lintas sedang, penggunaan lahan permukiman kota, perdagangan bukan 23,68 33,35 Sedang pasar, industri dan jasa. Keberadaan parkir dan pasar tumpah ada sebagian di ruas jalan tertentu dan tingkat pelayanan jalan mulai tidak stabil. 33,36-43 Tinggi Volume, kapasits, dan kepadatan tinggi, ditambah parkir pada badan jalan atau pun PKL dengan penggunaan lahan kawasan perdagangan, jasa dan industry dan tingkat pelayanan jalan sudah kritis. Sumber : Analisis data sekunder, 2010

22 50 Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Citra Digital Satelit Quickbird tahun 2008 Peta Rupabumi Skala 1: Data Sekunder Data Primer Interpretasi Peta pemanfaatan lahan tentatif Skala 1: Digitasi Peta batas administrasi Kota Bandung Skala 1: Kapasitas Lokasi pedagang kaki lima Kondisi Trotoar Jumlah kendaraan Parkir Badan Jalan Kondisi rambu Peta jaringan jalan tentatif Skala 1: Digitasi Derajat Kejenuhan Volume Tingkat Pelayanan Cek lapangan Uji akurasi Peta Kapasitas skal 1: Peta pedagang kaki lima skala 1: Digitasi Reinterpretasi Peta pemanfatan lahan Skala 1: Peta jaringan jalan Skala 1: Overlay Peta kondisitrotoar skala 1 : Peta derajat kejenuhan skala 1: Perta volume Kendaraan skala 1: Peta tingkat pelayanan jalan skala 1: Peta Parkir badan jalan skal 1: Peta Kondisi Rambu skala 1: Peta Tingkat Kemacetan lalu lintas Kota Bandung Skal 1:

23 51

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kecelakaan lalu lintas. Dalam penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kecelakaan lalu lintas. Dalam penelitian ini menggunakan 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem informasi geografis, dimana menggabungkan beberapa data dan informasi yang menghasilkan informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun (design) menyeluruh untuk menyelesaikan masalah penelitian (Sutanto,1999) sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra satelit ke dalam peta tematik antara lain sebagai berikut : 1. Bahan a. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, kebutuhan akan adanya sistem informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, kebutuhan akan adanya sistem informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, kebutuhan akan adanya sistem informasi yang mendukung kebutuhan bisnis sangat dibutuhkan secara cepat dan akurat. Seiring dengan adanya kemajuan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Sutanto (1999) mengatakan metode penelitian atau metodologi suatu

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Sutanto (1999) mengatakan metode penelitian atau metodologi suatu BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Sutanto (1999) mengatakan metode penelitian atau metodologi suatu studi ialah rancang-bangun (design) menyeluruh untuk menyelesaikan masalah penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (1988), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan bisa berupa

Lebih terperinci

BAB III PROSUDER PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

BAB III PROSUDER PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode 43 BAB III PROSUDER PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Ali (1983:120) yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data

Lebih terperinci

KAJIAN BANGKITAN PERGERAKAN TRANSPORTASI DI KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

KAJIAN BANGKITAN PERGERAKAN TRANSPORTASI DI KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KAJIAN BANGKITAN PERGERAKAN TRANSPORTASI DI KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Study of Transportation Movement Generation In Bandung City by using QuickBird

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan industri jasa yang memiliki fungsi pelayanan publik dan misi pengembangan nasional, yang secara umum menjalankan fungsi sebagai pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah perkotaan mempunyai sifat yang sangat dinamis, berkembang sangat cepat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan daerah perkotaan dapat secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung yang terdiri dari 16 desa diantaranya Lembang, Jayagiri, Kayuambon, Wangunsari, Gudangkahuripan,

Lebih terperinci

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI 1. Sistem Informasi Geografi merupakan Sistem informasi yang memberikan gambaran tentang berbagai gejala di atas muka bumi dari segi (1) Persebaran (2) Luas (3) Arah (4) Bentuk 2. Sarana yang paling baik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Jakarta Timur, dengan fokus pada Kecamatan Jatinegara. Kecamatan ini memiliki 8 Kelurahan yaitu Cipinang Cempedak, Cipinang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika ( 2005:6) survei merupakan suatu metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jalan merupakan salah satu prasarana perhubungan yang penting dalam kehidupan bangsa dan pembangunan nasional. Jalan sebagai sarana pembangunan pada hakekatnya menyangkut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan kurang lebih selama sebelas bulan yaitu sejak Februari 2009 hingga Januari 2010, sedangkan tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT Lili Somantri Jurusan Pendidikan Geografi, FPIPS, UPI, L_somantri@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingginya angka pertumbuhan penduduk mengakibatkan semakin tingginya tingkat mobilitas di jalan raya. Jumlah kendaraan yang dibutuhkan manusia pun semakin banyak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

Scaffolding 3 (1) (2014) Scaffolding.

Scaffolding 3 (1) (2014) Scaffolding. Scaffolding 3 (1) (2014) Scaffolding http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/scaffolding APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK MENYAJIKAN HIRARKI KLASIFIKASI FUNGSI JALAN DAN DERAJAT KEJENUHAN

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Citra Quickbird untuk menperoleh data variabel penelitian. Digunakan teknik

BAB III METODE PENELITIAN. Citra Quickbird untuk menperoleh data variabel penelitian. Digunakan teknik BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini memanfaatkan Citra Quickbird untuk menperoleh data variabel penelitian. Digunakan teknik interpretasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan di suatu negara. Karena pada dasarnya suatu pembangunan ditujukan untuk dan oleh penduduk itu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian 24 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Metode survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian 20 Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1 Gambaran umum wilayah penelitian Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak di antara 107 0 32 38.91 Bujur Timur dan 6 0 55

Lebih terperinci

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data by: Ahmad Syauqi Ahsan Data pada SIG Mendapatkan data adalah bagian yang sangat penting pada setiap proyek SIG Yang harus diketahui: Tipe-tipe data yang dapat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:5) penelitian eksploratif adalah. Peneliti perlu mencari hubungan gejala-gejala

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik serta alatalat tertentu(surakhmad

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif menurut Tika (2005 : 6) adalah metode yang lebih

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif menurut Tika (2005 : 6) adalah metode yang lebih 25 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Tika (2005 : 6) adalah metode yang lebih mengarah

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Sukajadi. Kecamatan Sukajadi merupakan salah satu kecamatan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 31 BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung Dalam konteks nasional, Kota Bandung mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengkaji mengenai relokasi PKL dari lokasi A ke lokasi B, dimana objek dari penelitian ini mengalami proses relokasi atau pemindahan tempat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam sebuah penelitian diperlukan suatu metode untuk memudahkan penulis untuk memecahkan masalah penelitian. Menurut Arikunto (2002,hlm.151), metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blank Spot 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blank Spot 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lampu-lampu jalan di tiap daerah tampaknya belum tersebar secara merata. Pemerintah di masing-masing daerah di Indonesia khususnya di Propinsi DIY belum memiliki standarisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komputer dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem manajemen berupa informasi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat)

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat) PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN (Kasus di Kota Bandung Bagian Barat) Oleh: Lili Somantri 24060/1-6/259/06 LATAR BELAKANG Terjadinya

Lebih terperinci

3.1. METODOLOGI PENDEKATAN MASALAH

3.1. METODOLOGI PENDEKATAN MASALAH BAB III METODOLOGI 3.1. METODOLOGI PENDEKATAN MASALAH Pendekatan analisis biasanya dilakukan dalam pembuatan suatu model pendekatan dengan penyederhanaan realita yang ada (masalah yang ada beserta parameter

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian ini intinya adalah menguraikan bagaimana cara penelitian dilakukan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan judul tesis dan memenuhi tujuan penelitian.

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KEPADATAN LALU LINTAS DAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN KOTA SURABAYA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KEPADATAN LALU LINTAS DAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN KOTA SURABAYA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KEPADATAN LALU LINTAS DAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN KOTA SURABAYA Witarjo 1, Arna Fariza 2, Arif Basofi 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika 1, Dosen Pembimbing 2 Politeknik

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. ibu kota dari Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung merupakan kota terbesar

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. ibu kota dari Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung merupakan kota terbesar BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Gambaran Umum Kota Bandung 3.1.1.2 Sejarah Kota Bandung Kota Bandung merupakan sebuah kota dan sekaligus menjadi ibu kota dari Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Temuan Studi Temuan studi ini merupakan beberapa hal yang ditemukan saat melakukan studi, terlepas dari dari sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Temuan studi tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri Primer Tohpati-Kusamba Terhadap Penggunaan Lahan di Desa Gunaksa Kecamatan Dawan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pengambilan data atribut berupa data sosial masyarakat dilakukan di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Banten (Gambar

Lebih terperinci

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER) STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER) BAGUS SULISTIARTO 3505 100 029 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA

PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA Pemodelan Spasial Tingkat (Muhammad Rizqan Agustiandy Mahardika) 1 PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA SPATIAL MODELING

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK EVALUASI KEPADATAN LALU LINTAS JALAN ARTERI PRIMER DAN ARTERI SEKUNDER DI KOTA SURABAYA

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK EVALUASI KEPADATAN LALU LINTAS JALAN ARTERI PRIMER DAN ARTERI SEKUNDER DI KOTA SURABAYA APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK EVALUASI KEPADATAN LALU LINTAS JALAN ARTERI PRIMER DAN ARTERI SEKUNDER DI KOTA SURABAYA ARHIYAH RUBIYANTI 3506 100 026 TUGAS AKHIR RG 091536 Arhiyah Rubiyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN TUGAS AKHIR I - 1. D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN TUGAS AKHIR I - 1. D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota metropolitan yang sedang berkembang menjadi kota jasa, perkembangan tempat komersil terjadi dengan begitu pesat dan hampir merata

Lebih terperinci

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 8 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 6º18 6º47 10 LS dan 106º23 45-107º 13 30 BT. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Identifikasi merupakan langkah strategis dalam menyukseskan suatu pekerjaan. (Supriadi, 2007). Tujuan pemerintah dalam rangka penertiban dan pendayagunaan tanah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Menurut Ali (1984, hlm.54) bahwa metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan masalah. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi 31 IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan November 2009 yang secara umum terbagi terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH Penyusunan garis besar langkah kerja merupakan suatu tahapan kegiatan dengan menggunakan metodologi. Metodologi pendekatan analisis dilakukan dengan penyederhanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei sampai September 2010. Lokasi penelitian di sekitar Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12)

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Oleh: Dr.Ir. Yuzirwan Rasyid, MS Beberapa Subsistem dari SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 1. Subsistem INPUT 2. Subsistem MANIPULASI

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan penggunaan lahan merupakan obyek kajian yang dinilai penting untuk diteliti karena dapat berkaitan dengan masalah global maupun lokal. Masalah dari perubahan

Lebih terperinci

PEMETAAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN ( STUDI KASUS BUNDARAN WARU ) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS AKHIR

PEMETAAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN ( STUDI KASUS BUNDARAN WARU ) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS AKHIR PEMETAAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN ( STUDI KASUS BUNDARAN WARU ) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 15 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Transportasi Transportasi merupakan suatu proses pergerakan memindahkan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya pada suatu waktu. Pergerakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tiap-tiap negara mempunyai pertimbangan berbeda mengenai penetapan suatu wilayah yang disebut kota. Pertimbangan itu dipengaruhi oleh beberapa variasi kewilayahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengidentifikasi karakteristik industri kecil dan rumah tangga, menentukan pola distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu penyebab adanya laju pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Mata Kuliah : Sistem Informasi Spasial

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Mata Kuliah : Sistem Informasi Spasial RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Mata Kuliah : Sistem Informasi Spasial Kehutanan Kode MK/SKS : 201M110317 /3 Semester : 3 (tiga) Mata

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. Data Penelitian Data yang digunakan dalam pelaksanaan Evaluasi Kesesuaian Tata Letak Bangunan Terhadap Sempadan Jalan Di Kawasan Central Business District Kota Semarang

Lebih terperinci

Pengantar Teknologi. Informasi (Teori) Minggu ke-11. Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Pengantar Teknologi. Informasi (Teori) Minggu ke-11. Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Pengantar Teknologi FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO http://www.dinus.ac.id Informasi (Teori) Minggu ke-11 Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom Definisi GIS

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisa pengamatan di lapangan, studi referensi, perhitungan dan juga hasil evaluasi mengenai KINERJA RUAS JALAN RAYA CIBIRU JALAN RAYA CINUNUK PADA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi ANALISIS PRIORITAS PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH PERMUKIMAN MELALUI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN KOTAGEDE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 34 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Prioritas pendataan berdasarkan jarak tempuh Jarak tempuh yang dikaji terbagi menjadi dua, yaitu jarak tempuh dari KP PBB Bandung Satu dan jarak tempuh dari

Lebih terperinci

ANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN ANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA)

PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA) PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA) Hudan Pandu Arsa DR. Ing. Ir. Teguh Hariyanto, MSc. Rumusan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan

Lebih terperinci

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan Karangmenjangan Jalan Raya Nginden jika dilihat berdasarkan Dinas PU

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

Lampiran K Jarak dan waktu tempuh yang diperlukan berdasarkan jumlah tim menurut Kep-369/WPJ.09/KB.01/2007 tanggal 31 Mei 2007

Lampiran K Jarak dan waktu tempuh yang diperlukan berdasarkan jumlah tim menurut Kep-369/WPJ.09/KB.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 97 Lampiran K Jarak dan waktu tempuh yang diperlukan berdasarkan jumlah tim menurut Kep-369/WPJ.09/KB.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 Tim 1 Hari Rute (ID Jarak Waktu tempuh Alamat objek pajak) tempuh (m) (det.ik)

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIANTAR SITALASARI TAHUN 2010 DAN TAHUN 2015 DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIANTAR SITALASARI TAHUN 2010 DAN TAHUN 2015 DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD ANALISIS PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIANTAR SITALASARI TAHUN 2010 DAN TAHUN 2015 DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD Ahmad Fadli Siregar Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Perkotaan Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997), jalan perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang

Lebih terperinci

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam Arif Roziqin 1 dan Oktavianto Gustin 2 Program Studi Teknik Geomatika, Politeknik Negeri Batam, Batam 29461 E-mail : arifroziqin@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

PEMETAAN KINERJA LALU LINTAS BUNDARAN WARU SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI TUGAS AKHIR

PEMETAAN KINERJA LALU LINTAS BUNDARAN WARU SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI TUGAS AKHIR PEMETAAN KINERJA LALU LINTAS BUNDARAN WARU SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI TUGAS AKHIR DI SUSUN OLEH : DYMAS YUDHISTIRA 0553010024 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam menggunakan data penelitiannya (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Handayani (2010), metode

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan

Lebih terperinci

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2 KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2 SEBAGAI PENUNJANG DATA DASAR UNTUK RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) Heri Setiawan, Yanto Budisusanto Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI Dalam bab ini akan membahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan studi yang dilakukan, yaitu mengenai pebgertian tundaan, jalan kolektor primer, sistem pergerakan dan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI Pada bab ini diuraikan beberapa kajian teoretis dari literature dan kajian normatif dari dokumen perundangan dan statutory product lainnya yang diharapkan dapat menjadi dasar pijakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DATA DAN INFORMASI TATA RUANG KABUPATEN/KOTA BERBASIS CITRA SATELIT DAN GIS PENGANTAR Pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang besar di berbagai bidang termasuk bidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian Daya Dukung Cihampelas Sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian Daya Dukung Cihampelas Sebagai 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian Daya Dukung Cihampelas Sebagai Daerah Tujuan Wisata Belanja adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencapai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencapai BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Menurut Arikunto (1988:151), metode penelitian atau metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o 40 30 LS-6 o 46 30 LS dan 106

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkup penelitian yang meliputi ruang lingkup wilayah, dan ruang lingkup materi,

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK Analisis Kapasitas, Tingkat Pelayanan, Kinerja dan 43 Pengaruh Pembuatan Median Jalan ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN Adhi Muhtadi ABSTRAK Pada saat ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian berisi penjelasan tentang cara bagaimana penelitian dilakukan. Tahapan studi ini dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan

Lebih terperinci