BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014

Lampiran 1. Rekapitulasi data pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang interna wanita RSUP H. Adam Malik Medan Periode September November 2015

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah metode survey cross sectional yaitu suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

pasien hipertensi di Puskesmas Mergansan dan Puskesmas Kraton Yogyakarta pada tahun 2015.

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bagian Ilmu Penyakit Dalam, sub

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Penyakit hipertensi dikenal dengan sebutan silent killer karena

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam.

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analisis korelatif dengan correlate

BAB I PENDAHULUAN. 90 mmhg.penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. naiknya kadar glukosa darah karena ketidakmampuan tubuh untuk. memproduksi insulin (IDF, 2015). DM adalah suatu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

DAFTAR ISTILAH HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR LAMPIRAN.. INTISARI.. BAB I. PENDAHULUAN..

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Lampiran 1. Surat Ijin Studi Pendahuluan Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan formal yaitu di puskesmas, rumah sakit, dan di apotek. Permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI FITRIA ARDHITANTRI K Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) berdasarkan American Diabetes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PengertianDrug Related Problems Drug Related Problems (DRPs) adalah kejadian yang tidak diinginkan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. oral yang digunakan pada pasien Prolanis di Puskesmas Karangpandan Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi. viii. x x xi xii xiii

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug

PREVALENSI PASIEN KOMPROMIS MEDIS DI POLI GIGI DAN MULUT RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN BERDASARKAN USIA DAN JENIS KELAMIN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh PRILI ARWINDA

AZIMA AMINA BINTI AYOB

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lebih dari 6,0 mg/dl terdapat pada wanita (Ferri, 2017).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI

GDS (datang) : 50 mg/dl. Creatinin : 7,75 mg/dl. 1. Apa diagnosis banding saudara? 2. Pemeriksaan apa yang anda usulkan? Jawab :

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif menggunakan desain pendekatan prospektif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko yang akan dipelajari dan diidentifikasi lebih dahulu kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek (Notoatmodjo, 2010). 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2.1 Waktu Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015-Februari2016 selama 3 bulan. 3.2.2 Lokasi penelitian Lokasi penelitian di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah seluruh penderita penyakit ginjal kronik di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan periodedesember 2015- Februari2016. 3.3.2. Sampel Sampel yang dipilih pada penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

Adapun yang menjadi kriteria inklusi adalah: a. Rekam medis pasien dengan diagnosis PGK dengan penyakit anemia, yang dirawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan b. Kategori semua gender (laki-laki dan perempuan) c. Kategori semua usia d. Pasien yang pulang dengan cara berobat jalan Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak dapat diikut sertakan. Adapun yang menjadi kriteria eksklusi adalah data pasien exit, data pasien pulang atas permintaan sendiri, data pasien pindah ruangan dan data pasien yang tidak lengkap (tidak memenuhi informasi dasar yang dibutuhkan dalam penelitian). 3.4 Rancangan Penelitian 3.4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan secara prospektif yang diambil dari data rekam medis dan status pasien penyakit ginjal kronik yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015 - Februari 2016 menjadi beberapa kelompok. Adapun data rekam medis yang dikelompokan dalam penelitian ini adalah: a. Mengelompokkan data rekam medis berdasarkan inklusi b. Mengelompokkan identitas, pengobatan yang diberikan, data klinis, dan data laboratorium. c. Mengidentifikasi DRPs berdasarkan studi literatur.

3.5 Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif, data kuantitatif diuraikan dalam bentuk tabel dan grafik, sedangkan data kualitatif diuraikan dalam bentuk uraian. 3.6 Bagan Alur Penelitian Adapun gambaran pelaksanaan penelitian adalah seperti Gambar 3.1 Rekam medis Memilih data rekam medis berdasarkan kriteria inklusi Identifikasi DRPs Kategori DRPs, meliputi: Analisis data Penarikan kesimpulan a. Indikasi tanpa obat b. Obat tanpa indikasi c. Obat salah d.dosis obat berlebih e. Dosis obat kurang f. Reaksi obat merugikan g. 3.7 Langkah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di RSUP H.Adam Malik Medan b. Menghubungi Direktur Utama RSUP H.Adam Malik Medan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data dengan membawa surat rekomendasi dari fakultas c. Mengumpulkan data berupa rekam medis dan status yang tersedia di RSUP H.Adam Malik Medan

d. Menganalisis data dan informasi yang sehingga didapatkan kesimpulan dari penelitian. 3.8 Definisi Operasional Data yang digunakan adalah rekam medis pasien dengan keseluruhan jenis kelamin pada penderita anemia dengan penyakit ginjal kronik di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu obat-obat yang tercatat dalam rekam medis pasien, serta menggunakan 7 kategori DRPs pada variabel terikat yaitu: indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi, obat salah, dosis obat kurang, dosis obat berlebih, reaksi obat merugikan dan interaksi obat. Adapun penjelasan kategori DRPs yang digunakan: a. Indikasi tanpa obat adalah pasien mempunyai kondisi medis yang membutuhkan terapi obat pasien tidak mendapatkan obat untuk indikasi tersebut. b. Obat tanpa indikasi adalah pasien mempunyai kondisi medis dan menerima obat yang tidak mempunyai indikasi medis yang valid. c. Obat salah adalah pasien mendapatkan obat yang tidak aman, tidak paling efektif dan kontraindikasimedis yang valid. d. Dosis obat kurang adalah pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat tersebut kurang. e. Dosis obat berlebih adalah pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat tersebut lebih. f. Reaksi obat merugikan adalah pasien mempunyai kondisi medis akibat reaksi obat yang merugikan.

g. adalah pasien mempunyai kondisi medis akibat interaksi obat-obat, dan obat-makanan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Demografi Penderita Penyakit Ginjal Kronik Pada Pasien Anemia Berdasarkan data dari rekam medik di RSUP H. Adam Malik periode Desember 2015-Februari 2016 diperoleh seluruh data penderita penyakit ginjal kronik di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik sebanyak 65 pasien. Hasil yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 20 orang (30,76%) yang pulang dengan cara berobat jalan. 4.2Demografi Penderita Penyakit Ginjal Kronik Pada Pasien Anemia Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Stadium Berdasarkan rekam medis penderita PGKdengan penyakit anemia di ruang interna RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016 diperoleh gambaran umum karakteristik subjek seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian No Karakteristik subjek Jumlah Pasien (n=20) % 1 Jenis Kelamin Wanita 14 70 Pria 6 30 2 Kelompok Usia 20 40 1 5 41 60 14 70 61-80 5 25 3 Stadium Stadium III 1 5 Stadium IV 2 10 Stadium V 17 85

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkanpasien yang terdiagnosis PGK dengan penyakit anemia olehpasien wanita yang berjumlah 14 pasien (70%), dan pada pria berjumlah 6 pasien (30%). Berdasarkan rentang umur pasien yang paling banyak menderita ginjal kronik dengan penyakit anemia adalah pasien dengan rentang usia 41 60 tahun berjumlah 14 pasien (70%).Hal ini sejalan dengan bertambahnya usia, fungsi ginjal akan semakin berkurang. Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara usia 35 80 tahun. Fungsi ginjalakan mengalami penurunan, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.hal ini dikarenakan banyak jaringan yang hilang dari korteks ginjal, glomerulus, dan tubulus. Setelah umur 40 tahun, permukaan glomerulus akan berkurang secara progresif dan jaringan sklerotik akan bertambah. Selain itu setelah umur 35 tahun,laju filtrasi glomerulus (LFG) akan menurun hingga 8 10 ml/menit/1,73m 2 /. Hal ini menyebabkan fungsi ginjal dan pengenceran menurun, keseimbangan elektrolit dan asam basa lebih mudah terganggu bila dibandingkan dengan usia muda. Terjadinya penyakit ginjal kronik tidak hanya disebabkan oleh menurunnya fungsi ginjal sebagai akibat dari bertambahnya usia, namun juga disebabkan oleh faktor resiko diantaranyaglomerulonefritis, diabetes melitus, hipertensi, nefrosklerosis pielonefritis dan sebagainya (Guyton dan Hall, 2006). Berdasarkan stadium penyakit ginjal kronik terdapat 1 pasien (5%) pada stadium III, terdapat 2 pasien (10%) pada stadium IV, dan terdapat 17 pasien (85%) pada stadium V.

4.3 Kejadian DRPs Drug Related Problems (DRPs)merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan dialami oleh pasien akibat terapi obat yang secara aktual maupun potensial dapat mengganggu keberhasilan penyembuhan yang diharapkan (Strand, et al., 1990). Berdasarkan identifikasi terhadap pasien di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016terdapat 19 pasien (95%)yang mengalami DRPs (+) dan 1 pasien (5%) tidak mengalami DRPs (-) seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1 Persentase 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% DRPs (+) DRPs (-) Gambar 4.1 Persentase kasus DRPs Adapun angka kejadian masing-masing kategori yaitu indikasi tanpa obat sebanyak 26 kasus (61,91%); obat tanpa indikasi 1 kasus (2,38%);dosis obat kurang sebanyak tidak ada kasus; dosis obat berlebih tidak ada kasus; obat salah tidak ada kasus;reaksi obat merugikan tidak ada kasus; dan interaksi obat

sebanyak 18 kasus (35,71%). Gambaran umum kejadian DRPs secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 KejadianDrug Related Problems(DRPs) No Kategori DRPs Jumlah Kasus Persentase (%) 1 Indikasi tanpa obat 26 61,91 2 Obat tanpa indikasi 1 2,38 3 Obat salah 0 0 4 Dosis obat kurang 0 0 5 Dosis obat berlebih 0 0 6 Reaksi obat merugikan 0 0 7 15 35,71 Total 42 100 4.4 Pembahasan 4.4.1 IndikasiTanpaObat Indikasi tanpa obat adalah kondisi medis yang membutuhkan terapi obat tetapi tidak mendapatkan obat untuk indikasi yang sesuai (Priyanto, 2009). Jumlah angka kejadian DRPs pada indikasi tanpa obat adalah sebanyak 26kasus (61,91%). Tabel 4.3Drug Related Problems KategoriIndikasiTanpaObat Penyebab Kondisi Pasien Kelompok obat yang Jumlah % dibutuhkan Kasus Pasien dengan Hb < 11,7-16,1 Antianemia 18 69,2 kondisi Suhu > 37 0 C Antipiretik 1 3,85 terbaru membutuhkan Kadar gula darah<120 mmhg Antihipoglikemia 1 3,85 terapi obat Kolesterol total > 200 Antihiperkolesterolemia 1 3,85 yang terbaru mg/dl Tekanan darah > Antihipertensi 1 3,85 110/60-120/80 mmhg Kadar gula darah > 120 mmhg Antidiabetika 4 15,3 8

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terdapat 18 kasus (69,2%) pasien yang tidak mendapatkan terapi antianemia. Anemia yang terjadi pada penderita PGK disebabkan oleh fungsi hematologi darah terganggu dimana berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga rangsangan eritropoesis pada sumsum tulang belakang menurun, terjadinya hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, defesiensi besi dan asam folat akibatnya nafsu makan berkurang,gangguan fungsi trombosit, serta gangguan fungsi leukosit. Anemia merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh penderita PGK. Hal ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup pasien anemia pada PGK (Lukito, 2008). Pada penelitian ini juga terdapat 1 kasus (3,85%) pasien yang tidak mendapatkan terapi antipiretik. Peningkatan suhu tubuh pada penderita PGK terjadi akibat infeksi. Terdapat 1 kasus (3,85% ) pasien yang tidak mendapatkan terapi supportif glukosa yaitu dengan kondisi saat itu pasien mengalami hipoglikemi. Terdapat 1 kasus (3,85%) pasien yang tidak mendapatkan terapi hiperkolesterolemia dengan kondisi kolesterol totalnya 231 mg/dl. Terdapat 1 kasus (3,85%) pasien yang tidak mendapatkan terapi antihipertensikondisi pasien mengalami hipertensi dengan tekanan darah 140/80 mmhg. Serta terdapat 4 kasus (15,38%) pasien tidak mendapatkan antidiabetik dengan kadar gula darah pasien meningkat dan pasien mempunyai riwayat diabetes melitus sebelumnya. 4.4.2Obat Tanpa Indikasi Obat tanpa indikasi adalah pasien mempunyai kondisi medis pasien yang menerima pengobatan yang tidak diperlukan. Ada dua kriteria yang masuk

kategori pemberian obat tanpa adanya indikasi penyakit dan adanya duplikasi penggunaan obat (Priyanto, 2009). Berdasarkan dari hasil penelitian, terdapat 1 kasus (2,38%) dengan pemberian obat tanpa indikasi pada pasien anemia dengan PGK di ruang internawanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015- Februari 2016 Tabel 4.4Drug Related Problems Kategori Obat Tanpa Indikasi No Penyebab Obat Jumlah % Kasus 1 Pasien dapat pengobatan yang tidak tepat untuk indikasi pada saat itu Parasetamol 1 2,38 Berdasarkan Tabel 4.4 di atas ditemukan pemberian parasetamol yang tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien saat itu sebanyak 1 kasus (2,38%). Parasetamol digunakan untuk mengobati demam, sedangkan kondisi klinis pasien saat itu tidak menunjukkan adanya kenaikan suhu tubuh. Efek samping dari penggunaan obat iniakan menimbulkan kondisi penyakit baru terhadap pasien dengan meningkatnya keracunan di hati secara perlahan. 4.4.3 Obat Salah Obat salah adalah pasien mendapatkan obat yang tidak aman, tidak efektif, kontra indikasi dengan kondisi pasien (Priyanto, 2009). Berdasarkan dari hasil penelitian, tidak ditemukan pemberian obat salah pada pasien anemia dengan PGK di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016. 4.4.4 Dosis Obat Kurang Dosis obat kurang adalah pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat tersebut kurang (Priyanto, 2009).

Berdasarkan dari hasil penelitian, tidak ditemukan pemberian dosis obat kurang pada pasien anemia dengan PGK di ruang interna wanita dan priarsup H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016. 4.4.5 Dosis Obat Berlebih Dosis obat berlebih adalah pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat tersebut lebih (Priyanto, 2009). Berdasarkan dari hasil penelitian, tidak ditemukan kasus dosis obat berlebih pada pasien anemia dengan PGK di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016. 4.4.6 Reaksi Obat Merugikan Reaksi obat merugikan adalah pasien mempunyai kondisi medis akibat reaksi obat yang merugikan (Priyanto,2009). Berdasarkan dari hasil penelitian, tidak ditemukan kasus reaksi obat merugikan pada pasien anemia dengan PGK di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016. 4.4.7 Interaksi Obat adalah pasien mempunyai kondisi medis akibat interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, obat dengan obat tradisional dan obat dengan hasil laboratorium. terbagi atas tiga jenis yaitu interaksi farmakokinetika. Interaksi farmakokinetika meliputi (interaksi absorpsi, distribusi, matabolisme dan ekskresi). Interaksi farmakodinamika obat sebagai akibat perubahan biokimia dan fisiologi pasien dengan gangguan ginjal. Interaksi farmasetika yang meliputi interaksi kimia dan fisika.

Pada penelitian ini ditemukan adanya 15kasus interaksi obat dengan obat. Angka kejadian DRPs pada kategori interaksi obat yaitu sebesar 35,71%.Komplikasi-komplikasi yang dialami pasien memerlukan penggunaan polifarmasi yang cenderung akan meningkatkan resikoterjadinya interaksi obat (Stockley, 2005). Tabel 4.5Drug Related Problems Kategori Interaksi Obat Obat Jenis Interaksi Tingkat Jumlah (%) Keparahan Kasus seftriaakson- Farmokodinamika Sedang 4 21,05 furosemid micardis Unknown Sedang 1 5,26 furosemid sukralfat Farmakokinetika Sedang 1 5,26 lansoprazol amlodipin Farmakokinetika Berat 1 5,26 simvastatin bisoprolol- Farmakodinamika Sedang 2 10,53 valsartan bisoprolol dan Tab Farmakokinetika Sedang 1 5,26 teofilin siprofloksasin Farmakokinetika Sedang 1 5,26 aripiprazol alprazolam Farmakokinetika Sedang 1 5,26 fluoksetin fluoksetin Farmakokinetika Sedang 1 5,26 amlodipin alprazolam Farmakokinetika Sedang 1 5,26 omeprazol furosemid sefoperazon Unknown Sedang 1 5,26

4.5 Jumlah Kasus DRPs Pada Setiap Pasien Tabel 4.6 Jumlah Kasus DRPs Pada Setiap Pasien No Nama Obat Klasifikasi DRPs Jumlah kasus DRPs 1 AS Membutuhka Membutuhka Indikasi tanpa obat n antipiretik Membutuhka Indikasi tanpa obat n anti hipoglikemi 2 NL Membutuhka Injekso seftriaksoninjeksi furosemid 3 PB Membutuhka micardis - furosemid sukralfat- lansoprazol amlodipin- simvastatin 4 SU Membutuhka Membutuhka Indikasi tanpa obat n antihipertensi 5 RB Membutuhka seftriakson- furosemid 6 AN Membutuhka 7 NS Membutuhka Lama Perawata n Indikasi tanpa obat 3 kasus 28 hari Indikasi tanpa obat 2 kasus 14 hari Indikasi tanpa obat 4 kasus 8 hari Indikasi tanpa obat 2 kasus 8 hari Indikasi tanpa obat 2 kasus 8 hari Indikasi tanpa obat 1 kasus 3 hari Indikasi tanpa obat 1 kasus 5 hari 8 NR Membutuhka Indikasi tanpa obat 3 kasus 5 hari

bisoprolol- valsartan bisoprolol- teofilin 9 MB Membutuhka Indikasi tanpa obat 2 kasus 9 hari seftriakson - furosemid 10 NM Membutuhka Indikasi tanpa obat 1 kasus 2 hari 11 AZ Antipiretik Obat tanpa indikasi 1 kasus 9 hari.12 EL Membutuhka Indikasi tanpa obat 2 kasus 12 hari siprofloksasi n- aripiprazol 13 RM Membutuhka Indikasi tanpa obat 1 kasus 9 hari 14 RP Membutuhka Indikasi tanpa obat 5 kasus 9 hari Membutuhka Indikasi tanpa obat n antidiabetik alptazolam- fluoksetin fluoksetin- amlodipin alprazolam- omeprazol 15 JK Membutuhka Indikasi tanpa obat 4 kasus 7 hari Membutuhka Indikasi tanpa obat n antidiabetik furosemid- sefoperazon

bisoprolol- valsart an 16 SL Membutuhka Membutuhka n antidiabetik seftriakson- furosemid 17 SM Membutuhka 18 TT Membutuhka Membutuhka n antidiabetik 19 HB Membutuhka Membutuhka n antihiperkole sterolemia Indikasi tanpa obat 3 kasus 3 hari Indikasi tanpa obat Indikasi tanpa obat 1 kasus 8 hari Indikasi tanpa obat 2 kasus 9 hari Indikasi tanpa obat Indikasi tanpa obat 2 kasus 4 hari Indikasi tanpa obat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : a. Total kasus DRPs pasien anemia dengan penyakit ginjal kronik terdapat pada wanita 14 orang dan pria 6 orang di ruang interna RSUP H.Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016. b. Kategori DRPs yang paling banyak terjadi pada pasien anemia dengan penyakit ginjal kronik di ruang interna RSUP H.Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016 adalah kategori indikasi tanpa obat sebanyak 26 kasus (61,91%).