BAB I PENDAHULUAN. pertanian ( off farm) seperti biokimia, agrokimia (pupuk dan pestisida), alat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan pembiayaan yang berdampak pada pemberhentian usaha. Melalui

I.PENDAHULUAN. dikembangkan, baik dalam usaha kecil maupun dalam skala besar. Hal ini terlihat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. populasi, produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha ternak, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah bertekad menjadikan sektor agribisnis, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pertanian dan perkebunan baik yang berskala besar maupun yang berskala. sumber devisa utama Negara Indonesia.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi yang pesat pada saat ini mendorong

BAB I PENDAHULUAN. hanya perusahaan jasa tapi juga perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur.

III KERANGKA PEMIKIRAN

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan bagi peternak disertai pengembangan kelembagaan. Berbisnis

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PERSEPSI PENGUSAHA ATAS PENGARUH KESEDIAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP LABA

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB III MATERI DAN METODE. Daging ayam merupakan salah satu produk hasil ternak yang diminati

BAB I PENDAHULUAN. adalah menyangkut pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perumahan, yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang cukup baik untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h

Gambar 5. Sebaran Peternak Berdasarkan Skala Usaha

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

I. PENDAHULUAN. penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya dengan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat, itu adalah demi mencapai sebuah cita-cita yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan atau yang sering disamakan dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Salah satu tujuan dilaksanakannya

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

BAB I PENDAHULUAN. apapun bisa diperjualbelikan dengan cepat dan mudah sehingga menuntut pelaku

BAB I PENDAHULUAN. makro, sehingga bank yang sehat akan memperkuat perekonomian suatu bangsa.

dengan pengusaha plasma di Desa Turi Toyaning dapat mengatasi masalah menjamin masalah pemasaran maupun tingkat harga hasil produksi petani atau

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan dengan memperhatikan dimensi yang lebih luas dan dilakukan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

I. PENDAHULUAN. pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Kakao Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. permasalahan yang terjadi di kantor tersebut. Waktu penelitian dimulai dari akhir

A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era reformasi merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

POLA KEMITRAAN PT SAYURAN SIAP SAJI DENGAN MITRA BELI BAWANG BOMBAY DI JAWA BARAT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kelihatan megah dan bersih sehingga konsumen (pembeli ) berkeinginan. untuk mengunjunginya dan belanja.

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini perkembangan akan kebutuhan manusia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMENTAN/PK.240/5/2017 TENTANG KEMITRAAN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kampar Provinsi Riau,dengan luas wilayah luas ± 99,66 km 2 atau 9,966 Ha, dengan pusat

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sesuai dengan prinsip ekonomi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agribisnis sebagai salah satu sektor perekonomian unggulan pemerintah memiliki peranan penting dalam meninggakatkan taraf hidup masyarakat. Hal ini di karena sumber daya alam yang dimiliki Indonesia memungkinkan untuk hal tersebut. Agribisnis itu sendiri dikelompokkan dalam tiga sub system, yaitu yang terdiri dari: pertama sub system agribisnis hulu, yaitu meliputi kegiatan di luar pertanian ( off farm) seperti biokimia, agrokimia (pupuk dan pestisida), alat pertanian dan pakan peternak. Sedangkan kegiatan dalam pertanian ( on farm) seperti pembibitan/pembenihan, budidaya peternakan, perikanan, perkebunan dan pertanian. Kedua sub sistem agribisnis hilir, yaitu meliputi kegiatan pengolahan hasil produksi sektor agribisnis hulu. Ketiga sub sistem jasa penunjang, yaitu jasa penunjang, yaitu yang meliputi kegiatan-kegiatan yang menunjang sektor agribisnis perdagangan, penyaluran, transportasi dan jasa pembiayaan. 1 Usaha peternakan ayam broiler merupakan salah satu sub sistem hulu (on farm) agribisnis yang menjadi andalan dalam peternakan Indonesia. Karena peternakan ayam broiler memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan baik dalam skala peternak besar maupun dalam skala peternak kecil (peternakan rakyat). Namun peternak skala kecil Kegiatan usaha mereka tergolong marginal, yaitu dalam arti karena keterbatasan pendanaan serta masih relatif sederhananya 8. 1 Muhammad Firdaus, Manajemen Agribisnis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet ke-3, h. 1

2 tehnik produksi yang dipergunakan menyebabkan pelaku usaha ini kurang berkembang. Di lain pihak pelaku usaha sub sistem yang lain rata-rata merupakan pengusaha non marginal, dalam arti kapasitas usaha mereka cukup besar serta permodalan mereka yang cukup baik. Hal ini memunculkan ketimpangan diantara para pelaku usaha, ketimpangan tersebut tidak hanya dari segi permodalan dan tehnik produksi saja melainkan juga ketimpangan dalam pendistribusian hasil produksi. 2 Selain itu dalam rangka mendukung pertumbuhan pola kemitraan dalam pengembangan usaha peternakan dan mengatasi masalah ketimpangan yang terjadi, pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Pasal 31 angka 1 menganjurkan peternak untuk bekerja sama dengan pihak lain berdasarkan perjanjian yang saling menguntungkan dan berkeadilan. Lebih jauh dijabarkan dalam angka 2 bahwa kemitraan usaha dapat dilakukan dengan perusahaan peternakan. Dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan mendefinisikan kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan menengah dan atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan usaha menengah dan atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Ada tiga unsur yang terkait dengan definisi tersebut, yaitu: pertama, adanya kerja sama antar usaha kecil dengan usaha menengah dan atau usaha besar; kedua, adanya 2 Moh Amin Choiri Setiyaanto, Model Perlindungan Hokum Kemitraan Usaha Antara Peternak Ayam Dengan Pemodal Dalam Perspektif Kesejahteraan, (Juli 2012), Vol 10, No 27. jurnal diakses tanggal 25 mei 2015, http://unu.ac.id/download/e-jurnalarrisalah05.pdf.

3 pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan atau usaha besar; dan ketiga, adanya prinsip yang saling menguntungkan. 3 Kerjasama merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau usaha besar untuk lebih memberdayakan usaha kecil agar dapat tumbuh dan berkembang semakin kuat dan memantapkan struktur perekonomian. Pembinaan dan pengawasan merupakan usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna oleh usaha menengah dan usaha besar terhadap usaha kecil sehingga usaha kecil dapat berkembang dan menjadi usaha besar. Pembinaan dan pengembangan itu dapat dilakukan dalam satu atau lebih aspek seperti pemasaran, pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia, permodalan, manajemen, dan teknologi. 4 Prinsip yang saling memperkuat merupakan prinsip dalam pelaksanaan kemitraan usaha, dimana usaha kecil dapat lebih mampu dan mempunyai keunggulan dalam pengembangan usahanya, yang disebabkan adanya binaan dari usaha menengah dan usaha besar. Prinsip yang saling menguntungkan merupakan prinsip, di mana antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau usaha besar di dalam pelaksanaan kemitraan usaha ini mendatangkan laba atau keuntungan bagi keduanya. 5 Kemitraan adalah strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip 3 Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUH Perdata, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), h. 177-178. 4 Ibid, h. 178 5 Ibid,

4 saling menguntungkan dan saling memberikan manfaat antara pihak yang bermitra. Pola kemitraan di bidang peternakan adalah, salah satu jalan kerjasama antara peternak kecil (plasma) dengan perusahaan swasta atau pemerintah sebagai inti. 6 Pola kemitraan diatur dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Pasal 2 sampai Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan telah ditentukan enam pola kemitraan, yaitu: a) pola inti-plasma; b) pola subkontrak; c) waralaba; d) perdagangan umum; e) distribusi dan keagenan; dan f) bentuk-bentuk lain, seperti bagi hasil, kerjasama operasional, usaha patungan, dan penyebarlusan. Pola kemitraan yang banyak terjadi dalam kemitraan ternak ayam broiler ialah pola kemitraan inti-plasma. Dimana inti adalah pihak penyedia sarana produksi peternakan, bimbingan teknis dan manjemen, menampung serta memasarkan hasil produksi. Sedangkan peternak menyediakan kandang, melakukan kegiatan budidaya, dan hasil dari penjualan ayam diserahkan kepada pihak inti dengan harga yang telah disesuaikan pada isi kotrak perjanjian kerjasama. 7 Bertitik tolak dari definisi dan unsur-unsur kemitraan diatas dapat dikemukakan konsep teoritis dari perjanjian kemitraan merupakan kontrak atau perjanjian yang dibuat antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau besar, 6 Hafsah, Kemitraan Usaha Konsep Dan Startegi, (Jakarta: swadaya, 2000), h. 55 7 Yulien Tika Fitriza, et. Al, Analisis Pendapat dan Persepsi Peternak Plasma Terhadap Kontrak Perjanjian Pola Kemitraan Ayam Pedaging di Provinsi Lampung, (Februari: 2012), Vol 36, No 1, Jurnal diakses tanggal 25 Mei 2015, http:journal.ugm.ac.id/index.php./buletinpeternakan

5 dimana usaha menengah dan atau besar berkewajiban memberikan program kemitraan, pembinaan dan pengembangan kepada usaha kecil, dan usaha kecil berhak untuk menerima program tersebut sesuai kesepakatan yang dibuat antara keduanya. 8 Pada pelaksanaan pola kemitraan antara inti dan plasma ini perlu lebih dicermati dalam hal hubungan kelembagaan antar mitra, sebab secara umum memang harus disadari bahwa pola kemitraan ini mempertemukan dua kepentingan yang sama namun dengan dilatarbelakangi oleh kemampuan manajemen, kekurangan pemahaman dalam pengetahuan hukum serta permodalan yang berbeda sehingga plasma sangat rentan untuk menjadi korban dari perusahaan ini yang jelas-jelas mempunyai latar belakang lebih kuat, baik dari segi permodalan dan manajemen. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan yang dapat membantu peternak plasma, tetapi pada kenyataannya di lapangan pola kemitraan yang terjadi seringkali merupakan perjanjian baku. Perjanjian baku mengandung ciri-ciri sebagai berikut: 9 1. Pada umumnya isi perjanjian ditetapkan oleh pihak yang posisinya lebih kuat; 2. Pihak yang lemah pada umumnya tidak ikut menetukan isi perjanjian yang merupakan unsur aksidentil dari perjanjian; ke-1, h. 60-61 8 Salim HS, op.cit., h. 178 9 Ahmadani Miru, Hukum Kontrak Bernuansa Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet,

6 3. Terdorong oleh kebutuhannya, pihak lemah terpaksa menerima perjanjian tersebut; 4. Berbentuk tertulis; dan 5. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual. Hal ini yang dialami oleh peternak plasma dimana peternak plasma tidak mempunyai kebebasan untuk merundingkan isi dari perjanjian tersebut. Peternak plasma hanya menerima formulir perjanjian yang telah disodorkan oleh perusahaan inti untuk disetujui, tanpa punya kesempatan untuk melakukan negosiasi atas syarat-syarat yang diajukan oleh perusahaan inti. 10 Pelaksanana pola kemitraan peternakan ayam broiler di Kabupaten Indragiri Hulu melibatkan banyak perusahaan besar sebagai perusahaan inti diantaranya ialah PT Gemilang Unggas Prima (selanjutnya disebut PT GUP). Seperti pada perusahaan-perusahaan inti lainnya PT GUP menerapkan perjanjian kemitraan dengan pola inti-plasma. Dengan menggunakan perjanjian baku. Sebagai salah satu perusahaan inti, PT GUP membina dan mengembangkan mitra plasmanya dalam: 11 1. Penyediaan dan penyiapan lahan; 2. Penyediaan sarana produksi; 3. Pemberian bimbingan teknis produksi dan manjemen usaha; 4. Perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan; 10 Moh Amin Choiri Setiyaanto, op., cit, 11 Pasal 27 UU No 20 Tahun 2008 tentang UMKM dan Pasal 3 PP No 44 Tahun 1997 tentang Kemitaan

7 5. Pembiayaan; 6. Pemasaran; 7. Penjaminan; 8. Pemberian informasi; dan 9. Pemberian bantuan lain yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas dan wawasan usaha. Dalam hal pemberian bimbingan teknis produksi dan manajemen usaha, PT GUP menugaskan pengawas lapangan. Adapun yang menjadi tugas dari pengawas lapangan dalam perjanjian kemitraan usaha ternak ayam broiler adalah: 1. Memberikan pelayanan teknis kepada peternak; Berupa pemberian pengarahan-pengarahan yang berkaitan proses pemeliharaan ayam, cepat tanggap dalam penanganan masalah di lapangan dan menjalin komunikasi yang baik kepada peternak. 2. Memastikan pengiriman DOC ( Day Old Chicken)/bibit ayam dan pengiriman sapronak ke kandang sesuai jadwal pengiriman 3. Pencatatan administrasi kartu kuning; Yaitu berupa bukti mulai pengiriman DOC ( Day Old Chicken)/ bibit ayam, bukti pengiriman keperluan sapronak selama proses pemeliharaan ayam, bukti kematian ternak selama proses pemeliharaan dan juga hasil panen ternak selama satu periode.

8 4. Mengawasi perkembangan dan pertumbuhan ayam selama proses pemeliharaan; 5. Kunjungan rutin kepada peternak; Yaitu berupa pemeriksaan kecukupan sapronak, jumlah penggunaan sapronak dan juga pemeriksaan kondisi kesehatan ayam. Terkait dengan tanggung jawab PT Gemilang Unggas Prima yang menjadi tugas pengawas lapangan yaitu seperti dalam hal pemberian pelayaan teknis kepada peternak seperti yang tercantum dalam Perjanjian Kemitraan antara PT Gemilang Unggas Prima dengan Peternak Plasma Pasal 2 ayat 2.1 huruf b yang berbunyi memberi pelayanan dan bimbingan teknis budidaya ayam, hal yang sering menjadi masalah adalah ketika terjadi permasalahan di kandang, peternak dan pengawas lapangan terkadang tidak sependapat dalam penanganan masalah tersebut. Seperti ketika ayam terserang penyakit, pengawas lapangan memberikan arahan-arahan kepada paternak tanpa hadir langsung ke kandang atau tanpa melihat kondisi langsung ayam. Tentunya hal ini akan menimbulkan kesalahpahaman antara peternak dengan pengawas lapangan. Pengawas lapangan tanpa mengetahui kondisi ayam memberikan arahan yang terkadang tidak sesuai dengan keadaan yang terjadi dan peternak sebagai plasma yang memiliki kedudukan lemah dirugikan akan hal tersebut. Oleh karena itu menurut penulis, pengawas lapangan tidak melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian kemitraan selaku pihak inti. Hal inilah yang menimbulkan berbagai kendala dan menjadi daya tarik penulis untuk melakukan penelitian ini.

9 Seperti yang dijelaskan sebelumnya Pengawas lapangan dalam hal ini memegang peranan penting karena pengawas lapangan adalah pihak yang bertanggungjawab terhadap segala kebutuhan produksi peternak plasma selama proses pemeliharaan ayam. Pada kenyataan, dalam pelaksanaan perjanjian kemitraan usaha ayam broiler, pengawas lapangan sering tidak menjalankan tugas sebagaimana seharusnya. Seperti dalam hal pemeriksaan rutin kandang dan ternak, pengawas lapangan sering tidak melakukannya, dimana pengawas lapangan hanya hadir atau datang ke kandang pada saat terjadi masalah, dan menyerahkan segala urusan pemeriksaan terkait kecukupan pakan, penggunaan pakan dan juga kondisi kesehatan ayam kepada peternak. Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menulis dan melakukan penelitian sebagai tugas akhir atau skripsi yang berjudul TANGGUNG JAWAB PT GEMILANG UNGGAS PRIMA DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN KEMITRAAN DENGAN PENGUSAHA TERNAK AYAM BROILER DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU. B. Batasan Masalah Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan serta mengingat keterbatasan kemampuan dan dana yang tersedia dalam penelitian ini, maka hal ini perlunya adanya pembatasan masalah, adapun masalah yang diteliti adalah bentuk tanggung jawab pengawas lapangan dalam pelaksanaan perjanjian kemitraan yaitu membina peternak plasma dalam pelaksanaan budidaya atau pemeliharaan ayam, memberi pelayanan dan bimbingan teknis budidaya ayam,

10 membantu mengelola penggunaan pakan, membantu administrasi dan pengelolahan hutang piutang peternak, sedangkan bentuk hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian kemitraan yaitu aturan yang tidak termuat secara keseluruhan dalam perjanjian, penyuluhan yang tidak menyeluruh dan bentuk usaha yang dilakukan guna mengatasi hambatan yang terjadi pada pelaksanaan perjanjian kemitraan yaitu penyelarasan aturan, pembinaan rutin kepada peternak dan pengawas lapangan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana Tanggung Jawab PT Gemilang Unggas Prima dalam Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan dengan Pengusaha Ternak Ayam Broiler Di Kabupaten Indragiri Hulu? 2. Apa Saja Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan Usaha Ternak Ayam Broiler Pada PT Gemilang Unggas Prima di Kabupaten Indragiri Hulu? 3. Apa Saja Usaha Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan Usaha Ternak Ayam Broiler Pada PT Gemilang Unggas Prima di Kabupaten Indragiri Hulu?

11 D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk Mengetahui Tanggung Jawab PT Gemilang Unggas Prima Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan Dengan Pengusaha Ternak Ayam Broiler Di Kabupaten Indragiri Hulu. b. Untuk Mengetahui Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan Usaha Ternak Ayam Broiler Pada PT Gemilang Unggas Prima di Kabupaten Indragiri Hulu. c. Untuk Mengetahui Usaha Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan Usaha Ternak Ayam Broiler Pada PT Gemilang Unggas Prima di Kabupaten Indragiri Hulu. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang hendak diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Sebagai bahan pembelajaran dan sebagai bahan informasi guna menambah wawasan dan penerapan ilmu yang didapat selama kuliah. b. Bagi institusi dan pihak pihak lain yang berkepentingan, sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian dibidang yang sama atau penelitian lanjutan. c. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program strata satu (S1) pada Jurusan Ilmu Hukum berkaita n dengan pengkajian Hukum Bisnis, Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

12 E. Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, metode yang dipakai adalah sebagai berikut: 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum sosiologis, yaitu penelitian lapangan dengan cara survei langsung kelokasi penelitian dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa wawancara dan kuesioner. 12 Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif artinya penelitian ini menggambarkan tentang kenyataan yang ada secara lengkap dan jelas di lapangan mengenai Tanggung Jawab Pengawas Lapangan PT Gemilang Unggas Prima Terhadap Hasil Ternak Ayam Broiler Dalam Perjanjian Kemitraan Usaha Di Kabupaten Indragiri Hulu. 2. Lokasi Penelitian Dalam ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Kabupaten Indragiri Hulu tentang perjanjian kemitraan usaha pada ternak ayam broiler pada PT Gemilang Unggas Prima Cabang Indragiri Hulu. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah pada saat ini kemitraan usaha ternak ayam broiler di Kabupaten Indragiri Hulu perkembangannya semakin pesat dan tentunya ada berbagai permasalahan yang muncul, di yaitu tidak terlaksananya perjanjian kemitraan sebagaimana mestinya seperti dalam pelaksanaan Pasal 2 ayat 2.1 huruf b yang berbunyi 12 Zainudin Ali, Metode Penelitian hukum, (Jakarta:Sinar Grafika, 2009), h. 35.

13 memberi pelayanan dan bimbingan teknis budidaya ayam yang menjadi tugas dari pengawas lapangan, hal inilah yang penulis bahas berupa Tanggung Jawab PT Gemilang Unggas Prima Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan Dengan Pengusaha Ternak Ayam Broiler Di Kabupaten Indragiri Hulu. 3. Populasi dan sampel a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pimpinan dan pengawas lapangan PT Gemilang Unggas Prima cabang Indragiri Hulu sebanyak 4 orang yang terdiri dari: Pimpinan Kantor Cabang PT Gemilang Unggas Prima Indragiri Hulu sebayak 1 orang, Pengawas Lapangan PT Gemilang Unggas Prima sebanyak 3 orang, serta peternak ayam sebanyak 60 orang, jadi total keseluruhannya adalah sebanyak 64 orang. b. Sampel Adapun metode dalam penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu penulis memilih menentukan sampel yang dipandang memiliki keterkaitan yang erat dengan masalah yang diteliti, yaitu sampel tersebut sudah diketahui sebelumnya. 13 Adapun sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 17 orang, yaitu yang terdiri dari; Kepala Kantor Cabang PT Gemilang Unggas Prima Indragiri Hulu sebanyak 1 orang; Pengawas Lapangan PT Gemilang Unggas Prima Cabang Indragiri 13 Amirudin, Zaibal Asikin, RajaGrafindo Persada, 2008), h. 106 Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT

14 Hulu sebanyak 1 orang; serta Peternak yang bermitra dengan PT Gemilang Unggas Prima cabang Indragiri Hulu sebanyak 15 orang. 4. Sumber Data Untuk memperoleh data yang dirujuk, penulis memperolehnya melalui: a. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber asli data penelitian dan tidak melalui media perantara. 14 Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan angket. Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara langsung ke lapangan untuk mencari keterangan dan informasi yang relevan dengan objek penelitian. b. Data Sekunder, yaitu merupakan data yang sudah jadi atau merupakan data yang sudah ada sebelumnya yang mendukung data primer. Data sekunder merupakan data yang penulis peroleh dari buku-buku, peraturan perundang-undangan serta sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. c. Data Tertier adalah data yang diperoleh melalui kamus dan sejenisnya yang berfungsi mendukung data primer dan sekunder. 5. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik: 14 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: CV Alfabet, 2003), cet.ke-5, h. 32.

15 a. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan mengamati dan meninjau secara langsung pada objek yang akan diteliti. Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan yang sesungguhnya di lapangan. b. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang penulis lakukan melalui Tanya jawab secara langsung terhadap responden yaitu pimpinan kantor cabang PT GUP dan pengawas lapangan. c. Angket, yaitu pengumpulan data yang penulis lakukan dengan menyajikan daftar pertanyaan yang kemudian disebarluaskan kepada responden yaitu peternak plasma, dan dibahas sesuai dengan permasalahan yang diteliti. d. Kajian Kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan mengkaji dan meneliti buku-buku dan literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 6. Metode penulisan Metode penulisan dalam penelitian ini menggunakan metode penulisan deduktif, yaitu dengan menggambarkan kaidah-kaidah secara umum yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti, kemudian menganalisanya dan mengambil kesimpulan secara khusus. 7. Analisa Data Data yang diperoleh baik berupa observasi dan wawancara lalu diolah dengan mengelompokkan dan mengklasifikasikan sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti, kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk

16 kalimat yang dapat dimengerti dan dipahami, selanjutnya penulis melakukan analisa dengan menggunakan analisa kualitatif, yaitu analisa yang dilakukan peneliti terhadap hasil data yang terkumpul dengan tidak menggunakan angkaangka tetapi dengan menghubungkan antara data-data denga teori dan dapat menjawab permasalahan dalam penelitian. F. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I : Merupakan Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II : Merupakan Bab Tinjauan Umum Perusahaan yang menjelaskan tentang Sejarah PT Gemilang Unggas Prima, Struktur Organisasi PT Gemilang Unggas Prima, dan Perkembangan Usaha Peternakan Ayam PT Gemilang Unggas Prima Di Kabupaten Indragiri Hulu. BAB III : Merupakan Bab Tinjauan Pustaka yang menjelaskan tentang Tinjauan Umum Perjanjian Standar, Tinjauan Umum Pola Kemitraan, dan Tinjauan Mengenai Perjanjian Kemitraan Inti Plasma. BAB IV : Merupakan Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan yang menjelaskan tentang Tanggung Jawab PT Gemilang Unggas Prima Dalam

17 Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan Dengan Pengusaha Ternak Ayam Broiler Di Kabupaten Indragiri Hulu, Hambatan Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan Usaha Ternak Ayam Broiler Pada PT Gemilang Unggas Prima di Kabupaten Indragiri Hulu, serta Usaha Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Hambatan Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan Usaha Ternak Ayam Broiler Pada PT Gemilang Unggas Prima di Kabupaten Indragiri Hulu. BAB V : Merupakan Bab Kesimpulan dan Saran yang memuat Kesimpulan dari hasil penelitian serta Saran.