FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009

dokumen-dokumen yang mirip
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

SURVEY KEPADATAN LARVA AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU

Perbedaan Warna Kontainer Berkaitan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Sekolah Dasar

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

ARTIKEL PENG AMATAN LARVA AEDES DI DESA SUKARAYA KABUPATEN OKU DAN DI DUSUN MARTAPURA KABUPATEN OKU TIMUR TAHUN 2004

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

Hubungan Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Vektor Chikungunya di Kampung Taratak Paneh Kota Padang

Keberadaan Kontainer sebagai Faktor Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Palu, Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam***

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

SUMMARY HASNI YUNUS

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut siklusnya bila faktor pendukungnya ada (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

STUDI KEBERADAAN JENTIK DAN PERILAKU PENDERITA CHIKUNGUNYA DI DESA TALUMELITO KECAMATAN TELAGA BIRU

Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

ANALISIS KEBERADAAN KONTAINER DAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. penyakit bermunculan. Selain Demam Berdarah (DB) juga muncul penyakit. bagian persendian (arthralgia) (Arini, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

STUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO. Tri Puji Kurniawan

SebaranJentik Nyamuk Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor

SURVEI ENTOMOLOGI DAN PENENTUAN MAYA INDEX DI DAERAH ENDEMIS DBD DI DUSUN KRAPYAK KULON, DESA PANGGUNGHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, DIY

Analisis Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Puskesmas Rawasari Kota Jambi Bulan Agustus 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

Kepadatan dan Penyebaran Aedes aegypti Setelah Penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang ditularkan lewat gigitan nyamuk. Penyakit Chikungunya disebakan

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

ANALISIS KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTY

KEPADATAN JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Aedes sp. DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN POTENSIAL KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

KAJIAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT BERHUBUNGAN DENGAN CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA, KECAMATAN BOGOR BARAT

PENGENDALIAN DBD MELALUI PEMANFAATAN PEMANTAU JENTIK DAN IKAN CUPANG DI KOTA PALEMBANG. Yulian Taviv, Akhmad Saikhu dan Hotnida Sitorus

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

SURVEI ENTOMOLOGI AEDES SPP PRA DEWASA DI DUSUN SATU KELURAHAN MINOMARTANI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN PROVINSI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

Langkah-langkah Anti Nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

STUDI EKOLOGI TEMPAT BERKEMBANGBIAK NYAMUK Aedes sp DI KOTA METRO SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK INSEKTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) DHF ( Dengue Haemoragic Fever)

HUBUNGAN KEPADATAN JENTIK Aedes sp DAN PRAKTIK PSN DENGAN KEJADIAN DBD DI SEKOLAH TINGKAT DASAR DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

KONTAINER LARVA Aedes sp. DI DESA SAUNG NAGA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN TAHUN 2012

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hubungan Kepadatan Larva Aedes spp. dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Lubuk Kecamatan Koto Tangah Kota Padang

Sebaran Jentik Nyamuk Aedes spp. di Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KBERADAAN JENTIK

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STATUS ENTOMOLOGI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PERKAMIL KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

PERTANYAAN SEPUTAR PENYAKIT VIRUS ZIKA

FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD. Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

Transkripsi:

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009 Oleh : Yulian Taviv, SKM, M.Si* PENDAHULUAN Chikungunya merupakan penyakit yang diawali dengan gejala seperti demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjungtiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah dan kadang-kadang disertai dengan gatal ruam. Belum pernah dilaporkan adanya kematian karena penyakit ini. Penyebab chikungunya adalah virus chikungunya, kelompok Alphavirus group A antropho borne virus. Virus ini telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di Indonesia. Demam chikungunya sering rancu dengan demam dengue, demam berdarah dengue dan campak, tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang penting pada demam chikungunya. Wabah chikungunya pertama kali dilaporkan di Tanzania pada tahun 1952, kemudian menyebar sampai di Indonesia yang dilaporkan pada tahun 1982 di beberapa provinsi di Indonesia. Kejadian luar biasa (KLB) pernah terjadi di Yogyakarta tahun 1983, Kabupaten Muara Enim tahun 1999, Provinsi Aceh 2000. Jumlah kasus chikungunya tahun 2001 sampai bulan Februari 2003 mencapai 3918 kasus tanpa kematian (www.geocities.com). Di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) khususnya di Batumarta Unit 2, chikungunya mulai terjangkit di bulan April dengan 80 kasus dan meningkat di bulan Mei dengan 142 dan sampai saat ini penderita chikungunya masih di jumpai di wilayah Batumarta Unit 2 (Dinkes OKU 2009). Berdasarkan masalah di atas maka perlu dilakukan survei jentik nyamuk tersangka vektor chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Batumarta Unit 2. TUJUAN Survei dilakukan untuk mengetahui nyamuk tersangka vektor penular chikungunya, mengetahui habitat tempat berkembang biak tersangka vektor chikungunya, mengetahui indeks kepadatan jentik (House Indeks, Kontainer Indeks, Breteau Indeks dan Angka Bebas Jentik). CARA KERJA Kegiatan survei diawali dengan penentuan lokasi survei yang didasari jumlah kasus chikungunya tertinggi. Survei larva/jentik dilakukan minimal pada 100 rumah di suatu tempat/ kelurahan dan mencatat kondisi kontainer yang ditemukan baik yang ditemukan jentik/ larva maupun tidak. Jentik/larva yang diperoleh di tempatkan di dalam tabung vial dan diberi kode sesuai dengan kode yang tercatat dalam formulir survey. Selanjutnya jentik/ larva yang diperoleh di bawa ke Laboratorium Loka Litbang untuk di dewasakan dan 4 di identifikasi spesiesnya dan dilakukan analisa lebih lanjut. Kegiatan dilaksanakan di tiga wilayah Puskesmas batumarta II (Blok D, Blok H dan Lekis Indah), dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2009. * Peneliti di Loka Litbang P2B2 Baturaja 4

HASIL a. Vektor/ tersangka vektor penular chikungunya. Tabel 1 Jenis Nyamuk yang diperoleh di Blok D, Blok H dan Lekis Indah Batumarta Unit 2 Kabupaten OKU Tahun 2009 Lokasi Jenis Nyamuk Survey Ae. aegypti Ae. albopictus Culex sp. Armigeres.sp Anopheles sp Blok D ++++ +++ +++ Blok H ++++ +++ +++ + Lekis Indah ++++ ++++ +++ Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil indentifikasi dari larva yang telah dewasa, dapat diketahui lima jenis nyamuk di lokasi survei. Dari berbagai teori serta penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa vektor atau nyamuk penular penyakit chikungunya adalah Aedes aegypti dan Ae. albopictus. Bila dilihat dari Tabel 1 tersebut dapat diketahui di wilayah Blok D dan H tersangka vektornya adalah Ae. aegypti sedangkan di wilayah Lekis Indah adalah Ae. albopictus. Secara ekologis habitat dari kedua spesies ini sedikit berbeda, Ae. aegypti lebih menyukai habitat yang berada di dalam atau dekat dengan rumah sedangkan Ae. albopictus cenderung menyukai habitat dengan lingkungan yang banyak didominasi oleh vegetasi (banyak tanaman/pohon) sehingga sering dijuluki sebagai nyamuk kebun. Wilayah Blok D dan H memiliki kerapatan rumah yang lebih tinggi dibandingkan Lekis Indah, sebaliknya wilayah Lekis Indah dikelilingi oleh vegetasi terutama kebun karet. Sejauh ini, nyamuk Culex sp, Armigeres sp dan Anopheles sp tidak berperan (belum dinyatakan) sebagai nyamuk penular chikungunya. Salah satu hal yang memperkuat dugaan tersangka vektor, Ae. aegypti pada Blok D dan H serta Ae. albopictus di Lekis Indah, adalah kebanyakan penderita (yang diwawancarai) sehari-harinya memang tinggal di rumahnya dan tidak ikut beraktivitas di luar rumah (berkebun, bertani, dsb), sehingga dapat dinyatakan penularan chikungunya terjadi setempat. b. Habitat tempat berkembang biak vektor/ tersangka vektor chikungunya. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa di wilayah Blok D dan H, tempat perendaman karet (18,8%), bak mandi (18,8%) serta ember (12,5%) merupakan habitat yang paling dominan ditemukan jentik. Sedangkan di wilayah Lekis Indah habitat jentik yang dominan berturut-turut adalah tempat perendaman karet (16,2%), ember (16,2%) serta drum (14,7%). Meskipun tempat perendaman karet merupakan habitat jentik yang paling dominan di kedua wilayah tersebut, namun hingga laporan ini disusun jentik yang diperoleh dari tempat perendaman karet belum dapat diidentifikasi spesiesnya dikarenakan jentik belum berkembang menjadi dewasa. Gambar 1 Tempat yang digunakan untuk perendaman karet/ balam yang ditemukan jentik/ larva nyamuk 5

Tabel 2 Habitat (kontainer) yang ditemukan positif jentik/larva tersangka vektor No Jenis Kontainer Lokasi dengan % Kontainer Positif Jentik Blok D dan H Lekis Indah Jumlah % Jumlah % 1 Bak Mandi 15 18.8 0 0.0 2 Bak WC 0 0.0 0 0.0 3 Drum 8 10.0 10 14.7 4 Tempayan 2 2.5 1 1.5 5 Ember 10 12.5 11 16.2 6 Jerigen Bekas 3 3.8 4 5.9 7 Kaleng Bekas 3 3.8 8 11.8 8 Ban 3 3.8 1 1.5 9 Gelas/ Botol Bekas 1 1.3 5 7.4 10 Vas/ Pot Bunga 1 1.3 4 5.9 11 Kolam/ Akuarium 2 2.5 0 0.0 12 Talang Air 1 1.3 0 0.0 13 Tempat Minum Burung 0 0.0 0 0.0 14 Saluran Air Lain 3 3.8 1 1.5 15 Tempat Perendaman Karet 15 18.8 11 16.2 16 Potongan Bambu 1 1.3 1 1.5 17 Tempurung Kelapa 0 0.0 6 8.8 18 Pelepah Daun 0 0.0 0 0.0 19 Lubang Pohon 0 0.0 2 2.9 20 Plastik bekas 1 1.3 0 0.0 21 Sumur 4 5.0 0 0.0 22 Penampungan air limbah 3 3.8 0 0.0 23 Ember bekas 1 1.3 0 0.0 24 Genangan air 2 2.5 0 0.0 25 Lesung 0 0.0 1 1.5 26 Bekas adonan semen 0 0.0 1 1.5 27 Toples 1 1.3 1 1.5 Total 80 68 c. Indeks kepadatan larva Pada Tabel 3 tampak bahwa angka House Index yang diperoleh sebesar 51,2% yang menunjukkan bahwa setengah dari total rumah yang diamati positif ditemukan jentik. Angka Container index yang diperoleh sebesar 28,2%. Indikator Breteau Index yang merupakan perbandingan antara jumlah kontainer yang positif jentik dengan jumlah rumah yang diamati, diperoleh sebesar 86%. Angka Bebas Jentik diperoleh sebesar 48,8%, jika dibandingkan dengan standar nasional ABJ (>95%), maka nilai ABJ hasil survey di 3 lokasi tersebut menunjukkan masih sangat rendah, sehingga jika nilainya <95% mempunyai peluang besar untuk mempercepat terjadinya penularan chikungunya. Bila mengacu kepada density figures yang dikeluarkan oleh WHO (1973) pada Tabel 4, apabila nilainya lebih dari 5 maka daerah tersebut dikategorikan memiliki resiko penularan yang tinggi, dengan demikian tampak bahwa seluruh lokasi yang disurvei (Blok D, Blok H dan Lekis Indah) memiliki resiko penularan (chikungunya) yang tinggi (Service MW, 1997). Tabel 3. Indikator kepadatan larva dari Blok D, Blok H dan Lekis Indah Tahun 2009 Indeks Larva (%) HI CI BI ABJ 51,2 28,2 86 48,8 6

Tabel 4. Aedes aegypti larval density figures of WHO Corresponding to various larval indices (After WHO, Anon., 1973) Density figure House index Container index Breteau index 1 1-3 1-2 1-4 2 4-7 3-5 5-9 3 8-17 6-9 10-19 4 18-28 10-14 20-34 5 29-37 15-20 35-49 6 38-49 21-27 50-74 7 50-59 28-31 75-99 8 60-76 32-40 100-199 9 77 41 200 Gambar 2 Tempat penampungan air yang ditemukan jentik/larva KESIMPULAN Tersangka vektor di Blok D dan H adalah nyamuk Ae. aegypti, sedangkan di Lekis Indah adalah Ae. albopictus. Habitat (kontainer) tempat berkembang biak vektor/ tersangka vektor chikungunya terdapat jentik/larva nyamuk yang ditemukan di Blok D dan Blok H didominasi oleh tempat perendaman karet, bak mandi serta ember, sedangkan di Lekis Indah adalah tempat perendaman karet, ember serta drum. Berdasarkan density figures WHO (1973), maka indeks kepadatan jentik yang diperoleh (House Indeks, Kontainer Indeks, Breteau Indeks) dikategorikan memiliki resiko penularan yang relative tinggi. Dengan angka Bebas Jentik sebesar 48,8% dan jauh dari standar nasional (>95%), mempercepat terjadinya resiko penularan chikungunya. SARAN Berdasarkan telah ditemukannya tersangka vektor Ae. aegypti dan Ae. albopictus, ditemukannya berbagai habitat (kontainer) tempat perkembangbiakan nyamuk tersangka vektor, density figure lebih dari 5 dan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang rendah (48,8%), untuk itu disarankan : A. Untuk Dinas/ Puskesmas 1. Sistem Kewaspadaan Dini (Survailans yang baik) di tingkat desa Puskesmas dan Dinkes dan segera melaksanakan Pengamatan Epidemiologi (PE) apabila 7

mendapatkan laporan yang berdampak KLB. Bila terjadi lonjakan kasus yang siqnifikan bila perlu melaksanakan fogging (penyemprotan) yang harapannya segera membunuh nyamuk yang infektif (dapat menularkan chikungunya) dan dibarengi dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan 3 M plus (abatisasi, penggunaan ikan pemakan jentik) sesegera mungkin dan secara serentak di satu satuan epidemiologi (RT, Dusun atau Desa). 2. Penyuluhan tentang; penyakit chikungunya, vektor penularnya, pelaksanaan 3 M plus. B. Untuk Masyarakat 1. Segera berobat bila menderita penyakit chikungunya dengan gejala demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. 2. Segera melaporkan ke Puskesmas/ Dinas Kesehatan Kabupaten bila menemukan orang dengan gejala (butir 1). 3. Segera melaksanakan 3 M (menguras, menimbun dan mengaliri air) plus (abatisasi, penggunaan ikan pemakan jentik) secara serentak di lingkungan (RT, Dusun dan Desa). 4. Tidur menggunakan kelambu, penggunaan/ memasang kawat kasa di ventilasi rumah. 5. Menggunakan bahan usir nyamuk di badan (Autan, soffel dll) pada saat menyadap/ memotong karet/ balam. 6. Bila tidak membuang air di tempat rendaman karet, bak mandi, drum dan lain sebagainya (akibat kesulitan air), maka larva dapat dibuang menggunakan ciduk jentik. Bila memelihara ikan maka jentik yang didapat dapat diberikan ke ikan peliharaan. Daftar Pustaka Anonimus. Demam Chikungunya. http://www.geocities.com/cakmoki/info_penyakit (20 Mei 2009) Dinkes. 2009. Laporan Kasus Chikungunya Kabupaten OKU. Baturaja Ditjen PPM&PL. 2002. Pedoman Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue. Depkes RI Service, M.W. 1997. Mosquito Ecology, Field Sampling Method. Chapman & hall 8