PERANCANGAN MEKANISME SISTEM PENGHISAP PADA MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gambaran Umum Ikan Tingkah Laku Ikan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

RANCANG BANGUN MESIN PEMANEN UDANG TIPE VAKUM SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA.

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU. Oleh : RAMLI MANURUNG F

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

BAB FLUIDA A. 150 N.

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

PERANCANGAN MEKANISME HISAP VAKUM PADA MESIN PEMANEN UDANG/IKAN SEMI KONTINYU TIPE VERTIKAL SKRIPSI DIAN FIRDAUZI F

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM. Oleh: ASEP SUPRIATNA F

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

Klasisifikasi Aliran:

PENDEKATAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC PADA SISTEM PENGHISAPAN MESIN PEMANEN IKAN DAN UDANG AYNAL FUADI

PENGARUH MODIFIKASI AERATOR KINCIR TIPE PEDAL LENGKUNG PADA PENINGKATAN KADAR OKSIGEN AIR. Oleh: SARI ROSMAWATI F

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

Tugas Akhir SUBMERSIBLE PUMP TEKNOLOGI TEPAT GUNA DENGAN MENGGUNAKAN KINCIR ANGIN


METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

SET 04 MEKANIKA FLUIDA. Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan terhadap perubahan bentuk ketika ditekan.

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap.

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK SKRIPSI. Oleh: OKTAFIL ULYA F

KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA

MODIFIKASI PROTOTIPE MESIN PEMANGKAS RUMPUT POTRUM MODEL BBE-01 MENJADI BBE-02 (BACK PACK BRUSH CUTTER ENGINE-02) SKRIPSI

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah.

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

RANCANG BANGUN TURBIN TESLA SEBAGAI TURBIN AIR DAN ANALISA PERBANDINGAN VARIASI JUMLAH DISK DAN JARAK ANTAR DISK

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Modul Praktikum Penentuan Karakterisasi Rangkaian Pompa BAB II LANDASAN TEORI

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS DAN PUPUK KANDANG TERHADAP KAPASITAS TANAH MENAHAN AIR OLEH : WAWAN MEI HARYONO F

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL DENGAN KAPASITAS 42 LITER/ DETIK, HEAD 40M DAN PUTARAN 1450 PRM DENGAN PENGGERAK DIESEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

POLA PENYEBARAN REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN SALURAN DRAINASE TEGAK UNTUK TANAH OXISOL DARMAGA, BOGOR. Oleh : ADAM SURYA PRAJA F

SKRIPSI UJI KINERJA ALAT PEMERAH SUSU SAPI SEMI OTOMATIS TIPE ENGKOL. Oleh : HANIDA PRITIKASIWI JURNALITA F

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL

3. METODOLOGI ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Tabel 5. Daftar alat yang digunakan pada penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

BAB I PENDAHULUAN. zat cair melalui saluran tertutup. Pompa menghasilkan suatu tekanan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN ELEMEN PEMANAS BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA UNTUK MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG. Oleh: MIFTAHUDDIN F

PERANCANGAN BANGUNAN KOLAM PENAMPUNG DAN PERMODELAN KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR PROSES PENCUCIAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao) TERFERMENTASI

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR. Oleh: GINA AGUSTINA F

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA

MEKANIKA FLUIDA. Ferianto Raharjo - Fisika Dasar - Mekanika Fluida

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PENGERING KAYU PORTABEL DENGAN BAHAN BAKAR BRIKET GERGAJI UNTUK PENGRAJIN HANDICRAFT di SURAKARTA

MEKANIKA FLUIDA A. Statika Fluida

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut!

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

contoh soal dan pembahasan fluida dinamis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembuatan alat simulator radiator sebagai bentuk eksperimen. Dan

MODIFIKASI DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA MESIN PENGEMPA BRIKET MEKANIS TIPE KEMPA ULIR (SCREW PRESSING) SKRIPSI. Oleh : IRWAN DARMAWAN F

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

IV. PENDEKATAN DESAIN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB III PROSES PERANCANGAN, PERAKITAN, PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN POMPA SENTRIFUGAL UNTUK AIR MANCUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp.

FIsika FLUIDA DINAMIK

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik.

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL

BAB II LANDASAN TEORI

IV. ANALISA PERANCANGAN

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

Transkripsi:

PERANCANGAN MEKANISME SISTEM PENGHISAP PADA MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN SKRIPSI TEGUH JUANSYAH GUMILANG F14070022 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DESIGN OF THE MECHANISM VACUUM SYSTEM IN SHRIMP AND FISH HARVESTER MACHINE Sam Herodian and Teguh Juansyah Gumilang Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Engineering and Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone +62856 5946 7878, e-mail: teguhgumilang@rocketmail.com ABSTRACT Fishery commodities have an important role in Indonesian economic. Commodity quality depends on several factors, for example harvesting process. So far, mechanism of fishery commodities harvesting is still it traditional way. Although recently there have been some mechanical shrimp harvesters, still is not widely used, not only because of the price but also the mechanical defect that becomes problem. The objective of this study is to design a vacuum system mechanism on the machine harvesters of shrimp and fish that can minimize the defect rate of harvested commodities. This vacuum system uses a reverse venturi mechanism, from a small hydraulic to a big hydraulic. The discharge during the process was relatively stable, ranging from 0.576 l/s - 0583 l/s. The most optimum combination for the positioning of inlet pipe and outlet pipe was a combination of top inlet and top outlet pipeline. It is not only affected by factors from the fluids flow itself but also by the commodity behavior. When the harvesting time occur the commodity congregate under the filter contained in the fish trap. From the performance test, the pecentage of rcommodities that were still alive was high which was 98.9%. Keywords: vacuum system, defect rate, vacuum mechanism.

Teguh Juansyah Gumilang. F14070022. Perancangan Mekanisme Sistem Penghisap pada Mesin Pemanen Udang dan Ikan. Di bawah bimbingan Dr. Ir Sam Herodian, MS. 2011. RINGKASAN Komoditas hasil perikanan memiliki posisi penting bagi perekonomian Indonesia dengan pemasaran di dalam maupun luar negeri. Mutu dan kualitas komoditas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah proses pemanenan. Sejauh ini mekanisme pemanenan komoditas perikanan masih mempergunakan cara tradisional. Menurut Mujiman dan Suyanto (2004), cara yang paling modern untuk memanen udang adalah dengan mempergunakan jaring (trawl) yang dibagian mulutnya dialiri listrik dan ditarik oleh 3-4 orang dengan mengelilingi tambak. Hal ini selain dapat mengakibatkan udang stres, juga berisiko bagi pemanen yang harus masuk kedalam tambak. Meskipun sekarang telah ada beberapa mesin panen udang mekanis namun masih belum banyak dipergunakan selain dikarenakan masalah harga juga dikarenakan tingkat kecacatan yang terjadi masih terbilang besar. Tujuan penelitian ini adalah merancang sebuah mekanisme sistem penghisap pada mesin pemanen udang dan ikan yang dapat meminimalisir tingkat kecacatan komoditas yang dipanen. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Leuwikopo dan Labolatorium Ergotron, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Tahapan penelitian ini dimulai dari analisis permasalahan, analisis rancangan, pembuatan model, dan pengujian secara fungsional. Perancangan mekanisme sistem penghisap ini mempergunakan sistem venturi yang dibalik, dari penampang hidraulik yang kecil menuju penampang hidraulik yang besar. Pada pengujian fungsional dilakukan 2 (dua) kali pengujian untuk mendapatkan data. Pengujian ini dilakukan dengan perlakuan 15 kombinasi. Pengujian pertama bertujuan untuk memperoleh data mengenai debit, kecepatan aliran, tekanan, dan jenis aliran pada sistem penghisap. Pengujian selanjutnya bertujuan untuk mengetahui kinerja fungsional sistem penghisap. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa debit yang terjadi relatif stabil, yaitu berkisar antara 0.576 liter/detik 0.583 liter/detik. Nilai kecepatan yang diperoleh pada penampang hidraulik pertama dengan ukuran penampang hidraulik yang kecil berkisar antara 2.0219 m/s 2.0465 m/s, sedangkan untuk nilai kecepatan pada penampang hidraulik yang besar berkisar antara 0.00505 m/s 0.00512 m/s. Tekanan yang terjadi pada penampang hidraulik yang berukuran kecil bernilai sebesar 2.943 x 10 4 kpa, sedangkan tekanan yang terjadi pada penampang hidraulik yang berukuran besar bernilai sebesar 1.461 x 10 2 kpa. Jenis aliran yang terjadi pada penampang hidraulik dengan ukuran kecil adalah jenis aliran turbulen karena nilai bilangan Reynold yang diperoleh lebih besar dari 2300, yaitu berkisar antara 44720 45263, sedangkan jenis aliran yang terjadi pada penampang hidraulik dengan ukuran besar adalah jenis aliran laminer karena nilai bilangan Reynold yang diperoleh lebih kecil dari 2300, yaitu berkisar antara 2236 2263. Kombinasi paling optimum untuk penempatan posisi pipa pemasukan dan pipa pengeluaran adalah pada kombinasi atas (pipa pemasukan) atas (pipa pengeluaran), hal tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh faktor dari fluida saja melainkan dengan mempertimbangkan tingkah laku komoditas pada saat dipanen yang cenderung berkumpul di bagian bawah saringan yang terdapat pada fish trap. Untuk pengujian kinerja fungsional dipergunakan komoditas berupa beberapa jenis ikan dan udang dengan jumlah total sebanyak 250 ekor. Pengujian yang dilakukan berupa pengujian pemanenan komoditas dan dilihat tingkat kelulusan hidupnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari 15 kali ulangan diketahui bahwa tingkat kelulusan hidupnya sangat besar yaitu 98.9%. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme sistem penghisap berfungsi baik sesuai dengan yang diharapkan.

PERANCANGAN MEKANISME SISTEM PENGHISAP PADA MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh : TEGUH JUANSYAH GUMILANG F14070022 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Judul skripsi Nama NIM : Perancangan Mekanisme Sistem Penghisap pada Mesin Pemanen Udang dan Ikan : Teguh Juansyah Gumilang : F14070022 Menyetujui, Pembimbing Akademik, (Dr. Ir. Sam Herodian, MS.) NIP. 19620529 198703 1 002 Mengetahui, Ketua Departemen, (Dr. Ir. Desrial, M.Eng) NIP 19661201 199103 1 004 Tanggal lulus :

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Perancangan Mekanisme Sistem Penghisap pada Mesin Pemanen Udang dan Ikan adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2011 Yang membuat pernyataan Teguh Juansyah Gumilang F14070022

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 28 Oktober 1988. Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Iman Sulaeman dan Rita Sunarti, S.Pd.SD. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Pasirhalang I pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan menengah di SLTP Negeri I Kota Sukabumi dan lulus pada tahun 2004. Setelah itu melanjutkan ke SMA Negeri 3 Kota Sukabumi dan lulus pada tahun 2007. Tahun 2007, penulis masuk ke IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Mayor Teknik Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Pada semester lima, penulis masuk bagian Ergonomika dan Elektronika Pertanian (Ergotron) dengan dosen pembimbing akademik Dr. Ir. Sam Herodian, MS. Pada tahun 2010, penulis melaksanakan kegiatan Praktek Lapangan di PT. Eramitra Agrolestari, Bakrie Sumatera Plantations Unit New Jambi II, Sarolangun, Jambi dengan mengambil judul Aspek Ergonomika dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada Proses Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit di PT. Eramitra Agrolestari, Jambi. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian (STP), penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Perancangan Mekanisme Sistem Penghisap pada Mesin Pemanen Udang dan Ikan. Selama di bangku kuliah, penulis aktif mengikuti beberapa lembaga kemahasiswaan di IPB, yaitu Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fateta IPB 2009-2010 sebagai Ketua Komisi Hubungan Eksternal dan Keprofesian, Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) IPB 2009-2010 sebagai Koordinator Badan Pengawas, Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Sukabumi (OMDA IKAMASI) 2009-2010 sebagai Staf Divisi Informasi dan Komunikasi, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fateta IPB 2008-2009 sebagai Staf Komisi IV, Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Sukabumi (OMDA IKAMASI) 2008-2009 sebagai Staf Divisi Informasi dan Komunikasi, Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia (IMATETANI) 2008-2009 sebagai Ketua Lembaga Pelayanan Alat dan Mesin Pertanian (LP ALSINTAN), dan Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia (IMATETANI) 2007-2008 sebagai Staf Lembaga Pelayanan Alat dan Mesin Pertanian (LP ALSINTAN). Penulis pun pernah mendapatkan Beasiswa Paguyuban Orang tua Mahasiswa (POM) IPB (2007-2008 dan 2008-2009) dan Beasiswa Indocement (2009-2010). Penulis pun memiliki pengalaman mengajar sebagai asisten praktikum berbagai mata kuliah, yaitu Asisten Praktikum Gambar Teknik (Februari 2010 Juli 2010 dan Februari 2011 Juli 2011), Asisten Praktikum Terpadu Mekanika dan Bahan Teknik (Februari 2010 Juli 2010 dan Februari 2011 Juli 2011), Asisten Praktikum Lingkungan dan Bangunan Pertanian (Agustus 2010 Januari 2011), dan Asisten Praktikum Teknik Mesin Budidaya Pertanian (Februari 2011 Juli 2011).

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha kaya akan ilmu dan pengetahuannya, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga beserta para sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perancangan Mekanisme Sistem Penghisap pada Mesin Pemanen Udang dan Ikan. Besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah keilmuan bagi penulis maupun para akademisi lainnya. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Dr. Ir. Sam Herodian, MS. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, serta motivasi yang berharga bagi penulis. 2. Dr. Ir. Desrial, M.Eng. dan Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr. selaku dosen penguji, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan banyak masukan. 3. Ayah (Iman Sulaeman), Ibu (Rita Sunarti,S.Pd.SD), Adik (Taufan Sena Gumelar) dan Siti Haffita Fikriane yang tak pernah letih memberikan cinta, kasih sayang, dan dukungan dari awal perkuliahan hingga sampai saat ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dengan sesuatu yang lebih baik. 4. Guru dan rekan-rekan seperjuangan dalam ikatan iman dan ukhuwah dalam bingkai tarbiyah di IPB yang senantiasa memberikan inspirasi hidup. 5. Sahabat-sahabat Dewan Methamorphose DPM Fateta 2008/2009, Dewan Defragmenter DPM Fateta 2009/2010, HIMATETA 2009/2010, dan Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Sukabumi, atas nama cinta, kasih sayang, kebersamaan dan kekeluargaan dalam mengemban amanah kampus yang berat ini. Tetap semangat dengan amanahnya dan hanya Allah SWT yang bisa membalas kebaikan kalian semua. 6. Sahabat-sahabat TEP 44 (Ensemble) yang telah mewarnai hari-hari perkuliahan dengan penuh rasa persahabatan, kekeluargaan, dan mengajarkan arti sebuah kebersamaan. Untuk (Almarhum) Muhammad Rasyid Setiawan, semoga Allah SWT memberikan tempat yang indah untukmu disisi-nya. 7. Sahabat-sahabat sepenanggungan di Pondok Begajul (Hasan, Adi, Farid, Galuh, Indra, Adji, Ridwan, Rivano, dan Niku) serta 5 sekawan (Daniel, Dhias, Dipta, dan Tika) terima kasih atas canda tawa yang selalu menghiasi kebersamaan selama ini. 8. Sahabat-Sahabat Enrichment, Asrama C3, TPB A 24, TEP 41, TEP 42, TEP 43, TEP 45, TEP 46, TIN 45 serta SIL 46 yang telah memberi warna baru dalam perjalanan kehidupan di kampus. 9. Seluruh Dosen, Pegawai, teman-teman dan organisasi di IPB yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih banyak atas perhatian, kerja sama, dan dukungannya selama ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam tulisan ini. Oleh karenanya, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Bogor, Agustus 2011 Penulis viii

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 2.1 Gambaran Umum Ikan... 3 2.2 Gambaran Umum Udang... 4 2.3 Sistem Venturi... 7 2.4 Fluida Statik... 8 2.5 Sifat-Sifat Air... 11 2.6 Penelitian yang Pernah Dilakukan... 11 III. METODE PENELITIAN... 13 3.1 Waktu dan Tempat... 13 3.2 Bahan dan Alat... 13 3.3 Metode Penelitian... 13 IV. ANALISIS RANCANGAN... 17 4.1 Kriteria Rancangan... 17 4.2 Rancangan Fungsional... 17 4.3 Pembuatan Model... 17 V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 20 5.1 Cara Kerja Sistem Penghisap... 20 5.2 Debit, Kecepatan, Tekanan, dan Jenis Aliran... 22 5.3 Tingkat Kelulusan Komoditas... 25 VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 27 6.1 Kesimpulan... 27 6.2 Saran... 27 DAFTAR PUSTAKA... 28 LAMPIRAN... 29 ix

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perbandingan kandungan nilai gizi pada beberapa sumber protein hewani per gram... 1 Tabel 2. Sifat-sifat air... 11 Tabel 3. Kombinasi posisi berseberangan... 16 Tabel 4. Kombinasi posisi satu muka... 16 Tabel 5. Uraian fungsi mesin pemanen udang dan ikan... 17 Tabel 6. Tingkat kelulusan komoditas... 26 x

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Morfologi udang panaeid... 5 Gambar 2. Prayang atau bubu... 6 Gambar 3. Penadah berbentuk jaring kantung.... 6 Gambar 4. Venturimeter... 7 Gambar 5. Suatu cairan elemen berbentuk baji... 8 Gambar 6. Elemen cairan berbentuk paralel eppipedum kecil sekali... 9 Gambar 7. Tekanan hidrostatik pada dasar tangki-tangki yang berdeda-beda bentuk tetapi luas dasarnya sama... 10 Gambar 8. Flow chart tahapan penelitian... 14 Gambar 9. Tabung vakum tampak depan... 18 Gambar 10. Tabung vakum tampak samping... 18 Gambar 11. Tabung vakum tampak atas... 18 Gambar 12. Jaring tampak depan... 19 Gambar 13. Jaring tampak atas... 19 Gambar 14. Skema mekanisme sistem secara keseluruhan... 20 Gambar 15. Alur skema mekanisme kerja sistem penghisap... 21 Gambar 16. Kombinasi atas-tengah... 22 Gambar 17. Kombinasi tengah-bawah... 22 Gambar 18. Kombinasi bawah-atas... 22 Gambar 19. Kombinasi atas-tengah satu muka... 23 Gambar 20. Kombinasi tengah-bawah satu muka... 23 Gambar 21. Kombinasi bawah-atas satu muka... 23 Gambar 22. Nilai bilangan Reynold pada setiap kombinasi posisi... 25 xi

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Burst speed (lompatan renang/renang kilat) dari beberapa jenis ikan... 30 Lampiran 2. Burst speed menurut jenis ikan... 31 Lampiran 3. Burst speed yang mampu dilakukan ikan... 32 Lampiran 4. Contoh perhitungan kapasitas pemanenan... 33 Lampiran 5. Data debit pada posisi kombinasi atas-atas... 34 Lampiran 6. Data debit pada posisi kombinasi atas-tengah... 35 Lampiran 7. Data debit pada posisi kombinasi atas-bawah... 36 Lampiran 8. Data debit pada posisi kombinasi tengah-atas... 37 Lampiran 9. Data debit pada posisi kombinasi tengah-tengah... 38 Lampiran 10. Data debit pada posisi kombinasi tengah-bawah... 39 Lampiran 11. Data debit pada posisi kombinasi bawah-atas... 40 Lampiran 12. Data debit pada posisi kombinasi bawah-tengah... 41 Lampiran 13. Data debit pada posisi kombinasi bawah-bawah... 42 Lampiran 14. Data debit pada posisi kombinasi atas-tengah satu muka... 43 Lampiran 15. Data debit pada posisi kombinasi atas-bawah satu muka... 44 Lampiran 16. Data debit pada posisi kombinasi tengah-atas satu muka... 45 Lampiran 17. Data debit pada posisi kombinasi tengah-bawah satu muka... 46 Lampiran 18. Data debit pada posisi kombinasi bawah-atas satu muka... 47 Lampiran 19. Data debit pada posisi kombinasi bawah-tengah satu muka... 48 Lampiran 20. Nilai rata-rata debit pada setiap kombinasi... 49 Lampiran 21. Kecepatan pada setiap kombinasi... 50 Lampiran 22. Bilangan Reynold pada penampang hidraulik pertama... 51 Lampiran 23. Bilangan Reynold pada penampang hidraulik kedua... 52 Lampiran 24. Tekanan (P (kpa)) yang terjadi pada sistem... 53 Lampiran 25. Gambar teknik tabung vakum... 54 Lampiran 26. Gambar teknik jaring perangkap... 55 Lampiran 27. Gambar teknik mesin dengan sistem penghisap baru secara utuh... 56 xii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Jika dibandingkan antara luas daratan dan lautan maka luas lautan di Indonesia mencapai 62% dari total wilayah Indonesia sedangkan luas daratan hanya 38% dari total wilayah Indonesia. Dengan kondisi tersebut Indonesia memiliki potensi yang sangat besar pada sektor perikanan. Produk yang dihasilkan dari sektor perikanan merupakan sumber protein hewani untuk memenuhi gizi dan sangat baik bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Kandungan gizi pada ikan memiliki kelebihan dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Pebandingan kandungan nilai zat gizi pada beberapa sumber protein dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan kandungan nilai zat gizi pada beberapa sumber protein hewani per gram. Kandungan Satuan Ikan Udang Daging Sapi Daging Ayam Protein % 16-20 18,1 18 20 Lemak % 2-22 0,8 3 7 Karbohidrat % 0,5-1,5 1,5 1,2 1,1 Abu % 2,5-4,5 1,4 0,7 0 Vitamin A Iu/g 50.000 0 600 0 Vitamin B Iu/g 20-200.000 0 0 0 Air % 56,79 78,2 75,5 72,9 Kolesterol Mg/g 70 125 70 60 Asam Amino Esensial % 10 5 10 0 Asam Amino Non Esensial % 10 0 0 0 Sumber: Khairuman dan Amri (2008) dalam Zelvina (2009) Udang merupakan salah satu komoditas hasil perikanan yang memiliki posisi penting bagi perekonomian Indonesia dengan pemasaran di dalam maupun luar negeri. Jenis udang yang banyak mendapatkan perhatian adalah jenis udang yang termasuk dalam keluarga Panaeidae. Dalam perdagangan, jenis ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu udang putih (Banana prawns) dan udang harimau (Tiger prawns). Selain dari jenis tersebut, sedikitnya masih terdapat sekitar tujuh jenis udang lain, akan tetapi memiliki harga pasaran yang lebih rendah jika dibandingklan dengan kedua jenis sebelumnya. Sejauh ini mekanisme pemanenan udang dan ikan khususnya masih mempergunakan cara tradisional. Cara yang paling modern untuk memanen udang adalah dengan mempergunakan jaring (trawl) yang dibagian mulutnya dialiri listrik dan ditarik oleh 3-4 orang dengan mengelilingi tambak. Hal ini selain dapat mengakibatkan udang stres yang pada akhirnya berdampak pada kematian, juga beresiko bagi pemanen yang harus masuk kedalam tambak (Mujiman dan Suyanto, 2004). Kebutuhan akan kemudahan dalam mendapatkan hasil budidaya dalam tambak semakin bertambah. Alat-alat yang dipergunakan di lapangan senantiasa berkembang, termasuk dalam hal pemanenan hasil. Dalam pemanenan hasil perikanan, alat pemanen yang ada di Indonesia cukup beragam, mulai dari yang tradisional hingga yang modern. Kendala yang dihadapi dalam pemanenan hasil perikanan termasuk udang adalah banyak membutuhkan sumber daya dan kurangnya sumber daya 1

yang terampil dalam memanen. Kebutuhan akan sumber daya ini mengakibatkan biaya bertambah. Penggunaan mesin pemanen mekanis dalam memanen hasil dalam tambak dapat mengantisipasi kekurangan pekerja dan mengurangi biaya pengeluaran untuk mengupah tenaga pemanen. Kendala lain yang dihadapi adalah hasil panen yang masih mengalami kecacatan dan tingkat mortalitas yang tinggi. Meskipun sudah mempergunakan mesin pemanen mekanis namun kendala ini masih belum dapat secara sepenuhnya teratasi. Pada penelitian sebelumnya (Hamdani, 2005) dari hasil pengujian mesin pemanen udang jenis sentrifugal dengan sudu ulir mengerucut memiliki efisiensi pemanenan berdasarkan jumlah tingkat kelulusan hidup udang sebesar 75%. Sudah cukup baik namun masih perlu adanya perbaikan untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal lagi. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan pada mesin pemanen udang mekanis ini, salah satunya adalah perbaikan dan modifikasi sistem yang dipergunakan pada mesin pemanen udang ini, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas mesin pemanen dan tingkat kelulusan hidup produk hasil panen tinggi atau dalam kata lain, tingkat mortalitas hasil panen yang rendah. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk merancang mekanisme sistem penghisap pada mesin pemanen udang dan ikan yang dapat menghasilkan sistem pemanenan baru yang lebih efisien dan efektif sehingga dapat menghasilkan tingkat kecacatan panen terendah. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ikan Ikan merupakan salah satu mahluk hidup bertulang belakang (vertebrata) yang termasuk ke dalam kelompok poiklilotermik (berdarah dingin), hidup di dalam air dan pergerakan serta keseimbangan tubuh di dalam air diatur oleh sirip. Sebagian besar ikan bernafas dengan menggunakan insang namun pada beberapa spesies ikan, alat pernafasannya dibantu oleh organ pernafasan lain seperti labirin. Ikan dapat dibagi menjadi ke dalam beberapa golongan berdasarkan lokasi budidayanya, yaitu ikan air tawar, ikan air payau, dan ikan air laut. Berdasarkan klasifikasi taksonominya ikan dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Ciprinid, Siklid, Salmonid, dan Klaridid. Biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). 2.1.1 Tingkah Laku Ikan Pengetahuan tentang tingkah laku ikan sangat menunjang untuk penangkapannya. Tingkah laku yang menunjang tersebut antara lain adalah tingkah laku berkelompok (schooling behaviour), kebiasaan renang, kebiasaan makan, pola penyelamatan diri, serta berbagai pola tingkah laku lainnya yang memungkinkan ikan dapat tertangkap maupun meloloskan diri dari alat tangkap. Dalam setiap aktivitas hidupnya, ikan tidak terlepas dari kemampuan gerak. Kemampuan ikan melakukan gerak menyebabkan ikan dapat berenang untuk bermigrasi baik untuk mencari makan, memijah ataupun untuk menghindari predator. Setiap jenis ikan memiliki kemampuan renag yang berbeda-beda, tergantung dari bentuk tubuh dan pola renangnya. Pola tingkah laku renang ikan adalah gambaran gerakan ikan ketika berenang yang dipengaruhi oleh sirip dan bentuk tubuh ikan. Kecepatan dan ketahanan renang ikan merupakan faktor mendasar yang perlu diketahui baik untuk meningkatkan efisiensi ataupun untuk mendapatkan hasil tangkapan yang selektif terhadap spesies dan ukurannya. Gunarso (1985) dalam Purbayanto (2010) mengemukan bahwa kebanyakan ikan bertulang rawan (elasmobranchii) serta ikan bertulang sejati (teleostei), ternyata lebih aktif berenang pada malam hari daripada siang hari. Kecepatan renangikan dari jenis Thunnidae seperti cakalang dan tuna sirip biru, memiliki kecepatan renang antara 0.8-25 m/detik. Sedangkan tuna jenis Euthyunus affinis berenang dengan keceparan rata-rata 80cm/detik pada siang hari dan 83 cm/detik pada malam hari. Pada saat tersedia makanan aktivitasnya renangnnya meningkat menjadi 108 cm/detik pada siang hari dan 93 cm/detik pada malam hari. Sedangkan untuk kuat renangnya dapat mencapai 35 km/12 jam. Sedangkan untuk ikan herring, akan membentuk kelompok bergerak menuju daerah pemijahan dengan kecepatan rata-rata 6-10 mil/24 jam dan apabila sudah mendekati daerah yang dituju maka kecepatannya akan meningkat menjadi sekitar 24-40 mil/24jam (Gunarso, 1985 dalam Purbayanto, 2010). Brainbrigde (1958) dalam Purbayanto (2010) telah mengukur kecepatan renang ikan dengan parameter terkait lainnya secara sistematis. Dia yang pertama kali menemukan hubungan linear antara kecepatan renang ikan dengan frekuensi kibasan ekornya. 3

Dikatakannya bahwa jarak yang ditempuh ke depan dalam satu kibasan ekor, yaitu panjang langkah (stride length) adalah proporsional terhadap panjang tubuh ikan pada kecepatan yang lebih tinggi (0.6 sampai 0.8 panjang tubuh). Persamaan matematis yang disarankan untuk memprediksi atau menghitung kecepatan renang ikan (U) dari frekuensi kibasan ekor (F) adalah: U = L (0.75 F 1), dimana L adalah panjang tubuh ikan. Secara lebih rinci, kecepatan beberapa jenis ikan disajikan pada Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3. 2.2 Gambaran Umum Udang Udang memiliki ciri-ciri umum yaitu memiliki tubuh yang beruas-ruas, kaki bersambungan, tubuh terdiri dari kapala, thoraks, dan abdomen. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid. Sedangkan udang laut pada umumnya termasuk dalam keluarga Panaeidae, yang biasa disebut udang panaeid. Menurut Mujiman dan Suyanto (2004), jenis udang yang paling banyak dibudidayakan adalah jenis udang yang termasuk dalam keluarga Panaeidae atau lebih dikenal dengan nama udang panaeid. Disamping itu terdapat juga jenis udang-udang dari keluarga lain, tetapi umumnya kurang populer dan memiliki harga pasaran yang lebih rendah. Sebutan udang-udang ini berdasarkan dari klasifikasi berikut: Filum : Arthopoda Sub filum : Mandibulata Kelas : Crustacea (binatang berkulit keras) Sub kelas : Malacostraca (udang-udangan tingkat tinggi) Super ordo : Eucarida Ordo : Decapoda (binatang berkaki sepuluh) Sub ordo : Natantia (kaki digunakan untuk berenang) Famili : Palaemonidae, Panaeidae Seluruh tubuh tertutup oleh kerangka luar yang disebut eskoskeleton, yang terbuat dari chitin. Kerangka tersebut mengeras, kecuali pada sambungan-sambungan antara dua ruas tubuh yang berdekatan. Hal ini memudahkan mereka untuk bergerak. Bagian kepala-dada tertutup oleh sebuah kelopak yang dinamakan cangkang kepala atau kelopak kepala (Carapae). Dibagian depan, kelopak kepala memanjang dan meruncing, yang pinggirnya bergerigi dan disebut cucuk kepala (rostrum). Secara lengkap, bagian-bagian udang dapat dilihat pada Gambar 1. Udang memiliki beberapa sifat dan ciri khas. Udang bersifat eurythaline, yakni secara alami bisa hidup di perairan yang berkadar garam dengan rentang yang luas, yakni 5-45. Kadar garam ideal untuk pertumbuhan udang adalah 19-35. Sifat lain yang juga menguntungkan adalah ketahanannya terhadap perubahan suhu yang dikenal sebagai eurythemal. Temperatur air juga mempengaruhi kebiasan udang dalam hal membenamkan diri. Jika temperatur dibawah 28 o C, sekitar 50% udang membenamkan diri sedangkan pada suhu diatas 28 o C, udang tidak membenamkan diri meskipun pada cahaya terang (Mujiman dan Suyanto, 2004). Udang merupakan organisme yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Jenis makannya sangat bervariasi tergantung pada tingkatan umur udang. Pada stadia benih, makanan utamanya adalah plankton (fitoplankton dan zooplankton). Udang dewasa menyukai daging binatang lunak atau molusca (kerang, tiram, siput), cacing, annelida yaitu cacing Polychaeta, dan crustacea. Dalam usaha budidaya, udang mendapatkan makanan alami yang tumbuh di tambak, yaitu klekap, 4

lumut, plankton, dan benthos. Udang akan bersifat kanibal bila kekurangan makanan (Soetomo, 1990). Pada siang hari, udang hanya membenamkan diri pada lumpur maupun menempelkan diri pada sesuatu benda yang terbenam dalam air (Soetomo, 1990). Apabila keadaan lingkungan tambak cukup baik, udang jarang sekali menampakkan diri pada siang hari. Apabila pada suatu tambak udang tampak aktif bergerak di waktu siang hari, hal tersebut merupakan tanda bahwa ada yang tidak sesuai. Ketidakesuaian ini disebabkan oleh jumlah makanan yang kurang, kadar garam meningkat, suhu meningkat, kadar oksigen menurun, ataupun karena timbulnya senyawa-senyawa beracun (Mujiman dan Suyanto 2004). Gambar 1. Morfologi udang penaeid Keterangan: a: alat pembantu rahang g: kaki jalan b: kerucut kepala h: kaki renang c: mata i: anus d: cangkang kepala j: telson e: sungut kecil k: ekor kipas f: sungut besar Sumber: Amri, K (2005) 2.2.1 Pemanenan Sebagian Pemanenan sebagian adalah pemanenan terhadap udang yang memenuhi kebutuhan komersil (30 gram/ekor atau lebih). Pemanenan ini banyak dilakukan di tambak tradisional (ekstensif), karena biasanya ukuran udang yang tidak seragam. Alat yang biasa dipergunakan untuk pemanenan sebagian adalah prayang atau bubu. Pemanenan sebagian mempunyai beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan, yaitu membutuhkan tenaga kerja musiman untuk menjaring, penguraian bahan organik di dasar kolam berlangsung terus hingga suatu saat dapat membahayakan kehidupan udang, dan binatang lain seperti ikan, kepiting, dan sebagainya, tidak dapat dibersihkan dari kolam (Wibowo, 1990 diacu dalam Handok, 2005). Bentuk alat yang dipergunakan dapat dilihat pada Gambar 2. 5

2.2.2 Pemanenan Total Pemanenan total adalah pemanenan terhadap semua udang di dalam tambak, banyak dilakukan di tambak semi-intensif atau intensif yang umumnya ukuran udang lebih seragam. Sebelum pemanenan, biasanya air tambak harus disurutkan sampai kedalaman tertentu, yaitu 20-50 cm. Penyusutan dapat dilakukan dengan pompa air yang pada bagian ujung penghisapnya diberi kasa untuk mencegah udang ikut terhisap bersama air atau dengan memanfaatkan pasang surut air laut. Jika kolam memiliki pengeluaran air dengan sistem monik atau pintu air untuk mengeringkan kolam maka udang dapat dipanen dengan memasang jaring penadah pada bukaan air. Pintu air dibuka dan diatur agar air mengalir perlahan-lahan agar udang tidak banyak yang tertinggal atau bersembunyi di dalam lumpur. Udang akan keluar bersama dengan air dan tertadah didalam jaring yang terpasang itu. Pemanenan secara total mempunyai beberapa kerugian, diantaranya adalah udang yang masih berukuran kecil akan ikut terpanen dan air yang sudah kaya dengan berbagai jenis mineral dan organisme yang merupakan makanan alami udang terpaksa harus dibuang (Wibowo, 1990 diacu dalam Handoko, 2005). Bentuk alat yang dipergunakan dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 2. Prayang atau bubu (Mujiman dan Suyanto, 2004). Gambar 3. Penadah berbentuk jaring kantung (Mujiman dan Suyanto, 2004). 6

2.3 Sistem Venturi Unit pembangkit sistem venturi terdiri dari pompa air, pipa PVC, dan tabung venturi. Air digunakan sebagai fluida inkompresibel yang dialirkan. Pompa air yang dipergunakan untuk membangkitkan aliran air di dalam pipa adalah tipe turbin regeneratif. Tipe pompa ini dipilih karena cukup banyak terdapat di pasaran dan mempunyai performansi tekanan debit yang memadai. Keadaan aliran air akan meningkat melewati tabung venturi sehubungan dengan kontinuitas, kecepatan air akan meningkat karena terjadinya penyempitan luas penampang hidraulik. Peningkatan kecepatan ini diikuti dengan penurunan tekanan air. Tekanan vakum yang diciptakan menggunakan sistem ini adalah tekanan minimum yang diupayakan diperoleh dengan menghindari terjadinya kavitasi (Wulandani, et al, 2002 diacu dalam Adisiswoyo, 2004). Dalam pipa venturi, luas penampang pipa bagian tepi memiliki penampang yang lebih luas daripada bagian tengahnya atau diameter pipa bagian tepi lebih besar daripada bagian tengahnya. Zat cair dialirkan melalui pipa yang penampangnya lebih besar lalu akan mengalir melalui pipa yang memiliki penampang yang lebih sempit, dengan demikian maka akan terjadi perubahan kecepatan. Apabila kecepatan aliran yang melalui penampang lebih besar adalah v 1 dan kecepatan aliran yang melalui pipa sempit adalah v 2, maka kecepatan yang lewat pipa sempit akan memiliki laju yang lebih besar (v 1 < v 2 ). Dengan cara demikian tekanan yang ada pada bagian pipa lebih sempit akan menjadi lebih kecil daripada tekanan pada bagian pipa yang berpenampang lebih besar. Peristiwa tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Venturimeter. Sumber: www.efunda.com/formulae/fluids/venturi_flowmeter.cfm Dalam aliran seperti yang digambarkan akan berlaku Hukum Bernoulli sebagai berikut:...(1) Pipa dalam keadaan mendatar, h 1 = h 2, ρgh 1 + ρgh 2. Sehingga: p 1 + ½ ρv 2 1 = p 2 + ½ ρv 2 2. Di sini v 1 > v 2 maka p 2 < p 1, akibatnya, p 1 p 2 = ½ ρ (v 2 2 - v 2 1), padahal : p 1 = p B + ρgh a, p 2 = p B = ρgh b. Selanjutnya didapat: p 1 p 2 = ρg (h a - h b )...(2) Apabila h a - h b = h, yakni selisih tinggi antara permukaan zat cair bagian kiri dan kanan, maka akan didapat: p 1 p 2 = ρgh...(3) 7

Dengan mengetahui selisih tinggi permukaan zat cair pada pipa pengendalli akan dapat diketahui perubahan tekanannya yang selanjutnya perubahan kecepatan dapat juga diketahui. Berdasarkan persamaan laju volumetrik dan hukum kekekalan massa maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut: Q = v 1 A 1 = v 2 A 2...(4) Kemudian diperoleh:...(5) ( ) ( )...(6) 2.4 Fluida Statik Fluida statik merupakan bagian dari hidrolika yang mempelajari gaya-gaya tekan cairan dalam keadaan diam. Karena cairan dalam keadaan diam maka tidak terdapat geseran baik antara lapisan cairan tersebut, maupun antara cairan dan batas padat. Dengan demikian gaya-gaya yang bekerja hanya gaya-gaya normal yaitu gaya tekan yang bekerja tegak lurus pada permukaannya. Tekanan rata-rata dihitung dengan membagi gaya normal yang bekerja pada suatu bidang dengan luas bidang tertentu. Tekanan pada satu titik adalah batas (limit) dari perbandingan antara gaya normal dan luas bidang dimana luas bidang dianggap mendekani nol pada sato titik.... (7) Hukum Pascal menyatakan bahwa tekanan pada suatu titik di dalam suatu cairan dalam keadaan diam adalah sama di semua arah. Dalam hal ini besarnya tekanan tidak tergantung pda arah garis gaya tersebut. Suatu elemen cairan kecil sekali berbentuk baji seperti pada Gambar 5. Gambar 5. Suatu cairan elemen berbentuk baji. Sumber: Erizal dan Pandjaitan, 2007.... (8)... (9) 8

Dimana p x, p y, dan p n adalah tekanan rata-rata pada tiga sisi dari elemen cairan tersebut. Gayagaya tekan diarah y saling menghapus satu sama lain, hal ini karena gaya-gaya sama besar tetapi berlawanan arah. Apabila batas diambil dengan memperkecil satu sisi tersebut menuju nol tanpa merubah sudut dan dengan menggunakan hubungan geometrik maka diperoleh persamaan berikut:... (10) Dengan menggunakan ketentuan geometri tersebut maka persamaan-persamaan tersebut diatass dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut:... (11)... (12) Karena elemen cairan tersebut kecil sekali dan sisis-sisinya diperkecil menjadi mendekati nol maka komponen gaya berat mendekati nol dan dapat diabaikan sehingga apabila persamaan-persamaan tersebut dibagi d y d z dan d x d y akan diperoleh persamaan:... (13) Di dalam suatu cairan dalam keadaan diam, perubahan tekanan atau distribusi tekanan tergantung pada elevasinya di dalam cairan (diukur dari permukaan cairan). Hal tersebut ditunjukkan oleh Gambar 6. Gambar 6. Elemen cairan berbentuk paralel eppipedum kecil sekali Sumber: Erizal dan Pandjaitan, 2007. ( ) ( )... (14) ( ) ( )...(15) ( ) ( )... (16) 9

Dibagi dengan d x, d y, dan d z maka persamaan-persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi:... (17) Dari persamaan-persamaan tersebut tampak bahwa p hanya merupakan fungsi z saja, sehingga integrasi dari persamaan (17) sebagai berikut:... (18) Untuk cairan yang dianggap homogen dan tidak termampatkan (incompressible), kerapatan cairan dianggap konstan, sehingga integrasi persamaan (18) menghasilkan persamaan sebagai berikut:... (19) Untuk mencari harga C (konstanta) diambil kondisi batas sebagai berikut: Untuk z = 0, yaitu di permukaan tekanan adalah sama dengan tekanan atmosfer P = P 0 = 0 sehingga C = 0. Dengan demikian maka persamaan (2.5) dapat dinyatakan sebagai berikut: Dimana: P : Tekanan pada kedalaman h dari permukaan (N/m 2 ) h : Jarak vertikal (-z) diukur dari permukaan cairan (m) : Kerapatan cairan (kg/m 3 ) g : Gaya gravitasi (m/det 2 )... (20) Tangki-tangki pada gambar di bawah ini mempunyai luas dasar yang sama, demikian pula dengan kedalamannya. Secara lengkap disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. Tekanan hidrostatik padadasar tangki-tangki yang berbeda-beda bentuk tetapi luas dasarnya sama. Sumber: Erizal dan Pandjaitan, 2007. Tekanan pada dasar (alas) tangki adalah:... (21) Sedangkan gaya-gaya bekerja di dasar tangki adalah:... (22) 10

Dengan demikian untuk cairan yang sama kerapatannya tekanan dan gaya bekerja pada dasar masing-masing tangki akan sama walaupun berat cairan dalam masing-masing wadah berbeda-beda. Secara sekilas hal ini tidak seperti yang diduga (karena biasanya tekanan pada dasar diperkirakan sebagai fungsi dari berat cairannya), oleh karena itu hal tersebut disebut paradox hidrostatik. 2.5 Sifat-Sifat Air Performansi sebuah pompa dapat berubah-rubah tergantung pada karakteristik zat cair yang dialirkan. Sifat-sifat zat cair untuk menentukan spesifikasi pompa adalah berat per satuan volume, viskositas kinematik, dan tekanan uap air (Sularso dan Tahara, 1996 diacu dalam Handoko, 2005). Sifat-sifat air disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat-sifat air (Sularso dan Tahara, 1996 diacu dalam Handoko, 2005) Catatan : Temperatur ( o C) 0 5 10 30 50 70 90 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 Kerapatan (kg/l) 0.9998 1.0000 0.9998 0.9957 0.9880 0.9777 0.9625 0.9581 0.9431 0.9261 0.9073 0.8869 0.8647 0.8403 0.8140 0.7840 0.7510 0.7120 Viskositas kinematik (m 2 /s) x 10-6 1.729 1.520 1.307 0.801 0.554 0.413 0.326 0.295 0.244 0.211 0.186 0.168 0.155 0.150 0.136 0.131 0.128 0.127 air di bawah 1 atm dan jenuh di atas 100 o C 1 atm = 101.3 kpa 1kgf/cm 2 = 98.1 kpa Tekanan uap jenuh (kgf/cm 2 ) 0.00623 0.00889 0.01251 0.04325 0.12578 0.3178 0.7149 1.0332 2.0246 3.685 6.303 10.224 15.855 23.656 34.138 47.869 65.468 87.621 2.6 Penelitian yang Pernah Dilakukan (Hamdani, 2005) Penelitian ini merancang sebuah mesin pemanen udang dengan berbagai komponen. Komponen-komponen yang dibuat antara lain: 1) casing input yang berbentuk penampang potongan kerucut dengan lubang input 6 inchi dan panjang 200 mm; 2) casing output yang di buat agar berbentuk mekanisme sentrifugal dengan lubang keluaran sebesar 4 inchi; 3) penutup casing output yang berfungsi juga sebagai dudukan poros yang terbuat dari besi poros 3 inchi; 4) pemegang poros dan flens yang digunakan untuk menstabilkan putaran poros; 5) poros dengan diameter 1 inchi dan 11

panjang 300 mm yang berfungsi sebagai tempat terpasangnya sudu pompa; 6) sudu pompa dengan bentuk ulir mengerucut yang terbuat dari plat 2 mm; dan 7) rangka pompa yang terbuat dari besi siku dan pipa besi berukuran ¾ inchi. Sebagai tenaga penggerak digunakan motor listrik dengan daya 3 HP, 1 Phase dengan besar putaran 1400 rpm. Untuk menyalurkan daya putar motor listrik digunakan roda gigi dengan perbandingan 1 : 2, sehingga daya putar poros pompa yang dihasilkan adalah sebesar 700 rpm. Dari hasil pembuatan, didapatkan pompa pemanen udang dengan dimensi (p x l x t) 1000 x 450 x 650 mm dan berat pompa 74 kg dengan lubang pemasukan sebesar 6 inchi dan lubang pengeluaran sebesar 4 inchi. Mekanisme pemanenannya dimulai dari penghisapan komoditas oleh pompa secara langsung dan menyebabkan komoditas bergesekan langsung dengan impeler pompa yang mengekibatkan kecacatan pada komoditas hasil panen. Pengujian performansi pompa pemanen udang ini dilakukan di kolam pemancingan ikan. Dari hasil uji fungsional didapatkan, kecepatan putar sudu pompa sebesar 729 rpm, ketinggian daya tekan pompa (head) yang dihasilkan sejauh 3.5 meter dengan debit air 11 liter/detik. Pengujian pemanenan udang dilakukan sebanyak 4 kali ulangan dengan jumlah sampel masing-masing ulangan adalah 30 ekor udang. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk memanen 30 ekor udang adalah 63.76 detik. Tingkat kelulusan udang berdasarkan jumlah udang yang hidup dan tidak cacat adalah sebesar 75%, dalam keadaan mati sebesar 3.3%, cacat sebesar 19.2%, dan tidak terhisap sebesar 2.5%, dengan waktu perjalanan (travel time) rata-rata yang dibutuhkan 1 ekor udang dari kolam sampai lubang keluaran adalah 7.23 detik. 12

III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan Juni 2011 di Bengkel Leuwikopo dan Laboratorium Ergotron, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang dipergunakan adalah: 3.2.1 Alat Alat yang dipergunakan untuk membuat perancangan mekanisme sistem penghisap pada mesin pemanen udang adalah peralatan perbengkelan pada umumnya yang terdiri dari jangka sorong, gelas ukur, penggaris, stop watch, tools box, dan lain-lain. 3.2.2 Bahan Bahan-bahan yang dipergunakan pada penelitian terdiri dari: a. Pompa air. b. Selang berserat. c. Ring selang. d. Pipa PVC. e. Tabung plastik. f. Jaring. g. Katup manual. h. Karet seal. i. Ikan dan udang. j. Cairan pewarna. 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode pendekatan rancangan secara umum, yaitu pendekatan analisis fungsional dan pendekatan analisis struktural. Analisis fungsional yaitu analisis yang menyangkut segi fungsi dan kegunaan dari setiap elemen penyusun mesin tersebut terhadap komoditi yang akan diproses. Analisis struktural yaitu analisis yang menyangkut bahan dasar, kekuatan bahan, dan konstruksi. Diagram alir metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 8. Tahapannya adalah sebagai berikut: 3.3.1 Identifikasi Permasalahan Perkembangan budidaya udang dan ikan yang cukup pesat harus diiringi dengan penggunaan teknologi yang dapat mendukung proses pengolahan komoditi tersebut. Sejauh 13

ini, teknologi dalam proses pemanenan udang dan ikan belum mendapatkan perhatian khusus dan masih mempergunakan alat dan cara tradisional. Penggunaan alat dan cara tradisional ini mengakibatkan udang dan ikan mengalami stres serta pemanenan yang kurang efektif dan efisien. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pemanenan, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mempergunakan sistem pemanenan secara mekanis. Namun mesin pemanen udang dan ikan yang telah dibuat ternyata masih memiliki permasalahan, yaitu tingkat kecacatan hasil panen yang masih tinggi. Hal tersebut terjadi karena komoditas mengalami kontak langsung dengan logam bergerak didalam pompa pemanen. Menilik hal tersebut maka perlu dirancang sebuah mekanisme sistem penghisapan yang baru untuk dipergunakan dalam mesin pemanen yang dapat meminimalisir tingkat kecacatan komoditas yang dipanen. Mulai Identifikasi Permasalahan Analisis Fungsional Pembuatan Model N Uji Fungsional Y Selesai Gambar 8. Flow chart tahapan penelitian 3.3.2 Analisis Fungsional Mekanisme sistem penghisap pada mesin pemanen udang dan ikan ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada proses pemanenan udang dan ikan. Bagian-bagian yang bekerja antara lain: a. Pompa air, berfungsi untuk memindahkan fluida inkompresibel dari kolam penampung. Daya yang dimiliki oleh pompa merupakan pendorong yang efektif bagi fluida air. Mempergunakan tenaga listrik sebagai sumber penggeraknya. b. Selang berserat, berfungsi sebagai konektor antara sistem penghisap dengan komoditas yang akan dipanen. c. Pipa PVC, berfungsi sebagai tempat aliran fluida air menuju pompa dari tempat pemisahan dan kolam penampung. d. Tabung plastik, berfungsi sebagai fish trap dan sebagai tempat terjadinya mekanisme sistem penghisap dan kondisi vakum. 14

e. Jaring, berfungsi sebagai tempat penampungan sementara komoditas yang dipanen sehingga tidak terhisap oleh pompa. f. Katup manual, berfungsi untuk mengatur pertukaran tempat penampungan pada saat jaring penampung salah satu penuh. g. Karet seal, berfungsi untuk menjaga agar tidak terjadi kebocoran antara dua bagian agar kondisi tetap vakum. 3.3.3 Pembuatan Model Setelah semua analisis fungsional diselesaikan maka tahapan selanjutnya adalah pembuatan model mesin pemanen udang dan ikan dengan sistem penghisap baru. Perancangan model mekanisme sistem penghisap pada mesin pemanen udang dan ikan ini dirancang agar hasil panen mudah dipindahkan dan mengalami kerusakan seminimal mungkin. Sehingga ada bagian penampungan sementara dari hasil panen yang menyatu di dalam mekanisme sistem penghisapan tersebut. Bagian-bagiannya adalah: a. Pompa air dengan Q maksimum 35 liter/menit. Hal ini didasarkan pada ukuran pompa standart yang beredar dipasaran. b. Selang berserat dengan diameter 1 inch dan pipa PVC dengan diameter ¾ inch. Pemilihan ini berdasarkan pada ukuran komoditas yang akan diujikan pada permodelan yaitu dengan diameter berkisar ½ inchi hingga ¾ inchi. c. Tabung plastik dengan diameter 15 inch. Pemilihan jenis dan ukuran disesuaikan berdasarkan kebutuhan dan mempergunakan ukuran standart yang cukup besar yang beredar di pasaran. d. Jaring kawat, dengan mesh berukuran 0.25cm. pemilihan jaring kawat dengan ukuran yang rapat disesuaikan dengan ukuran komoditas yang diujikan supaya dengan ukuran tersebut komoditas tidak dapat meloloskan diri. e. Katup manual, berupa katup bola. Disesuaikan dengan ukuran pipa yang telah dipilih. Berdasarkan Purbayanto (2010) dimana diketahui bahwa nilai kecepatan renang ikan adalah sekitar 80 cm/detik hingga 108 cm/detik, maka perancangan model tersebut telah dapat memenuhi persaratan untuk dapat menghisap komoditas. Hal ini ditunjukkan oleh perhitungan sebagai berikut: Diameter selang: 1 inchi = 2.54cm Luas selang: Kecepatan: Dengan nilai kecepatan hisap yang mencapai hampir 1½ dari kecepatan renang komoditas maka dapat dipastikan model ini dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. 3.3.4 Uji Fungsional Metode pengujian yang dipergunakan adalah metode uji fungsional dari masing-masing elemen mesin yang telah digabungkan. Elemen mesin tersebut akan diuji apakah berfungsi dengan baik atau tidak. Apabila tidak berfungsi secara baik maka akan dilakukan analisis rancangan kembali. 15

3.3.4.1 Penentuan Kombinasi Posisi Optimum untuk Pemanenan Pengujian untuk mengetahui kombinasi posisi optimum pada pemanenan dilakukan dengan membuat 15 kombinasi posisi penghisap dan pengeluaran. Penentuan kombinasi ini ditujukan untuk mengetahui debit, kecepatan, bilangan Reynold, tekanan, serta jenis aliran yang terjadi, untuk dijadikan acuan dasar sebagai penentuan kombinasi posisi yang paling optimum nantinya. Penentuan kombinasi ini disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Kombinasi posisi berseberangan. No Posisi pemasukan Posisi pengeluaran 1 Atas Atas 2 Atas Tengah 3 Atas Bawah 4 Tengah Atas 5 Tengah Tengah 6 Tengah Bawah 7 Bawah Atas 8 Bawah Tengah 9 Bawah Bawah Tabel 4. Kombinasi posisi satu muka No Posisi pemasukan Posisi pengeluaran 1 Atas Tengah 2 Atas Bawah 3 Tengah Atas 4 Tengah Bawah 5 Bawah Atas 6 Bawah Tengah 3.3.4.2 Pengujian Kinerja Sistem Pengujian untuk mengetahui kinerja sistem dilakukan dengan menguji tingkat kelulusan hidup komoditas dengan melakukan 15 kali ulangan. Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui berapa persen tingkat kelulusan hidup, tingkat kematian, serta tingkat kecacatan dari komoditas yang dipanen. 16

IV. ANALISIS RANCANGAN 4.1 Kriteria Rancangan Mesin pemanen udang dan ikan merupakan sebuah inovasi dari sistem pemanenan secara mekanis dan diharapkan dapat menggantikan sistem pemanenan yang selama ini masih dilakukan secara manual. Mesin pemanen udang dan ikan ini memiliki sistem penghisap yang baru yang dapat meminimalisir tingkat kecacatan dan mortalitas dari komoditas yang dipanen sehingga diperlukan beberapa analisis teknik sesuai dengan keluaran yang diharapkan. Adanya mesin pemanen udang dan ikan dengan sistem penghisap yang baru ini diharapkan kapasitas pemanenan dapat mencapai 13.33 ton/jam, contoh perhitungan terdapat pada Lampiran 4. 4.2 Rancangan Fungsional Mesin pemanen udang dan ikan dengan sistem penghisap yang baru berfungsi sebagai mesin pemanen dengan tingkat kelulusan komoditas panen yang tinggi bahkan mendekati nilai 100%. Agar mesin pemanen ini dapat berfungsi sesuai dengan rancangan fungsionalnya maka diperlukan penjabaran fungsional dari rancangan strukturalnya yang direncanakan. Uraian fungsi dari mesin pemanen udang dan ikan dengan sistem penghisap baru disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Uraian fungsi mesin pemanen udang dan ikan. No Nama Komponen Fungsi 1 Pompa 2 Tabung vakum 3 Jaring 4 Pipa penghisap 5 Pipa pengeluaran 6 Seal mekanik 7 Katup manual Sebagai daya hisap untuk menghoisap komoditas yang akan di panen. Sebagai tempat terjadinya kondisi vakum dan berlangsungnya mekanisme sistem penghisap yang baru. Sebagai perangkap dan penampungan sementara komoditas yang dipanen agar tidak terhisap pompa. Sebagai penghisap komoditas plus air dari tambak pada saat pemanenan. Sebagai saluran pembuangan air yang telah terpisah dari komoditas panen yang berasal dari tabung vakum. Sebagai pencegah terjadinya kebocoran pada sambungan antara dua bagian. Sebagai pengatur pertukaran tempat penampungan pada saat jaring penampung salah atu sudah terisi penuh 4.3 Pembuatan Model Pembuatan model bertujuan untuk melakukan pengujian apakah sistem baru yang direncanakan untuk mekanisme penghisap pada mesin pemanen udang dan ikan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Bagian yang dibuat modelnya adalah fish trap sebagai perangkap ikan dan sebagai tempat terjadinya sistem penghisap yang baru, terdiri dari tabung vakum dan jaring 17

penampung sementara. Gambar teknik untuk tabung vakum dan jaring disajikan pada Lampiran 25 dan Lampiran 26. 4.3.1 Tabung Vakum Fungsi dari komponen tabung vakum ini adalah sebagai tempat terjadinya mekanisme sistem penghisap dan sebagai tempat meletakkan jaring. Tabung vakum ini terbuat dari tabung plastik dengan ukuran diameter 38cm dengan tinggi 40cm. Bahan plastik yang dipergunakan memiliki warna yang cukup transparan dengan tujuan agar mekanisme sistem penghisap dan fungsi jaring penampungan sementara dapat terlihat apakah berfungsi sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Bentuk dari tabung vakum ini dapat dilihat pada Gambar 9, Gambar 10, dan Gambar 11. Gambar 9. Tabung vakum tampak depan. Gambar 10. Tabung vakum tampak samping. Gambar 11. Tabung vakum tampak atas. 18

4.3.2 Jaring Jaring ini memiliki fungsi sebagai penampungan sementara dari komoditas agar tidak terhisap oleh pompa. Dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menyesuaikan dengan penempatannya dalam tabung vakum dan terbuat dari bahan saringan kawat berukuran mesh 0.25cm dan dibentuk menjadi sebuah silinder terbuka (tanpa tutup). Penggunaan ukuran mesh yang kecil bertujuan agar komoditas yang dipanen tidak keluar dari sistem dan terhisap oleh pompa. Bentuk jaring dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13. Gambar 12. Jaring tampak depan. Gambar 13. Jaring tampak atas. 19

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Mesin pemanen udang dan ikan memang telah ada dibuat dengan tujuan untuk meninggkatkan efisiensi dan efektivitas pemanenan namun masih memiliki kendala, yaitu tingkat kecacatan dan tingkat mortalitas yang terjadi masih tinggi. Hal tersebut terjadi dikarenakan komoditas yang dipanen melewati impeler pompa pemanen sehingga terjadi kontak fisik secara langsung antara komoditas yang dipenen dengan logam yang bergerak. Perancangan mekanisme sistem penghisap pada mesin pemanen udang dan ikan ini merupakan solusi untuk menjawab berbagai kendala pemanenan yang terjadi tersebut karena komoditas panen tidak langsung bersentuhan secara fisik dengan pompa pemanen yang dipergunakan. 5.1 Cara Kerja Sistem Penghisap Skema dari mekanisme kerja sistem peghisap ini disajikan pada Gambar 14 dan Gambar 15. 2 3 4 1 b d 5 a Gambar 14. Skema mekanisme sistem secara keseluruhan. Dimana: a: kolam penampungan komoditas dan air (diasumsikan seperti tambak). b: tabung vakum. c: jaring perangkap. d: pompa. e: penampungan air. Mekanisme kerja dari sistem penghisap ini adalah air dan komoditas yang akan di panen dihisap menggunakan tenaga yang berasal dari arus listrik yang memutar pompa. Air dan komoditas tersebut berada dalam kolam penampungan (1) dan akan terhisap ke dalam saluran penghisap (2) selanjutnya akan masuk ke dalam fish trap yang terdiri dari tabung vakum yang telah dilengkapi dengan jaring yang berfungsi untuk memerangkap komoditas supaya tidak terhisap dan masuk ke dalam pompa (3). Komoditas yang berada di dalam fish trap akan terus bertambah dengan bertambahnya waktu. Sedangkan air terus mengalir ke dalam pompa (4) dan dibuang ke penampungan yang lain (5) sedangkan fish trap kembali diisi oleh air dan komoditas. Setelah fish trap terisi penuh oleh komoditas yang dipanen maka katup manual diputar untuk menukarkan mekanisme pemanenan ke fish trap yang satunya lagi dan mekanisme berjalan seperti pada fish trap yang pertama. Komoditas yang terjebak pada fish trap dikeluarkan untuk dipindahkan ke wadah penampungan hasil pemanenan. Mekanisme ini berjalan terus menerus secara kontinyu hingga komoditas panen semuanya terambil. c e 20

Komoditas dan air berada dalam satu wadah penampungan. Komoditas dan air terhisap ke dalam fish trap. Komoditas terjebak dalam jaring dan diisi hingga penuh. Air terhisap oleh pompa dan di buang. Komoditas dipindahkan kedalam wadah penampungan. Gambar 15. Alur skema mekanisme kerja sistem penghisap. 21

5.2 Debit, Kecepatan, Tekanan dan Jenis Aliran Pengambilan data untuk debit, kecepatan, tekanan dan jenis aliran ini bertujuan untuk mengetahui dimana posisi dan kombinasi terbaik untuk mendapatkan nilai debit maksimum yang dihasilkan oleh pompa. Posisi yang diamati adalah posisi pipa penghisap dan pipa pengeluaran dengan 15 kombinasi posisi. Peletakkan posisi dibedakan menjadi dua, yaitu posisi berseberangan dan posisi pada satu muka. Contoh kombinasi posisi disajikan pada Gambar 16 21. Gambar 16. Kombinasi atas-tengah. Gambar 17. Kombinasi tengah-bawah. Gambar 18. Kombinasi bawah-atas. 22

Gambar 19. Kombinasi atas-tengah satu muka. Gambar 20. Kombinasi tengah-bawah satu muka. Gambar 21. Kombinasi bawah-atas satu muka. Berdasarkan kombinasi yang telah diamati, nilai debit maksimum diperoleh pada saat kombinasi bawah (pipa pemasukan) bawah (pipa pengeluaran), yaitu sebesar 0.583 liter/detik. Sedangkan untuk debit minimum diperoleh pada saat kombinasi bawah (pipa pemasukan) atas (pipa pengeluaran) satu muka serta tengah (pipa pemasukan) atas (pipa pengeluaran) satu muka yaitu 23

sebesar 0.576 liter/detik. persamaannya adalah: Nilai tersebut diperoleh dengan mempergunakan metode volumetrik, Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa debit yang terjadi relatif stabil dan hanya mengalami sedikit penurunan. Penurunan ini diakibatkan oleh kebocoran yang terjadi antara sambungan antar dua bagian seperti pada tutup tabung vakum, sambungan perpipaan, dan sambungan selang, sehingga kondisi sistem tidak 100% dalam kondisi vakum. Sedangkan untuk nilai kecepatan, diperoleh berdasarkan persamaan 4 karena adanya perubahan penampang hidraulik dari kecil (¾ inchi) menjadi besar (15 inchi). Persamaannya adalah: Nilai v (kecepatan (m/s)) terbagi menjadi dua, yaitu kecepatan pada penampang hidraulik pertama dengan diameter ¾ inchi dan kecepatan pada penampang hidraulik kedua dengan diameter 15 inchi. Kecepatan maksimum pada penampang hidraulik pertama adalah sebesar 2.0465 m/s terjadi pada saat kombinasi bawah (pipa pemasukan) bawah (pipa pengeluaran) dan kecepatan minimum terjadi pada saat kombinasi bawah (pipa pemasukan) atas (pipa pengeluaran) satu muka serta tengah (pipa pemasukan) atas (pipa pengeluaran) satu muka yaitu sebesar 2.0219 m/s. Sedangkan Kecepatan maksimum pada penampang hidraulik kedua adalah sebesar 0.00512 m/s terjadi pada saat kombinasi bawah (pipa pemasukan) bawah (pipa pengeluaran) dan kecepatan minimum terjadi pada saat kombinasi bawah (pipa pemasukan) atas (pipa pengeluaran) satu muka serta tengah (pipa pemasukan) atas (pipa pengeluaran) satu muka yaitu sebesar 0.00505 m/s. Secara lebih lengkap data kecepatan disajikan pada Lampiran 21. Tekanan yang terjadi di dalam sistem akan mengalami perubahan, hal ini dikarenakan adanya perubahan penampang hidraulik, yaitu pembesaran yang terjadi dari penampang hidraulik dengan ukuran diameter ¾ inchi menjadi penampang hidraulik dengan ukuran diameter 15 inchi. Nilai tekanan ini dapat diketahui dengan mempergunakan persamaan: Nilai tekanan yang diperoleh pada kedua penampang hidraulik tersebut sangat jauh berbeda. Nilai tekanan pada penampang hidraulik yang berukuran kecil adalah sebesar 2.943 x 10 4 kpa, sedangkan tekanan yang terjadi pada penampang hidraulik yang berukuran besar adalah sebesar 1.461 x 10 2 kpa. Secara lengkap nilai tekanan yang diperoleh, baik pada penampang hidraulik pertama(kecil) maupun pada penampang hidraulik kedua (besar), disajikan pada Lampiran 24. Jenis aliran yang terjadi ada dua jenis, yaitu aliran turbulen dan aliran laminer. Aliran jenis turbulen terjadi pada penampang hidraulik pertama, yaitu pada pipa dengan ukuran diameter ¾ inchi, karena bilangan Reynold dari aliran yang terjadi lebih besar dari 2300 yang merupakan batas minimal dari bilangan Reynold aliran turbulen. Nilai bilangan Reynold yang terjadi berkisar antara 44720.17 sampai 45263.64. Aliran jenis laminer terjadi pada penampang hidraulik kedua, pada tabung dengan ukuran diameter 15 inchi, karena bilangan Reynold dari aliran yang terjadi lebih kecil dari 2300 yang merupakan batas maksimal dari bilangan Reynold aliran laminer. Nilai bilangan Reynold yang terjadi 24

berkisar antara 2236.01 sampai 2263.18. Nilai bilangan Reynold dan jenis aliran ini diperoleh dengan mempergunakan persamaan: Secara lengkap nilai bilangan Reynold yang diperoleh, baik pada penampang hidraulik pertama maupun pada penampang hidraulik kedua, disajikan pada Gambar 22, Lampiran 22, dan Lampiran 23. Nilai bilangan Reynold pada setiap kombinasi Nilsi bilangan Reynold 48000 44000 40000 36000 32000 28000 24000 20000 16000 12000 8000 4000 0 Re 1 Re 2 Kombinasi posisi Gambar 22. Nilai bilangan Reynold pada setiap kombinasi. Nilai bilangan Reynold yang mengalami perubahan sangat besar ini mengakibatkan kondisi turbulensi terjadi pada saat peningkatan ukuran penampang hidraulik pada sistem, perubahan dari diameter yang berukuran kecil menuju diameter yang berukuran besar. Penentuan posisi optimum untuk sistem penghisap baru bukan hanya dipengaruhi oleh faktorfaktor yang telah dicari seperti bilangan Reynold yang relatif nilai turbulensinya kecil, kecepatannya optimum dan sebagainya Melainkan juga dipengaruhi oleh tingkah laku komoditas itu sendiri. Pada pengujian debit, bukan hanya fluida saja namun ditambahkan juga dengan mempergunakan komoditas, dalam hal ini ikan, tingkah laku komoditas cenderung berkumpul dibagian bawah fish trap. Maka dengan memperhatikan hal tersebut, kombinasi paling optimum untuk penempatan posisi pipa pemasukan dan pipa pengeluaran adalah pada kombinasi atas (pipa pemasukan) atas (pipa pengeluaran). 5.3 Tingkat Kelulusan Komoditas Pengukuran tingkat kelulusan komoditas dipergunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perancangan mekanisme sistem penghisap baru pada mesin pemanen udang dan ikan. Data yang diperoleh dari hasil pengujian berupa jumlah komoditas yang berhasil dipanen dengan kondisi hidup (baik), kondisi mati, dan kondisi cacat. Pengujian dilakukan sebanyak 15 kali ulangan dengan 25

mempergunakan jumlah sampel komoditas sebanyak 250 ekor ikan. Data lengkap hasil pengujian kelulusan komoditas tersaji pada Tabel 6. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat kelulusan komoditas dalam kondisi hidup sangat besar bahkan hampir mendekati sempurna yaitu sebesar 98.9%, komoditas dengan kondisi mati sebesar 0.4%, dan komoditas dengan kondisi cacat sebesar 0.7%. Hasil pengujian tingkat kelulusan komoditas ini hampir mendekati sempurna. Faktor yang menyebabkan ketidaksempurnaan pada pengujian ini adalah kondisi sistem yang belum 100% vakum atau masih mengalami sedikit kebocoran. Faktor lain yang mnyebabkan adanya komoditas yang mati atau cacat adalah akibat dari kondisi ikan yang sudah sedikit tidak dalam kondisi yang baik, karena dipergunakan berulang-ulang pada saat pengujian. Secara keseluruhan perancangan mekanisme sistem penghisap pada mesin pemanen udang dan ikan ini sudah dapat dikatakan berhasil dan bekerja sesuai dengan fungsinya. Hal ini ditunjukkan dengan data yang diperoleh dari hasil pengujian dimana nilai tingkat kelulusan komoditas hidup yang tinggi dan nilai tingkat mortalitas komoditas yang rendah. Tabel 6. Tingkat kelulusan komoditas. Ulangan Jumlah Komoditas Komoditas Hidup Komoditas Mati Komoditas Cacat* 1 250 245 1 4 2 250 249 0 1 3 250 247 1 2 4 250 250 0 0 5 250 248 0 2 6 250 245 2 3 7 250 248 1 1 8 250 250 0 0 9 250 249 0 1 10 250 247 1 2 11 250 246 2 2 12 250 248 1 1 13 250 245 2 3 14 250 246 1 3 15 250 247 2 1 Rata-rata 247,3 0,9 1,7 Persentase 98,9% 0,4% 0,7% *: termasuk komoditas yang tertinggal di dalam sistem dan keluar dari jaring. 26

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain yaitu: 1. Mekanisme sistem penghisap baru yang dihasilkan untuk mesin pemanen udang dan ikan merupakan inovasi baru dimana komoditas panen tidak bersentuhan langsung dengan pompa mesin pemanen karena terjabak pada fish trap yang terdapat di dalam tabung vakum. Mekanisme sistemnya mempergunakan prinsip sistem venturi namun dibalik dari penampang hidraulik kecil menuju penampang hidraulik besar. 2. Kombinasi posisi pipa pemasukan dan pipa pengeluaran yang paling optimum untuk perancangan sistem diperoleh pada saat kombinasi atas (pipa pemasukan) atas (pipa pengeluaran). Hal ini diperoleh bukan hanya dikarenakan faktor internal aliran, seperti debit, kecepatan, tekanan dan sebagainya. Melainkan juga dipengaruhi oleh tingkah laku komoditas pada saat dipanen yang cenderung berkumpul dibagian bawah fish trap. 3. Tingkat kelulusan komoditas yang mencapai angka 98.9% menunjukan bahwa perancangan sistem penghisap berjalan sesuai fungsi dan tujuan meskipun belum 100% seperti yang diharapkan. Hal tersebut terjadi karena sistem masih belum 100% vakum karena adanya kebocoran yang terjadi pada sambungan antar dua komponen serta kondisi ikan yang sudah sedikit tidak dalam kondisi yang baik, karena dipergunakan berulang-ulang pada saat pengujian. 6.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kecepatan aliran terhadap kondisi komoditas panen agar dapat diketahui kecepatan yang optimum untuk pemanenan sehingga hasilnya maksimum tetapi tidak menimbulkan kecacatan dan stres pada komoditas yang dipanen. 2. Untuk pengembangan selanjutnya, penggunaan jaring di dalam fish trap dapat dihilangkan dengan catatan posisi pengeluaran komoditas hasil panen berada di bawah. 27

DAFTAR PUSTAKA Adisiswoyo, R. O. 2004. Desain Dan Uji Performansi Sistem Pompa Vakum Tipe Tabung Venturi [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Amri, K. 2005. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Jakarta: Agromedia Pustaka. Erizal dan Panjaitan, N.H. 2007. Modul Kuliah Mekanika Fluida. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Giles, Ranald, V. 1994. Fluid Mechanics and Hydraulics. Schaum s Outline Series. New York: McGraw Hill Book Co. Hamdani, C. 2005. Rancang bangun pompa pemanen udang jenis sentrifugal dengan sudu ulir mengerucut [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Handoko. 2005. Rancang Bangun Pompa Pemanen Udang [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mujiman dan Suyanto. 2004. Budidaya Udang Windu. Jakarta: Penebar Swadaya. Purbayanto, et al. 2010. Fisio;ogi dan Tingkah Laku Ikan pada Perikanan Tangkap. Bogor: IPB Press. Soetomo, M. 1990. Teknik Budidaya Udang Windu. dalam Martini, I. dkk. 2006. Kajian Sistem Resirkulasi Tertutup Menggunakan Biofilter Bivalvia dan Makroalgae pada Pembesaran Udang Windu (Panaeus monodon). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran. (Tidak Dipublikasikan). Streeter, V.L. dan E.B. Wylie. 1999. Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga. Sularso dan Kiyokatsu, S. 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita. www.coremap.or.id/downloads/materi_ikan_creel.pdf [15 Mei 2011] www.efunda.com/formulae/fluids/venturi_flowmeter.cfm [10 Mei 2011] Zelvina Ochtri. 2009. Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan Dan Pemasaran benih Ikan Patin Di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. [skripsi] Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 28

LAMPIRAN 29

Lampiran 1. Burst speed (lompatan renang/renang kilat) dari beberapa jenis ikan. No Famili Spesies Burst speed Cluepae harengus (herring) 5 cm/detik sampai 1.5 m/detik Spratus spratus (sprat) Sedikit lebih rendah dari herring 1 Clupeiodae Engraulis sp. (sejenis teri) 0.65-0.8 m/detik Alosasapidisima (shad) 3.5-4.2 m/detik Pomolobus pseudoharengus (herring sungai) 4.15-4.84 m/detik 2 Gadidae cod dan haddock 1-1.5 m/detik 3 Pleuronetes platessa dan Pleuronectidae Limada limada 1-1.5 m/detik Katsuwonus pelamis (cakalang) 5-10 m/detik 4 Scombroidae Thunnus albacaretus (madidihang) 5.4 m/detik Sarda chiliensis (bonito) 3.7 m/detik Thunnus thynnus (bluefin) 6 m/detik Acanthocybium solandri (wahoo) 12-21 m/detik 5 Salmonidae S. trutta, dan S. Gairdneri 4.3-8.3 m/detik 6 Cyprinidae dan Percidae 5-10 kali ukuran tubuh 30

Lampiran 2. Burst speed menurut jenis ikan. No Spesies Burst speed Panjang rata-rata (cm) panjang m/detik tubuh/detik 1 Carcharinus leucas 153 5.3 3.4 2 Aguilla vulgaris (eel) 60 1.1 1.9 3 Blicca bjorkna (white bream) 2.2 0.3 15 4 Catastomus occidentalis (sucker) 33 3.3 9.8 5 Gasterosteus spinachia (sticklebak) 10 0.7 7.2 6 Gobius minutes (goby) 6.5 0.3 4.2 7 Pholis gunnelus (butterfish) 10 0.3 3 8 Promicrops itaiara (grouper) 97 1.8 1.8 9 Sphyraena barracuda (barracuda) 130 12.3 9.4 10 Trigala sp. (gurnard) 18 1.3 7.4 11 Zoarces viviparis (blenny) 6.4 0.2 3.1 31

Lampiran 3. Burst speed yang mampu dilakukan ikan. No Spesies Panjang rata-rata (cm) Kemampuan renang sampai letih ( x panjang tubuh) 1 Cluepae harengus (herring) 20-25 1121 2 Gadus morhua (cod) 48-56 128 3 Melanogrammus aeglefinus (haddock) 40 143 4 Merlangius merlangius (whiting) 15-18 254 5 Pseudopleuronectus americanus (winter flounder) 20-22 6000 6 Salmo trutta (sea trout) 22-23 975 7 Scomber scomber (mackerel) 25-36 293 8 Sabastes marines (redfish) 16 17 400 32

Lampiran 4. Contoh perhitungan kapasitas pemanenan. Luas tambak : 5000 m2 Udang yang terdapat dalam tambak : 8000 kg (Hamdani, 2005) Asumsi massa jenis udang : 0.74 kg/liter (Hamdani, 2005) Pompa yang dipergunakan; Kecepatan putaran poros : 600 700 rpm Kapasitas pompa : 1500 liter/menit = 25liter/detik Perbandingan udang dan air untuk pemanenan : 1 : 4 Perhitungan: Udang di dalam tambak = 8000 kg = 8000 kg / 0.74 kg/liter = 10810.81 liter Perbandingan udang dan air 1 : 4 = 10810.81 liter : 43243.24 liter Volume total = 54054.05 liter Waktu pemanenan = = 0.60 jam = 36 menit Kapasitas pemanenan = = 13.33 ton/jam 33

Lampiran 5. Data debit pada posisi kombinasi atas-atas. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Atas Atas 1 2 3,47 0,576 2 2 3,56 0,562 3 2 3,50 0,571 4 2 3,33 0,601 5 2 3,43 0,583 6 2 3,54 0,565 7 2 3,34 0,599 8 2 3,45 0,580 9 2 3,40 0,588 10 2 3,53 0,567 11 2 3,45 0,580 12 2 3,41 0,587 13 2 3,54 0,565 14 2 3,50 0,571 15 2 3,45 0,580 16 2 3,40 0,588 17 2 3,40 0,588 18 2 3,40 0,588 19 2 3,40 0,588 20 2 3,50 0,571 21 2 3,50 0,571 22 2 3,60 0,556 23 2 3,50 0,571 24 2 3,40 0,588 25 2 3,56 0,562 26 2 3,54 0,565 27 2 3,44 0,581 28 2 3,34 0,599 29 2 3,50 0,571 30 2 3,45 0,580 31 2 3,50 0,571 32 2 3,38 0,592 33 2 3,45 0,580 34 2 3,65 0,548 35 2 3,35 0,597 36 2 3,54 0,565 37 2 3,45 0,580 38 2 3,40 0,588 39 2 3,54 0,565 40 2 3,45 0,580 41 2 3,40 0,588 42 2 3,45 0,580 43 2 3,60 0,556 40-19 34

Lampiran 6. Data debit pada posisi kombinasi atas-tengah. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Atas Tengah 1 2 3,47 0,576 2 2 3,56 0,562 3 2 3,40 0,588 4 2 3,67 0,545 5 2 3,50 0,571 6 2 3,40 0,588 7 2 3,60 0,556 8 2 3,59 0,557 9 2 3,40 0,588 10 2 3,35 0,597 11 2 3,41 0,587 12 2 3,40 0,588 13 2 3,54 0,565 14 2 3,44 0,581 15 2 3,31 0,604 16 2 3,50 0,571 17 2 3,40 0,588 18 2 3,50 0,571 19 2 3,38 0,592 20 2 3,40 0,588 21 2 3,65 0,548 22 2 3,35 0,597 23 2 3,54 0,565 24 2 3,45 0,580 25 2 3,50 0,571 26 2 3,45 0,580 27 2 3,54 0,565 28 2 3,40 0,588 29 2 3,54 0,565 30 2 3,44 0,581 31 2 3,34 0,599 32 2 3,50 0,571 33 2 3,40 0,588 34 2 3,50 0,571 35 2 3,38 0,592 36 2 3,40 0,588 37 2 3,65 0,548 38 2 3,35 0,597 39 2 3,54 0,565 40 2 3,45 0,580 41 2 3,40 0,588 42 2 3,45 0,580 43 2 3,54 0,565 40-27 35

Lampiran 7. Data debit pada posisi kombinasi atas-bawah. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Atas - Bawah 1 2 3,45 0,580 2 2 3,35 0,597 3 2 3,40 0,588 4 2 3,33 0,601 5 2 3,50 0,571 6 2 3,50 0,571 7 2 3,59 0,557 8 2 3,40 0,588 9 2 3,35 0,597 10 2 3,41 0,587 11 2 3,40 0,588 12 2 3,54 0,565 13 2 3,44 0,581 14 2 3,31 0,604 15 2 3,50 0,571 16 2 3,40 0,588 17 2 3,50 0,571 18 2 3,38 0,592 19 2 3,40 0,588 20 2 3,65 0,548 21 2 3,35 0,597 22 2 3,54 0,565 23 2 3,45 0,580 24 2 3,50 0,571 25 2 3,45 0,580 26 2 3,54 0,565 27 2 3,40 0,588 28 2 3,54 0,565 29 2 3,44 0,581 30 2 3,34 0,599 31 2 3,50 0,571 32 2 3,40 0,588 33 2 3,50 0,571 34 2 3,38 0,592 35 2 3,40 0,588 36 2 3,65 0,548 37 2 3,35 0,597 38 2 3,54 0,565 39 2 3,45 0,580 40 2 3,40 0,588 41 2 3,45 0,580 42 2 3,54 0,565 43 2 3,50 0,571 40-29 36

Lampiran 8. Data debit pada posisi kombinasi tengah-atas. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Tengah - Atas 1 2 3,30 0,606 2 2 3,45 0,580 3 2 3,50 0,571 4 2 3,50 0,571 5 2 3,30 0,606 6 2 3,60 0,556 7 2 3,56 0,562 8 2 3,69 0,542 9 2 3,40 0,588 10 2 3,60 0,556 11 2 3,40 0,588 12 2 3,45 0,580 13 2 3,40 0,588 14 2 3,60 0,556 15 2 3,56 0,562 16 2 3,69 0,542 17 2 3,40 0,588 18 2 3,30 0,606 19 2 3,55 0,563 20 2 3,40 0,588 21 2 3,30 0,606 22 2 3,66 0,546 23 2 3,50 0,571 24 2 3,40 0,588 25 2 3,50 0,571 26 2 3,31 0,604 27 2 3,40 0,588 28 2 3,41 0,587 29 2 3,40 0,588 30 2 3,54 0,565 31 2 3,40 0,588 32 2 3,30 0,606 33 2 3,40 0,588 34 2 3,55 0,563 35 2 3,40 0,588 36 2 3,30 0,606 37 2 3,66 0,546 38 2 3,50 0,571 39 2 3,40 0,588 40 2 3,50 0,571 41 2 3,45 0,580 42 2 3,45 0,580 43 2 3,45 0,580 40-9 37

Lampiran 9. Data debit pada posisi kombinasi tengah-tengah. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Tengah Tengah 1 2 3,10 0,645 2 2 3,21 0,623 3 2 3,50 0,571 4 2 3,40 0,588 5 2 3,50 0,571 6 2 3,60 0,556 7 2 3,56 0,562 8 2 3,69 0,542 9 2 3,30 0,606 10 2 3,47 0,576 11 2 3,50 0,571 12 2 3,40 0,588 13 2 3,55 0,563 14 2 3,40 0,588 15 2 3,61 0,555 16 2 3,66 0,546 17 2 3,50 0,571 18 2 3,40 0,588 19 2 3,50 0,571 20 2 3,45 0,580 21 2 3,45 0,580 22 2 3,45 0,580 23 2 3,41 0,587 24 2 3,31 0,604 25 2 3,59 0,557 26 2 3,31 0,604 27 2 3,40 0,588 28 2 3,41 0,587 29 2 3,40 0,588 30 2 3,54 0,565 31 2 3,40 0,588 32 2 3,30 0,606 33 2 3,67 0,545 34 2 3,55 0,563 35 2 3,40 0,588 36 2 3,30 0,606 37 2 3,66 0,546 38 2 3,50 0,571 39 2 3,40 0,588 40 2 3,50 0,571 41 2 3,45 0,580 42 2 3,45 0,580 43 2 3,45 0,580 40-17 38

Lampiran 10. Data debit pada posisi kombinasi tengah-bawah. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Tengah Bawah 1 2 3,30 0,606 2 2 3,40 0,588 3 2 3,54 0,565 4 2 3,28 0,610 5 2 3,34 0,599 6 2 3,47 0,576 7 2 3,59 0,557 8 2 3,53 0,567 9 2 3,53 0,567 10 2 3,66 0,546 11 2 3,70 0,541 12 2 3,67 0,545 13 2 3,55 0,563 14 2 3,40 0,588 15 2 3,61 0,555 16 2 3,66 0,546 17 2 3,50 0,571 18 2 3,40 0,588 19 2 3,50 0,571 20 2 3,45 0,580 21 2 3,45 0,580 22 2 3,45 0,580 23 2 3,41 0,587 24 2 3,31 0,604 25 2 3,59 0,557 26 2 3,31 0,604 27 2 3,28 0,610 28 2 3,41 0,587 29 2 3,40 0,588 30 2 3,54 0,565 31 2 3,44 0,581 32 2 3,31 0,604 33 2 3,28 0,610 34 2 3,28 0,610 35 2 3,50 0,571 36 2 3,38 0,592 37 2 3,40 0,588 38 2 3,23 0,619 39 2 3,35 0,597 40 2 3,54 0,565 41 2 3,30 0,606 42 2 3,30 0,606 43 2 3,45 0,580 40-19 39

Lampiran 11. Data debit pada posisi kombinasi bawah-atas. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Bawah - Atas 1 2 3,38 0,592 2 2 3,50 0,571 3 2 3,45 0,580 4 2 3,35 0,597 5 2 3,40 0,588 6 2 3,54 0,565 7 2 3,65 0,548 8 2 3,45 0,580 9 2 3,40 0,588 10 2 3,56 0,562 11 2 3,50 0,571 12 2 3,45 0,580 13 2 3,40 0,588 14 2 3,45 0,580 15 2 3,65 0,548 16 2 3,54 0,565 17 2 3,50 0,571 18 2 3,50 0,571 19 2 3,38 0,592 20 2 3,40 0,588 21 2 3,45 0,580 22 2 3,45 0,580 23 2 3,41 0,587 24 2 3,31 0,604 25 2 3,59 0,557 26 2 3,46 0,578 27 2 3,40 0,588 28 2 3,41 0,587 29 2 3,40 0,588 30 2 3,54 0,565 31 2 3,44 0,581 32 2 3,31 0,604 33 2 3,40 0,588 34 2 3,50 0,571 35 2 3,50 0,571 36 2 3,38 0,592 37 2 3,40 0,588 38 2 3,45 0,580 39 2 3,35 0,597 40 2 3,54 0,565 41 2 3,56 0,562 42 2 3,45 0,580 43 2 3,45 0,580 40 1 40

Lampiran 12. Data debit pada posisi kombinasi bawah-tengah. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Bawah Tengah 1 2 3,55 0,563 2 2 3,40 0,588 3 2 3,61 0,555 4 2 3,66 0,546 5 2 3,50 0,571 6 2 3,40 0,588 7 2 3,50 0,571 8 2 3,45 0,580 9 2 3,45 0,580 10 2 3,47 0,576 11 2 3,50 0,571 12 2 3,40 0,588 13 2 3,55 0,563 14 2 3,40 0,588 15 2 3,61 0,555 16 2 3,66 0,546 17 2 3,50 0,571 18 2 3,40 0,588 19 2 3,50 0,571 20 2 3,45 0,580 21 2 3,45 0,580 22 2 3,45 0,580 23 2 3,41 0,587 24 2 3,31 0,604 25 2 3,59 0,557 26 2 3,31 0,604 27 2 3,40 0,588 28 2 3,41 0,587 29 2 3,40 0,588 30 2 3,54 0,565 31 2 3,44 0,581 32 2 3,31 0,604 33 2 3,40 0,588 34 2 3,28 0,610 35 2 3,50 0,571 36 2 3,38 0,592 37 2 3,40 0,588 38 2 3,45 0,580 39 2 3,35 0,597 40 2 3,54 0,565 41 2 3,30 0,606 42 2 3,30 0,606 43 2 3,45 0,580 40-7 41

Lampiran 13. Data debit pada posisi kombinasi bawah-bawah. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Bawah Bawah 1 2 3,40 0,588 2 2 3,34 0,599 3 2 3,41 0,587 4 2 3,48 0,575 5 2 3,55 0,563 6 2 3,40 0,588 7 2 3,61 0,555 8 2 3,50 0,571 9 2 3,30 0,606 10 2 3,55 0,563 11 2 3,40 0,588 12 2 3,61 0,555 13 2 3,66 0,546 14 2 3,50 0,571 15 2 3,40 0,588 16 2 3,50 0,571 17 2 3,45 0,580 18 2 3,45 0,580 19 2 3,45 0,580 20 2 3,41 0,587 21 2 3,31 0,604 22 2 3,59 0,557 23 2 3,31 0,604 24 2 3,28 0,610 25 2 3,41 0,587 26 2 3,40 0,588 27 2 3,54 0,565 28 2 3,44 0,581 29 2 3,31 0,604 30 2 3,28 0,610 31 2 3,28 0,610 32 2 3,50 0,571 33 2 3,38 0,592 34 2 3,40 0,588 35 2 3,23 0,619 36 2 3,35 0,597 37 2 3,54 0,565 38 2 3,30 0,606 39 2 3,30 0,606 40 2 3,45 0,580 41 2 3,54 0,565 42 2 3,50 0,571 43 2 3,60 0,556 40-9 42

Lampiran 14. Data debit pada posisi kombinasi atas-tengah satu muka. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Atas-Tengah satu muka 1 2 3,56 0,562 2 2 3,50 0,571 3 2 3,38 0,592 4 2 3,56 0,562 5 2 3,45 0,580 6 2 3,67 0,545 7 2 3,45 0,580 8 2 3,41 0,587 9 2 3,30 0,606 10 2 3,45 0,580 11 2 3,41 0,587 12 2 3,50 0,571 13 2 3,31 0,604 14 2 3,30 0,606 15 2 3,31 0,604 16 2 3,32 0,602 17 2 3,40 0,588 18 2 3,34 0,599 19 2 3,53 0,567 20 2 3,30 0,606 21 2 3,31 0,604 22 2 3,46 0,578 23 2 3,41 0,587 24 2 3,67 0,545 25 2 3,40 0,588 26 2 3,44 0,581 27 2 3,31 0,604 28 2 3,28 0,610 29 2 3,28 0,610 30 2 3,50 0,571 31 2 3,38 0,592 32 2 3,59 0,558 33 2 3,57 0,560 34 2 3,62 0,553 35 2 3,66 0,547 36 2 3,70 0,540 37 2 3,74 0,534 38 2 3,79 0,528 39 2 3,70 0,541 40-16 43

Lampiran 15. Data debit pada posisi kombinasi atas-bawah satu muka. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Atas-Bawah satu muka 1 2 3,59 0,557 2 2 3,47 0,576 3 2 3,41 0,587 4 2 3,56 0,562 5 2 3,37 0,593 6 2 3,60 0,556 7 2 3,40 0,588 8 2 3,63 0,551 9 2 3,66 0,546 10 2 3,81 0,525 11 2 3,63 0,551 12 2 3,54 0,565 13 2 3,84 0,521 14 2 3,45 0,580 15 2 3,41 0,587 16 2 3,50 0,571 17 2 3,45 0,580 18 2 3,41 0,587 19 2 3,50 0,571 20 2 3,31 0,604 21 2 3,30 0,606 22 2 3,31 0,604 23 2 3,32 0,602 24 2 3,40 0,588 25 2 3,34 0,599 26 2 3,53 0,567 27 2 3,59 0,557 28 2 3,31 0,604 29 2 3,46 0,578 30 2 3,41 0,587 31 2 3,67 0,545 32 2 3,50 0,571 33 2 3,44 0,581 34 2 3,31 0,604 35 2 3,28 0,610 36 2 3,28 0,610 37 2 3,50 0,571 38 2 3,38 0,592 40-29 44

Lampiran 16. Data debit pada posisi kombinasi tengah-atas satu muka. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Tengah-Atas satu muka 1 2 3,67 0,545 2 2 3,84 0,521 3 2 3,37 0,593 4 2 3,56 0,562 5 2 3,40 0,588 6 2 3,53 0,567 7 2 3,50 0,571 8 2 3,34 0,599 9 2 3,69 0,542 10 2 3,38 0,592 11 2 3,56 0,562 12 2 3,45 0,580 13 2 3,67 0,545 14 2 3,45 0,580 15 2 3,41 0,587 16 2 3,30 0,606 17 2 3,45 0,580 18 2 3,41 0,587 19 2 3,50 0,571 20 2 3,31 0,604 21 2 3,30 0,606 22 2 3,31 0,604 23 2 3,32 0,602 24 2 3,40 0,588 25 2 3,34 0,599 26 2 3,53 0,567 27 2 3,59 0,557 28 2 3,31 0,604 29 2 3,46 0,578 30 2 3,41 0,587 31 2 3,67 0,545 32 2 3,76 0,532 33 2 3,44 0,581 34 2 3,31 0,604 35 2 3,35 0,597 36 2 3,65 0,548 37 2 3,50 0,571 38 2 3,38 0,592 39 2 3,59 0,558 40 2 3,57 0,560 41 2 3,62 0,553 40-6 45

Lampiran 17. Data debit pada posisi kombinasi tengah-bawah satu muka. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Tengah-Bawah satu muka 1 2 3,40 0,588 2 2 3,53 0,567 3 2 3,50 0,571 4 2 3,34 0,599 5 2 3,69 0,542 6 2 3,38 0,592 7 2 3,56 0,562 8 2 3,45 0,580 9 2 3,67 0,545 10 2 3,45 0,580 11 2 3,41 0,587 12 2 3,30 0,606 13 2 3,45 0,580 14 2 3,41 0,587 15 2 3,50 0,571 16 2 3,31 0,604 17 2 3,30 0,606 18 2 3,31 0,604 19 2 3,32 0,602 20 2 3,40 0,588 21 2 3,34 0,599 22 2 3,53 0,567 23 2 3,50 0,571 24 2 3,45 0,580 25 2 3,69 0,542 26 2 3,38 0,592 27 2 3,56 0,562 28 2 3,45 0,580 29 2 3,67 0,545 30 2 3,45 0,580 31 2 3,41 0,587 32 2 3,30 0,606 33 2 3,45 0,580 34 2 3,41 0,587 35 2 3,41 0,587 36 2 3,56 0,562 37 2 3,76 0,532 38 2 3,44 0,581 39 2 3,40 0,588 40 2 3,34 0,599 41 2 3,45 0,580 42 2 3,50 0,571 43 2 3,38 0,592 44 2 3,59 0,558 40-19 46

Lampiran 18. Data debit pada posisi kombinasi bawah-atas satu muka. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Bawah-Atas satu muka 1 2 3,53 0,567 2 2 3,50 0,571 3 2 3,34 0,599 4 2 3,69 0,542 5 2 3,38 0,592 6 2 3,56 0,562 7 2 3,45 0,580 8 2 3,67 0,545 9 2 3,45 0,580 10 2 3,41 0,587 11 2 3,30 0,606 12 2 3,45 0,580 13 2 3,41 0,587 14 2 3,41 0,587 15 2 3,56 0,562 16 2 3,30 0,606 17 2 3,44 0,581 18 2 3,31 0,604 19 2 3,28 0,610 20 2 3,28 0,610 21 2 3,50 0,571 22 2 3,38 0,592 23 2 3,59 0,558 24 2 3,57 0,560 25 2 3,62 0,553 26 2 3,31 0,604 27 2 3,59 0,557 28 2 3,31 0,604 29 2 3,46 0,578 30 2 3,41 0,587 31 2 3,67 0,545 32 2 3,76 0,532 33 2 3,44 0,581 34 2 3,31 0,604 35 2 3,35 0,597 36 2 3,65 0,548 37 2 3,50 0,571 38 2 3,38 0,592 39 2 3,59 0,558 40 2 3,57 0,560 41 2 3,62 0,553 42 2 3,66 0,547 40 4 47

Lampiran 19. Data debit pada posisi kombinasi bawah-tengah satu muka. Kombinasi Ulangan Volume (liter) Waktu (detik) Debit (liter/detik) Head Tekan (cm) Head Hisap (cm) Bawah-Tengah satu muka 1 2 3,47 0,576 2 2 3,40 0,588 3 2 3,50 0,571 4 2 3,34 0,599 5 2 3,69 0,542 6 2 3,38 0,592 7 2 3,56 0,562 8 2 3,40 0,588 9 2 3,50 0,571 10 2 3,25 0,615 11 2 3,41 0,587 12 2 3,30 0,606 13 2 3,45 0,580 14 2 3,41 0,587 15 2 3,31 0,604 16 2 3,59 0,557 17 2 3,31 0,604 18 2 3,28 0,610 19 2 3,41 0,587 20 2 3,50 0,571 21 2 3,50 0,571 22 2 3,44 0,581 23 2 3,31 0,604 24 2 3,28 0,610 25 2 3,28 0,610 26 2 3,50 0,571 27 2 3,38 0,592 28 2 3,59 0,558 29 2 3,57 0,560 30 2 3,62 0,553 31 2 3,66 0,547 32 2 3,70 0,540 33 2 3,56 0,562 34 2 3,60 0,556 35 2 3,50 0,571 36 2 3,60 0,556 37 2 3,67 0,545 38 2 3,44 0,581 39 2 3,60 0,556 40 2 3,50 0,571 41 2 3,45 0,580 42 2 3,50 0,571 43 2 3,38 0,592 40 4 48

Lampiran 20. Nilai rata-rata debit (Q (liter/detik)) pada setiap kombinasi. No Kombinasi Q rata-rata (liter/detik) 1 Atas-Atas 0,577 2 Atas-Tengah 0,578 3 Atas-Bawah 0,580 4 Tengah-Atas 0,578 5 Tengah-Tengah 0,579 6 Tengah-Bawah 0,582 7 Bawah-Atas 0,579 8 Bawah-Tengah 0,580 9 Bawah-Bawah 0,583 10 Atas-Tengah Satu Muka 0,578 11 Atas-Bawah Satu Muka 0,577 12 Tengah-Atas Satu Muka 0,576 13 Tengah-Bawah Satu Muka 0,579 14 Bawah-Atas Satu Muka 0,576 15 Bawah-Tengah Satu Muka 0,578 Nilai debit (Q (liter/detik)) diperoleh dengan mempergunakan persamaan: Contoh perhitungan untuk komninasi Bawah-Tengah: = 0,580 liter/detik 49

Lampiran 21. Kecepatan (v (m/s)) pada setiap kombinasi. No Kombinasi A 1 (m 2 ) v 1 (m/s) A 2 (m 2 ) v 2 (m/s) 1 Atas-Atas 2,0254 0,00506 2 Atas-Tengah 2,0289 0,00507 3 Atas-Bawah 2,0360 0,00509 4 Tengah-Atas 2,0289 0,00507 5 Tengah-Tengah 2,0324 0,00508 6 Tengah-Bawah 2,0430 0,00511 7 Bawah-Atas 2,0324 0,00508 8 Bawah-Tengah 2,0360 0,00509 9 Bawah-Bawah 2,0465 0,00512 10 Atas-Tengah Satu Muka 2,0289 0,00507 11 Atas-Bawah Satu Muka 2,0254 0,00506 12 Tengah-Atas Satu Muka 2,0219 0,00505 13 Tengah-Bawah Satu Muka 2,0324 0,00508 14 Bawah-Atas Satu Muka 2,0219 0,00505 15 Bawah-Tengah Satu Muka 2,0289 0,00507 0,000284878 Nilai kecepatan diperoleh dengan mempergunakan persamaan: 0,113951385 Dimana: Contoh perhitungan untuk kombinasi Atas-Tengah: Diameter pipa 1 = 1,905 x 10-2 m Diameter tabung / pipa 2 = 38,1 x 10-2 m = 2,84878 x 10-4 m 2 = 11,3951385 x 10-2 m 2 = 2,0289 m/detik = 0,00507 m/detik 50

Lampiran 22. Bilangan Reynold pada penampang hidraulik pertama. No Kombinasi u 1 (m/s) L 1 (m) v (m 2 /s) x 10-6 Re 1 1 Atas-Atas 2,0254 44797,80 2 Atas-Tengah 2,0289 44875,44 3 Atas-Bawah 2,0360 45030,72 4 Tengah-Atas 2,0289 44875,44 5 Tengah-Tengah 2,0324 44953,08 6 Tengah-Bawah 2,0430 45186,00 7 Bawah-Atas 2,0324 44953,08 8 Bawah-Tengah 2,0360 45030,72 9 Bawah-Bawah 2,0465 45263,64 10 Atas-Tengah Satu Muka 2,0289 44875,44 11 Atas-Bawah Satu Muka 2,0254 44797,80 12 Tengah-Atas Satu Muka 2,0219 44720,17 13 Tengah-Bawah Satu Muka 2,0324 44953,08 14 Bawah-Atas Satu Muka 2,0219 44720,17 15 Bawah-Tengah Satu Muka 2,0289 44875,44 0,01905 Untuk mendapatkan nilai bilangan Reynold, digunakan persamaan: 0,8613 Contoh perhitungan untuk kombinasi Atas-Atas: = 44797,80 Maka jenis alirannya adalah turbulen karena nilai Re > 2300. 51

Lampiran 23. Bilangan Reynold pada penampang hidraulik kedua. No Kombinasi u 2 (m/s) L 2 (m) v (m 2 /s) x 10-6 Re 2 1 Atas-Atas 0,00506 2239,89 2 Atas-Tengah 0,00507 2243,77 3 Atas-Bawah 0,00509 2251,54 4 Tengah-Atas 0,00507 2243,77 5 Tengah-Tengah 0,00508 2247,65 6 Tengah-Bawah 0,00511 2259,30 7 Bawah-Atas 0,00508 2247,65 8 Bawah-Tengah 0,00509 2251,54 9 Bawah-Bawah 0,00512 2263,18 10 Atas-Tengah Satu Muka 0,00507 2243,77 11 Atas-Bawah Satu Muka 0,00506 2239,89 12 Tengah-Atas Satu Muka 0,00505 2236,01 13 Tengah-Bawah Satu Muka 0,00508 2247,65 14 Bawah-Atas Satu Muka 0,00505 2236,01 15 Bawah-Tengah Satu Muka 0,00507 2243,77 0,381 Untuk mendapatkan nilai bilangan Reynold, digunakan persamaan: 0,8613 Contoh perhitungan untuk kombinasi Atas-Atas: = 2239,89 Maka jenis alirannya adalah laminer karena nilai Re < 2300. 52

Lampiran 24. Tekanan (P (kpa)) yang terjadi pada sistem. Diketahui: head maksimum pompa : 30 m ρ: 1000kg/m 3 g: 9.81 m/s 2 diameter selang (d 1 ): 2.54 cm panjang selang (t 1 ): 40 cm diameter tabung (d 2 ): 38 cm tinggi tabung (t 2 ): 36 cm Perhitungan: 53

Lampiran 25. Gambar teknik tabung vakum. 54

Lampiran 26. Gambar teknik jaring perangkap. 55