INSPEKSI KESELAMATAN DI PERLINTASAN SEBIDANG PADA JPL 734 KM JALAN TATA BUMI SELATAN, YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci : Jalan Sorowajan Baru, Inspeksi Keselamatan, Perlintasan Sebidang, Geometrik jalan, dan Metode Pavement Condition Index

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. A. Data Survei. 1. Kelengkapan Infrastruktur Perlintasan Sebidang

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR 1 INSPEKSI KESELAMATAN PADA PERLINTASAN SEBIDANG

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Bagan Alir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jalan Raya

BAB III LANDASAN TEORI

NASKAH SEMINAR 1 INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA WONOSARI KM 18 SAMPAI DENGAN KM 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Perlintasan Sebidang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Perlintasan Sebidang

TUGAS AKHIR INSPEKSI KESELAMATAN DI PERLINTASAN SEBIDANG PADA JPL 734 KM , JALAN TATA BUMI SELATAN, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Survai Pendahuluan (Observasi) Pengumpulan Data

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI. A. Perlintasan Sebidang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

TUGAS AKHIR INSPEKSI KESELAMATAN DI PERLINTASAN SEBIDANG PADA JPL 348 KM , JALAN SOROWAJAN BARU, KOTA YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR INSPEKSI KESELAMATAN DI PERLINTASAN SEBIDANG PADA JPL 349 KM , JALAN TIMOHO, YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan pada Perlintasan Sebidang

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA WONOSARI KM 18 SAMPAI DENGAN KM 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memancar meninggalkan persimpangan (Hobbs F. D., 1995).

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Geometrik. Tabel 5.1 Spesifikasi data jalan berdasarkan TCPGJAK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Tipikal Simpang Bersinyal dan Sistem Pengaturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN

BAB III LANDASAN TEORI. hal-hal yang mempengaruhi kriteria kinerja lalu lintas pada suatu kondisi jalan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

BAB III LANDASAN TEORI. pada Gambar 3.1 di bawah ini. Terdapat lima langkah utama yang meliputi:

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014) Ekr untuk kendaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 53 TAHUN 2000 TENTANG PERPOTONGAN DAN/ATAU PERSINGGUNGAN ANTARA JALUR KERETA API DENGAN BANGUNAN LAIN

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah menganalisis data pada kedua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

BAB III METODELOGI PENELITIAN

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN SAM RATULANGI DENGAN METODE MKJI 1997 DAN PKJI 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaatnya (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. studi yakni Jl. Laksda Adisucipto Simpang Janti antara lain :

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DI KOTA PADANG

ANALISIS KERUSAKAN KONSTRUKSI JALAN ASPAL DI KOTA MAKASSAR DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (STUDI KASUS : JALAN LETJEND HERTASNING)

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN RAYA PADA LAPISAN PERMUKAAN

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. kerusakan ruas Jalan Pulau Indah, Kupang dari STA 0+00 STA 0+800, maka

Pristiwa Sugiharti 1, Wahyu Widodo 2. 2 Staff Pengajar Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

EVALUASI KINERJA SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL DENGAN METODE MKJI 1997 (Studi Kasus Simpang Tiga Jalan Ketileng Raya-Semarang Selatan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

b. Untuk pendekat dengan belok kiri langsung (LBKiJT)

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dijelaskan dalam bagan alir pada Gambar 4.1. Mulai. Studi Pustaka.

PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG

BAB III LANDASAN TEORI. A. Tipikal Simpang

PENGARUH PERLINTASAN KERETA API TERHADAP KINERJA JALAN RAYA CITAYAM (169T)

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan dengan pejalan kaki (Abubakar I, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan lalu lintas adalah dengan membangun median. Median sebagai

PENELITIAN TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI LINTASAN KERETA API

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

Transkripsi:

INSPEKSI KESELAMATAN DI PERLINTASAN SEBIDANG PADA JPL 734 KM 54+44 JALAN TATA BUMI SELATAN, YOGYAKARTA Safety Inspection in Grade Crossings at JPL 734 KM 54 + 44, Tata Bumi Selatan Street, Yogyakarta Alifuddin Haris Rahmatulloh 1, Dr. Noor Mahmudah, S.T., M.Eng 2, Dian Setiawan M, S.T., M.Sc.Sc 3. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Uniersitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Perlintasan sebidang berpintu ataupunn tidak berpintu memiliki karakteristik dan permasalahan yang berbeda-beda. Tingginya tingkat kejadian kecelakaan pada perlintasan sebidang sering digunakan sebagai indikator bahwa perlintasan tersebut rawan dan beresiko. Penelitian ini memilih lokasi pada Jalan Tata Bumi Selatan JPL 734 KM 54+44 dikarenakan perlintasan sebidang tersebut memiliki beberapa faktor yang belum memenuhi standar peraturan yang berlaku dan mempengaruhi aktifitas pengguna jalan pada perlintasan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan adanya suatu penelitian untuk mengetahui nilai resiko berdasarkan karakteristik perlintasan sebidang sehingga prioritas penanganan terhadap perlintasan sebidang Jalan Tata Bumi Selatan JPL 734 dapat dilakukan lebih efektif sesuai dengan permasalahan pada kondisi eksisting perlintasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan inpeksi keselamatan pada perlintasan sebidang yang mengacu pada peraturan PM No. 36 Tahun 211 dan SK DIRJEN No. 77 Tahun 25 berupa kelengkapan infrastruktur, geometrik jalan, olume, tundaan, antrian kendaraan, serta menganalisis kondisi struktur perkerasan jalan menggunakan metode Paement Condition Index (PCI). Alur untuk penelitian ini diawali dengan studi pustaka tentang inpeksi keselamatan pada perlintasan sebidang, lalu surei dan pengumpulan data. Data yang digunakan berupa data primer surei geomterik jalan, olume, tundaan, panjang antrian kendaraan yang terhenti saat pintu perlintasan tertutup, serta kondisi struktur perkerasan jalan. Data sekunder diperoleh dari Dishub, Yogyakarta yang berupa jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta api, grafik perjalanan, serta data data perlintasan wilayah Yogyakarta yang diperoleh dari DAOP VI, Yogyakarta. Data-data tersebut lalu dianalisis dengan mengambil kesimpulan dari peraturan yang berlaku. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa perlintasan sebidang pada JPL 734 KM 54 + 44 Jalan Tata Bumi Selatan, Yogyakarta belum cukup layak untuk keselamatan para pengguna jalan yang melintasi jalan tersebut, dan arus lalu lintas pada hari Sabtu, 1 April 217 didapatkan hasil total sebesar 1282 kend/jam atau 32,4 skr/jam dari arah selatan, sedangkan dari arah utara didapatkan total sebesar 999 kend/jam atau 196,8 skr/jam. Hari Senin, 3 April 217 didapatkan hasil total sebesar 927 kend/jam atau 216,48 skr/jam dari arah selatan, sedangkan dari utara didapatkan total sebesar 1234 kend/jam atau 243,6 skr/jam. Rata-rata besarnya tundaan adalah sebesar 13,9 detik, panjang antrian kendaraan dari arah Selatan ke Utara yang terpanjang adalah 5 m, sedangkan yang dari arah Utara ke Selatan yang terpanjang adalah 22 m dengan jenis kendaraan yang mendominasi adalah sepeda motor (SM). Untuk nilai indeks kondisi struktur perkerasan (PCI) rata-rata pada Jalan Tata Bumi Selatan adalah 98,9% yang termasuk dalam kategori sempurna (excellent). Kata kunci: Infrastruktur, Jalan Tata Bumi Selatan, Keselamatan, Kondisi struktur perkerasan jalan, dan Perlintasan sebidang. 1 Mahasiswa Teknik Sipil UMY, 21311273 2 Dosen Pembimbing 1 3 Dosen Pembimbing 2 Page 1 of 8

A. Pendahuluan Yogyakarta merupakan kota pelajar dan kota wisata yang banyak dimintai penduduk Indonesia, dengan adanya hal terebut maka populasi penduduk di Yogyakarta terus meningkat dari penduduk asli dan dari luar daerah. Meningkatnya populasi masyarakat mengakibatkan permasalahan pada arus lalu lintas sehingga berpotensi terjadinya kecelakaan seperti halnya pada pertemuan ruas jalan dan jalur kereta api atau perlintasan sebidang. Salah satu perlintasan sebidang yang memiliki potensi menimbulkan kecelakaan adalah pada JPL 734 KM 54+44 Jalan Tata Bumi Selatan, Yogyakarta. Maksud dari penelitian ini adalah meningkatkan keselamatan untuk para pengguna jalan yang melintasi perlintasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengealuasi kondisi teknis perlintasan sebidang yang berupa kelengkapan infrastruktur dan geometrik, menganalisis olume lalu lintas, tundaan, dan panjang antrian kendaraan, serta menganalisis kondisi struktur perkerasan jalan menggunakan metode Paement Condition Index (PCI). B. Tinjauan Pustaka Inspeksi keselamatan pada perlintasan sebidang adalah kegiatan pemeriksaan atau obserasi secara detail pada perlintasan sebidang untuk mendapatkan erifikasi bahwa kondisi perlintasan pada lokasi tersebut telah memenuhi standar peraturan yang berlaku. Menurut Hasan (29) menyatakan bahwa, keselamatan pada perlintasan sebidang disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut : 1. Kondisi kendaraan maupun pengemudi. 2. Kondisi alam (cuaca). 3. Desain ruas perpotongan jalur kereta api dengan jalan (alinyemen ertikal dan horisontal). 4. Kondisi kerusakan struktur perkerasan jalan. 5. Kelengkapan rambu dan marka. C. Landasan Teori 1. Perlintasan Sebidang Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 36 Tahun 211 Tentang Perpotongan dan Persinggungan antara Jalur Kereta Api dengan Bangun Lain disebutkan bahwa persyaratan perlintasan sebidang adalah sebagai berikut : 1. Selang waktu antara kereta api satu dengan kereta api berikutnya minimal 3 menit. 2. Jalan yang melintas adalah jalan kelas III. 3. Jarak perlintasan yang satu dengan lainnya tidak kurang dari 8 meter. 4. Tidak terletak pada lengkungan jalur kereta api atau jalan. 5. Terdapat permukaan datar sepanjang 6 cm diukur dari sisi terluar jalan rel. 6. Lebar perlintasan untuk satu jalur jalan maksimum 7 meter. 7. Sudut perpotongan antara jalan rel dengan jalan harus 9 dan panjang jalan lurus minimal harus 15 meter dari as jalan rel. Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.77/KA.41/DRJD/25 tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang antara Jalan dengan Jalur Kereta Api bahwa prasarana yan wajib dimiliki oleh jalan raya pada perlintasan sebidang adalah sebagai berikut : 1. Rambu peringatan. 2. Rambu larangan. 3. Marka jalan. 4. Pita penggaduh. 5. Median pada jalan 2 lajur 2 arah. 6. Isyarat lampu berwarna merah dan isyarat suara. 7. Pintu perlintasan. Gambar 1 Contoh Pemasangan Perlenkapan Jalan pada Perlintasan Sebidang (Sumber : SK DIRJEN Perhubungan Darat No 77 Tahun 25) Page 2 of 8

2. Alinyemen Horisontal Jalan Raya Gambar 2 Bagan Alir Perancangan Alinyemen Horisontal (Sumber : Modul Praktikum Perancangan Jalan UMY, 217) 3. Arus Lalu Lintas Menurut Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia tahun 214, arus lalu lintas (Q) untuk masingmasing gerakan, baik belok kiri, lurus maupun belok kanan dikonersikan dari kendaraan per jam menjadi satuan kendaraan ringan (skr) per jam dengan menggunakan nilai ekialen kendaraan ringan (ekr) untuk masing-masing jenis pendekatan, yaitu dengan pendekat terlawan karena arus gerakannya disertai konflik. Tabel 1 Nilai Ekialen Kendaraan Ringan (ekr) Tipe Kendaraan Nilai ekr Kendaraan Ringan (KR) 1, Kendaraan Berat (KB) 1,3 Sepeda Motor (SM),4 (Sumber : Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia, 214) Q = Q KR ekr KR + Q KB ekr KB + Q SM ekr SM Keterangan : Q : Arus lalu lintas (skr/jam). Q KR :Arus kendaraan ringan (kendaraan/jam). : Arus kendaraan berat (kendaraan/jam). Q KB Mulai Perhitungan Klasifikasi Perhitungan Sudut Perhitungan Tikungan Menggambar Tikungan Perhitungan Titik-titik Penting Perhitungan Jarak Pandang Perhitungan Kebebasan Selesai Q SM ekr 4. Tundaan : Arus sepeda motor (kendaraan/jam). : Faktor pendekat. Penundaan karena berhenti menimbulkan selisih waktu antara kecepatan perjalanan (journey speed) dan kecepatan bergerak (running speed) (PKJI, 214). Sehingga tundaan dapat didefinisikan sebagai tambahan waktu perjalanan saat melalui pertemuan sebidang jalan dan jalur kereta api. Komponen tundaan terdiri dari perlambatan kendaraan, berhentinya kendaraan, dan percepatan kembali pada kondisi kecepatan semula yang terjadi akibat penutupan pintu perlintasan saat kereta api lewat dan pada saat pintu dibuka (akibat kondisi geometrik daerah perlintasan). Sehingga nilai tundaan dapat dirumuskan sebagai berikut : Ts = t2 t1 Keterangan : Ts = Tundaan (detik). t1 = Waktu tempuh saat palang pintu ditutup (detik). t2 = Waktu tempuh saat palang pintu dibuka (detik). 5. Panjang Antrian Menurut Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) tahun 214 memuat bahwa panjang antrian adalah kendaraan yang mengantri di sepanjang pendekat dan dinyatakan dalam satuan meter. Panjang antrian mulai diukur saat pintu perlintasan ditutup sampai pintu perlintasan dibuka. 6. Metode Paement Condition Index (PCI) Menurut Shahin (1997 dalam Hadiyatmo, 27) menyatakan bahwa Paement Condotion Index (PCI) adalah salah satu sistem penilaian kondisi struktur perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi dan dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Perhitungan yang digunakan untuk menentukan nilai PCI adalah sebagai berikut : 1) Density (Kadar Kerusakan) Page 3 of 8

Density adalah presentase kerusakan terhadap total luasan dari suatu jenis keruskan terhadap luasan pada suatu unit penelitian yang diukur dalam meter persegi atau meter panjang. Untuk menghitung nilai density dipakai rumus sebagai berikut: Density = Ad As 1% Atau Density = Ld As 1% Dengan: Ad = Luas total kerusakan (m 2 ). Ld = Panjang total kerusakan (m). As = Luas total unit segmen (m 2 ). 2) Deduct Value (Nilai Pengurangan) Deduct Value adalah suatu nilai pengurangan untuk tiap jenis kerusakan yang diperoleh dari kura hubungan antara density dengan deduct alue. 3) Total Deduct Value (TDV) Total Deduct Value adalah nilai total dari deduct alue untuk tiap jenis kerusakan dan tingkat kerusakan yang ada pada suatu unit penelitian. 4) Corrected Deduct Value (CDV) Corrected Deduct Value diperoleh dari kura hubungan antara TDV dan CDV dengan memilih lengkungan kura sesuai jumlah nilai Deduct Value yang lebih besar dari 2. 5) Paement Condition Index (PCI) Setelah CDV diketahui, maka nilai PCI untuk tiap unit penelitian atau segmen adalah: PCIs=1-CDV Keterangan: PCIs = PCI untuk tiap unit penelitian CDV = CDVuntuk tiap unit penelitian 6) Rating (Klasifikasi Struktur Perkerasan) Tabel 2 Besaran Nilai PCI No Nilai PCI Kualitas Struktur Perkerasan Jalan 1 86 1 Sempurna (Excellent) 2 71 85 Sangat Baik (Very Good) 3 56 7 Baik (Good) 4 41 55 Sedang (Fair) 5 26 4 Buruk (Poor) 6 11 25 Sangat Buruk (Very Poor) 7-1 Gagal (Failed) (Sumber : Hardiyatmo, 27) D. Metodologi Penelitian Mulai Studi Pustaka Surai Pendahuluan (Obserasi) Data Primer 1. Kelengkapan jalan raya di perlintasan sebidang. 2. Kelengkapan jalur kereta api di perlintasan sebidang. 3. Geometrik jalan raya dan jalur kereta api. 4. Volume lalu lintas, tundaan, panjang antrian, di perlintasan sebidang. 5. Kondisi struktur perkerasan jalan. Pengumpulan Data Analisis data : Gambar 3 Bagan Penelitian Data Sekunder 1.Jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta api 2. Grafik perjalanan kereta api tahun 215 216 3. Data perlintasan wilayah DAOP VI Yogyakarta Kelengkapan infrastruktur pada perlintasan sebidang sesuai PM NO. 36 Tahun 211 dan SK Dirjen Perhubungan Darat No 77 Tahun 25 Karakteristik lalu lintas yang berupa oume lalu lintas, tundaan, dan panjang antrian kendaraan sesuai PKJI, 214 Kondisi jalan raya dengan metode Paement Condition Index (PCI) Perancangan ulang geometrik jalan raya Kesimpulan dan Saran Selesai Page 4 of 8

Penelitian ini dilakukan di lokasi pada JPL 734 54+44 Jalan Tata Bumi Selatan, Yogyakarta. No 9. 1. Kriteria Standar Teknis dalam SK Dirjen Perhubungan Darat No 77 Tahun 25 15 meter dari as jalan rel. Rambu peringatan dan larangan. Marka jalan. Memenuhi 11. Pita penggaduh. 12. Isyarat lampu berwarna merah dan isyarat suara Tidak Memenuhi Keterangan jalan dengan rel sudah terdapat tikungan Tidak ada rambu dilarang balik arah Tidak ada marka lambang KA Gambar 4 Lokasi Penelitian 13. Palang pintu. Sarana fisik dan non fisik di perlintasan 14. yang berupa pos jaga, petugas JPL, genta, daftar semboyan, daftar gapeka. E. Hasil dan Pembahasan 2. Alinyemen Horisontal 1. Perlintasan Sebidang Tabel 3 Hasil Surei Lapangan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kriteria Standar Teknis dalam SK Dirjen Perhubungan Darat No 77 Tahun 25 Selang waktu antara kereta api satu dengan kereta api berikutnya yang melintas minimal 3 menit. Jarak antar perlintasan sebidang tidak kurang 8 meter. Jalan yang melintas adalah jalan kelas III Tidak terletak pada lengkugan jalur kereta api atau jalan. Terdapat permukaan datar sepanjang 6 cm diukur dari sisi terluar jalan rel Lebar jalan pada perlintasan untuk satu jalur jalan maksimum 7 meter. Sudut perpotongan antara jalan rel dengan jalan harus 9 o. Panjang jalan yang lurus minimal harus Memenuhi Tidak Memenuhi Keterangan Selang waktu tercepat adalah 8 menit 479 m ke arah timur (JPL 735 Jl. Sorogan) 613 m ke arah barat (JPL 733 Jl. Tata Bumi Selatan) Fungsi jalan local primer Terletak tikungan pada pertemuan jalan dengan jalur kereta Terdapat permukaan datar sepanjang 35 cm di sisi selatan dan 47 cm di sisi utara Lebar jalan 4,4m Sudut perpotongan 6 Pada pertemuan Gambar 5 Trase jalan sesudah dan sebelum perancangan ulang Dari hasil perhitungan jari-jari tikungan yang dilakukan bahwasanya untuk tikungan pertama dengan kecepatan rata-rata pada kondisi free flow yaitu 3km/jam didapatkan jari-jari eksisting 14,53m dan jari-jari minimalnya 26,6m maka tikungan pertama kurang aman. Tikungan kedua dengan kecepatan 2 km/jam didapatkan jari-jari eksisting 11,22m dan jari-jari minimal sebesar 11,28m maka tikungan tersebut masih belum aman. Tikungan ketiga dengan Page 5 of 8

Durasi Total Tundaan (detik) Volume lalu lintas (ekr/jam) Panjang antrian (meter) 13:2 13:33 13:47 14:15 14:4 14:48 14:52 15:12 15:23 15:31 15:44 16:14 16:39 16:52 17:12 17:28 17:47 durasi tundaan (detik) 13:2 13:33 13:47 14:15 14:4 14:48 14:52 15:12 15:23 15:31 15:44 16:14 16:39 16:52 17:12 17:28 17:47 kecepatan 3km/jam didapatkan jari-jari eksisting 47,49m dan jari-jari minimal 26,6m maka tikungan tersebut sudah aman dan baik. Perbedaan trase jalan sebelum dan sesudah dilakukan perancangan ulang adalah dengan menambuat jalan tersebut lurus yang bertujuan agar jarak pandang pengguna jalan yang melintasi perlintasan sebidang tersebut lebih baik dari sebelumnya, sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya kecelakaan. Dampak yang terjadi dari perancangan ulang jalan tersebut adalah pembebasan lahan untuk beberapa bangunan warga yang berada pada sisi jalan yang akan di rancang ulang. 3. Analisis Volume Lalu Lintas 6 4 2 Volume Lalu Lintas Kendaraan 492 36.4 Hari Libur Pintu Selatan 354.4 Pintu Utara 446 Hari Kerja Gambar 6 Grafik Volume Lalu Lintas Data arus lalu lintas yang didapatkan dari hasil surei pada hari libur yaitu Sabtu, 1 April 217 dan hari kerja yaitu Senin, 3 April 217. Pengambilan data dilakukan pada jam padat lalu lintas kereta api dan aktifitas masyarakat yaitu pukul 13.-18.. Data tersebut menunjukan bahwa pada hari libur arus lalu lintas lebih ramai karena daerah pada perlintasan Jalan Tata Bumi Selatan merupakan pemukiman warga dimana saat mereka libur bekerja, para warga lebih memilih beraktifitas disekitar lingkungannya sendiri. 4. Analisis Tundaan dan Panjang Antrian 3 2 1 211 Tundaan Kendaraan 134 95 167 19 83 138 11 12 Gambar 7 Tundaan Kendaraan pada Hari Libur 6 4 2 Gambar 8 Panjang Antrian pada Hari Libur Gambar 9 Tundaan Kendaraan pada Hari Kerja 188 76 81 1711144 128 152 JAM kedatangan kereta Panjang Antrian 5 4 3 3 25 3 3 3 3 35 3 15 2 2 2 2 2 2 2 11 9 1 9 5 1 14 12 1 1 15 22 17 1 11 2 15 1 5 Pintu Selatan waktu Pintu Utara Tundaan Kendaraan 144 85 118 111 128 163 171 139 15 135 149116 8 91 88 83 91 91 86 Waktu Page 6 of 8

Panjang Antrian (meter) 6 4 2 Gambar 1 Panjang Antrian pada Hari Kerja 5. Analisis Kondisi Kerusakan Struktur Perkerasan Jalan Tabel 4 Kualitas Struktur Perkerasan Per Segmen CDV PCI NO STA (km) Keterangan maks 1 - CDV 1 + - +25 1 SEMPURNA 2 +25 - +5 1 SEMPURNA 3 +5 - +75 1 SEMPURNA 4 +75 - +1 1 SEMPURNA 5 +1 - +125 1 SEMPURNA 6 +125 - +15 1 SEMPURNA 7 +15 - +175 1 SEMPURNA 8 +175 - +2 1 SEMPURNA 9 +2 - +225 18 82 SANGAT BAIK 1 +225 - +25 1 SEMPURNA 11 +25 - +275 1 SEMPURNA 12 +275 - +3 1 SEMPURNA 13 +3 - +325 1 SEMPURNA 14 +325 - +35 1 SEMPURNA 15 +35 - +375 1 SEMPURNA 16 +375 - +4 1 SEMPURNA Total Panjang Antrian 5 25 15 18 22 1 11 12 16 2 15 17 1 15 2 2 25 2 1512 15 18 26 2 2 9 1 8 1 9 1 9 11 13 5 7 1582 98,9 SEMPURNA Dari tabel 4 didapatkan bahwa jalan masih baik dimana kerusakan struktur perkerasan jalan hanya ada di stasioning +2 +225. 4 Pintu Selatan Waktu 55 Pintu Utara Kesimpulan F. PENUTUP Dari analisis yang telah dilakukan pada perlintasan sebidang JPL 734 KM 54 + 44 Jalan Tata Bumi Selatan, Sleman, Yogyakarta dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Perlintasan sebidang pada JPL 734 Jalan Tata Bumi Selatan belum bisa dinyatakan layak bagi para pengguna jalan yang melintasi jalan tersebut karena beberapa hal yang tidak memenuhi standar peraturan yang berlaku. 2. Berdasarkan dengan syarat standar peraturan yang berlaku, infrastruktur jalan pada perlintasan sebidang JPL 734 Jalan Tata Bumi Selatan masih belum lengkap dimana belum terdapat marka lambang KA, pita penggaduh, sudut perpotongan jalan dengan jalur kereta hanya 6, dan perlintasan terdekatnya untuk sebelah timur pada JPL 735 Jalan Sorogan yaitu 479 m dan untuk sebelah barat yaitu pada JPL 734 Jalan Tata Bumi Selatan yaitu 613 m, serta untuk geometrik jalan tidak aman karena pada perpotongan jalan dengan jalur kereta, jalan pada perpotongan tersebut berupa tikungan. 3. Arus lalu lintas pada Hari Libur Sabtu, 1 April 217 didapatkan hasil sebesar 1282 kend/jam atau 32,4 skr/jam dari arah selatan, sedangkan dari arah utara didapatkan total sebesar 999 kend/jam atau 196,8 skr/jam. Hari Senin, 3 April 217 didapatkan hasil total sebesar 927 kend/jam atau 216,48 skr/jam dari arah selatan., sedangkan dari utara didapatkan total sebesar 1234 kend/jam atau 243,6 skr/jam. 4. Nilai indeks kondisi struktur perkerasan (PCI) rata-rata pada perlintasan sebidang JPL 734 Jalan Tata Bumi Selatan adalah 98,9% yang termasuk dalam kategori sempurna (excellent). Saran 1. Penelitian berikutnya perlu menggunakan parameter kapasitas lalu lintas dan derajat kejenuhan sebagai pertimbangan peningkatan perlintasan sebidang. Page 7 of 8

2. Perlu kajian ilmiah tentang waktu tunggu (tundaan) pada perlintasan sebidang yang efektif diterima oleh pengendara. 3. Penelitian berikutnya perlu menganalisis alinyemen ertikal sebagai pertimbangan peningkatan perlintasan sebidang agar lebih sesuai dengan peraturan yang berlaku. 4. Penelitian berikutnya perlu menggunakan parameter jarak padang pada perlintasan tersebut. Daftar Pustaka Bolla, Margaretha Eelin. 212. Perbandingan Metode Bina Marga dan Metode PCI (Paement Condition Index) dalam Penilaian Kondisi Perkerasan Jalan (Studi kasus : Ruas Jalan Kaliurang, Kota Malang). Teknik Sipil Uniersitas Nusa Cendana : Kupang NTT Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Jakarta Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 25. Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang Antara Jalan Raya dengan Jalan Kereta Api. Jakarta Hardiyatmo, H.C. 27. Pemeliharaan Jalan Raya. Gadjah Mada Uniersity Press. Yogyakarta Hasan, Bani. 29. Ealuasi Kelayakan Perlintasan Sebidang (Studi kasus : Perlintasan Sebidang Patukan, Gamping, Sleman, Yogyakarta). Teknik Sipil dan Lingkungan Uniersitas Gajah Mada. Yogyakarta Kementerian Pekerjaan Umum. 211. Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan. Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum. 214. Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta Mahmudah, dkk. 217. Modul Praktikum Perancangan Jalan. Prodi Teknik Sipil UMY Page 8 of 8