BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pada usianya. Masa remaja menurut Mappiare yang. yang sangat pesat secara fisik maupun psikologisnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting dalam kesehatan umum, baik untuk laki-laki dan perempuan. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir ke dunia akan mengalami pertumbuhan dan. perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PADA PERUBAHAN FISIK PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP N 4 BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PUNCU TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.3

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

PEMAHAMAN SISWA MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI LAYANAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteriakriteria

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB I PENDAHULUAN. pertama dalam berpacaran. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

bio.unsoed.ac.id dinilai masih rendah. Hasil penelitian Pakasi dan Kartikawati (2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

KESEHATAN REPRODUKSI OLEH: DR SURURIN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

Modul ke: SEMINAR MEDIA. 01Ilmu. Presentasi Kelompok. Fakultas. Christina Arsi Lestari, M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

.BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi,

Paket 9 URGENSI PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat dibutuhkan dalam perkembangan siswa. Perkembangan yang sangat pesat pada siswa baik mental maupun fisik membutuhkan pengetahuan tentang psikologi dan biologi agar kebutuhannya dapat tercapai dengan optimal. Sekolah telah mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kebutuhan pada usianya. Masa remaja menurut Mappiare yang ditulis oleh Mohammad Ali dan Mohammad Asrori berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. 1 Masa remaja adalah masa yang paling kritis bagi perkembanganya dan mendapatkan kendala. Kendala utama sebagai masa remaja adalah perubahan yang sangat pesat secara fisik maupun psikologisnya. Pemahaman siswa mengenai reproduksi remaja, menurut WHO dan ICPD (International conference on Population and Development) 1994 yang diselenggarakan di Kairo kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluru, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri. Sesuai dengan 1 Prof. Dr. Mohammad Ali, Psikologi Remaja (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006) hal 9 1

2 definisi tersebut Pelayanan kesehatan reproduksi secara luas didefinisikan sebagai konstelasi metode, teknik dan pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dengan cara mencegah dan memecahkan masalah kesehatan reproduksi. 2 Menurut Mariana Amiruddin, definisi kesehatan reproduksi adalah sekumpulan metode, teknik, dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi yang mencakup kesehatan seksual, status kehidupan dan hubungan perorangan, bukan semata konsultasi dan perawatan yang berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. 3 Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan isu yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV / AIDS, kebutuhan khusus remaja, dan perluasan jangkauan pelayanan ke lapisan masyarakat kurang mampu atau mereka yang tersisih. Karena proses reprouksi terjadi melalui hubungan seksual, definisi kesehatan reproduksi mencakup kesehatan seksual yang mengarah pada peningkatan kualitas hidup dan hubungan antara individu, jadi bukan hanya konseling dan pelayanan untuk proses reproduksi dan PMS. Dalam wawasan pengembangan kemanusiaan, merumuskan pelayanan kesehatan reproduksi 2 Made Okara Negara, Mengurangi Persoalan Kehidupan Seksual dan Reproduksi Perempuan dalam Jurnal Perempuan cetakan No.41, Jakarta (Yayasan Jurnal Perempuan, 2005) hal 9 3 Layyin Mahfina, Elfi Yuliani Rohmah, Retno Widyaningrum, Remaja dan Kesehatan Reproduksi (Yogyakarta: STAIN Ponorogo, 2009) hal 38

3 sangat penting mengingat dampaknya juga terasa dalam kualitas hidup pada generasi berikutnya. Sejauh mana orang dapat menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman dan sehat sesunggunya tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja, dewasa hingga masa paska usia reproduksi. Masa remaja sebagai titik awal proses reproduksi menunjukkan persiapan strategi interfrensi perlu dimulai jauh sebelum masa usia subur. Nilai anak perempuan dan laki-laki dalam keluarga dan masyarakat, dan bagaimana perlakuan yang mereka terima merupakan faktor penting yang turut menentukan kesehatan reproduksi mereka dimasa datang. Masalah kehamilan yang tidak dikehendaki selama masa remaja, seperti pacaran PMS, HIV, kekerasan terhadap perempuan (perkosaan, pelecehan seksual dan keterpaksaan prostitusi), dan kehamilan remaja sering terjadi dalam konteks masalah seksualitas dan fungsi reproduksi. Pengaturan fertilitas dalam bentuk pelayanan KB dan tepat guna sedapatnya meliputi konseling, informasi, edukasi, upaya pencegahan, deteksi dini dan penanganan komplikasi. Remaja merupakan fase kehidupan yang manusia yang spsifik. Pada saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa ini berdampak macam-macam pada fisik dan jiwa remaja. Secara fisik akan muncul apa yang disebut sebagai tanda-tanda seks sekunder seperti payudara membesar, bulubulu kemaluan tumbuh, haid pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki. Secara psikologis muncul dorongan birahi yang besar tetapi juga secara

4 psikologis mereka masih dalam peralihan dari anak-anak kedewasa. Secara biologis aktivitas organ dan fungsi reproduksi mereka meningkat pesat tetapi secara psikologis dan sosiologis mereka dianggap belum siap menjadi dewasa. Konflik yang terjadi antara berbagai perkembangan tersebut membuat mereka juga berisiko mengalami masalah kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi sendiri. 4 Kesehatan reproduksi remaja meliputi ciri-ciri perkembangan remaja, pertumbuhan seks primer dan sekunder, menstruasi dan mimpi basah, hormon ekstrogen lebih dominan, perubahan emosional, perkembangan biosekososial. 5 Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan. Jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Untuk itu, siswa sangat perlu mendapatkan perhatian khusus dalam menjaga kesehatannya terutama kesehatan reproduksi remaja. Organ reproduksi telah berfungsi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada pria) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh). 6 Kenyataannya siswa menghadapi kebingungan dengan apa yang dialami. Hal ini dapat menimbulkan masalah besar pada diri siswa. Sedangkan siswa adalah harapan bangsa. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan 4 Ibid, hal 48 5 http://www.ypkp.net/uploads/modul/modul-2.pdf, Jum at 17 Mei 2013, 19.00 6 Sarwono S.W. Psikologi remaja (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) hal 52

5 ditentukan pada keadaan saat ini. Siswa yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan ataupun siswa itu sendiri. Berdasarkan tugas perkembangan remaja, yaitu menerima keadaan fisik dan mempergunakannya secara efektif. Dimana mencakup bahwa siswa juga mengerti dari prinsip-prinsip reproduksi yang meliputi menstruasi, kehamilan, proses melahirkan, memelihara diri agar tetap tampil rapi dan bersih, bertingkah laku sopan dalam menjaga diri, dan menghindari hubungan seksual sebelum menikah. 7 Program kesehatan reproduksi remaja sangat diperlukan di sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, sikap, dan prilaku positif siswa tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. Selama masa ini siswa harus lebih peka lagi dengan keadaan fisiknya, yang semula kurang mendapatkan perhatian khusus dalam perawatan, maka pada saat ini membutuhkan perhatian khusus dalam perawatannya. Organ-organ yang belum berfungsi secara sempurna ketika usia dini dan setelah usia remaja berfungsi kembali. Dengan aktifnya dan berfungsinya organ-organ reproduksi itu siswa perlu memahami bagaimana perkembangan dan pemeliharaan alat dan sistem reproduksi. siswa juga perlu mengetahui bahwa jika sistem reproduksi sudah berfungsi, maka siswa sudah dapat bereproduksi sebagai seorang dewasa normal. 7 Maryanti D, dkk. Kesehatan Reproduksi Teori dan Praktikum. (Yogyakarta: Nuha Medica, 2009) hal 23

6 Program kesehatan remaja diberikan kepada siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Ma arif Ketegan Tanggulangin, karena siswa kelas VIII sering bertanya tentang perubahan yang terjadi pada diri siswa. Sehingga penelitian ini berfokus di siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Ma arif Ketegan Tanggulangin. Pemahaman siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja melalui layanan informasi tentang kesehatan reproduksi di Madrasah Tsanawiyah Ma arif Ketegan, hasil wawancara dari konselor : 8 siswa memahami karakter seksual remaja laki-laki ditandai dengan mimipi basah, tumbuh jakun, tumbuh bulu-bulu rambut didaerah terntentu, otot menjadi kuat, suara menjadi pecah dan membesar, menegangnya alat kelamin pada saat-saat tertentu, menyukai lawan jenis, sedangkan pada remaja perempuan ditandai dengan menstruasi, pinggul dan buah dada membesar, tumbuh bulu rambut didaerah tertentu, menyukai lawan jenis. Penyakit HIV atau aids disebabkan oleh hubungan seks bebas atau pergaulan bebas. Hasil Pemahaman siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja di Madrasah Tsanawiyah Ma arif.seperti diketahui, berdasarkan hasil observasi di kelas VIII dan wawancara di sekolah tersebut yaitu siswa bertanggung jawab akan menjaga kesehatan reproduksi demi kelangsungan kesehatan dimasa mendatang, siswa memiliki wawasan yang luas dan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi, menjaga kebersihan diri. 8 Siti Thowila, konselor, wawancara pribadi,

7 Oleh karena itu kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi remaja perlu ditangani secara khusus dengan cara-cara yang ditunjukkan untuk menyiapkaan mereka menjadi remaja (yang kelak menjadi orang tua) yang bertanggung jawab. Pemberian informasi dan pendidikan tersebut harus dilakukan dengan menghormati kerahasiaan dan hak-hak privasi lain mereka. Layanan informasi adalah layanan yang memberikan sejumlah informasi kepada peserta didik. Tujuan layanan ini agar peserta memiliki informasi yang memadai, baik informasi tentang dirinya maupun informasi tentang lingkungannya. Informasi yang diterima oleh siswa merupakan bantuan dalam membuat keputusan yang tepat. 9 Layanan informasi adalah layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain yang dapat memberi pengaruh besar kepada siswa (terutama orang tua) menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengam bilan keputusan. 10 Di Madrasah Tsanawiyah Ma arif Ketegan Tanggulangin termasuk layanan informasi yang menyangkut kesehatan reproduksi termasuk program baru yang masuk ke dalam materi tugas perkembangan. Program ini ada karena diera globalisasi yang semakin maju yang cepat mengakses apa saja yang diinginkan. Agar tidak terjadi kebingungan siswa mengenai apa yang mereka ketahui tentang 9 Achmad Juntika Nurihsan, Akur sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA, (Jakarta : Grasindo, 2005) hal 20 10 Sofyan S.Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung : Alfabeta, 2010) hal 34

8 reproduksi maka konselor memberikan layanan informasi kepada siswa tentang kesehatan reproduksi remaja melalui layanan bimbingan konseling diruangan BK dan menggunakan waktu pada saat guru mata pelajaran tidak hadir. Layanan informasi tenteng kesehatan reproduksi remaja adalah layanan yang memberikan sejumlah informasi kesehatan kepada remaja tentang kesehatan reproduksi (pendidikan seks dini), penyakit menular seksual akibat aktivitas seksual yang bebas. 11 Informasi peneliti yang dapatkan ketika observasi di lapangan, bahwa program pemahaman kesehatan reproduksi di Madrasah Tsanawiyah Ma arif Ketegan Tanggulangin, belum dilakukan secara maksimal. Dalam artian, program tersebut pernah sekali saja dilakukan karena banyak siswa yang belum mengetahi tentang kesehatan reproduksi remaja dan banyak siswa yang bertanya tentang perubahan tubuhnya. Akan tetapi, karena terbatas akan adanya waktu untuk memberikan informasi, tenaga pendidik yang profesional disekolah maka pemberian informasi tentang kesehtan reproduksi hanya sepintas saja. Konselor membirikan informasi kesehatan reproduksi remaja di kelas VIII karena siswa sering bertanya tentang perubahan dirinya. 12 Layanan informasi tentang kesehatan reproduksi dilakukan dengan bimbingan kelompok dan masuk kelas pada saat guru tidak masuk kelas dengan pemberitahuan dari guru piket. Oleh karena itu, program kesehatan reproduksi remaja di Madrasah, khususnya yang 11 Ali Imron, Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012) hal 40 12 Siti Thowilah, konselor, wawancara pribadi 26 Agustus 2013

9 berhubungan dengan meningkatkan pemahaman kesehatan reproduksi remaja terus berkembang dan mamahamkan semua siswa. Layanan informasi kesehatan reproduksi sangat penting diberikan kepada siswa karena dieraglobalisasi ini siswa mudah sekali mengakses berbagai informasi dari berbagai media internet baik positif maupun negatif sehingga anak remaja perlu diberikan arahan dan informasi tentang bagaimana memahami dirinya akan pemeliharaan alat reproduksi. Sehingga anak remaja tidak terjerumus pada tindakan yang mengarah kepada pergaulan bebas yang berakibat pada berbagai seperti penyakit kelamin HIV ( AIDS) yang dapat menimbulkan kematian. Tujuan diberikan kesehatan reproduksi yaitu agar siswa sehat secara sosial, fisik dan mental yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki remaja. Kesehatan reproduksi remaja diberikan melalui layanan informasi: a. Agar siswa memiliki informasi yang benar mengenai fungsi, peran dan proses reroduksi. b. Agar siswa memiliki sikap serta tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Dari penelitian di Madarasah Tsanawiyah Ma arif dan fenomena yang terjadi dikalangan siswa yang kurang mengetahui akan kesehatan reproduksi remaja maka peneliti mengangkat sebuah permasalahan tentang :

10 Pemahaman Siswa terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja melalui Layanan Informasi di Madrasah Tsanawiyah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo. B. Rumusan Masalah Dalam kasus ini penulis mencoba mengangkat masalah yang ada sebagai acuan penelitian. Kemudian penulis merumuskan terlebih dahulu agar penelitian menjadi terarah. Agar pembahasan tidak melebar maka dari uraian diatas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja di Madrasah Tsanawiyah Ma arif Ketegan Tanggulangin? 2. Bagaimana layanan informasi terhadap kesehatan reproduksi remaja di Madrasah Tsanawiyah Ma arif Ketegan Tanggulangin? 3. Bagaimana hasil pemahaman siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja melalui layanan informasi di Madrasah Tsanawiyah Ma arif Ketegan Tanggulangin? 4. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pemahaman siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja melalui layanan informasi?

11 C. Tujuan Penelitian Dengan pengertian rumusan masalah diatas, maka penulis mempunyai tujuan dari penelitian ini: 1. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja di Madrasah Tsanawiyah Ma arif Ketegan Tanggulangin. 2. Untuk mengetahui layanan informasi terhadap kesehatan reproduksi remaja di Madrasah Tsanawiyah Ma arif Ketegan Tanggulangin. 3. Untuk mengetahui hasil pemahaman siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja melalui layanan informasi di Madrasah Tsanawiyah Ma arif Ketegan Tanggulangin. 4. Untuk mengetahui fakor pendukung dan penghambat dalam pemahaman siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja melalui layanan informasi. D. Manfaat Hasil Penelitian Manfaat penelitian ini ada dua hal yaitu : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam disiplin ilmu pendidikan, khususnya dalam konteks pemahaman terhadap kesehatan reproduksi remaja. 2. Manfaat Praktis

12 a. Untuk Siswa Dapat dijadikan sebagai pedoman siswa dalam melaksanakan tugas perkembangan sebagai remaja yang sehat fisik dan mental dan menambah pengetahuan serta pemahaman yang baik terhadap kesehatan reproduksi remaja. b. Bagi guru pembimbing Dari penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang cara meningkatkan pemahaman siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja dan menjadi acuan dalam kaitannya dengan layanan dasar bimbingan konseling yaitu layanan informasi di Madrasah Tsanawiyah Ma arif Ketegan. c. Untuk Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil perkuliahan dan memberikan pengalaman yang berharga dalam hidupnya. Sehingga dalam terjun langsung di lembaga pendidikan nantinya kita mempunyai acuan dan bekal dalam menerapkan ilmu ke BK an. E. Definisi Konseptual Agar tidak terjadi salah arti mengenai judul yakni Pemahaman Kesehatan Reproduksi Remaja Melalui Layanan Informasi, maka disini akan dijelaskan beberapa istilah yang terdapat didalam judul.

13 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja Pemahaman siswa mengenai reproduksi remaja, menurut WHO dan ICPD (International conference on Population and Development) 1994 yang diselenggarakan di Kairo kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluru, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan isegala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri. Sesuai dengan definisi tersebut Pelayanan kesehatan reproduksi secara luas didefinisikan sebagai konstelasi metode,teknik dan pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dengan secara mencegah dan memecahkan masalah kesehatan reproduksi. 13 Menurut Mariana Amiruddin, definisi kesehatan reproduksi adalah sekumpulan metode, teknik, dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi yang mencakup kesehatan seksual, status kehidupan dan hubungan perorangan, bukan semata konsultasi dan perawatan yang berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. 14 13 Made Okara Negara, Mengurangi Persoalan Kehidupan Seksual dan Reproduksi Perempuan dalam Jurnal Perempuan cetakan No.41, Jakarta (Yayasan Jurnal Perempuan, 2005, hal 9 14 Layyin Mahfina, Elfi Yuliani Rohmah, Retno Widyaningrum, Remaja dan Kesehatan Reproduksi (Yogyakarta: STAIN Ponorogo, 2009) hal 38

14 Kesehatan reproduksi remaja meliputi ciri-ciri perkembangan remaja, pertumbuhan seks primer dan sekunder, menstruasi dan mimpi basah, hormon ekstrogen lebih dominan, perubahan emosional, perkembangan biosekososial. 15 Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain (adolescere) (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. 16 Piaget dalam Hurlock mngatakan masa remaja secara psikologis adalah usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Masa remaja secara global berlangsung antara usia 13 sampai dengan 21 tahun. Menurut Santrock masa remaja diawali sekitar umur 10 hingga 13 tahun kemudian berakhir sekitar umur 18-22 tahun. 17 Mnurut Hurlock dalam Mappiare rentang usia remaja anatara 13-21 tahun, yang dibagi pula dalam masa remaja awal usia 13-14 tahun sampai 17 tahun, dan remaja akhir 17-21 tahun. 18 15 http://www.ypkp.net/uploads/modul/modul-2.pdf, Jum at 17 Mei 2013, 19.00 16 Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta : Erlangga 1980) hal 206 17 Santrock, J.W, Remaja Jilid 1 (Jakarta : Erlangga 2007) hal 21 18 Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya : Usaha Nasional 1982) hal 25

15 2. Pengertian Layanan Informasi Layanan informasi adalah layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain yang dapat memberi pengaruh besar kepada siswa (terutama orang tua) menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengam bilan keputusan. 19 Layanan informasi adalah penyampaian berbagi informasi kepada sasaran layanan agar individu dapat mengolah dan memanfaatkan informasi tersebut demi kepentingan hidup dan perkembangannya. 3. Pemahaman Kesehatan Reproduksi Remaja melalui Layanan Informasi Layanan informasi tenteng kesehatan reproduksi remaja adalah layanan yang memberikan sejumlah informasi kesehatan kepada remaja tentang kesehatan reproduksi (pendidikan seks dini), penyakit-pemyakit menular seksual akibat aktivitas seksual yang bebas. Pemahaman siswa mengenai reproduksi remaja, menurut WHO dan ICPD (International conference on Population and Development) 1994 yang diselenggarakan di Kairo kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluru, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan isegala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri. 19 Sofyan S.Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung : Alfabeta, 2010) hal 34.

16 Sesuai dengan definisi tersebut Pelayanan kesehatan reproduksi secara luas didefinisikan sebagai konstelasi metode,teknik dan pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dengan secara mencegah dan memecahkan masalah kesehatan reproduksi. Bagi masa remaja awal, adanya kematangan jasmani (seksual) itu umumnya digunakan dan dianggap sebagai ciri-ciri primer akan datangnya masa remaja. Adapun ciri-ciri lain disebutnya sebagai ciri-ciri sekunder dan ciri-ciri tertier. Ciri-ciri sekunder dapat disebutkan anatara lain : 20 Ciri-ciri sekunder Pria : a) Tumbuh suburnya rambut, janggut, kumis, dan lain-lain. b) Selaput suara semakin membesar dan berat. c) Badan mulai membentuk segi tiga, urat-urat pun jadi kuat, dan muka bertambah persegi. Ciri-ciri sekunder wanita : a) Pinggul semakin besar dan melebar. b) Kelenjar-kelenjar pada dada menjadi berisi (lemak). c) Suara menjadi bulat, merdu, dan tinggi. d) Muka menjadi bulat dan berisi 20 Abu Ahmadi, Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005) hal 122

17 F. Sistematika Pembahasan Agar penulisan skripsi ini dapat difahami secara utuh maka perlu penulis susun sistematika pembahasan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi konseptual, dan sistematika pembahasan. Bab II : Kajian Teori Mencakup teori-teori yang dijadikan dasar dalam menentukan langkahlangkah pengambilan data. Memaparkan tinjauan pustaka yang digunakan sebagai pijakan penelitian dalam memahami dan menganalisa fenomena yang terjadi dilapangan. Adapun landasan teori ini berisi tentang: Pemahaman siswa mengenai kesehatan reproduksi remaja meliputi pengertian tentang kesehatan reproduksi remaja, ruang lingkup kesehatan reproduksi, komponen kesehatan reproduksi remaja, manfaat pengetahuan kesehatan reproduksi, pengertian remaja. Tinjauan tentang layanan informasi meliputi pengertian konsep BK, pengertian layanan informasi, tujuan layanan informasi, materi layanan informasi, langkah-langkah penyajian informasi. Pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi remaja melalui layanan informasi meliputi, pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi, pelaksanaan layanan informasi.

18 Faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang kesehatan reproduksi. Bab III : Metode Penelitian Berisi tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian, diantaranya; pendekatan dan jenis penelitian, data dan sumber data, instrumen pengumpulan data, dan análisis data. BAB IV: Laporan Hasil Penelitian Bab yang memaparkan dan menganalisa hasil penelitian tentang meningkatkan pemahaman siswa mengenai kesehatan reproduksi remaja, layanan informasi terhadap kesehatan reproduksi remaja, hasil pemahaman siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja melalui layanan informsi, faktor pendukung dan penghambat dalam pemahaman kesehatan reproduksi melalui layanan informasi. Bab V : Penutup Berisi tentang kesimpulan, saran-saran berkenaan dengan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran, meliputi keadaan objek penelitian (profil sekolah, letak geografis, visi, misi dan tujuan).