BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau

dokumen-dokumen yang mirip
memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN TERIPANG (Holothuriodea) SERTA POTENSINYA DI PULAU KOTOK BESAR, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

BAB II KAJIAN TEORI. Teripang atau Holothuroidea berasal dari bahasa yunani, Holothurion yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastropoda atau dikenal sebagai siput merupakan salah satu kelas dari filum

STUDI KEPADATAN DAN PENYEBARAN ECHINODERMATA DI SEKITAR RATAAN TERUMBU KARANG DI DESA WAEURA KECAMATAN WAPLAU KABUPATEN BURU

BAB I PENDAHULUAN. Teripang atau timun laut (Sea Cucumber) termasuk dalam filum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup serta perbedaan-perbedaannya. Allah SWT menerangkan. dirasakan, dan dipikirkan oleh manusia. 1

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PREFERENSI HABITAT DAN KEBIASAAN MAKANAN TERIPANG DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KECIL, KARIMUNJAWA, JEPARA PROPOSAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Teripang Pasir secara umum menurut Hickman et.al., (1974)

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

I. Pengantar. A. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pantai Nanganiki merupakan salah satu pantai yang terletak di Desa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan, keperluan rumah tangga dan industri. Ekosistem pesisir dan laut

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

PENGENALAN EKOSISTEM DI LAUT DANGKAL (Biologi(

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tinjuan Pustaka. A. Kerapatan Populasi. B. Ekologi Bulu babi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

Penentuan batas antar komunitas tidak mudah Zona transisi dengan lingkungan tertentu Proses perubahan secara gradual struktur komunitas disebut

B. Ekosistem Hutan Mangrove

2.2. Struktur Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari pulau dengan luasan km 2 yang terletak antara daratan Asia

Hasil dan Pembahasan

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI PHYLLUM ECHINODERMATA DI PANTAI PAILUS JEPARA SEBAGAI SUMBER BAHAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

Program Studi Ilmu Kelautan, Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur, Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa ini memberikan tanggung jawab yang besar bagi warga Indonesia untuk

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang?

1. Pengantar A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Aziz, 1981). Tubuhnya berbentuk segilima, mempunyai lima pasang garis

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

IDENTIFIKASI TERIPANG Holothuria atra DENGAN MENGANALISANYA BERDASARKAN MORFOLOGI, ANATOMI, DAN TIPE SPIKULA

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Identifikasi Jenis Teripang Genus Holothuria Asal Perairan Sekitar Kepulauan Seribu Berdasarkan Perbedaan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Kepiting Bakau (Scylla spp.) Indonesia dan merupakan hewan Arthropoda yang terbagi kedalam empat family,

BAB I PENDAHULUAN. tingkat genetika (Saptasari, 2007). Indonesia merupakan negara dengan

I. PENDAHULUAN. perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Aquarine Vol. 1, No. 2, September Tahun 2010 ISSN : SUMBERDAYA TERIPANG DI PERAIRAN DESA MELAHING BONTANG KUALA KALIMANTAN TIMUR

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1) Lanjutan...

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya hutan bakau yang membentang luas di

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-8 Online di :

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau berbintil yang termasuk dalam filum echinodermata. Holothuroidea biasa disebut timun laut (sea cucumber), karena memiliki bentuk tubuh bulat memanjang dan menyerupai timun. Secara umum, holothuroidea merupakan hewan yang biasanya hidup di perairan pantai, mulai dari daerah pasang surut sampai perairan yang lebih dalam dengan cara bersembunyi di daerah berbatu dan di daerah lamun. Permukaan kulit holothuroidea biasanya kasar, karena ada duri-duri lunak (papila) yang kecil tidak teratur. Tubuh holothuroidea lunak dan berdaging. Mulut terletak di anterior sedangkan anus terletak di posterior. Mulut dikelilingi 10 sampai 30 buah tentakel retraktil. Kaki tabung berfungsi sebagai alat gerak yang mengandung alat penghisap untuk menangkap makanan, sebagai alat pernapasan dan sebagai alat peraba (Suwignyo, et al., 2005). Holothuroidea hidup di berbagai macam habitat dan sering hidup berkelompok. Beberapa kelompok hidup di daerah berbatu yang dapat digunakan untuk bersembunyi, yang lain hidup di antara lamun dan pasir. Selain tipe habitat, penyebaran holothuroidea juga dipengaruhi oleh kelimpahan makanan yang tersedia yaitu plankton dan detritus. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Darsono (2002), holothuroidea hidup di berbagai macam habitat di laut. Habitat ini mempunyai kondisi ekologi yang berbeda-beda dan akan menyebabkan adanya perbedaan komposisi spesies, kelimpahan serta distribusinya dan erat hubungannya dengan persediaan makanan. 1

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Radjab (2003), menunjukan bahwa, Holothuroidea lebih menyukai perairan yang jernih dan airnya relatif tenang. Holothuroidea dapat ditemukan di daerah yang memiliki substrat yang berpasir, berlumpur, lamun, dan batu karang. Pada umumnya masing-masing spesies memiliki habitat yang spesifik, misalnya holothuroidea spesies Holothuria scabra sering ditemukan di daerah yang berpasir atau pasir berlumpur yang banyak ditumbuhi lamun. Holothuroidea memiliki manfaat secara ekonomis dan ekologis. Secara ekonomis holothuroidea dijadikan sebagai komoditi perikanan yang cukup potensial dan sebagai bahan makanan yang mengandung gizi tinggi yaitu adanya kadar protein yang tinggi 9,94%, karbohidrat 0,64%, kadar air 87,03% serta kandungan lemak daging holothuroidea 0,54%. Hal ini menunjukkan bahwa holothuroidea memiliki nilai gizi yang baik sebagai makanan (Karnila et al, 2011). Secara ekologis holothuroidea berfungsi membantu proses dekomposisi zat organik yang ada dalam sedimen, dan melepaskan atau menghasilkan nutrisi ke dalam rantai makanan. Holothuroidea merupakan komponen penting dalam rantai makanan di daerah terumbu karang dengan asosiasi ekosistemnya pada berbagai tingkat trofik, berperan penting sebagai pemakan deposit dan pemakan suspensi. Holothuroidea merupakan sumber pangan yang penting bagi beberapa spesies biota laut seperti udang- udangan (crustacea), ikan, dan moluska (Darsono, 2002). Holothuroidea merupakan salah satu hewan yang memiliki diversitas spesies yang cukup tinggi yaitu dengan kekayaan spesiesnya di perkirakan kurang lebih 2

1.200 spesies terutama tersebar di perairan dangkal. Diversitas spesies merupakan variasi bentuk penampilan dan sifat yang terlihat pada berbagai jenis organisme. Perbedaan antar spesies organisme dalam satu family lebih mencolok sehingga lebih mudah diamati, dari pada perbedaan antar individu dalam satu spesies. Diversitas spesies laut sangat bervariasi berdasarkan lokasi. Diversitas spesies bervariasi di antara daerah tropis dan dingin, misalnya terumbu karang dan padang lamun, diversitasnya sangat tinggi terutama untuk spesies moluska, kepiting, ikan, dan holothuroidea (Dahuri, 2003). Holothuroidea dibedakan dalam empat ordo yaitu Aspidochirotida, Dendrochirotida, Apodida dan Molpadiida. Spesies-spesies yang komersial, khususnya dari daerah tropika, termasuk dalam bangsa Aspidochirotida dari suku Holothuriidae dan Stichopodidae, meliputi marga Holothuria, Actinopyga, Bohadschia, Thelenota dan Stichopus. Penelitian yang dilakukan oleh Yusron dan Pitra (2004) menemukan komunitas holothuroidea di perairan pasang surut Kai Besar diwakili oleh 14 spesies dari ordo Aspidochirotida yang dikenal sebagai ordo holothuroidea khas perairan tropis. Holothuroidea tersebut seluruhnya merupakan anggota dari marga Holothuria (6 spesies), Stichopus (3 spesies), Bohadschia (3 spesies) dan Actinopyga (2 spesies) dan memiliki frekuensi kehadiran yang tinggi mendekati 100% di setiap lokasi. Komposisi spesies ini sesuai dengan daerah Indo-Pasifik bagian barat sebagai daerah yang terkaya akan holothuroidea dari marga Holothuria, Stichopus dan Actinopyga. Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki diversitas biota perairan yang bervariasi adalah Torosiaje. Wilayah 3

tersebut memiliki ekosistem terumbu karang, mangrove dan padang lamun, sehingga hal tersebut dapat diidentikasikan adanya variasi spesies. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan Oktober tahun 2013. Torosiaje memiliki luas wilayah ± 230 Ha (Badan Pusat Statistika, 2013). Secara administratif wilayah Torosiaje termasuk dalam kecamatan Popayato kabupaten Pohuwato yang mempunyai diversitas spesies invertebrata terutama holothuroidea. Pada umumnya masyarakat Torosiaje tinggal di atas perairan dengan ketinggian 3 4 meter dari permukaan air laut, aktivitas masyarakat Torosiaje sangat lekat dengan laut dan semua yang terkandung di dalamnya, yaitu aktivitas dari mulai bangun tidur hingga tertidur kembali dan salah satu contoh aktivitas yang sering dilakukan oleh masyarakat Torosiaje yaitu membuang sampah-sampah rumah tangga hanya ke laut. Hal ini disebabkan oleh desa Torosiaje merupakan desa yang jauh dari daratan sehingga tempat pembuangan sampahnya tidak teratur. Sampah yang dibuang ke laut tersebut akan terdaur secara alami sehingga akan menjadi detritus. Detritus ini merupakan partikel organik hasil dari proses penguraian sampah organik baik berasal dari tumbuhan seperti daun yang gugur ataupun hewan yang telah mati, ataupun feses. Salah satu contoh hewan yang pemakan detritus yaitu holothuroidea. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Diversitas Holothuroidea di Perairan Laut Torosiaje Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato. 4

1.2 Rumusan Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini yaitu Bagaimana diversitas holothuroidea di perairan laut Torosiaje kecamatan Popayato kabupaten Pohuwato? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui diversitas holothuroidea di perairan laut Torosiaje kecamatan Popayato kabupaten Pohuwato. 1.4 Manfaat Penelitian a. Memberikan informasi dalam mata kuliah Ekologi dan Zoologi Invertebrata. b. Informasi yang berguna bagi Pemerintah yang membutuhkan data mengenai kondisi lingkungan perairan Torosiaje kecamatan Popayato kabupaten Pohuwato. c. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi guna pelestarian ekosistem di perairan laut Torosiaje. d. Wawasan implementasi hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pembelajaran Biologi di sekolah yang digunakan sebagai preparat awetan dalam kegiatan praktikum dan sebagai inventarisasi laboratorium sekolah dan dapat dijadikan sebagai penunjang atau referensi dalam kegiatan pembelajaran teori maupun praktikum di sekolah. 5