BAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. populasi dalam negara yang berbeda. Asma bronkial menyebabkan kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB 1 PENDAHULUAN. udara termasuk oksigen. Secara alamiah paru-paru orang yang tinggal di

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco Survey

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum

BAB I PENDAHULUAN. Tes fungsi paru dilakukan untuk menilai kondisi paru seseorang. Tes fungsi

LAMPIRAN. 1. Personil Penelitian 1. Ketua Penelitian Nama : dr. Cherie Nurul F Lubis Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sudah mulai menjadi

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN VOLUME PARU PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN SKRIPSI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 2 Tinjauan Pustaka. Sesuai dengan mekanisme kerja antara volume dan aliran udara paru (flow -

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menerus, maka akan terjadi perubahan pada fungsi paru-paru mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

I. PENDAHULUAN. tidak banyak melakukan aktivitas fisik dan menata pola makan agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek

I Ketut Darmayasa Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Jalan Kesehatan Denpasar ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi sindrom metabolik sangat bervariasi, disebabkan karena

PEMERIKSAAN FAAL PARU

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kematian mencapai korban jiwa. 3 Sekitar 80% keracunan. dilaporkan terjadi di negara-negara sedang berkembang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

SKRIPSI PENGARUH TEKNIK PERNAPASAN BUTEYKO TERHADAP SKOR KONTROL ASMA DI POLIKLINIK PARU RSUD WANGAYA

: CINDY AUDINA PRADIBTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

T E S I S HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DAN NILAI FAAL PARU VEP 1 DAN KVP CHERIE NURUL FARIED LUBIS / IKA

Sri Wahyu Basuki, Anita Sari Nurdi Atmaji, Dedik Hartono, dan Sigit Widyatmoko

Indikasi Pemeriksaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

commit to user BAB V PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

ABSTRAK. PENGARUH TEH HIJAU (Camellia sinensis L.)TERHADAP VOLUME EKSPIRASI PAKSA detik pertama (VEP 1 ) LAKI-LAKI DEWASA NORMAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. The United Nation Environment Programme memperkirakan 1.1 juta orang per

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fisik secara rutin seperti berolahraga. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernapasan merupakan sistem yang sangat penting dalam tubuh manusia. 17 Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

Tingginya Paparan Asap Rokok di Dalam Rumah pada Balita Oleh : Septian Emma Dwi Jatmika, M.Kes Muchsin Maulana, S.KM., M.PH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga

Transkripsi:

BAB 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang: Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa anak anak karena masa perkembangan dan maturasi fungsi paru dimulai sebelum lahir. Berat badan lahir menjadi salah satu faktor perinatal atau indikator perkembangan fetal dan maturasi. 1,2 Faktor perinatal berhubungan dengan gejala respiratorik dan nilai fungsi paru dalam kehidupan selanjutnya. Pada studi kasus kontrol di Belanda menunjukan meningkatnya prevalensi gejala respiratorik dan penurunan nilai fungsi paru pada anak usia sekolah dan remaja dengan riwayat berat badan lahir rendah (BBLR). 3 Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) prevalensi berat badan lahir rendah di Indonesia tahun 1986 sampai 1999 adalah sekitar 7 sampai 16%. Menurut World Health Organization (WHO) prevalensi BBLR secara global hingga saat ini masih tetap berada di kisaran 20% dari seluruh bayi yang lahir hidup setiap tahunnya. 4 Studi di Inggris mendapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan lahir rendah dan nilai Volume Ekspirasi Detik Pertama (VEP1) atau Forced Expiratory Volume in one second (FEV1) pada usia 7 tahun. Penurunan fungsi paru pada bayi baru lahir dapat menjadi prediksi akan terjadinya wheezing selama tahun pertama dan tahun ketiga 5

kehidupannya. 6 Pengaruh gangguan respiratorik masa anak anak dan remaja seperti asma, infeksi saluran nafas dan berat badan lahir rendah dapat mempengaruhi kesehatan paru di masa perkembangan selanjutnya telah diteliti sebelumnya. 7,8 Studi di Amerika menunjukkan bahwa berat badan lahir rendah mempengaruhi perkembangan fungsi paru pada usia 14 tahun dan 49 sampai 51 tahun. Studi lain menyatakan faktor risiko seperti bronkitis, asma dan pneumonia mempengaruhi fungsi paru usia 12 sampai lebih dari 13 tahun. Masih belum ada studi yang jelas mengenai kapan terjadi penurunan fungsi paru ini apakah di usia awal, usia menengah atau usia selanjutnya. Fungsi paru sendiri akan mencapai maksimal pada usia 18 sampai 25 tahun. Studi kohort di Inggris menunjukan berat badan lahir rendah serta riwayat bronkitis kronis, pneumonia atau bronkiolitis pada saat bayi akan menyebabkan penurunan fungsi paru dibandingkan kelompok berat badan lahir normal. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan riwayat pneumonia sebelum usia 2 tahun dengan penurunan fungsi paru dimana jenis kelamin laki laki mengalami penurunan fungsi paru yang lebih berat dibandingkan dengan perempuan. Studi lain di Inggris menunjukkan riwayat pneumonia dan bronkitis sebelum usia 2 tahun berhubungan dengan penurunan nilai VEP1 dan Kapasitas Vital Paksa (KVP) atau Forced Vital Capacity (FVC). 9 Namun 7 9

belum ada penelitian di Indonesia mengenai riwayat berat badan lahir rendah yang mempengaruhi nilai faal paru VEP1 dan KVP pada usia 13 sampai 14 tahun.

1.2. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara berat badan lahir rendah dengan nilai faal paru VEP1 dan KVP 1.3 Hipotesis: Terdapat hubungan antara berat badan lahir rendah dengan nilai faal paru VEP1 dan KVP 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.2 Tujuan umum : Untuk mengetahui hubungan antara berat badan lahir rendah dengan nilai faal paru VEP1 dan KVP 1.4.3 Tujuan Khusus: 1.4.3.1 Mengetahui hubungan berat badan lahir dengan terjadinya kelainan paru respiratorik obstruktif dan restriktif 1.4.3.2 Mengetahui faktor risiko yang menyebabkan penurunan fungsi paru

1.5 Manfaaat penelitian 1. Di bidang akademik/ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang respirologi anak, khususnya dalam hal hubungan berat badan lahir rendah dengan nilai faal paru VEP1 dan KVP 2. Di bidang pelayanan masyarakat: meningkatkan pelayanan kesehatan anak dan remaja, khususnya pelayanan di bidang respirologi anak. 3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan masukan terhadap bidang respirologi anak, khususnya dalam hal hubungan berat badan lahir rendah dengan nilai faal paru VEP1 dan KVP pada usia 13 sampai 14 tahun dan dapat menjadi prediktor fungsi paru pada saat dewasa.