BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) Triwulan IV Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2014

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Papua Triwulan III 2015

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL (IMK) & INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) PROVINSI GORONTALO TRIWULAN I TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Triwulan III Provinsi Riau

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2011

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL (IMK) & INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) PROVINSI GORONTALO TRIWULAN I TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor wirausaha dalam negeri dikatakan cukup baik. Hal ini

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2011

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECILTRIWULAN IV TAHUN 2015 PROVINSI RIAU

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL (IMK) & INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) PROVINSI GORONTALO TRIWULAN IV TAHUN 2016

No. 43/08/94/ Th. V, 3 Agustus 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECILTRIWULAN III TAHUN 2015 PROVINSI RIAU

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECILTRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI RIAU

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN I TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2014 PROVINSI RIAU

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2013


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2012

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG, DAN INDUSTRI MIKRO KECIL PROVINSI ACEH TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL (IMK) & INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) PROVINSI GORONTALO TRIWULAN IV TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG DAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL PROVINSI SUMATERA BARAT TRIWULAN IV TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG, DAN INDUSTRI MIKRO KECIL PROVINSI ACEH TRIWULAN I TAHUN 2016

No. 05/02/81/Th.VI, 2 Pebruari 2015

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG, DAN INDUSTRI MIKRO KECIL PROVINSI ACEH TRIWULAN IV TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG, DAN INDUSTRI MIKRO KECIL PROVINSI Aceh TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN II 2017 PROVINSI RIAU :

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG, DAN INDUSTRI MIKRO KECIL PROVINSI Aceh TRIWULAN III TAHUN 2015

BPS PROVINSI JAWA TIMUR


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2016

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL (IMK) & INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) PROVINSI GORONTALO TRIWULAN I TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN IV TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II 2017

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN jiwa (Central Intelligence Agency (CIA),2017). Indonesia merupakan

I. PERTUMBUHAN (q to q) PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2015 DI JAWA TENGAH

2015 PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan nasional adalah

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN II-2016

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I TAHUN 2017

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG, DAN INDUSTRI MIKRO KECIL PROVINSI ACEH TRIWULAN I TAHUN 2017

Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Bab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2013

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I TAHUN 2014

Triwulan III Tahun 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN III 2016 PROVINSI RIAU :

No. 05/08/81/Th.VII, 1 Agustus 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN IV TAHUN 2011

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2015

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) serta Industri Mikro dan Kecil (IMK) Kalimantan Barat Triwulan III Tahun 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I TAHUN 2016


PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini sektor industri merupakan salah satu penggerak utama dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Meningkatnya kemampuan sektor industri merupakan bagian terpenting bagi peningkatan potensi ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari peranannya dalam penyediaan kesempatan kerja dan lebih mampu bertahan terhadap krisis ekonomi, karena karakteristiknya yang fleksibel dan banyak memanfaatkan sumber daya lokal. Sementara itu, pengertian industri itu sendiri adalah sekumpulan atau gabungan dari beberapa perusahaan yang memproduksi barang sejenis tertentu di cakupan wilayah tertentu. Industri juga dibagi kedalam tiga jenis yaitu, industri besar, industri sedang, dan industri kecil. Perkembangan industri-industri yang dimaksud diatas, kini semakin meningkat sehingga mengakibatkan adanya persaingan yang semakin ketat. Sebagian besar, suatu perusahaan atau industri memiliki tujuan yang sama yakni berorientasi untuk mendapatkan sejumlah keuntungan semaksimal mungkin. Dalam kondisi tersebut, perkembangan industri kecil atau yang sering kita sebut sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki kontribusi yang cukup penting dalam perekonomian. Kemampuannya untuk tetap bertahan dimasa krisis ekonomi merupakan bukti bahwa sektor UMKM ini merupakan bagian dari industri yang kuat. Keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh nilai tambah, kesempatan kerja dan pemerataan kesempatan berusaha, sehingga industri makin efektif menjadi penggerak utama dalam perekonomian. Pertumbuhan industri dapat berlangsung dengan baik apabila didukung oleh beberapa faktor. Selain faktor teknologi industri, dukungan dan peran serta masyarakat pun tidak kalah pentingnya. Masyarakat yang berada di 1

2 sekitar wilayah industri dibina dan dipersiapkan untuk menerima kehadiran dan kelanjutan adanya suatu industri. Berdasarkan penjelasan diatas, pengembangan terhadap sektor swasta merupakan suatu hal yang tidak diragukan lagi perlu untuk dilakukan. UKM (Usaha Kecil Menengah) memiliki peran penting dalam pengembangan usaha di Indonesia, khususnya di Kota Bandung. UKM juga merupakan cikal bakal dari tumbuhnya usaha besar. Hampir semua usaha besar berawal dari UKM. UKM harus terus ditingkatkan dan dapat berperan aktif agar dapat maju dan bersaing dengan perusahaan besar. Jika tidak, UKM di Indonesia, khususnya di Kota Bandung yang merupakan jantung perekonomian Indonesia tidak akan bisa maju dan berkembang. Tabel 1.1 Jumlah Pengusaha Kecil, Menengah, Besar di Kota Bandung Tahun 2009 2012 Pengusaha No. Periode/Tahun Kecil (Orang) Menengah (Orang) 1. 2009 3.119 663 406 Besar (Orang) 2. 2010 1.187 308 179 3. 2011 1.187 308 182 4. 2012 1.187 308 183 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat (Data Diolah) Merujuk pada tabel 1.1 diatas, terlihat bahwa jumlah pengusaha di Kota Bandung semakin menurun dari tahun ke tahun, baik itu pengusaha kecil, menengah, dan besar. Penurunan yang paling menonjol terlihat pada jumlah pengusaha kecil, dari tahun 2009 ke tahun 2010, jumlah semula yaitu pada tahun 2009 sebanyak 3.119 pengusahaturun menjadi 1.187 pengusaha pada tahun 2010-2012. Sama hal nya dengan pengusaha menengah dan pengusaha besar, jumlah pengusaha tersebut turun dari tahun 2009 ke tahun 2010-2012. Pada tabel terlihat jumlah pengusaha menengah pada tahu 2009 yaitu 663 pengusaha turun menjadi 308 pengusaha pada tahun 2010-2012.

3 Sementara untuk jumlah pengusaha besar, terjadi penurunan dan peningkatan dari tahun 2009-2012. Berdasarkan tabel terlihat jelas, pada tahun 2009 jumlah pengusaha sebanyak 406 pengusaha, turun menjadi 179 pengusaha pada tahun 2010. Kemudian terjadi peningkatan pada tahun 2011 menjadi 182 pengusaha dan pada tahun 2012 menjadi 183 pengusaha. Dalam konsep Usaha Kecil Menengah (UKM), terdapat kategori industri kreatif (cinderamata). Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, mendefinisikan industri kreatif sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, industri kerajinan cinderamata dapat digolongkan kedalam : (1) Industri Pakaian Jadi, (2) Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki, (3) Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur), (4) Industri Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya, (5) Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman. Ada beberapa sentra industri kreatif yang tergolong industri kerajinan cinderamata di kota Bandung yaitu Sentra Kerajinan Cinderamata Keramik yang terletak di Jalan Kebon Jayanti Bandung, Sentra Industri Aksesoris Pakaian Anak Pagarsih yang terletak di Jalan Pagarsih, Gang Pasantren, kecamatan Bojongloa Kaler Bandung, dan Sentra Industri Percetakan Pagarsih yang terletak di Jalan Pagarsih Kecamatan Astana Anyar Bandung. Yang pertama, Sentra Kerajinan Cinderamata Keramik yang terletak di Jalan Kebon Jayanti Bandung. Fokus sentra ini adalah produksi keramikkeramik yang berupa guci atau hiasan seperti hiasan piring atau stonewear. Menurut salah satu pengusaha yaitu Bapak Oma Rukman (67) yang mulai terjun sebagai perajin pada tahun 1970 menyatakan dari satu pengrajin, keramik yang

4 dihasilkan bisa mencapai 300 buah hiasan kecil dan sekitar 25 buah hiasan guci besar per minggu. Yang kedua, Sentra Industri Aksesoris (Handycraft) Pagarsih. Fokus sentra ini adalah memproduksi aksesoris dan berbagai macam jenis pakaian anak umur 1 5 tahun. Di sentra ini terdapat 9 pengusaha pakaian anak. Kapasitas produksi per tahunnya sebanyak 852.200 lusin dengan nilai investasi Rp. 2,319 Milyar dan menyerap tenaga pekerja sebanyak 186 Orang. Yang ketiga, Sentra Industri Percetakan Pagarsih. Fokus sentra ini adalah memberikan jasa percetakan untuk berbagai macam souvenir baik berupa gift card, kartu ucapan terimakasih dalam pernikahan, dll. Terdapat 36 pengusaha jasa percetakan. Kapasitas produksi per tahunnya sebanyak 11.900 Rim dengan nilai investasi Rp. 1,485 Milyar dan menyerap tenaga pekerja sebanyak 68 Orang. Namun, setelah melakukan wawancara kepada beberapa pengusaha di ketiga sentra industri kreatif tersebut, ternyata ketiga industri kreatif ini mengalami penurunan pertumbuhan pendapatan setiap bulannya. Berbagai macam faktor menjadi penyebab turunnya omset usaha yang mengakibatkan penurunan pendapatan penggusaha di ketiga sentra tersebut. Yang pertama, Sentra Kerajinan Cinderamata Keramik yang terletak di Jalan Kebon Jayanti Bandung. Dalam wawancara dengan salah satu pengusaha yaitu Bapak Oma Rukman, beliau menyatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menyerang berbagai sektor industri tak terkecuali keramik. Hal ini menyebabkan biaya bahan baku tanah liat dan minyak tanah melonjak yang menyebabkan ketidakstabilan pendapatan pengusaha. Bahkan sejak BBM naik, sebanyak 75 persen perajin keramik di Kiaracondong bangkrut. Yang kedua, Sentra Industri Aksesoris (Handycraft) Pagarsih. Dalam wawancara yang dilakukan dengan salah satu pengusaha yang waktu usahanya paling lama yakni 13 tahun yaitu Ibu Neneng di tokonya yang bernama Toko Mentari, beliau menyatakan bahwa semenjak kenaikan harga BBM dan menjelang waktu puasa, biaya transportasi untuk pengiriman bahan baku meningkat, hal ini mengakibatkan pendapatan pengusaha di sentra ini merosot.

5 Yang ketiga, Sentra Industri Percetakan Pagarsih. Wawancara pada industri ini dilakukan pada pengusaha yang omsetnya cenderung besar dan lama waktu usahanyapun sudah 10 tahun yaitu Bapak Philip (Toko Pelita Jaya) dan Bapak Buyung (Toko Sinar Pelita). Hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa menjelang bulan puasa sentra ini cenderung mengalami penurunan pendapatan. Serta biaya perawatan peralatan dan mesin-mesin pun cenderung meningkat, sehingga pengusaha pada sentra industri percetakan pagarsih ini harus membagi antara pos untuk pendapatan dan pos untuk biaya operasional usaha yang mereka lakukan. Dibawah ini adalah deskripsi menurunnya pertumbuhan pendapatan pengusaha-pengusaha pada ketiga sentra diatas yaitu Sentra Kerajinan Keramik Kebon Jayanti, Sentra Industri Pakaian Jadi Anak Pagarsih, dan Sentra Industri Percetakan Pagarsih. Agar lebih jelas berikut dideskripsikan dalam sebuah tabel : Tabel 1.2 Pertumbuhan Pendapatan Pada Pengusaha Industri Kreatif Cinderamata di Kota Bandung Nama Sentra Industri Kreatif 1. Sentra Kerajinan Keramik Kebon Jayanti 2. Sentra Industri Aksesoris (Handycraft) Pagarsih 3. Sentra Industri Percetakan Pagarsih Pendapatan Pengusaha per April 2013 Pendapatan Pengusaha Per Mei 2013 Pendapatan Pengusaha Per Juni 2013 Rp. 82.500.000 Rp. 81.000.000 Rp. 78.750.000 Rp. 30.000.000 Rp. 27.000.000 Rp. 22.500.000 Rp. 38.000.000 Rp. 36.000.000 Rp. 30.000.000 Sumber : Pra penelitian terhadap pengusaha di ketiga sentra industri kreatif (Data Diolah) Pertumbuhan Pendapatan (%) April Mei = 1,8% Mei Juni = 2,7% April Mei = 10% Mei Juni = 16% April Mei = 5,2% Mei Juni = 11% Merujuk pada tabel 1.2 tentang pertumbuhan pendapatan pengusaha di ketiga industri diatas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan ketiga sentra industri tersebut mengalami penurunan dalam pertumbuhan pendapatan. Data ini didapat dari wawancara kepada beberapa pengusaha yaitu masing-masing 5 orang

6 pengusaha pada setiap sentra, kecuali di sentra kerajinan keramik kebon jayanti, wawancara hanya dilakukan pada tiga orang pengusaha. Dalam tabel tersebut diketahui bahwa pengusaha sentra kerajinan keramik kebon jayanti mengalami penurunan pertumbuhan pendapatan. Pada bulan April 2013 Mei 2013 pertumbuhan pendapatan sebesar 1,8%. Namun pada bulan Mei 2013 Juni 2013 pertumbuhan pendapatan turun pada level 2,7%. Dapat diketahui pula pengusaha pada sentra aksesoris (Handycraft) pagarsih pun mengalami penurunan pertumbuhan pendapatan. Pada bulan April 2013 Mei 2013 pertumbuhan pendapatan sebesar 10%. Namun pada bulan Mei 2013 Juni 2013 pertumbuhan pendapatan turun pada level 16,6%. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui pula bahwa pengusaha pada sentra percetakan pagarsih mengalami hal yang sama yaitu penurunan pertumbuhan pendapatan. Pada bulan April 2013 Mei 2013 pertumbuhan pendapatan sebesar 5,2%. Namun pada bulan Mei 2013 Juni 2013 pertumbuhan pendapatan turun pada level 11%. Pada dasarnya semua pengusaha ingin meningkatkan pendapatan maksimum yang biasanya dilakukan melalui penjualan produknya. Banyak faktor yang menyebabkan turunnya pendapatan usaha diantaranya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan diantaranya biaya promosi, lokasi usaha, kurangnya kreativitas dan diferensiasi. Selain itu menurut hasil wawancara dengan pengusaha Kerajinan Cinderamata tersebut faktor yang diduga mempengaruhi penurunan pendapatan adalah akibat kurangnya memiliki sikap kreatif dan inovatif pada perkembangan produknya. Dengan adanya pengembangan produk yang bervariatif akan membuat harapan terhadap minat konsumen. Ketertarikan konsumen terhadap produk yang bervariatif akan sangat mempengaruhi volume penjualan. Oleh karena itu dengan kurangnya kreatifitas pengusaha dalam diferensiasi produknya menyebabkan industri ini lemah dalam variasi produk yang ditawarkannya. Berdasarkan pemaparan diatas penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Perilaku Kewirausahaan dan Diferensiasi

7 Produk Terhadap Pendapatan Kreatif Cinderamata di Kota Bandung). (Survey Terhadap Pengusaha Industri 1.2 Rumusan Masalah Merujuk pada latar belakang masalah diatas, terlihat bahwa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan. Setiap pengusaha menginginkan usaha yang dijalankannya memperoleh keuntungan yang besar. Pada umumnya setiap industri memiliki permasalahan yang kompleks mulai dari permodalan, harga jual, diferensiasi produk, perilaku kewirausahaan, persaingan, lokasi usaha dan sebagainya. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha di atas, penulis membatasi beberapa permasalahan yang akan diteliti, diantaranya yaitu perilaku kewirausahaan dan diferensiasi produk. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis mengemukakan perumusan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan pendapatan Pengusaha Industri Kreatif Cinderamata di Kota Bandung? 2) Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kreatif Cinderamata di Kota Bandung? 3) Bagaimana pengaruh diferensiasi produk terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kreatif Cinderamata di Kota Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan, diferensiasi produk dan pendapatan Pengusaha Industri Kreatif Cinderamata di Kota Bandung.

8 2) Untuk mengetahui pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kreatif Cinderamata di Kota Bandung. 3) Untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk terhadap pendapatan Pengusaha Industri Kreatif Cinderamata di Kota Bandung. 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi mikro, khususnya terkait dengan perilaku kewirausahaan dan diferensiasi produk guna meningkatkan pendapatan pengusaha. 2) Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran serta informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha Pengusaha Industri Kreatif Kerajinan Cinderamata di Kota Bandung. Juga dapat memberikan masukan bagaimana seorang pengusaha pakaian jadi anaka ini mampu mempertahankan maupun meningkatkan pendapatannya.