BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. terhadap transfer of tacit knowledge dalam pembentukan non-financial business

BAB V PENUTUP. Kesimpulan dari penelitian mengenai analisis pengaruh Organizational

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya lokal dan proses produksi sederhana yang produknya dijual secara lokal telah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategi suatu organisasi. Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar (learning organization) yang mampu bertahan dan memenangkan

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UKM juga berperan dalam perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM). Kurang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan yang begitu cepat dan persaingan yang semakin ketat menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, salah satunya bidang yang

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi sebesar 2 persen terhadap produk domestik bruto (Grafik

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan Daya Saing UMKM, Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis, Vol. 10 No. 2 Oktober 2013, hal..

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya berakibat pada krisis keuangan namun juga berakibat pada krisis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Kesimpulan Deskripsi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis telah memasuki era persaingan bebas, di mana persaingan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat. Kecenderungan kesuksesan perusahaan perbankan secara umum senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. sistem informasi yang berbasis teknologi. Dalam penelitian Astuti dan Suryanawa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. penulisan. Pada latar belakang dibahas mengenai isu-isu yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesaing. Dalam upaya pertahanan diri, perusahaan berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan para

PENGEMBANGAN MODEL DAYA SAING UNTUK PERUSAHAAN KECIL MENENGAH DI ANTARA INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh:

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru dalam struktur perekonomian dunia antara lain ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya membeli barang

BAB I PENDAHULUAN. ada dibelakangnya. Sebuah perusahaan akan memiliki kinerja yang berbeda pada

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat

PENGEMBANGAN UMKM MENGHADAPI EKONOMI GLOBAL

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. dampak adalah semakin ketatnya kompetisi di beberapa sektor industri.

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada

BAB I PENDAHULUAN. keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan ini untuk mengembangkan usahanya, termasuk negara Indonesia. Di

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerja karyawan secara individual serta diharapkan akan

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran A : Daftar Pertanyaan. Lampiran B : Transkrip Wawancara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari segi aktiva berwujudnya tetapi perusahaan mulai melihat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Dengan adanya persaingan tersebut,

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Dengan adanya sektor UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM juga telah terbukti menjadi pilar perekonomian yang tangguh di Indonesia. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 yang lalu, banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi, akan tetapi sektor UKM terbukti tangguh dan memiliki daya tahan yang relatif kuat dalam menghadapi krisis tersebut (Kemenkeu, 2015). Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang UMKM nya menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu. Hal ini bisa dilihat dari jumlah perusahaan kecil lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan menengah dan besar di Provinsi Sumatera Barat. Jumlah perusahaan menengah dan besar yang bertahan di Sumatera Barat hanya 0,74 % dari jumlah seluruh perusahaan di Sumatera Barat, sementara jumlah Usaha Kecil Menengah mencapai 99,26% (Badan Pusat Statistik, 2011). UKM di Sumatera Barat mengalami perkembangan yang cukup fluktuatif. Hal ini tergambar dari jumlah usaha mikro yang mengalami peningkatan pada tahun 2014 dan usaha kecil mengalami penurunan pada tahun 1

2014 dan 2015. Berikut merupakan tabel jumlah industri mikro dan kecil di Sumatera Barat. Tabel 1.1 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013-2015 (Unit) Jenis Usaha 2013 2014 2015 Usaha Mikro 57.987 71.413 63.409 Usaha Kecil 8.007 5.107 4.288 Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah) (2016) Salah satu bentuk UKM yang berkembang pesat saat ini adalah UKM yang bergerak disektor kuliner. Sektor industri makanan dan minuman berkontribusi sebesar 31,20% terhadap produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas. Sedangkan industri nonmigas berkontribusi sebesar 86,89% terhadap industri pengolahan atau sebesar 21,02% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (Republika, 2016). Menteri Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam tempo.co (2015), menilai sektor kuliner memiliki potensi untuk menjadi salah satu penyumbang terbesar pendapatan nasional dari bidang ekonomi kreatif. Bisnis kuliner adalah jenis usaha yang akan selalu laris sepanjang masa karena makanan merupakan kebutuhan pokok yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Kategori bisnis kuliner mulai dari makanan ringan, minuman, hingga makanan pokok. Semua kategori di bisnis kuliner ini memiliki potensi berkembang yang cukup besar (Tribun News, 2016). Persaingan bisnis di lingkup usaha kecil dan menengah untuk bisnis kuliner ini umumnya lebih ketat daripada usaha kuliner skala besar. Hal ini karena banyaknya pemain baru, tidak adanya entry dan exit barrier, serta bahan baku yang mudah dicari. 2

UKM sektor kuliner di Kabupaten Tanah Datar memiliki jumlah 143 unit di tahun 2015. Pada tahun 2012 sampai 2014, UKM sektor kuliner di Kabupaten Tanah Datar memiliki jumlah yang tetap yaitu 140 unit. Sedangkan jumlah UKM sektor kuliner di Kota Batusangkar pada tahun 2015 yaitu 83 unit (Badan Pusat Statistik, 2016). Pada suatu organisasi termasuk UKM diperlukan penilaian kinerja. Hal ini penting dilakukan karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan organisasi dalam mencapai misinya. Berkaitan dengan kinerja organisasi atau perusahaan, pengukuran kinerja organisasi dapat dilakukan dengan melihat dua aspek penting yaitu financial performance indicator dan non financial performance indicator (Shiaw, May & Yin, 2015). Crabtree dan DeBusk (2008) menyatakan bahwa ukuran non financial performance indicator lebih berguna untuk memprediksikan kinerja masa depan serta memfasilitasi kinerja organisasi. Namun hingga saat ini pengukuran kinerja hanya berfokus pada hasil akhir yaitu keuntungan finansial tanpa melibatkan faktor lainnya. Hal ini dianggap sebagai pendekatan yang masih tradisional yang mengukur kinerja melalui perspektif keuangan, sedangkan perspektif non-keuangan masih terabaikan. Suatu organisasi akan menghasilkan output yang optimal apabila memiliki tangible dan intangible asset (David, 2002). Tangible asset dapat berupa infrastruktur fisik, mesin dan material, sedangkan intangible asset dapat berupa sumber daya manusia dan pengetahuan. Menurut Nonaka dan Tekeuchi (1995), organisasi tidak akan dapat meningkatkan kinerja dalam jangka panjang serta memperoleh keunggulan bersaing yang berkelanjutan, jika hanya fokus pada 3

tangible asset. Fernandez dan Sabherwal (2010) menyatakan dalam penelitiannya bahwa manajemen pengetahuan memiliki beberapa manfaat terhadap karyawan, proses, produk, serta kinerja organisasi. Pengaruh tidak langsung manajemen pengetahuan pada kinerja organisasi yaitu membantu organisasi untuk mengembangkan serta mengeksploitasi sumber daya tangible dan intangible lebih baik daripada kompetitor lain. Knowledge memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan kemampuan inovasi dan kualitas kinerja organisasi (Sparrow, 2001). Pengetahuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge (Nonaka, 2002). Selama tahun terakhir aliran dan komunikasi pengetahuan antara individu lebih susah dan ada beberapa hambatan. Dengan meningkatnya penemuan ilmiah, produk dan proses dalam organisasi yang lebih rumit, atau pengetahuan intensif, orang mengandalkan keterampilan lebih dalam dari sebelumnya. Pengetahuan telah menjadi aset (Alvesson, 2002) dan karena itu harus dilindungi dan diperlakukan dengan hati-hati. Pengetahuan juga telah menjadi isu yang relevan dalam bisnis terutama bagian tacit meminta banyak perhatian (Canale, 2011). Tacit knowledge adalah knowledge dari para pakar, baik individu maupun masyarakat, serta pengalaman mereka. Tacit knowledge bersifat sangat personal dan sulit dirumuskan sehingga membuatnya sangat sulit untuk dikomunikasikan atau disampaikan kepada orang lain. Perasaan pribadi, intuisi, bahasa tubuh, pengalaman fisik serta petunjuk praktis (rule-of-thumb) termasuk dalam jenis tacit knowledge (Cahyani, 2016). Pengetahuan individu diperlukan untuk 4

mengembangkan basis pengetahuan organisasi. Kemampuan serta kesediaan individu untuk mentransfer pengetahuan mempengaruhi efektivitas dan proses dari transfer pengetahuan. Upaya untuk mengelola dan mentransfer tacit knowledge ini dilakukan dengan beberapa metode sehingga tacit knowledge yang awalnya sulit dikomunikasikan bisa diterima dan dimengerti oleh orang lain (Canale, 2011). Tacit knowledge bersifat personal,dikembangkan melalui pengalaman yang sulit untuk diformulasikan dan dikomunikasikan (Carrillo et al.,2005). Berdasarkan pengertian tersebut, maka tacit knowledge dikategorikan sebagai personal knowledge atau dengan kata lain pengetahuan yang diperoleh dari individu. Personal knowledge yang meliputi pengalaman seseorang, kemampuan menyerap, kemampuan belajar, dan kemampuan personal menjadi salah satu faktor bagi individu dalam organisasi untuk mengetahui dengan jelas peran dan tanggung jawab masing-masing dalam mengelola pengetahuan dan menjalankan proses knowledge management (mempelajari, meningkatkan, atau mengalirkan pengetahuan). Karena setiap individu memiliki pengetahuan, kemampuan serta pengalaman yang berbeda, maka kualitas kinerja yang dihasilkan juga akan berbeda (Zarkowi & Widiartanto, 2016). Kombinasi antara sumber daya, kapabilitas, dan pengetahuan yang tepat dan terus berkembang untuk merespon perubahan-perubahan pasar dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan kinerja usaha atau bisnis yang lebih tinggi (Ilmiyah, 2015). Implementasi knowledge management memberikan tantangan tersendiri bagi UKM karena memerlukan waktu dan usaha sebelum diperoleh return atas 5

investasi yang dilakukan, padahal di sisi lain UKM memiliki keterbatasan sumber daya, baik sumber daya waktu, keuangan, maupun Sumber Daya Manusia (SDM). Tantangan lainnya bagi UKM yang mengimplementasikan knowledge management adalah kebanyakan pengetahuan yang ada pada UKM bersifat tacit dan tidak akan pernah menjadi explicit. Pengetahuan tersebut akan tetap menjadi tacit knowledge karena ketiadaan waktu untuk mengubahnya menjadi explicit knowledge.untuk mengatasinya, UKM dapat mengembangkan budaya berbagi pengetahuan (knowledge sharing) serta transfer pengetahuan (knowledge transfer) dan selalu memiliki pemahaman bahwa aset utama organisasi adalah SDM (Astuti & Kusumawijaya, 2013). Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul: Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Transfer of Tacit Knowledge dalam Pembentukan Non-Financial Business Performance (NFPI) pada UKM Sektor Kuliner di Kota Batusangkar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh organizational sebagai bagian dari faktor pembentuk transfer of tacit knowledge pemilik atau pengelola terhadap pencapaian dan non-financial business performance pada UKM sektor kuliner di Kota Batusangkar? 6

2. Bagaimana pengaruh organizational sebagai bagian dari faktor pembentuk transfer of tacit knowledge karyawan terhadap pencapaian dan kuliner di Kota Batusangkar? 3. Bagaimana pengaruh human sebagai bagian dari faktor pembentuk transfer of tacit knowledge pemilik atau pengelola terhadap pencapaian dan kuliner di Kota Batusangkar? 4. Bagaimana pengaruh human sebagai bagian dari faktor pembentuk transfer of tacit knowledge karyawan terhadap pencapaian dan kuliner di Kota Batusangkar? 5. Bagaimana pengaruh trust sebagai bagian dari faktor pembentuk transfer of tacit knowledge pemilik atau pengelola terhadap pencapaian dan kuliner di Kota Batusangkar? 6. Bagaimana pengaruh trust sebagai bagian dari faktor pembentuk transfer of tacit knowledge karyawan terhadap pencapaian dan nonfinancial business performance pada UKM sektor kuliner di Kota Batusangkar? 7

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh organizational sebagai bagian dari faktor pembentuk transfer of tacit knowledge pemilik atau pengelola terhadap pencapaian dan non-financial business performance pada UKM sektor kuliner di Kota Batusangkar. 2. Untuk mengetahui pengaruh organizational sebagai bagian dari faktor pembentuk transfer of tacit knowledge karyawan terhadap pencapaian dan kuliner di Kota Batusangkar. 3. Untuk mengetahui pengaruh human sebagai bagian dari faktor pembentuk transfer of tacit knowledge pemilik atau pengelola terhadap pencapaian dan kuliner di Kota Batusangkar. 4. Untuk mengetahui pengaruh human sebagai bagian dari faktor pembentuk transfer of tacit knowledge karyawan terhadap pencapaian dan kuliner di Kota Batusangkar. 5. Untuk mengetahui pengaruh trust sebagai bagian dari faktor pembentuk transfer of tacit knowledge pemilik atau pengelola terhadap pencapaian dan kuliner di Kota Batusangkar. 8

6. Untuk mengetahui pengaruh trust sebagai bagian dari faktor pembentuk transfer of tacit knowledge karyawan terhadap pencapaian dan kuliner di Kota Batusangkar. Dengan tujuan tersebut hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai aspek, baik itu aspek teoritis maupun aspek praktis. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi akademisi dan peneliti Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan maupun referensi bagi peneliti dalam meneliti hubungan antara faktor-faktor transfer of tacit knowledge dalam non-financial business performance UKM khususnya UKM yang bergerak di sektor kuliner. 2. Bagi UKM Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang menyangkut faktor-faktor transfer of tacit knowledge dalam non-financial business performance. 3. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi dan digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan kebijakan mengenai peningkatan kapasitas institusi UKM serta membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi terutama sektor UKM di Kota Batusangkar. 9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian untuk faktor-faktor transfer of tacit knowledge dibatasi pada tiga faktor yaitu organizational, human, dan trust. Faktor informational technology tidak dianalisa karena pada umumnya UKM sektor kuliner di Kota Batusangkar tidak menggunakan informational technology dalam menjalankan bisnisnya. Selain itu, penelitian terdahulu mengenai transfer of tacit knowledge memiliki objek pada virtual organization. Sedangkan ruang lingkup penelitian untuk non-financial business performance dibatasi pada dua dimensi yaitu management and human resourch serta product and service quality. Brand awareness tidak dianalisa karena sampel brand awareness merupakan konsumen. Namun objek penelitian ini adalah organisasi yaitu UKM sektor kuliner di Kota Batusangkar. 1.6 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Literatur Bab ini berisikan landasan teori, pengembangan hipotesis dan penelitian terdahulu, serta kerangka pemikiran. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisikan desain penelitian, populasi sampel dan teknik pengambilan sampel, sumber data dan metode pengumpulan data, defenisi operasional variabel, serta teknik analisis data. 10

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab ini berisikan analisis pengambilan kuesioner, gambaran umum identitas responden, gambaran umum identitas perusahaan, deskripsi variabel penelitian, pengujian data, serta pembahasan dan implikasi. Bab V Penutup Bab ini berisikan kesimpulan, implikasi penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran. 11