PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquepts Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

Efisiensi Pemupkan Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung di Gowa Sulawesi Selatan

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGEMBANGAN JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK N PADA JAGUNG KOMPOSIT MENGGUNAKAN BAGAN WARNA DAUN. Suwardi dan Roy Efendi Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK SAPI PADA LAHAN SUB OPTIMAL. Ballitsereal Maros 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK

Sistem Tanam Padi-Jagung dan Pemupukan N, S, P, K pada Lahan Sawah Tadah Hujan

KERAGAAN AGRONOMI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LOKASI SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN TAKALAR

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNIK PEMUPUKAN N DENGAN MENGGUNAKAN BWD PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DAN JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

KENDALA DAN PROSPEK PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SULAWESI SELATAN. Faesal dan Syuryawati Balai Penelitian Tanaman Serealia

Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus meningkat,

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

RINGKASAN Maspeke, S. P dan Nurdin

Penggunaan Pupuk NPK Majemuk 20:10:10 pada Tanaman Jagung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

BAB III METODE PENELITIAN

Peningkatan Produksi Jagung melalui Penerapan Inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING

KAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA

PENINGKATAN KUALITAS BENIH MELALUI PENGELOLAAN HARA YANG OPTIMAL. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

ANALISIS TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SULAWESI SELATAN (STUDI KASUS KAB. SIDRAP DAN LUWU UTARA)

Abstrak. Kata kunci : Jagung hibrida, Sistem tanam, Varietas. Pendahuluan

TAKARAN PUPUK N, P, K, DAN S TANAMAN JAGUNG PADA BEBERAPA JENIS TANAH DI SULAWESI SELATAN

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

PENGANTAR. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana, MS

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

TANGGAP PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG TERHADAP SISTEM TANAM LURUS DAN ZIGZAG DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN BARAT

EVALUASI PRODUKSI DAN PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH JAGUNG (Studi Kasus di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

III. BAHAN DAN METODE

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

KAJIAN PEMUPUKAN N, P DAN K TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN BONE BOLANGO, GORONTALO

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS MALABAR DAN KIPAS PUTIH PADA DOSIS PUPUK FOSFOR (P) RENDAH

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

Adaptasi Beberapa Varietas Jagung Hibrida di Lahan Sawah

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PENGELOLAAN HARA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI HARAPAN MASA-TAPIN KALIMANTAN SELATAN

DAYA ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KEBUTUHAN HARA N, P, DAN K TANAMAN JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GOWA

Studi Komposit Potensi Jagung pada Lahan Sawah Tadah Hujan Setelah Pertanaman Padi. Composite Study of Potential Corn The Land After Rice Rainfed

IV. HASIL PENELITIAN

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) :

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH MELALUI PERBAIKAN POLA TANAM YANG BERBASIS KEMITRAAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi

ZUBACHTIRODIN DAN SUBANDI: EFISIENSI PUPUK N, P, DAN K PADA JAGUNG

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN JAGUNG PADA LAHAN KERING MASAM DI TALAWI, SAWAHLUNTO

Budi Daya Jagung dan Diseminasi Teknologi

PEMBENTUKAN PENANGKARAN BENIH UNTUK PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH VARIETAS JAGUNG NASIONAL

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

PEMUPUKAN LAHAN SAWAH BERMINERAL LIAT 2:1 UNTUK PADI BERPOTENSI HASIL TINGGI

PEMBINAAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

PENGARUH SILIKAT TERHADAP HASIL DAN EFISIENSI PEMUPUKAN P PADA TANAMAN JAGUNG

PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU

III. METODE PENELITIAN

Program peningkatan produksi jagung nasional melalui upaya

PENGARUH PEMBERIAN MIKROBA PROBIOTIK LOKAL TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG HIBRIDA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Transkripsi:

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Budidaya jagung yang efisien untuk produksi biji harus memperhatikan cara penempatan pupuk anorganik yang efisien sehingga pupuk yang diberikan ke tanaman jagung dapat diserap dengan baik. Pada musim kemarau tahun 2006 pada lahan kering di Bajeng, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan telah dilakukan penelitian cara penempatan pupuk anorganik yang efisien Hasil analisis tanah di Desa Bajeng mempunyai tekstur tanah liat berdebu dengan kadar N dan bahan organik tergolong rendah, kadar P tergolong sedang dan kadar K K tergolong tinggi. Persiapan lahan dengan tanpa olah tanah (TOT), lahan disemprot dengan herbisida berbahan aktif glyposhat dengan takaran 3 l/ha. Varietas yang digunakan adalah Lamuru. Tanaman diberikan pengairan sebanyak empat kali selama pertumbuhannya. Ada empat takaran urea yang di teliti (200, 300, 400 dan 500 kg/ha), dua bentuk pupuk (prill dan tablet) dan 3 cara penempatan pupuk (disebar di atas permukaan tanah, di tugal disamping tanaman dan dilarutkan dalam air). Semua plot percobaan diberi pupuk SP36 sebesar 100 kg/ha dan KCl 50 kg/ha. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pada lahan kering di Bajeng, Gowa pemberian pupuk dengan cara tugal lebih efsien dibandingkan dengan pemberian pupuk dengan cara disebar di atas permukaan tanah atau dilarutkan dalam air pada lahan kering. Pemberian pupuk tablet tidak meningkatkan efisiensi pupuk pada lahan kering. Kata kunci : Penempatan pupuk, pupuk anorganik, lahan kering PENDAHULUAN Kebutuhan terhadap jagung terus meningkat, terutama untuk peternakan dan industri pakan (Sayaka 1995). Permintaan jagung meningkat sekitar 3,33%/tahun dalam periode 1990-2000 (Swastika et al. 2004). Produksi jagung dari petani belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Upaya peningkatan produksi jagung nasional selain untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri yang tinggi dan terus meningkat (Departemen Pertanian 2002), juga berpeluang untuk mengisi pasaran dunia karena permintaan jagung secara global sangat besar dan juga terus meningkat (Pingali 2001). Peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih terbuka lebar, baik melalui peningkatan produktivitas karena masih adanya perbedaan produktivitas yang lebar antara tingkat petani (3,7 t/ha) dengan tingkat penelitian (4,5 8,0 t/ha) dan perluasan areal tanaman utamanya pada lahan kering di luar Jawa (Subandi 2004). Teknologi penempatan pupuk pada tanaman jagung utamanya saat pemberian pupuk anorganik adalah dengan cara ditugal dekat disamping tanaman, kemudian ditutup dengan tanah, secara teknis diketahui bahwa cara ini lebih efisien, tetapi kini perlu dikaji kembali karena banyak petani berdasarkan pertimbangan sosial/efisiensi tenaga kerja dan biaya, sehingga pupuk hanya disebarkan di atas permukaan tanah. Di banyak tempat utamanya di Jawa Timur, cara penempatan pupuk dengan di tugal disamping tanaman telah ditinggalkan atau tidak diterapkan sebab alasan kekurangan tenaga kerja. Sebagai penggantinya petani menempatkan pupuk diatas permukaan tanah tanpa ditutup tanah, setelah itu sehari kemudian diairi atau dibiarkan saja. Bahkan ada bebrapa petani 169

memberikan pupuk hanya disebarkan di permukaan tanah. Pemberian pupuk urea sebanyak 5 kali, diberikan setiap dua minggu sekali mulai umur 7 hari setelah tanam sampai tanaman berbunga. Cara ini banyak dipraktekkan oleh petani jagung komersial di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Cara penempatan pupuk seperti ini perlu diperbaiki agar pupuk urea yang diberikan lebih efisien dan lebih baik dari segi penyerapan hara pupuk maupun dari segi penggunaan tenaga kerja (Akil et al. 2006, Subandi et al. 2006) Hasil wawancara dengan beberapa petani di Kabupaten Kediri, Jawa Timur menunjukkan bahwa petani pada lahan sawah tadah hujan memupuk tanaman jagungnya hingga mencapai takaran 750 kg urea/ha yang diberikan sebanyak 5 kali. Hal ini dinilai sangat tidak rasional dalam penggunaan pupuk urea untuk tanaman jagung, sebab takaran urea yang digunakan terlalu tinggi. Kenyataan ini sejalan dengan hasil pengamatan Ispandi dan Soepangat (1986) yang menyatakan bahwa petani di kabupaten Kediri menggunakan pupuk urea dengan takaran 500 700 kg/ha. Penelitian tentang cara penempatan pupuk yang efisien dapat mengurangi jumlah pemakaian pupuk baik menyangkut takaran dan waktu pemberian yang tepat perlu mendapat perhatian untuk penerapan konsep pengelolaan hara dalam budidaya jagung untuk produksi pangan dan pakan yang efisien dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efisiensi beberapa cara penempatan pupuk dan formulasi pupuk di lahan kering. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan pada lahan kering di desa Bajeng, kabupaten Gowa, provinsi Sulawesi Selatan. Pupuk yang digunakan adalah urea, SP 36 dan KCl dengan menggunakan varietas Lamuru. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Setengan takaran urea dan seluruh takaran SP 36 dan KCl diberikan di atas permukaan tanah pada saat 7 hst dan sisa pupuk urea diberikan pada saat 30 hst. Campuran pupuk urea, SP 36 dan KCl yang dibuat dalam bentuk pupuk tablet diberikan pada saat 7 hst dengan memasukkan pupuk 5-7 cm di bawah permukaan tanah dengan cara tugal. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 cm x 40 cm, 2 tanaman/lubang. Sebelum ditanam benih jagung dicampur dengan saromil, 2,5 g/kg benih. Pengendalian gulma dilakukan pada umur 21 hst dan 42 hst dengan herbisida paraquat, takararan masing-masing 2 l/ha. Pengendalian hama menggunakan furadan pada saat tanam yang diberikan pada lubang tanaman dan saat tanaman berumur 28 hst diberikan pada pucuk tanaman dengan takaran masing-masing 5 kg/ha. Ukuran petak adalah 6 m x 4 m. Susunan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. 170

Tabel 1. Susunan perlakuan penempatan dan takaran pupuk urea. Takaran Pupuk (kg/ha) No. Urea SP 36 KCl Bentuk Pupuk 1 200 100 50 2 300 100 50 3 400 100 50 4 500 100 50 5 200* 100 50 6 300* 100 50 7 400* 100 50 8 500* 100 50 9 ** 300 100 50 10 *** 300 100 50 Keterangan: * = Seluruh takaran pupuk urea dicampur dengan seluruh takaran SP 36 dan KCl dibuat dalam bentuk pupuk tablet ** = Pemberian pupuk dengan cara tugal dan dimasukkan 5 cm ke dalam tanah pada 7 hst (50 % urea, seluruh SP 36 dan KCl) dan 50 % urea diberikan pada 30 hst. *** = Pupuk dilarutkan dengan air sebelum diberikan ke tanaman jagung pada 7 hst (50 % urea, seluruh SP 36 dan KCl) dan 50 % urea diberikan pada 30 hst. Data yang diamati 1. Analisis tanah sebelum percobaan 2. Tinggi tanaman pada saat umur 30 hst, 60 hst (cm) 3. Hasil biji (t/ha) 4. Kadar hara N, P dan K jaringan tanaman (%) 5. Efisiensi pemberian pupuk tablet (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis tanah tempat percobaan pada lahan kering di Bajeng, Gowa, Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa tekstur tanah adalah liat berdebu dengan kadar N dan bahan organik tergolong rendah, kadar K tergolong sedang, dan kadar P sangat tinggi (Tabel 2). 171

Tabel 2. Hasil analisis tanah sebelum penelitian di Bajeng, Gowa, Sulawesi Selatan 2006 Macam Penetapan Nilai Kriteria Tekstur : Liat Berdebu Liat (%) 46 Debu (%) 42 Pasir (%) 12 ph H 2 O (1 : 2.5) 6,55 Netral ph KCl (1 : 2,5) 5,70 C- Organik (%) 1,06 Rendah N-Total (%) 0,13 Rendah C/N 8,15 P-Bray I (ppm) 64,04 Sangat Tinggi K dd (me/100 g) 0,45 Sedang Ca dd (me/100g) 19,55 Tinggi Mg dd (me/100g) 3,91 Tinggi Na dd (me/100g) 0,48 Sedang Al dd (me/100 g) Tu Tidak terukur H + (me/100 g) 0,02 Nilai Tukar Kation (me/100 g) 30,38 Tinggi Dari hasil analisis tanah pada lahan kering Bajeng, Gowa memberi petunjuk bahwa untuk pertanaman jagung di lokasi tersebut mutlak adanya pemberian pupuk N dan P, sedangkan P hanya untuk menjaga keseimbangan hara dalam tanah. Tinggi Tanaman Pengamatan tinggi tanaman pada umur 30 dan 60 hst) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk yang dilarutkan sebelum aplikasi memberikan tanaman tertinggi sebesar masing-masing 95,0 cm dan 194,2 cm (Tabel 3). Kalau kita perhatikan dari data tinggi tanaman pada Tabel 3, ada kecenderungan bahwa pemberian pupuk dengan cara ditugal memberikan efek yang lebih baik dibanding dengan pemberian pupuk yang disebar diatas permukaan tanah. Tabel 3. Pengaruh cara pemberian bentuk dan formulasi pupuk anorganik terhadap tinggi tanaman jagung umur 30 dan 60 hst di Bajeng, Gowa, 2006 Perlakuan Takaran (kg/ha) Urea - SP 36 - KCl Tinggi Tanaman (cm) Cara Pemberian Bentuk 30 hst 60 hst Dilarutkan 76,9 b 74,1 c 82,9 b 82,1 b 75,0 b 76,1 b 75,1 b 82,4 b 79,1 b 95,0 a 154,5 c 158,2 c 166,4 bc 170,8 bc 162,50 bc 180,1 ab 171,8 bc 177,8 abc 170,8 bc 194,2 a KK (%) 6,2 7,2 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan 172

Hasil analisis statistik terhadap tinggi tanaman pada umur 30 hst dan 60 hst menunjukkan bahwa dengan takaran 300 kg urea + 100 kg TSP + 50 kg KCl/ha, cara pemberian pupuk yang dilarutkan dengan air sebelum disiramkan ke tanah sekitar tanaman jagung memberikan tanaman tertinggi. Hal ini disebabkan oleh penyerapan pupuk yang lebih cepat karena pupuk telah dilarutkan dalam air sebelum diaplikasikan ke tanah sekitar tanaman jagung. Kalau kita perhatikan dari data diatas ada kecenderungan bahwa penempatan pupuk dengan cara ditugal memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding dengan pemberian pupuk dengan diletakkan di atas permukaan tanah. Pemberian pupuk dengan cara tugal akan lebih efisien karena sebagian besar pupuk dapat terserap oleh tanaman, sedangkan dengan cara disebarkan di atas permukaan tanah sebagian pupuk yang diberikan akan menguap sehingga tidak terserap oleh tanaman jagung. Hasil Biji Hasil biji tertinggi sebesar 7,50 diperoleh pada perlakuan 300 kg urea+100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha yang diberikan secara tugal (Tabel 4). Hal ini berbeda pada lahan sawah tadah hujan di desa Ajakkang, Barru, hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan 500 kg urea + 100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha dalam bentuk tablet memberikan hasil biji sebesar 7,91 t/ha (Akil, 2006). Hasil terendah sebesar 4,70 t/ha diperoleh pada perlakuan 200 kg urea +100 kg SP 36 +50 kg KCl/ha yang disebar diatas permukaan tanah. Pada lahan kering Bajeng ada kecenderungan bahwa pemberian dalam bentuk tablet tidak memberikan pengaruh baik terhadap hasil biji. Hal ini berbeda dengan hasil yang diperoleh pada lahan sawah tadah hujan di desa Ajakkang, Barru, pemberian pupuk tablet hingga takaran 500 kg urea + 100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha memberikan hasil tertinggi. Tabel 4. Pengaruh cara pemberian bentuk dan formulasi pupuk anorganik terhadap hasil biji di Bajeng, Gowa, 2006 Perlakuan Takaran (kg/ha) Urea - SP 36 - KCl Bentuk Cara Pemberian Dilarutkan Hasil Biji (t/ha) 4,70b 6,86a 7,07a 6,73a 5,77ab 6,73a 6,76b 6,23ab 7,50a 7,20a KK (%) 15,0 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom tang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan Kadar Hara Jaringan Tanaman Kadar hara jaringan tanaman jagung menunjukkan bahwa kadar N tertinggi sebesar 2,32 % diperoleh pada perlakuan takaran 300 kg urea + 100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha dalam bentuk prill yang diberikan dengan cara tugal dan yang terendah pada perlakuan 173

takaran 200 kg urea + 100 SP 36 + 50 kg KCl/ha dalam benruk prill yang di berikan di atas permukaan tanah dengan kadar hara jaringan 1,52 %. Kadar P jaringan tanaman tertinggi sebesar 0,35 % diperoleh pada perlakuan 200 kg urea + 100 SP 36 + 50 kg KCl/ha dalam bentuk prill yang di sebar di atas permukaan tanah, sedangkan terendah sebesar 0,26 diperoleh pada perlakuan 300 kg urea + 100 SP 36 + 50 kg KCl/ha dalam bentuk prill yang diberikan secara tugal. Hal ini disebabkan kadar hara P tanah sebelum penelitian tergolong tinggi, sehingga pada perlakuan N dalam bentuk urea yang tinggi akan menekan serapan hara P sehingga kadar hara P jaringan tanaman. Kadar K jaringan tanaman tertinggi sebesar 1,93 % diperoleh pada perlakuan 500 kg urea + 100 SP 36 + 50 kg KCl/ha dalam bentuk tablet yang diberikana secara tugal, sedangkan terendah sebesar 1,62 diperoleh pada perlakuan 500 kg urea + 100 SP 36 + 50 kg KCl/ha dalam bentuk prill yang disebar di atas permukaan tanah (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh cara pemberian bentuk dan formulasi pupuk anorganik terhadap kadar N, P dan K jaringan tanaman di Bajeng, Gowa. 2006 Perlakuan Takaran (kg/ha) Urea - SP 36 - KCl Bentuk Cara Pemberian Permukaan tanah Permukaan tanah Permukaan tanah Permukaan tanah Dilarutkan Kadar Jaringan Tanaman (%) N P K 1,52 2,25 1,77 2,18 1,90 1,97 2,20 1,89 2,32 1,94 0,35 0,31 0,29 0,32 0,29 0,30 0,30 0,28 0,26 0,29 1,70 1,73 1,79 1,62 1,72 1,91 1,65 1,93 1,71 1,70 Efisiensi Pemberian Pupuk Hasil evaluasi efisiensi pemberian pupuk yang dilaksanakan di Bajeng, Gowa menunjukkan bahwa pada takaran pupuk 200 kg urea + 100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha, dengan pemberian pupuk tablet yang ditugal dapat meningkatkan efisiensi pemberian pupuk sebesar 23% dibandingkan dengan pupuk yang diberikan di atas permukaan tanah. Pada takaran pupuk 300 kg urea + 100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha, pemberian pupuk tablet dengan cara ditugal tidak dapat meningkatkan efisiensi pemberian pupuk dibandingkan dengan pemberian pupuk di atas permukaan tanah. Apabila pupuk urea prill diberikan secara tugal dapat meningkatkan efisiensi sebesar 9 %. Sedangkan pada perlakuan yang sama pada lahan sawah tadah hujan di Ajakkang, Barru dapat meningkatkan efisiensi pupuk sebesar 30 %. Pada takaran pupuk 400 kg urea + 100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha, pemberian pupuk tablet dengan cara ditugal tidak dapat meningkatkan efisiensi peberian pupuk dibandingkan dengan pemberian pupuk di atas permukaan tanah. Pada takaran pupuk 500 kg urea + 100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha, pemberian pupuk tablet dengan cara ditugal juga tidak dapat meningkatkan efisiensi pemberian pupuk dibandingkan dengan pemberian pupuk di atas permukaan tanah (Tabel 6). 174

Tabel 6. Efisiensi cara pemberian pupuk pada berbagai bentuk dan takaran pupuk anorganik di Bajeng, Gowa. 2006 Takaran (kg/ha) Bentuk Urea - SP 36 - KCl Pupuk Cara Pemberian Dilarutkan Hasil biji (t/ha) 4,70 5,77 6,86 6,73 7,50 7,20 7,07 6,76 6,73 6,23 Efisiensi (%) 100 123 100 98 109 105 100 96 100 93 KESIMPULAN Pemberian pupuk dengan cara tugal lebih efsien dibandingkan dengan pemberian pupuk dengan cara disebar di atas permukaan tanah atau dilarutkan dalam air pada lahan kering. Pemberian pupuk tablet tidak meningkatkan efisiensi pupuk pada lahan kering. DAFTAR PUSTAKA Akil M., M. Rauf, A.F.Fadhly, I.U. Firmansyah, A.F. Fadhly, Syafruddin, Muhtar A. Nawir, Faesal, R. Effendi, Fahdiana T. dan A. Kamaruddin. 2005. Pengelolaan hara, air dan tanaman jagung mendukung teknologi pengelilaan tanaman terpadu (PTT) jagung. Laporan Akhir 2005, Balai Penelitian Tanaman Serealia. Tidak diterbitkan. Akil, M. 2006. Evaluasi cara pemberian. Bentuk dan formulasi pupuk anorganik pada tanaman jagung. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian Spesifik Lokasi. Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembanagan Pertanian, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Hal.255 262. Badan Litbang Pertanian. 2002. Panel Ekspose Badan Litbang Pertanian pada Festival Jagung Nasional di Bogor. 26-27 April 2002. CRIFC. 1988. National Coordinate Research Program, and use. Farming System and Soil Resources Institute Collage of Agriculture University of The Philippines At Los Banos. Inst. Food Crops. AARD. 83 p. Deptan. 2002. Agribisnis Jagung. Informasi dan Peluang. Festival Hagung Pangan Pokok Alternatif. Istana Bogor 26-27 April 2002. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Ispandi A. dan P. Soepangat. 1986. Pemupukan dan uji varietas jagung di Kediri. Penelitian Palawija. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. 1: 79-86. Kasryno, F. 2002. Perkembangan produksi dan konsumsi jagung dunia selama empat decade yang lalu dan implikasinya bagi Indonesia. Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Agribisnis Jagung di Bogor. 24 Juni 2002. Badan Litbang Pertanian Mink, S.D., P.A. Dorosh, and D.H. Perry. 1987. Corn Production Systems. In Timmer (Ed.) The Corn Economy of Indonesia. Pp. 62-87. Sayaka, B. 1995. The total faktor productivity measurement of corn in Java. 1972-1992. Jurnal Agro Ekonomi (Agricultural Economics Journal) 14(1) :39-49. Subandi, Marsum M. Dahlan, Muhadji D. Moentono, Iskandar S., Sudaryono dan Sudjadi 1988. Status Penelitian Jagung dan Sorghum. Risalah Simposium II Penelitian Tanaman Pangan. Buku I. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian. Pp. 189 223. 175

Subandi, Marsum M. Dahlan, Muhadji D. Moentono, Iskandar S., Sudaryono dan Sudjadi. 1988. Status penelitian jagung dan sorghum. Risalah Simposium II Penelitian Tanaman Pangan. Buku I. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. Hal. 189-223. Subandi, Zubachtirodin, Sania Saenong dan I.U. Firmansyah, 2006. Ketersediaan Teknologi Produksi dan Program Penelitian Jagung. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Hal 11-40. Swastika,D.K.S., F. Kasim, K. Suhariyanto, W. Sudana, R. Hendayana, R.V. Gerpacio, and P.P. Pingali. 2004. Maize in Indonesia: Production Systems, constraints, and research priorities. Mexico, D.F. CIMMYT. 40p. 176