KARAKTER AGRONOMIS DAN PRODUKTIVITAS TUJUH VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI LAHAN KERING BERIKLIM KERING

dokumen-dokumen yang mirip
KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

POTENSI HASIL ENAM VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI KABUPATEN SUMEDANG

TANGGAP BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP PEMUPUKAN DI LAHAN KERING [THE RESPONSES OF SEVERAL SOYBEAN VARIETIES ON FERTILIZATION ON DRYLAND]

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA LAHAN KERING PODZOLIK MERAH KUNING DI KABUPATEN KONAWE SELATAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

ADAPTASI TIGA VARIETAS UNGGUL KEDELAI DENGAN INOVASI PTT DI LAHAN KERING BUMI NABUNG, LAMPUNG TENGAH

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DAN LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LEBAK, BANTEN

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KARAKTER AGRONOMIS GALUR-GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN TANGGAMUS, BURANGRANG, DAN ANJASMORO

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

Introduksi Teknologi Budidaya Kedelai dalam Upaya Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

KERAGAAN GALUR HARAPAN KEDELAI UMUR GENJAH DAN BIJI BESAR

HASIL VARIETAS UNGGUL KEDELAI MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI DI JAWA TIMUR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

PERSEPSI PETANI KABUPATEN BANTUL DI YOGYAKARTA TERHADAP VARIETAS UNGGUL KEDELAI DENGAN PENERAPAN PTT

DAYA HASIL GALUR-GALUR KEDELAI TOLERAN LAHAN KERING MASAM DI LAMPUNG SELATAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Ngawi Jawa Timur

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

DEJA 1 DAN DEJA 2 : VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI TOLERAN JENUH AIR

Agros Vol. 15 No.1, Januari 2013: ISSN

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

Agrivet (2015) 19: 30-35

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI ACEH BESAR

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT

ISBN: PROSIDING SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR. MALANG, 9 10 Juli 2002

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK N DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN BEKAS PADI

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

DAYA HASIL DAN TINGKAT PENERIMAAN PETANI TERHADAP LIMA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DI BUTON UTARA SULAWESI TENGGARA

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI DI PROVINSI ACEH

INTRODUKSI VARIETAS UNGGUL KEDELAI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING GUNUNGKIDUL

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI MELALUI PENDEKATAN PTT MENDUKUNG SL-PTT KEDELAI DI SULAWESI TENGAH

TEKNOLOGI BUDIDAYA DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI DI LAHAN PASANG SURUT

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PEMBENTUKAN BINTIL AKAR DAN HASIL KACANG TANAH DI LAHAN SAWAH

PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%

POTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

DAYA ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing NIP NIP Mengetahui : Ketua Program Studi Agroekoteknologi

KAJIAN VARIASI JARAK TANAM TERHADAP PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DI LAHAN KERING

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH :

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Nabire, Papua

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI TERHADAP ULAT GRAYAK DAN PENGGEREK POLONG

PERAN BPTP DALAM MENDUKUNG JABALSIM PERBENIHAN KEDELAI DI SETANGGOR, LOMBOK TENGAH, NTB

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Pengaruh Beberapa Sumber Bahan Organik Lokal terhadap Hasil Kedelai Pada Lahan Kering di Lampung

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

Keragaan Agronomis dan Analisis Usahatani Lima Varietas Unggul Kedelai di Lahan Pasang Surut Kalimantan Barat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAMPUNG SELATAN

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG

Komponen Hasil dan Karakter Morfologi Penentu Hasil Kedelai

SELEKSI GALUR KEDELAI (Glycine max(l.) Merill ) GENERASI F3 PADA TANAH SALIN DENGAN METODE PEDIGREE SKRIPSI. Oleh: BILLY CHRISTIAN /

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

ADOPSI TEKNOLOGI PTT DAN PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI SULAWESI TENGGARA

DAYA HASIL GALUR HARAPAN KEDELAI TOLERAN HAMA ULAT GRAYAK

Adaptasi Beberapa Varietas Jagung Hibrida di Lahan Sawah

Peluang Peningkatan Produktivitas Kedelai di Lahan Sawah

Teknologi Budidaya Kedelai

PENGGUNAAN KACANG HIJAU VARIETAS VIMA-1 SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF DALAM PENGELOLAAN SISTEM USAHATANI YANG PRODUKTIF DI LUAR MUSIM

Komponen Hasil dan Karakter Morfologi Penentu Hasil Kedelai pada Lahan Sawah Tadah Hujan

PERAN PTT DALAM PENINGKATAN ADOPSI TEKNOLOGI PRODUKSI KEDELAI DI NTB

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

PENAMPILAN GENOTIPE-GENOTIPE KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK DANGKAL ABSTRAK

Peningkatan Indeks Panen pada Pertanian Lahan Kering Beriklim Kering sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Petani

Karakteristik Sistem Usahatani Bawang Merah Dan Potensi Sebagai Penyangga Supplay Di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

Pedoman Umum. PTT Kedelai

PENGARUH INOKULASI Rhizobium japonicum TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KULTIVAR KEDELAI DI LAHAN PASIR PANTAI

Transkripsi:

KARAKTER AGRONOMIS DAN PRODUKTIVITAS TUJUH VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI LAHAN KERING BERIKLIM KERING Awaludin Hipi, Nani Herawati, Yurista Sulistyawati, dan Sudarto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB Jl. Raya Peninjauan Narmada Lombok Barat Nusa Tenggara Barat ABSTRAK Lahan kering di Nusa Tenggara Barat dengan tipe iklim kering, sesuai untuk pengembangan kedelai. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mendapatkan varietas unggul kedelai yang mampu beradaptasi dengan baik dan berproduksi tinggi di lahan kering beriklim kering. Pengkajian disusun mengikuti rancangan acak kelompok. Tujuh varietas sebagai perlakuan yaitu Burangrang, Anjasmoro, Panderman, Kaba, Tanggamus, Dering dan Gema, diulang empat kali. Variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong/tanaman, bobot ubinan, kadar air panen, produktivitas dan bobot 100 biji. Varietas Kaba menghasilkan jumlah cabang produktif, dan jumlah polong/tanaman yang lebih tinggi dibanding varietas lain. Varietas Kaba, Anjasmoro, dan Burangrang memberikan produktivitas yang tinggi masingmasing 2,47 t/ha, 2,41 t/ha, dan 2,35 t/ha. Varietas Burangrang dan Anjasmoro dipilih untuk dikembangkan, karena memiliki ukuran biji yang besar, produktivitas tinggi, berbulu sehingga tidak disukai hama, dan bijinya mengkilap. Kata kunci: kedelai, preferensi petani, lahan kering ABSTRACT Agronomic characteristic and productivity seven superior varieties of soybean at dry land. Dryland in West Nusa Tenggara with a dry climate type is suitable for the development of soybean. The aim of this study was to obtain soybean varieties that can well adapted and high production in dry land with dry climates. Assessment to prepared following a randomized block design. Seven varieties as a treatment that is Burangrang, Anjasmoro, Panderman, Kaba, Tanggamus, Dering-1, and Gema. The treatment was repeated four times. Variables observed that plant height, number of productive branches, number of pods per plant, weight of tile, harvest moisture content, productivity, and weigh of 100 kernel. Kaba varieties able to produce a number of productive branches and number of pods per plant were higher than other varieties. Kaba, Anjasmoro, and Burangrang varieties gave high productivity respectively 2.47 t/ha, 2.41 t/ha, and 2.35 t/ha. Based on preferences of the farmers, varieties Anjasmoro and Burangrang chosen to be developed in location, because it has a large seed size, high productivity, resisten to the pests, and shiny seeds. Key words: soybean, preferences of the farmers, dry land PENDAHULUAN Kedelai adalah salah satu dari tujuh komoditas prioritas yang diprogramkan Kementerian Pertanian untuk ditingkatkan produksinya guna mengurangi impor. Produksi kedelai pada tahun 2013 mencapai 808 ribu ton, dengan produktivitas mencapai 1,45 t/ha. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri, pada tahun 2013 pemerintah telah meng- Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 149

impor sebanyak 1,39 juta ton (BPS 2013). Arah pengembangan kedelai ke depan sebesar 2,7 juta ton, luas areal tanam 1,8 juta ha dan produktivitas 1,48 t/ha (Kementan 2009). Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi penghasil kedelai di Indonesia, di mana pada tahun 2012 dan 2013 menduduki peringkat ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pada tahun 2013, luas panen kedelai di NTB 85.364 ha, dengan produksi 97 ribu ton, dan produktivitas 1,14 t/ha (BPS 2013). Sementara berdasarkan hasil penelitian, potensi hasil varietas unggul dapat mencapai 3,25 t/ha (Balitkabi 2010). Senjang produktivitas kedelai di tingkat petani dengan potensi genetik tanaman masih cukup tinggi, karena sebagian besar petani belum menggunakan benih bermutu dari varietas unggul dan teknik pengelolaan tanaman belum optimal (Adisarwanto 2004). Sebagian besar lahan di Propinsi NTB berupa lahan kering seluas 1.807.463 ha atau 84% dari luas wilayah NTB. Lahan kering adalah hamparan lahan yang memperoleh lengas tanah dari air hujan, tidak pernah tergenang atau digenangi air selama sebagian besar waktu dalam setahun (Rahman et al. 2007). Topografi lahan kering di Provinsi NTB cukup beragam, mulai dari datar, bergelombang hingga berbukit dan bergunung dengan kemiringan antara 0% hingga >40%. Sebagian besar lahan kering di Provinsi NTB memiliki tingkat kemiringan di atas 15%. Kesuburan tanah sangat rendah yang dicirikan oleh rendahnya kandungan bahan organik, agregat tanah kurang mantap, peka terhadap erosi, dan kandungan hara utama (N, P, K) relatif rendah. Musim hujan berlangsung dari bulan Desember hingga Maret atau 4 bulan sedang musim kemarau berlangsung dari bulan April hingga November atau 8 bulan. Menurut klasifikasi iklim Oldeman et al. (1980), daerah yang memiliki bulan basah kurang dari 3 bulan dan antara 3 4 bulan dengan bulan kering 4 6 bulan dan di atas 6 bulan digolongkan ke dalam iklim D3, D4, E3 dan E4 atau daerah dengan tipe iklim kering. Karakteristik biofisik lahan kering di NTB, sesuai untuk pengembangan tanaman kedelai yang tidak menghendaki lahan yang basah. Di lain pihak, Borges (2005) menjelaskan bahwa jika terjadi cekaman kekeringan pada waktu pembungaan menyebabkan kerontokan bunga, dan polong. Cekaman kekeringan pada stadia pengisian polong menyebabkan menurunnya jumlah polong isi dan ukuran biji. Liu (2004) menyatakan bahwa cekaman kekeringan mendorong perubahan konsentrasi Absisic acid (ABA) dalam tanaman sehingga menurunkan pembentukan polong sampai 40%, mendorong kerontokan polong, dan menurunkan ukuran biji. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan produksi kedelai adalah mengembangkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada kondisi lingkungan tertentu dan sesuai dengan preferensi konsumen. Suatu varietas dikatakan adaptif jika dapat tumbuh baik pada wilayah penyebaran, produksi tinggi dan stabil, bernilai ekonomi tinggi, dapat diterima masyarakat dan berkelanjutan (Somaatmadja 2005). Hingga saat ini Balitkabi telah menghasilkan sejumlah varietas unggul kedelai yang memiliki keunggulan masing-masing. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengevaluasi adaptasi dan produktivitas varietas unggul kedelai di lahan kering beriklim kering. BAHAN DAN METODE Kajian dilaksanakan di Desa Nggembe Kabupaten Bima pada MH 2013/2014. Lokasi kajian merupakan lahan kering beriklim kering dengan pengairan berasal dari hujan. Pengkajian disusun mengikuti rancangan acak kelompok dengan tujuh varietas kedelai sebagai perlakuan, dan diulang empat kali. Varietas kedelai yang diuji adalah Burangrang, 150 Hipi et al.: Karakter Agronomis dan Produktivitas Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering

Anjasmoro, Panderman, Tanggamus, Kaba, Dering 1 dan Gema, berasal dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), Malang. Penyiapan lahan dilakukan dengan menggunakan herbisida purnatumbuh dari golongan glifosat dan paraquat. Penyemprotan dilakukan sebelum tanam dengan dosis 3 4 liter/ha. Sebelum ditanam, benih diberi perlakuan dengan fungisida dosis 200 g/50 kg. Penanaman menggunakan tugal dengan jarak tanam 40 cm antarbaris dan 10 15 cm dalam baris, 2 3 biji/lubang tanam. Pupuk yang digunakan adalah NPK (15:15:15) dengan dosis 100 kg/ha dan pupuk cair 1 liter/ha. Pengendalian OPT berdasarkan pengamatan di lapang. Jika sudah mencapai ambang ekonomi maka pengendalian dilakukan secara kimiawi. Penyiangan dilakukan dua kali, dan bergantung keadaan rumput. Panen dilakukan pada saat biji mencapai fase masak yang ditandai dengan 95% polong telah berwarna cokelat atau kehitaman dan sebagian besar daun tanaman sudah rontok. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong/ tanaman, bobot ubinan, kadar air panen, produktivitas dan bobot 100 biji pada kadar air 11%. Data dianalisis dengan analisis ragam (Anova) dengan bantuan software SAS versi 9,0. Jika terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Kajian Lokasi pengkajian seluas 470 ha adalah lahan kering beriklim kering, kondisi lahan berbatu, dengan 3 4 bulan basah. Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan jika ditinjau dari segi kedalaman lapisan olah (±15 cm) dan bulan kering berkisar antara 8 9 bulan, maka lokasi kajian tergolong agak sesuai (S3) (Landon 1984). Pola tanam didominasi oleh kedelai bera, dengan pola monokultur kedelai. Usahatani kedelai dilakukan pada musim hujan yang umumnya ditujukan untuk memproduksi benih yang akan digunakan di lahan sawah pada MK.I. Varietas kedelai yang banyak ditanam yaitu Anjasmoro, Argomulyo, dan Burangrang yang sudah lama dibudidayakan secara turun-temurun oleh petani dan tidak berlabel. Pengelolaan tanaman sudah cukup intensif, yaitu dengan pemupukan NPK, pengendalian hama dan penyakit, namun selalu mengalami keterlambatan penyiangan. Produktivitas kedelai berkisar antara 0,75 1,2 t/ha. Selain untuk pertanaman kedelai, lahan kering juga digunakan untuk menanam tanaman kehutanan seperti jati, yang biasanya ditanam sebagai pembatas lahan. Keragaan Agronomis dan Produktivitas Varietas Unggul Kedelai Berdasarkan analisis ragam (Tabel 1), parameter tinggi tanaman dan kadar air tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar varietas. Jumlah cabang menunjukkan perbedaan yang nyata, sementara jumlah polong/tanaman, bobot ubinan, bobot 100 biji, dan produktivitas menunjukkan sangat berbeda nyata antar varietas. Pengaruh blok tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada semua parameter. Hal ini berarti pengujian tidak dipengaruhi oleh penempatan blok perlakuan, tapi dipengaruhi oleh perbedaan varietas. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 151

Tabel 1. Analisis ragam parameter agronomis beberapa varietas unggul kedelai. Sumber keragaman Derajat bebas Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang Jumlah polong/ tanaman Kuadrat tengah Bobot ubinan (6,25 m 2 ) Kadar air (%) Bobot 100 butir (g) Produkti vitas (t/ha) Varietas 6 91,06 tn 2,80* 933,41** 0,125** 5,25 50,48** 0,24** Blok 3 21,06 tn 0,17 tn 189,59 tn 0,013 tn 2,55 tn 0,16 tn 0,04 tn Galat 18 73,36 0,77 166,94 0,04 2,11 0,43 0,03 Total 27 Keterangan: tn= tidak berbeda nyata;* = berbeda nyata; ** = berbeda sangat nyata. Tinggi tanaman cenderung tidak berbeda nyata (Tabel 2), tertinggi pada varietas Kaba 92,2 cm, dan terendah varietas Panderman 77,8 cm. Varietas Kaba konsisten menghasilkan jumlah cabang dan jumlah polong/tanaman yang lebih banyak dibanding varietas lain berturut-turut 6,9 dan 110,2. Jumlah cabang yang banyak, memungkinkan terbentuknya polong yang banyak. Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah polong/tanaman beberapa varietas kedelai. Nggembe. Bima. 2014 Varietas Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang produktif Jumlah polong per tanaman Burangrang 79,0 a 5,0 b 59,8 bc Anjasmoro 82,1 a 4,8 b 75,1 bc Panderman 77,8 a 5,0 b 63,0 bc Tanggamus 85,0 a 5,0 b 84,3 b Kaba 92,2 a 6,9 a 110,2 a Dering 82,0 a 4,8 b 73,3 bc Gema 81,1 a 4,3 b 69,4 bc Rata-rata 82,73 5,11 75,70 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α= 5%. Hakim (2012) menyatakan bahwa tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, dan indeks panen merupakan karakter morfologi yang digunakan sebagai kriteria seleksi genotipe kedelai berdaya hasil tinggi dan berperan penting dalam menentukan hasil kedelai. Amarullah dan Hatam (2000) menyatakan bahwa kriteria seleksi genotipe berdaya hasil tinggi adalah jumlah polong per tanaman, ukuran biji, jumlah cabang, dan tinggi tanaman. Sementara Akhter dan Sneller (1996) dalam Hakim (2012) menitikberatkan pada jumlah polong per tanaman, ukuran biji, jumlah cabang, dan jumlah buku subur menjadi kriteria seleksi genotipe kedelai berdaya hasil tinggi. Bobot ubinan (6,25 m 2 ) berbeda nyata antarvarietas berdasarkan analisis ragam, dimana varietas Kaba, Anjasmoro, dan Burangrang mencapai bobot ubinan yang lebih tinggi dibanding varietas lainnya, masing-masing 1,61 kg, 1,59 kg, dan 1,53 kg (Tabel 3). Kadar air saat panen tergolong rendah, berkisar antara 12,2 15,0%, karena brangkasan kedelai setelah panen dihamparkan/dikeringkan di lahan, kemudian dirontok. Pengamatan terhadap produktivitas (kadar air 11%) menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antarvarietas yang diuji berdasarkan analisis ragam, di mana varietas Kaba, Anjasmoro, dan Burangrang memberikan hasil yang tinggi masing-masing 2,47 t/ha, 2,41 t/ha, dan 152 Hipi et al.: Karakter Agronomis dan Produktivitas Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering

2,35 t/ha, sementara hasil varietas Dering, Tanggamus, Panderman, dan Gema > 2 t/ha (Gambar 1). Produktivitas varietas Kaba yang tinggi berkorelasi dengan jumlah cabang produktif dan jumlah polong/tanaman. Gambar 1. Rata-rata produktivitas beberapa varietas kedelai di lahan kering beriklim kering. Nggembe, Bima MH. 2013/2014. Huruf yang sama pada balok data menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT. Potensi hasil kedelai di lahan kering ini lebih tinggi dibanding lahan sawah yang dilaporkan oleh Basuki et al. (2011). Penelitian di Setanggor Lombok Tengah digunakan varietas Anjasmoro dan Burangrang dengan hasil berkisar antara 0,88 1,83 t/ha, dan di Sakra Barat Lombok Timur 0,80 1,43 t/ha (Hipi et al. 2008). Demikian pula pengujian di lahan kering di Seram Utara Maluku Tengah menggunakan varietas Kaba, Anjasmoro, dan Tanggamus hasilnya berkisar antara 1,08 1,78 t/ha (Alfons, 2009). Tabel 3. Rata-rata bobot ubinan, kadar air panen, dan bobot 100 biji beberapa varietas kedelai. Nggembe, Bima. 2014. Varietas Bobot ubinan (6,25 m 2 ) (kg) Kadar air panen (%) Bobot 100 butir (g) Burangrang 1,53 a 14,03 a 16,93 b Anjasmoro 1,59 a 14,95 a 17,23 a Panderman 1,24 b 12,66 a 18,20 a Tanggamus 1,24 b 12,48 a 11,12 cd Kaba 1,61 a 14,48 a 9,90 e Dering 1,24 b 12,15 a 10,86 d Gema 1,28 b 14,53 a 11,85 c Rata-rata 1,39 13,61 13,73 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α= 5%. Hasil analisis ragam terhadap bobot 100 biji menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antarvarietas, dimana varietas Panderman dan Anjasmoro memiliki bobot 100 butir yang lebih tinggi, yaitu 18,20 g dan 17,23 g (Tabel 2), sementara varietas Kaba memiliki bobot 100 butir yang rendah yaitu 9,90 g. Komponen hasil seperti bobot 100 biji lebih dominan ditentukan oleh sifat genetik tanaman, karena berkaitan dengan kemampuan tanaman beradaptasi dengan lingkungan tumbuh (Kasno et al. 1987). Walaupun penampilan agronomis dan produktivitas varietas Kaba tinggi, namun petani lebih menyukai varietas Burangrang dan Anjasmoro, karena memiliki ukuran biji yang Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 153

besar, produktivitas tinggi, berbulu yang tidak disukai hama, dan bijinya mengkilap (Burangrang). KESIMPULAN 1. Varietas Kaba menghasilkan jumlah cabang produktif, dan jumlah polong/tanaman yang lebih tinggi dibanding varietas lain. 2. Varietas Kaba, Anjasmoro, dan Burangrang memberikan produktivitas yang tinggi di lahan kering masing-masing 2,47 t/ha, 2,41 t/ha, dan 2,35 t/ha. 3. Varietas Burangrang dan Anjasmoro dipilih petani, karena selain produktivitasnya tinggi, juga ukuran biji besar dan mengkilap. Varietas ini dapat direkomendasikan untuk dikembangkan di lahan kering di lokasi pengkajian. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. 2004. Strategi peningkatan produksi kedelai sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi impor. Orasi Pengukuhan APU. Badan Litbang Pertanian. 50 hlm. Akhter M, C.H. Sneller. 1996. Yield and yield components of early maturing soybean genotypes in the Mid-South. Crops. Sci. 36: 877 882. Alfons J.B. 2009. Kajian Uji multilokasi dan adaptasi beberapa galur harapan/varietas unggul baru kedelai pada agroekosistem lahan sawah dan lahan kering di Maluku. Dalam Darman MA, M. Arifin, Irsal L, Rachmat H, Sjahrul B (Penyunting). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pertanian Lahan Kering. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. Amarullah, M. Hatam. 2000. Correlation between grain yield and agronomic parameters in mungbean (Vigna radiata L.). J. Bio. Sci. 3: 1242 1244. Balitkabi. 2010. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balikabi. Malang. [BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2013. Statistik Pertanian Indonesia. Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Jakarta (ID): (www.bps.go.id) [10 Pebruari 2014]. Basuki I, Wirajaswadi L., Adyana P.C., Untung S., Wahyu K.W., Herawati N. 2011. Model Pengembangan Pertanian Pedesaan melalui Inovasi di Nusa Tenggara Barat. Laporan Akhir. BPTP NTB. Borges, R. 2005. Crops-Soybean..(www.blackwell.com). Diakses 6 April 2013. Hakim, L. 2012. Komponen hasil dan karakter morfologi penentu hasil kedelai. J. Penelitian Pertanian. 31(3): 173 179. Hipi A, Y.A. Hadi, M. Zairin, M.R. Ridho, M. Yunus, I Novitasari. 2008. Gelar Varietas Unggul Padi dan Palawija Mendukung Program P4MI di Kabupaten Lombok Timur. Laporan Akhir. BPTP NTB. Kasno, A. Bahri, A.A. Mattjik, S. Solahudin, S. Somaatmadja, Subandi. 1987. Telaah interaksi genotipe dan lingkungan pada kacang tanah. Penelitian Palawija 2: 81 88. Kementan. 2009. Rencana strategis kementerian pertanian tahun 2010 2014. (http://www.deptan.go.id) [10 desember 2010]. Landon J.R. 1984. Booker tropical soil manual. Longman, Inc.,New York. 441p. Liu, F. 2004. Physiological Regulation of Pod Set in Soybean (Glycine max L. Merr.) During Drought at Early Reproductive Stages. Ph.D. Dissertation. Department of Agricultural Sciences, The Royal Veterinary and Agricultural University, Copenhagen.45p. 154 Hipi et al.: Karakter Agronomis dan Produktivitas Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering

Rahman A., I.G.M. Subiksa, Wahyunto. 2007. Perluasan areal tanaman kedelai ke lahan suboptimal. Dalam Sumarno, Suyamto, Adi Widjono, Hermanto, Husni Kasim (Peny.). Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Somaatmadja, S. 1995. Peningkatan produksi kedelai melalui perakitan varietas. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 155