I. PENDAHULUAN. Deregulasi perbankan pada bulan Oktober 1988, atau lebih. dikenal dengan Pakto 88, mengakibatkan industri perbankan di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

I. PENDAHULUAN. Menengah) di Indonesia sangat penting dan strategis. UMKM telah lama diyakini

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRACT... RINGKASAN EKSEKUTIF. LEMBAR PENGESAHAN. RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN.

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun. dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian lndonesia pasca krisis ekonomi masih belum. sepenuhnya pulih, namun berdasarkan Laporan Statistik Perekonomian

ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENENTUAN TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. PERIODE 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara. sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai

I. PENDAHULUAN. ekonomi dan politik berdampak negatif atas kinerja perbankan. Bank menjadi

BAB I PENDAHULUAN. negeri mengalami stagnasi bahkan mengalami pertumbuhan negatif. Sektor yang paling parah adalah sektor properti dan sektor industri

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan di Indonesia saat ini diwarnai dengan. maksimal guna pencapaian kinerja yang baik dan memuaskan.

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan alokasi dana ke dalam berbagai bentuk kesempatan. investasi, memiliki peranan yang sangat besar dalam membentuk

I. PENDAHULUAN. pesat sejak dikeluarkannya Paket Kebijakan Oktober 1988 atau yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang menghimpun dana (Funding) dari masyarakat yang. kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (Deficit unit) untuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat serta kompetitif dengan permasalahan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB III PERUMUSAN MASALAH

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

Teman Anda Dalam Usaha. P.T. BANK BUMI ARTA Tbk. PUBLIC EXPOSE. Jakarta, 11 Juni 2014 BANK BUMI ARTA

ANALISIS PENGARUH COST OF FUND (COF) TERHADAP BASE LENDING RATE (BLR) PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), Tbk PERIODE

SURVEI KREDIT PERBANKAN

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda sebagian kawasan Asia Tenggara pada

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN. jembatan antara surplus unit dengan defisit unit dalam ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membawa dampak yang serius terhadap perkembangan sektor-sektor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

menjamin kelangsungan pembangunan ekonomi, khususnya dalam ha1 investasi. Hal

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. itu, setiap perusahaan harus berusaha meningkatkan pelayanan ( services)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui Bank Indonesia (BI) pada 1 Juni 1983.Deregulasi di bidang perbankan

Berbagai upaya pemulihan ekonomi di Indonesia pasca krisis telah. ditempuh dengan beberapa pembuatan kebijakan nasional baik yang

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai penghimpun dana masyarakat (financial intermediary)

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank di kenal sebagai lembaga keuangan

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. investasi maupun modal kerja. Perkembangan yang pesat tersebut

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Berjalannya pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang. dapat dilihat dari bergeraknya roda perekonomian melalui peningkatan

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan mekanisme transfer dana.

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan saat ini cukup pesat, dilihat dari volume

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada umumnya dan pertumbuhan ekonomi pada. masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

Realisasi Pinjaman (Rp.) , , , , ,16

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha khususnya sektor industri yang mana akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi era pasar bebas dan globalisasi, baik sebagai perantara antara

BAB I PENDAHULUAN. forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, regulasi pemerintah di

ADIKA SETIOKO B

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. menandai awal terjadinya krisis ekonomi dan moneter di Indonesia. Nilai

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. suatu bank adalah untuk pencapaian profitabilitas yang maksimal, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. global dan domestik cenderung bias ke bawah yang disebabkan oleh. pertumbuhan ekonomi dunia berjalan tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah liberalisasi sektor keuangan di Indonesia bisa dilacak ke belakang,

BAB l PENDAHULUAN. Perkembangan Dunia dalam era globalisasi, termasuk didalamnya. berkembangnya bidang perekonomian, masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

I. PENDAHULUAN. peranan sangat strategis dalam struktur perekonomian nasional. Karena

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional

BAB I PENDAHULUAN. sistematika penelitian yang akan menggambarkan beberapa informasi awal tentang

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah

I. PENDAHULUAN. Industri perbankan masih mendominasi aset sektor keuangan. Penguasaan aset

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara

BAB I PENDAHULUAN. yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, Bank

BAB I PENDAHULUAN. dan perbankan Indonesia. Adanya rentang waktu pengembalian pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. keuangan serta memiliki fungsi menjadi jembatan keuangan diantara

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deregulasi perbankan pada bulan Oktober 1988, atau lebih dikenal dengan Pakto 88, mengakibatkan industri perbankan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat besar, baik dalam peningkatan volume usaha, jenis produk yang dihasilkan maupun pendirian bank baru dan perluasan jaringan kantor bank. Namun kondisi diatas mengalami perubahan pada saat Indonesia dilanda krisis ekonomi sepuluh tahun kemudian. Hal ini nampak pada perkembangan jumlah perbankan di Indonesia seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Bank dan Kantor Bank di Indonesia Tahun 1986-2000 Jumlah Jumlah Tahun Bank Kantor Bank 1986 5,902 7,311 1987 5,895 7,405 1988 7,817 9,434 1989 7,896 10,326 1990 8,687 12,079 1991 8,488 12,543 1992 8,728 12,922 1993 8,951 13,330 1994 9,163 13,811 1995 9,238 14,286 1996 9,276 14,956 1997 9,230 15,316 1998 9,147 15,193 1999 8,961 14,595 2000 8,926 14,169 Sumber : Bank Indonesia, 2001 (diolah). 1

Dengan demikian nampak bahwa hanya perbankan yang sehat yang dapat lolos dari keterpurukan kondisi ekonomi. Selanjutnya, pada masa yang akan datang bisnis perbankan tidak mudah lagi karena akan terus menerus dipacu untuk mengembangkan diri. PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau Bank BRI, adalah salah satu bank yang tetap bertahan di tengah terpaan krisis ekonomi yang sangat sulit dihindari. Dalam hal ini Bank BRI tetap mampu bersaing dengan bank-bank lain. Sebagai gambaran keberhasilan Bank BRI tersebut dapat dilihat pada kinerja perkembangan simpanan masyarakat, pinjaman dan laba Bank BRI pasca krisis yang menunjukan pertumbuhan yang positif Tabel 2. Tabel 2. Gambaran Kinerja Bank BRI (Milyar Rupiah) Keterangan 2001 2002 Pertumbuhan Rp % Simpanan 57,698 69,423 11,725 20.32 Pinjaman 32,358 39,300 6,942 21.45 Laba / (Rugi) 1,064 1,664 600 56.39 Sumber : Bank BRI, 2003 (non audited) Keberhasilan Bank BRI melangsungkan kegiatan usahanya tersebut disebabkan Bank BRI lebih banyak melayani segmen bisnis mikro dan ritel dibanding bank lain. Segmen bisnis mikro dan ritel merupakan kelompok usaha yang paling resisten terhadap pengaruh krisis, sehingga kelompok diatas sebagian masih dapat memenuhi kewajibannya kepada pihak perbankan. Hal tersebut dapat dilihat dari data Bank Indonesia (Forkom BRI, 2001), yang menyebutkan bahwa kredit bermasalah nasabah perorangan individu hanya sebesar 11.56%, jauh lebih kecil 2

daripada kredit bermasalah kepada badan usaha sektor swasta yang merupakan nasabah corporate dengan pencapaian sebesar 45.14% dari total kredit. Sejalan dengan misi Bank BRI untuk memberikan pelayanan kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan mengambil momentum kinerja Bank BRI yang membaik, dimana salah satu indikasinya adalah merupakan satu-satunya Bank BUMN yang Net Interest Margin-nya positif diluar bunga obligasi (Nasution,2001), maka Bank BRI bermaksud memperluas jangkauan (out-reach) dengan membuka delivery channel di wilayah yang sedang berkembang maupun daerah potensial lainnya yang belum terlayani oleh bank (underbank). Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan pada saat dilakukan Forum Komunikasi BRI (Forkom, 2001) menunjukan bahwa posisi BRI adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Analisis SWOT Posisi BRI (Forkom, 2001) Strengths Customer base tinggi Jaringan kerja luas Citra perusahaan aman Loyalitas Customer tinggi khususnya nasabah yang berusia tua Opportunity Potensi pasar consumer banking masih besar High yield / return. Weaknesses Citra Pelayanan Profiil nasabah : usia tua Jaringan kerja di wilayah kerja potensial dana rendah Organisasi, produk, teknologi consumer banking belum siap Persiapan SDM perlu waktu panjang Threats Persaingan tinggi. Entry barier rendah Risiko bisnis cukup tinggi 3

Berdasarkan analisis SWOT tersebut, maka untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, khususnya dibidang delivery channel, kebijakan yang diambil pihak manajemen antara lain adalah pembukaan Kantor Cabang Pembantu (KCP) di sentra-sentra bisnis potensial. Melalui jaringan unit kerja yang luas, Bank BRI akan mempunyai struktur pendanaan (funding base) yang kokoh dengan berfokus pada nasabah ritel. Komposisi dana mahal (deposito) akan diturunkan, sedangkan komposisi dana murah (tabungan dan giro) akan ditingkatkan, sehingga biaya dana (cost of fund) akan dapat diperkecil. Disamping itu, perluasan jaringan usaha (delivery channel) dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan, daya saing dan pelayanan kepada masyarakat. Pertimbangan lain terhadap rencana pendirian Kantor Cabang Pembantu diatas adalah dalam rangka memanfaatkan peluang, namun belum dimanfaatkan oleh pesaing, sehingga BRI dapat mendahului untuk mendapatkan peluang tersebut. B. Identifikasi Masalah Dalam rangka membantu mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan mempermudah pelayanan nasabah, Bank BRI bermaksud mendirikan KCP yang berlokasi di wilayah Sawahlunto Sijunjung. Salah satu studi kasus yang diangkat penulis adalah mengenai pendirian Kantor Cabang Pembantu di Wilayah Koto Baru Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung, dimana wilayah tersebut merupakan salah satu pusat perdagangan dan agribisnis di bidang kelapa sawit dan karet. 4

Disamping itu secara geografis letaknya sangat strategis, mengingat kecamatan Koto Baru merupakan persimpangan jalan ke Padang, Sitiung dan Muaro Bungo. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir Kecamatan Koto Baru mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Kondisi tersebut juga sangat didukung oleh meningkatnya perusahaan perusahaan yang menginvestasikan dananya ke sektor perkebunan, seperti kelapa sawit, karet dan sektor perindustrian seperti industri pengolahan kelapa sawit, industri karet dan industri kayu olahan. Meningkatnya kinerja sektor perkebunan dan industri tersebut mempunyai dampak positif terhadap kecepatan perputaran ekonomi diwilayah setempat, sehingga mulai muncul para pengusaha-pengusaha baru yang bergerak dibidang perdagangan kelontong, spare part kendaraan, bahan bangunan, sektor jasa angkutan, rumah makan dan lain lain. Sebagai gambaran 1 (satu) unit ruko dapat mencapai harga Rp200 juta, dan pada tahun 1999 pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung adalah Rp4,1 juta per tahun (BPS Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung, 2000) Perusahan-perusahan yang bergerak dibidang industri dan perkebunan yang terdapat diwilayan Koto Baru (Wilayah Selatan Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung) adalah sebagai berikut (Pemerintah Daerah Sawahlunto/Sijunjung, 2003). 1. Kecamatan Sei Rumbai : PT. Trilambang Perkasa (Arang Briket), PT. Selago Makmur Plantation (Perkebunan Kelapa Sawit), PT. Trisco 5

Pratama (Kelapa Sawit), PT. Incasi Raya (Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Crude Palm Oil), dan PT. Bina Pratama Sakato Jaya (Kelapa Sawit ); 2. Kecamatan Koto Baru : Supu Soka (Pabrik Genteng Tanah Liat), PT. Sumber Andalas Kencana, Meranti Timber, dan Sava Tidar Sawmill; 3. Kecamatan Pulau Punjung : Aktiva Teknik Sawmill (Kayu Gergaji), dan Pilly Karyo (Kayu Pecahan); 4. Kecamatan Sitiung : Berlian Mahkota Teknik, Samudra Bina Upaya (Kayu Pecahan); 5. Kecamatan Kamang Baru : PT. Bina Pratama Sakato Jaya (Kelapa Sawit), PT. Tidar Kerinci Agung (Perkebunan dan Industri Kelapa Sawit) dan PT. Tidar Sungkai Sawit (Perkebunan dan Industri Kelapa Sawit). Kondisi tersebut diatas menambah gairah masuknya pencari kerja ke Koto Baru sehingga pertumbuhan penduduk Koto Baru dalam lima tahun terakhir cenderung meningkat (Tabel 6). Perkembangan diatas juga didorong oleh adanya Undang Undang Otonomi Daerah (UU Nomor 22 tahun 1999) yang memungkinkan daerah untuk memberdayakan potensi daerah dengan tingkat birokrasi yang lebih sederhana dan praktis. Sebagai antisipasi Bank BRI terhadap perkembangan di Kecamatan Koto Baru yang pesat, maka pendirian KCP Koto Baru dapat dijadikan peluang bagi perkembangan bisnis Bank BRI yang harus dimanfaatkan. Namun demikian, untuk mendukung upaya tersebut perlu 6

dilakukan analisis pendirian Kantor Cabang Pembantu di wilayah Sawahlunto Sijunjung, khususnya di kawasan Koto Baru. Adapun calon KCP Koto Baru diatas berada dibawah supervisi Kantor Cabang BRI Sijunjung yang berlokasi di Jalan Prof. Muh. Yamin, SH No.25A Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung. C. Batasan Masalah Penentuan kelayakan pendirian Kantor Cabang Pembantu (KCP) Koto Baru, dianalisa dengan fokus kelayakan industri perbankan. D. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pendirian KCP di Koto Baru layak bagi Bank BRI, baik secara teknis maupun finansial. 2. Faktor-faktor apa yang saja yang mempengaruhi kelayakan pendirian KCK Koto Baru dan komponen biaya apa saja yang terpengaruh dengan adanya pendirian KCP Koto Baru. 3. Berapa besar nilai investasi yang ditanggung oleh perusahaan dalam pendirian KCP Koto Baru dan berapa estimasi keuntungan/kerugian yang diperoleh perusahaan dengan didirikannya KCP tersebut. 7

E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Mengkaji dan menganalisa potensi ekonomi, peluang pasar, tingkat persaingan yang sehat antar bank dan tingkat kejenuhan antar bank di sekitar lokasi KCP tersebut. 2. Mengkaji dan menganalisa potensi pasar perbankan, meliputi proyeksi dana yang dapat dihimpun dan disalurkan. 3. Menghitung jumlah investasi yang diperlukan untuk pendirian KCP. 4. Menilai tingkat kelayakan pendirian KCP. 8

UNTUK SELENGKAPNYA TERSEDIA DI PERPUSTAKAAN MB IPB 9