MENGEMBANGKAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Oleh : Dr. Agus Mulyana

dokumen-dokumen yang mirip
MENGEMBANGKAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Dr. Agus Mulyana, M.Hum

Pendekatan Historiografi Dalam Memahami Buku Teks Pelajaran Sejarah *) Oleh : Agus Mulyana

Bagian 1 AGUS PRIBADI 1

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Dr. Agus Mulyana, M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana

nasib makhluk di muka bumi dan generasi berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan totalitas pengalaman yang dapat dipandang dari

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama pada penelitian ini memaparkan hal-hal mendasar berkenaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL BERBASIS FOLKLORE UNTUK MENANAMKAN NILAI KEARIFAN LOKAL KEPADA SISWA

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.1

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Cerita rakyat menurut Danandjaja dalam bukunya folklore Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan dengan baik dan benar pada anak didik kita. Semua pelajaran tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan

Bab I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsawan serta orang kaya di Eropa pada masa itu (Haviland, 1988:228).

Mam MAKALAH ISLAM. Wali Songo, Antara Legenda dan Fakta Sejarah

BAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENCERITAKAN PERISTIWA MELALUI MODEL ARTIKULASI DI KELAS III SDN 2 BOTUBILOTAHU KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN SEJARAH SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

IMPERIALISME BUDAYA DALAM KOMIK JEPANG (Analisis Wacana tentang Bentuk Imperialisme Budaya dalam Komik Jepang)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahirnya kurikulum 2013 sebagai penerapan kurikulum yang baru ternyata

BAB I PENDAHULUAN. cerita rakyat buatan Indonesia, masyarakat juga dibanjiri oleh cerita-cerita dari

Apa itu Penelitian Kualitatif???

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

HIDUP MODERN BERWAWASAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

Menyampaikan tanggapan. Memberikan tanggapan terhadap pernyataanpernyataan. Melakukan tanya jawab dengan teman. terhadap isi penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. kata dan kalimat yang tersusun secara harmonis, sehingga menggugah rasa ingin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA TRADISI PENGGUNAAN GARAM. A. Makna Tradisi Penggunaan Garam Perspektif Strukturalisme Claude

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

REVITALISASI BUDAYA LOKAL KOTA KUDUS DALAM PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DI SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. disampaikan seorang guru hendaknya mengacu kepada tujuan yang telah

Transkripsi:

MENGEMBANGKAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Oleh : Dr. Agus Mulyana

Permasalahan di Lapangan Pembelajaran sejarah pada umumnya yang terjadi di lapangan mengajarakan materi yang jauh dari realitas kehidupan siswa Siswa dihadapkan pada serentetan catatan fakta yang terjadi di masa lampau yang membentuk suatu peristiwa Materi terlalu tertumpu pada uraian yang disampaikan oleh buku teks yang dipakai oleh guru.

Kearifan Lokal dan Kesadaran Sejarah Salah satu cara mendekatkan siswa pada materi sejarah adalah dengan menggunakan sumber-sumber lokal dimana siswa tersebut tinggal Sumber lokal yang dijadikan materi sejarah dapat berupa kearifan lokal Istilah kearifan lokal muncul sebagai suatu pandangan hidup ketika orang memiliki pandangan terhadap arus besar

Arus besar yang dimaksud adalah pandangan-pandangan yang lahir dikarenakan oleh penciptaan global Salah satu faktor penting terciptanya pandangan global adalah media informasi. Media informasi mampu membangun opini masyarakat dan dalam batas-batas tertentu opini tersebut dapat membentuk pandangan masyarakat Misalnya gaya hidup yang merujuk pada pandangan-pandangan opini dunia

Tertanamnya pandangan global pada individu-individu dapat berdampak pada tercerabutnya nilai-nilai lokalitas yang dimilikinya Derasnya arus pandangan global ternyata menimbulkan persoalan. Modernisasi yang digembar gemborkan menimbulkan krisis kemanusiaan. Krisis yang muncul bisa pada diri manusia dan lingkungan sekitarnya Misalnya polusi, bencana banjir, kekeringan air, pemanasan global, dll.

Krisis kemanusiaan ini lah yang kemudian melahirkan kejenuhan bahkan pada batas-batas tertentu melahirkan ketidakpercayaan terhadap ideologi global Kejenuhan manusia terhadap ideologi global menyebabkan manusia mencoba untuk mencari keunikan-keunikan yang bersifat natural Dalam konteks budaya, orang mulai kembali ke masa lalu. Orang mulai mencari nilai-nilai lokalitas yang bermakna dan original. Nilai-nilai lokal ini lah yang kemudian disebut dengan kearifan lokal

Dalam perspektif sejarah, upaya mencari kearifan lokal merupakan bagian dari kesadaran sejarah Sebab kearifan lokal terbentuk suatu kurun waktu yang cukup lama. Pengakuan terhadap eksistensi kearifan lokal biasanya lakukan melalui pelacakan terhadap bagaimana proses terbentuknya kearifan lokal tersebut. Misalnya suatu kepercayaan yang bersifat mitos. Terbentuknya suatu mitos tersebut biasanya melalui suatu pewarisan dari suatu generasi ke generasi. Pewarisan dilakukan melalui suatu penuturan dari penutur kepada masyarakatnya sehingga membentuk suatu tradisi lisan

Sumber-Sumber Kearifan Lokal Awal pembentukan kearifan lokal dalam suatu masyarakat umumnya tidak diketahui secara pasti kapan kearifan lokal tersebut muncul. Pada umumnya terbentuknya kearifan lokal mulai sejak masyarakat belum mengenal tulisan (praaksara). Tradisi praaksara ini yang kemudian melahirkan tradisi lisan Dalam perkembangan berikut tradisi lisan ini dapat menjadi kepercayaan atau keyakinan masyarakat.

Tradisi lisan biasa dibedakan menjadi beberapa jenis (Jan Vasina, 1985 : 13-17) : 1. berupa petuah-petuah yang sebenarnya merupakan rumusan kalimat yang dianggap punya arti khusus bagi kelompok, 2. kisah tentang kejadian-kejadian di sekitar kehidupan kelompok, baik sebagai kisah perorangan (personal tradition) atau sebagai kelompok (group account). 3. cerita kepahlawanan, yang berisi bermacam-macam gambaran tentang tindakan-tindakan kepahlawanan yang mengagumkan bagi kelompok pemiliknya yang biasanya berpusat pada tokoh-tokoh tertentu (biasanya tokoh-tokoh pimpinan masyarakat). 4. cerita dongeng yang umumnya bersifat fiksi belaka

Kearifan Lokal dan Nilai-Nilai Pembelajaran Aspek nilai-nilai yang tertanam dalam siswa semestinya merupakan hasil proses mengolah informasi dalam kognitif siswa. Siswa dihadapkan pada sumber sejarah yang dapat menjadi informasi kognisi siswa. Setelah fakta masuk dalam kognisi siswa kemudian diolah dalam kognisi tersebut. Proses pengolahan data dilakukan dalam kognisi siswa yang memberikan penilaian terhadap data terhadap data tersebut. Dengan demikian hasil belajar yang diperoleh berangkat dari proses penemuan (inquiry).