II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kekeringan

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia adalah salah satu Negara Mega Biodiversity yang terletak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

BAB I PENDAHULUAN. and R.W. Kiefer., 1979). Penggunaan penginderaan jauh dalam mendeteksi luas

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat dan Hutan Adat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

Gambar 1. Satelit Landsat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan lingkungan dengan suasana. fungsi dalam tata lingkungan perkotaan (Nazaruddin, 1996).

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Evaluasi Indeks Urban Pada Citra Landsat Multitemporal Dalam Ekstraksi Kepadatan Bangunan

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Dasar Penginderaan Jauh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Perubahan Penutup Lahan Hutan dan Perkebunan di Provinsi Jambi Periode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

TINJAUAN PUSTAKA. Status administrasi dan wilayah secara administrasi lokasi penelitian

Analisa Pantauan dan Klasifikasi Citra Digital Remote Sensing dengan Data Satelit Landsat TM Melalui Teknik Supervised Classification

BAB I PENDAHULUAN. listrik harus bisa men-supplay kebutuhan listrik rumah tangga maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan dan Penggunaan Lahan 2.2 Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 DASAR TEORI Land Use dan Land Cover

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Session_01. - Definisi SIG - Latar Belakang - Keunggulan SIG dibanding sistem perpetaan konvensional - Contoh pemanfaatan SIG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

PERBANDINGAN METODE SUPERVISED DAN UNSUPERVISED MELALUI ANALISIS CITRA GOOGLE SATELITE UNTUK TATA GUNA LAHAN

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

HASIL DAN PEMBAHASAN

ISTILAH DI NEGARA LAIN

1.2 Tujuan. 1.3 Metodologi

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI

TEORI DASAR INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT TM7+ METODE INTERPRETASI VISUAL ( DIGITIZE SCREEN) Oleh Dwi Nowo Martono

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997

Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan Citra

INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Agroforestri adalah suatu sistem penggunaan lahan yang. didalamnya terjadi interaksi ekologi, sosial dan ekonomi. Namun masih banyak

PERBANDINGAN KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN DENGAN METODE OBJECT-BASED DAN PIXEL- BASED

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG

Transkripsi:

5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penutupan Lahan dan Perubahannya Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya tampak secara langsung dari citra penginderaan jauh. Tiga kelas data secara umum yang tercakup dalam penutupan lahan yaitu: 1. Struktur fisik yang dibangun oleh manusia, 2. Fenomena biotik seperti vegetasi alami, tanaman pertanian, dan kehidupan binatang, 3. Tipe pembangunan. Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu (Lillesand & Kiefer, 1990). Informasi penutupan lahan dapat dikenali secara langsung dengan menggunakan penginderaan jauh, sedangkan informasi tentang kegiatan manusia pada lahan (penggunaan lahan) tidak selalu dapat ditafsir secara langsung dari penutupan lahannya. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang karena manusia mengalami kondisi yang berubah pada waktu yang berbeda (Lillesand & Kief er, 1990). Deteksi perubahan mencakup penggunaan fotografi udara yang berurutan di atas wilayah tertentu dari fotografi tersebut sehingga peta penggunaan lahan

6 untuk setiap waktu dapat dipetakan dan dibandingkan (Lo, 1995). Campbell (1983) dalam Lo (1995) menambahkan bahwa peta perubahan penutupan lahan antara dua periode waktu biasanya dapat dihasilkan. B. Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem Informasi Geografis merupakan suatu sistem berdasarkan komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi (georeference) dalam hal pemasukan, manajemen data, memanipulasi, dan menganalisis serta pengembangan produk dan percetakan (Aronoff, 198 9). Sedangkan Bern (1992) dalam Prahasta (2005) mengemukakan bahwa Sistem Informasi Geografis merupakan sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer untuk akusisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan updating data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data, analisa data. Menurut Rind (1992) dalam Prabowo et al. (2005) menyatakan bahwa Sistem Informasi Geografis merupakan sekumpulan perangkat keras komputer (hardware), perangkat lunak ( software), data-data geografis, dan sumberdaya manusia yang terorganisir, yang secara efisien mengumpulkan, menyimpan, meng-update, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk data yang bereferensi geografis.

7 C. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand & Kief er, 1990). Informasi yang diperoleh dengan menangkap dan merekam pantukan cahaya atau sumber energi lain kemudian menginterpretasi, menganalisa, dan mengaplikasikan data yang terekam. Bentuk hasil yang diperoleh dari penginderaan jauh berupa citra. Proses pengambilannya memerlukan sumber energi, perjalanan energi melalui atmosfer, interaksi antara energi dengan kenampakan di muka bumi, sensor warna pesawat terbang atau satelit, dan hasil pembentukan baik dalam bentuk piktorial (citra) atau numerik. Hasil dari proses tersebut perlu diinterpetrasikan agar memperoleh data atau informasi (Lillesand & Kiefer, 1990). Klasifikasi kesesuaian maksimum ( Maximum-likehood/Gaussian Clasfication) dalam peningkatannya dilakukan dengan mengganti parameter interval sederhana dengan parameter statistik (varian dan korelasi piksel daerah contoh), dengan asumsi bahwa distribusi sampel adalah normal. Setiap daerah contoh dijabarkan dengan nilai rerata aritmatiknya dan parameter matrik kovarian (Sutanto, 1986). D. Aplikasi SIG dan Penginderaan Jauh untuk Penggunaan Lahan Kebutuhan teknologi penginderaan jauh yang dipadukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk tujuan inventarisasi dan pemantauan sangat penting terutama bila dikaitkan dengan pengumpulan data yang secara cepat dan akurat.

8 Pengumpulan data dengan teknologi penginderaan jauh dapat mengurangi bahkan menghilangkan pengaruh subjektivitas. Mengingat luasnya dan banyaknya variasi wilayah Indonesia, sejalan dengan kemajuan teknologi informasi, maka aplikasi penginderaan jauh dan SIG sangat tepat. Kedua teknologi tersebut dapat dipadukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal pengumpulan data, manipulasi data, analisis data, dan menyediakan informasi spasial secara terpadu (Wahyunto, 2007). Aplikasi penginderan jauh digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kondisi penutupan vegetasi dan atau penggunaan lahan saat ini (present land use/land cove) yang didapatkan dengan cara interpetaasi citra satelit. Dari proses tersebut didapatkan informasi mengenai sebaran (distribusi) dan kondisi penutupan lahan dan vegetasi permanen. Penginderaan jauh merupakan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk menyediakan peta yang mutakhir dengan waktu, tenaga, dan biaya yang relatif lebih kecil untuk kawasan yang luas. Salah satu data penginderaan jauh merupakan data digital sehingga memerlukan pengolaannya untuk memperoleh informasi yang disajikan dalam peta tematik. E. Citra Landsat Dari sekian banyak satelit penginderaan jauh yang sering digunakan untuk pemetaan penutupan lahan adalah Landsat (Land Satelit). Seri Landsat yang dikenal pertama kali adalah Earth Resource Technology Satelit (ERTS). Penggunaan nama dan satelit yang kemudian disingkat menjadi Landsat ini dimulai sejak satelit ini digunakan untuk mempelajari lautan dan daerah pesisir (Butler et al, 1988). Seri satelit ini terdiri dari dua generasi pertama yang terdiri

9 dari Landsat 1, Landsat 2, dan Landsat 3 dan generasi kedua yang terdiri dari Landsat 4 dan Landsat 5. Landsat generasi kedua mempunyai orbit pola sunsynchronous yaitu orbitnya akan melewati tempat-tampat yang terletak pada lintang yang sama dan dalam waktu lokal yang sama pula. Periode orbitnya 98.5 menit dengan inklinasi 98.58º salah satu sensor dari Landsat adalah Thematic Mapper (TM). F. Karakteristik Landsat TM Citra Landsat TM ini digunakan dalam penelitian karena memiliki spasial dan resolusi spektral yang baik yang disajikan oleh sensor ini. Sebagai pengetahuan yang baik, Landsat TM memiliki informasi spektral dari kenampakan tiga band yaitu biru, hijau, dan panjang gelombang merah (Riano, 2002). Pemetaan dan inventarisasi sumberdaya lahan suatu daerah melalui tutupan lahan dengan menggunakan data citra satelit dilakukan untuk membantu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian progam pembangunan melalui basis data potensi tutupan lainnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya lahan secara optimal (Rahmad, 2002). Kelemahan citra landsat terletak pada sensornya yang bersifat pasif. Kualitas data yang dihasilkan oleh sensor-sensor landsat tergantung pada gangguan atmosfer saat perekaman. Awan, kabut, asap, dan gangguan atmosfer lainnya akan mengakibatkan menurunnya kualitas data yang dihasilkan terutama di daerah tropis sekitar khatulistiwa terdapat penutupan awan yang tinggi dan merata hampir sepanjang tahun. Pada akhir tahun 2002, sensor pemindai Landsat 7 Enhanced Thematic Mapper+ (ETM+) mengalami kerusakan. Akibatnya, timbul

10 kesalahan yang disebut stripping yakni garis tanpa data yang terletak vertikal searah garis pemindai. G. Metode Interpetrasi Citra Klasifikasi citra merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengelompokkan suatu objek pada citra dengan cara mengidentifikasi kenampakan objek pada citra (Lillesand dan Kiefer, 1990). Klasifikasi citra merupakan metode pengkelasan objek-objek di permukaan bumi dan ditampilkan dalam citra. Metode klasifikasi yang biasa digunakan yakni : 1. Klasifikasi tidak terbimbing (Unsupervised classification) Klasifikasi tak terbimbing merupakan proses pengkelasan yang didasarkan pada informasi gugus-gugus spektral yang tidak bertumpang susun pada ambang jarak (threshold distance) tertentu pada saluran-saluran yang digunakan. Hasil dari klasifikasi belum diketahui identitasnya karena didasarkan hanya pengelompakan secara natural. Untuk menentukan identitas yang tepat, hasil klasifikasi dibandingkan dengan data referensi berupa data penggunaan lahan. Pemberian nama kelas memerlukan pengetahuan mengenai jenis penutupan lahan yang terdapat pada daerah tersebut, jika tidak diperlukan data referensi ataupun data survey (Howard, 1996). 2. Klasifikasi terbimbing Klasifikasi terbimbing mengelompokkan nilai piksel berdasarkan informasi penutupan lahan aktual di permukaan bumi. Data interpetrasi citra berupa

11 klasifikasi piksel berdasarkan spektralnya. Setiap kelas piksel dicari kaitan antara objek atau gejala di permukan bumi. Adapun metode pengkelasan yang sering digunakan yaitu metode kemiripan maksimum ( Maxsimum likelihood). Asumsi yang digunakan dalam metode kemiripan maksimum ini, bahwa objek homogen selalu menampilkan histogram yang terdistribusi normal (Bayesian). 3. Pengukuran akurasi Pengukuran akurasi merupakan suatu cara untuk mengevaluasi tingkat keakurasian hasil klasifiasi yang telah dilakukan. Nilai akurasi dapat dibagi menjadi dua yaitu akurasi secara keseluruhan ( overall accuracy) yang diartikan sebagai total kelas yang diklasifikasikan dibagi dengan total kelas referensi, sedangakan nilai akurasi kategori individu dibagi lagi menjadi dua bagian yakni produser s accuracy dan user accuracy (Jaya, 2010). Produser s accuracy merupakan jumlah elemen kelas yang diklasifikasikan secara benar dibagi dengan elemen referensi untuk kategori. Sedangakan, user s accuracy adalah elemen yang diklasifikasikan secara benar untuk setiap kategori dibagi dengan total elemen yang diklasifikasikan ke dalam kategori tersebut. Penilaian tingkat akurasi dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari hasil pengecekan lapangan ( ground truth) dengan klasifikasi yang diperoleh.

12 Persamaan matematika untuk menghitung nilai overall accuracy sebagai berikut : = 100% Dimana : OA = overall accuracy N = jumlah total piksel X ii = nilai sel pada baris i dan kolom i. r = jumlah baris atau kolom pada matrik kesalahan. Persamaan matematika yang digunakan untuk menghitung nilai kappa accuracy sebagai berikut : + = 1 + K = kappa accuracy N = jumlah total piksel. X ii = jumlah sel pada baris I dan kolom i. X i+ = jumlah nilai kolom dalam baris ke l. X+i = jumlah nilai baris dalam kolom ke i. r = jumlah baris atau kolom pada matrik kesalahan.