%d /fj' MODEL EKON~MI MAKRO DAN KETERKWITAN SENTOR PERTANfdN Dl INDONESI& 33 B= 9'3. Oleh BAAHMANTIO ISDIJOSO EPN 88010

dokumen-dokumen yang mirip
SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah. penduduk, penyediaan kesempatan ke ja, distribusi pendapatan, tingkat output yang

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

ANALISIS IMPOR SERAT DI INDONESIA. JURUSAPd ILMU-IIILMU SOSLAL EKONOMI P ERTmM FAKULTAS PERTAMAN INSTITUT PERTIUUW BOGOR 1997

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

SISTEM EKONOMI INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

1.1 Latar Belakang Hasalah

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa, hal ini disebabkan oleh pertambahan faktor -faktor yang berlaku.

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEBIJAKAN SELAMA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

ANALISIS PERDAGANGAN KOPl INDON.ESIA Dl PASAR DALAM NEGERI DAN.INTERNASIONAL

ANALISIS PERDAGANGAN KOPl INDON.ESIA Dl PASAR DALAM NEGERI DAN.INTERNASIONAL

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BERITA RESMI STATISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Transkripsi:

d 33 B= 9'3 %d /fj' E MODEL EKON~MI MAKRO DAN KETERKWITAN SENTOR PERTANfdN Dl INDONESI& Oleh BAAHMANTIO ISDIJOSO EPN 88010 FAKULTAS PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1992

RINGKASAN BRAHMANTIO ISDIJOSO. Model Ekonomi Makro Indonesia dan Keterkaitan Sektor Pertanian 1967-1988 (Di bawah bim- bingan TJAHJADI SUGIANTO sebagai ketua, MANGARA TAMBUNAN dan PANTJAR SINATUPANG sebagai anggota). Pelaksanaan pembangunan di Indonesia selama hampir 25 tahun telah berhasil meningkatkan pendapatan per kapita, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengurangi jumlah kerniskinan absolut. Struktur produksi ekonomi nasional juga mengalami perubahan, dimana peranan sektor Pertanian pada Produk Domestik Bruto sebagai penyumbang terbesar telah tergeser dan digantikan oleh sektor Perdagangan, Lembaga Keuangan dan Jasa Lainnya. Akibatnya kaitan antara sektor riil dengan sektor moneter (uang) juga semakin kuat. Disamping itu upaya pembangunan dan berba- gai kebijaksanaan ekonomi yang selama ini ditempuh oleh pemerintah selama ini telah mengakibatkan ekonomi dalam negeri Indonesia semakin terbuka terhadap pengaruh peruba- han ekonomi dunia dan perekonomian desa, yang merupakan tempat kegiatan sektor Pertanian, juga semakin terbuka terhadap pengaruh perubahan di sektor moneter dan sektor riil lainnya. Akan tetapi distribusi kesempatan kerja relatif tidak mengalami perubahan, dimana sektor Pertanian masih merupakan penampung tenaga kerja terbesar hingga -. saat ini.

Perkembangan situasi ekonomi seperti itu menuntut adanya uenguasaan pengetahuan yang lebih baik tentang kaitan antara sektor riil (khususnya sektor Pertanian) dengan sektor moneter, dan kaitan antara sektor pertanian dengan sektor riil lainnya. Pengetahuan tersebut sangat berguna dalam penyusunan rencana pembangunan ekonomi nasional dan dalam menentukan kebijaksanaan untuk memini- mumkan dampak negatif yang timbul dari kebijaksanaan di sektor moneter yang sering dilakukan oleh pemerintah, seperti devaluasi nilai tukar rupiah dan kebijaksanaan uang ketat. Dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan tersebut, studi ini merintis membangun model ekonometrika yang menekankan pada kaitan antara sektor Pertanian dengan sektor Moneter dan sektor Pertanian dengan sektor riil lainnya (sektor Agro-Industri dan sektor Industri Penqolahan Lainnya). Model yang dihasilkan merupakan qabungan dari sembilan blok persamaan (delapan blok persamaan simultan dan satu blok persamaan rekursif) yaitu; Finansial, Fiskal, Tanaman Bahan Makanan, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, Agro-Industri, Industri Pengolahan Lainnya dan Industri Pengolahan Migas. Model terdiri dari 80 peubah endogenus dan 86 persamaan ( meliputi 80 persamaan untuk solusi dan 6 persamaan pernyataan untuk mengkaitkan blok satu dengan blok lainnya). Model disebut Model Ekonomi Makro dan Keterkaitan Sektor Pertanian di Indonesia. Keterkaitan sektor Perta-

nian dengan peubah-peubah ekonomi makro ditunjukkan oleh : 1. Peubah RPC lkonsumsi masvarakat) dan RGC (konsumsi pemerintah) dalam persamaan permintaan di masing-masing sub sektor dalam sektor Pertanian 2. Peubah ER (nilai tukar rupiah terhadap US$) dalam persamaan harga ekspor dan impor atau persamaan ekspor dan impor. 3. Peubah RLOAN (kredit), RGI (investasi pemerintah) dan RPI (investasi swasta/masyarakatl dalam persamaan suplai 4. Peubah P (tingkat-harga umum) dalam persamaan permintaan, suplai, ekspor dan impor. Kaitan antara sektor Pertanian dengan sektor Agro-Industri ditunjukkan oleh oleh; 1. Peubah OIA (produksi sektor Agro-Industri) dalam persamaan permintaan di masing-masing sub sektor Pertanian 2. Peubah PAG (harga impor produk pertanian luar negeril dan PMAG (harga produk pertanian domestik) dalam persamaan suplai sektor Agro-Industri. ~ ~ Disamping itu adanya peubah P dalam persamaan permintdam, penawaran, ekspor atau impor juga mencerminkan kaitan antara sektor riil dengan sektor moneter dan, kaitan diantara sektor riil sendiri. Pendugaan koefisien-koefisien dalam model menggunakan metoda non-linear tiga tahap (N3SLS). Oleh karena jumlah pengamatan lebih kecil dari jumlah peubah (n < K), maka dalam proses pendugaan model dibagi menjadi sembilan blok.

Kesembilan blok itu terdiri dari delapan blok persamaan simultan dan satu blok persamaan rekursif. Validasi pada Model Ekonomi Makro dan Keterkaitan Sektor Pertanian di Indoneisa dengan metoda simulasi dinamis memberikan hasil baik. Dimana dengan menggunakan nilai peubah eksogenus dan beda kala eksogenus, yang telah ada, serta nilai peubah beda kala endogenus hasil dugaan model, Model Ekonomi Makro dan Keterkaitan Sektor Pertanian di Indone- sia mampu menghasilkan ulang data aktual untuk 59 peubah endogenus dengan cukup baik. Faktor lain yang mendukung penggunaan model diatas untuk mencapai tujuan studi ini adalah nilai statistik U untuk peubah - peubah yang akan dianalisis (QSAGSFD, QSAGSP, QSAGSA, QSAGSF, QIA, QSIOTH, QXAGFD, QXAGSP, QXAGSA, QXAGSF, RY dan P) lebih kecil dari batas ketidaksamaan. Selanjutnya Model Ekonomi Makro Indonesia dan Keterkaitan Sektor Pertanian digunakan untuk menganalisis dampak kebijaksanaan devaluasi sebesar 20 persen, kebijaksanaan uang ketat melalui pengurangan penyaluran kredit dari Bank ~ndonesiapada Bank-Bank Umum skbesar 10 persen dan turunnya harga ekspor migas sebesar 7 persen. Kebijaksanaan devaluasi mengakibatkan produksi sektor Pertanian yang bersifat kemapuan diperdagangkan rendah ('-non-tradable goods') mengalami penurunan, seperti hasil su.b sektor Tanaman Bahan Makanan, Peternakan dan Perika- nail. Kebijaksanaan ini juga mengakibatkan penurunan pro- duksi sektor Agro-Industri. Sedang produksi sektor Perta-

nian sub sektor Perkebunan dan sektor Industri Pengolahan Lainnya akan meningkat bila pemerintah melakukan devalua- si nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika. Kebijaksa- naan devaluasi akan mendorong peningkatan ekspor produk sektor Pertanian, Agro-Industri dan Industri Pengolahan Lainnya. Walaupun kebijaksanaan devaluasi mendorong pen- ingkatan ekspor hasil tiga sektor tersebut, tetapi nilai elastisitasnya menunjukkan bahwa kebijaksanaan devaluasi lebih bermanfaat bagi upaya peningkatan ekspor produk sektor Agro-Industri dan Industri Pengolahan Lainnya daripada untuk upaya peningkatan ekspor hasil sektor Pertanian. Kebijaksanaan uang ketat akan mengakibatkan produksi sektor Pertanian, Agro-Industri dan Industri Pengolahan Lainnya turun. Penurunan produksi terbesar akan dialami oleh sektor Agro-Industri, kemudian sektor Industri Pengolahan Lainnya dan sektor Pertanian. Penurunan pro- duksi terbesar dalam sektor Pertanian dialami oleh sub sektor Perkebunan. Kebijaksanaan uang ketat juga mengaki- batkan ekspor hasil sektor Pertanian, Agro-Industri dan Industri Pengolahan Lainnya merosot.. Penurunan ekspor terbesar dialami oleh ekspor produk sektor Agro-Industri, sektor Industri Pengolahan Lainnya dan sub sektor nan. Perika- Turunnya harga ekspor minyak dan gas bumi akan mengakibatkan hasil sub sektor Perkebunan, sektor Agro- 1n.dustri dan Industri Pengolahan Lainnya turun. Nerosot-

nya harga ekspor komoditi tersebut juga akan mengakibatkan ekspor hasil sub sektor Perkebunan, Perikanan, sektor Agro-Industri dan Industri Pengolahan Lainnya akan turun. Sedang ekspor hasil sub sektor Tanaman Bahan Nakanan dan Peternakan akan naik. Disamping itu turunnya harga ekspor migas diperkirakan juga akan mengakibatkan Neraca Pembayaran Indonesia mengalami tekanan, dengan elasitisi- tas sebesar 11.119. Oleh karena dampaknya yang demikian besar pada Neraca Pembayaran Indonesia dan sektor Industri maka pemerintah selalu mengambil tindakan untuk mengatasi- nya. Tindakan tersebut adanya yang bersifat jangka pendek (mendesak), seperti devaluasi, dan jangka panjang. Uraian hasil analisis dampak kebijaksanaan devaluasi dan kebijaksanaan uang Ketat diatas menunjukkan adanya dampak negatif pada produksi dan ekspor hasil sektor Perta- nian. Lebih lanjut ha1 ini memberikan indikasi bahwa dua kebijaksanaan tersebut bersifat menghambat pertumbuhan sektor Pertanian, menghambat kesempatan kerja di sektor pertanian, menghambat peningkatan pendapatan petani/buruh ~ ~ tani dan mendorong petani serta buruh tani mencari tambahan pendapatan keluar desa. Kebijaksanaan devaluasi sering dilakukan dalam menghadapi penurunan harga ekspor migas yang tidak diperkirakan, dengan tujuan untuk mempertahankan keragaan Neraca Pembayaran dan mempertahankan rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Kebijaksanaan uang ketat sering dilakukan untuk menghindari inflasi yang membubung tinggi.

Sejak tahun 1983 pemerlntah mulai mengarahkan pengembangan Industri yanq berorientasi ekspor dan peranan komoditi migas masih cukup besar, baik dalam Neraca Pembayaran Indonesia maupun dalam 4nggaran Pendapatan dan Belanja Negara, maka kebijaksanaan devaluasi dan uang ketat masih akan sering dilakukan oleh pemerintah. Tetapi dua kebijaksanaan tersebut menimbulkan dampak negatif pada sektor Pertanian yang merupakan penampung tenaga kerja terbesar. Oieh karen.a itu perlu diupayakan langkahlangkah untuk mengurangi pengaruh dampak negatif tersebut. Secara umum langkah-langkah tersebut hendaknya diarahkan pada bentuk-bentuk investasi pemerintah yang (1) dapat menurunkan biaya produksi usahatani Tanaman Bahan Makanan, Peternakan dan Perikanan, (2) memudahkan mobilitas antara desa dengan kota, (3) meningkatkan arus informasi teknologi budidaya yang lebih efisien, harga dan situasi pasar pada waktu mendatang, dan mekanisme alokasi kredit untuk sektor Pertanian yang lebih baik.

MODEL EKONOMI MAKRO DAN KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN D I INDONESIA Oleh BRAHMANTIO ISDIJOSO Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor FAKULTAS PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 1992

Judul Tesis : MODEL EKONOMI MAKRO DAN KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA Nama Mahasiswa : BRAHMANTIO ISDIJOSO Nomor Pokok : 88010 Menyetujui 1. Komisi Pembimbing (Dr. Ir. Tjahjadi Sugianto) Ketua (Dr. Ir. Mangara Tambunan) (Dr. Ir. Pantjar Simatupang ) Anggota Anggota jana Tanggal Lulus : 21 Desember 1991