d 33 B= 9'3 %d /fj' E MODEL EKON~MI MAKRO DAN KETERKWITAN SENTOR PERTANfdN Dl INDONESI& Oleh BAAHMANTIO ISDIJOSO EPN 88010 FAKULTAS PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1992
RINGKASAN BRAHMANTIO ISDIJOSO. Model Ekonomi Makro Indonesia dan Keterkaitan Sektor Pertanian 1967-1988 (Di bawah bim- bingan TJAHJADI SUGIANTO sebagai ketua, MANGARA TAMBUNAN dan PANTJAR SINATUPANG sebagai anggota). Pelaksanaan pembangunan di Indonesia selama hampir 25 tahun telah berhasil meningkatkan pendapatan per kapita, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengurangi jumlah kerniskinan absolut. Struktur produksi ekonomi nasional juga mengalami perubahan, dimana peranan sektor Pertanian pada Produk Domestik Bruto sebagai penyumbang terbesar telah tergeser dan digantikan oleh sektor Perdagangan, Lembaga Keuangan dan Jasa Lainnya. Akibatnya kaitan antara sektor riil dengan sektor moneter (uang) juga semakin kuat. Disamping itu upaya pembangunan dan berba- gai kebijaksanaan ekonomi yang selama ini ditempuh oleh pemerintah selama ini telah mengakibatkan ekonomi dalam negeri Indonesia semakin terbuka terhadap pengaruh peruba- han ekonomi dunia dan perekonomian desa, yang merupakan tempat kegiatan sektor Pertanian, juga semakin terbuka terhadap pengaruh perubahan di sektor moneter dan sektor riil lainnya. Akan tetapi distribusi kesempatan kerja relatif tidak mengalami perubahan, dimana sektor Pertanian masih merupakan penampung tenaga kerja terbesar hingga -. saat ini.
Perkembangan situasi ekonomi seperti itu menuntut adanya uenguasaan pengetahuan yang lebih baik tentang kaitan antara sektor riil (khususnya sektor Pertanian) dengan sektor moneter, dan kaitan antara sektor pertanian dengan sektor riil lainnya. Pengetahuan tersebut sangat berguna dalam penyusunan rencana pembangunan ekonomi nasional dan dalam menentukan kebijaksanaan untuk memini- mumkan dampak negatif yang timbul dari kebijaksanaan di sektor moneter yang sering dilakukan oleh pemerintah, seperti devaluasi nilai tukar rupiah dan kebijaksanaan uang ketat. Dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan tersebut, studi ini merintis membangun model ekonometrika yang menekankan pada kaitan antara sektor Pertanian dengan sektor Moneter dan sektor Pertanian dengan sektor riil lainnya (sektor Agro-Industri dan sektor Industri Penqolahan Lainnya). Model yang dihasilkan merupakan qabungan dari sembilan blok persamaan (delapan blok persamaan simultan dan satu blok persamaan rekursif) yaitu; Finansial, Fiskal, Tanaman Bahan Makanan, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, Agro-Industri, Industri Pengolahan Lainnya dan Industri Pengolahan Migas. Model terdiri dari 80 peubah endogenus dan 86 persamaan ( meliputi 80 persamaan untuk solusi dan 6 persamaan pernyataan untuk mengkaitkan blok satu dengan blok lainnya). Model disebut Model Ekonomi Makro dan Keterkaitan Sektor Pertanian di Indonesia. Keterkaitan sektor Perta-
nian dengan peubah-peubah ekonomi makro ditunjukkan oleh : 1. Peubah RPC lkonsumsi masvarakat) dan RGC (konsumsi pemerintah) dalam persamaan permintaan di masing-masing sub sektor dalam sektor Pertanian 2. Peubah ER (nilai tukar rupiah terhadap US$) dalam persamaan harga ekspor dan impor atau persamaan ekspor dan impor. 3. Peubah RLOAN (kredit), RGI (investasi pemerintah) dan RPI (investasi swasta/masyarakatl dalam persamaan suplai 4. Peubah P (tingkat-harga umum) dalam persamaan permintaan, suplai, ekspor dan impor. Kaitan antara sektor Pertanian dengan sektor Agro-Industri ditunjukkan oleh oleh; 1. Peubah OIA (produksi sektor Agro-Industri) dalam persamaan permintaan di masing-masing sub sektor Pertanian 2. Peubah PAG (harga impor produk pertanian luar negeril dan PMAG (harga produk pertanian domestik) dalam persamaan suplai sektor Agro-Industri. ~ ~ Disamping itu adanya peubah P dalam persamaan permintdam, penawaran, ekspor atau impor juga mencerminkan kaitan antara sektor riil dengan sektor moneter dan, kaitan diantara sektor riil sendiri. Pendugaan koefisien-koefisien dalam model menggunakan metoda non-linear tiga tahap (N3SLS). Oleh karena jumlah pengamatan lebih kecil dari jumlah peubah (n < K), maka dalam proses pendugaan model dibagi menjadi sembilan blok.
Kesembilan blok itu terdiri dari delapan blok persamaan simultan dan satu blok persamaan rekursif. Validasi pada Model Ekonomi Makro dan Keterkaitan Sektor Pertanian di Indoneisa dengan metoda simulasi dinamis memberikan hasil baik. Dimana dengan menggunakan nilai peubah eksogenus dan beda kala eksogenus, yang telah ada, serta nilai peubah beda kala endogenus hasil dugaan model, Model Ekonomi Makro dan Keterkaitan Sektor Pertanian di Indone- sia mampu menghasilkan ulang data aktual untuk 59 peubah endogenus dengan cukup baik. Faktor lain yang mendukung penggunaan model diatas untuk mencapai tujuan studi ini adalah nilai statistik U untuk peubah - peubah yang akan dianalisis (QSAGSFD, QSAGSP, QSAGSA, QSAGSF, QIA, QSIOTH, QXAGFD, QXAGSP, QXAGSA, QXAGSF, RY dan P) lebih kecil dari batas ketidaksamaan. Selanjutnya Model Ekonomi Makro Indonesia dan Keterkaitan Sektor Pertanian digunakan untuk menganalisis dampak kebijaksanaan devaluasi sebesar 20 persen, kebijaksanaan uang ketat melalui pengurangan penyaluran kredit dari Bank ~ndonesiapada Bank-Bank Umum skbesar 10 persen dan turunnya harga ekspor migas sebesar 7 persen. Kebijaksanaan devaluasi mengakibatkan produksi sektor Pertanian yang bersifat kemapuan diperdagangkan rendah ('-non-tradable goods') mengalami penurunan, seperti hasil su.b sektor Tanaman Bahan Makanan, Peternakan dan Perika- nail. Kebijaksanaan ini juga mengakibatkan penurunan pro- duksi sektor Agro-Industri. Sedang produksi sektor Perta-
nian sub sektor Perkebunan dan sektor Industri Pengolahan Lainnya akan meningkat bila pemerintah melakukan devalua- si nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika. Kebijaksa- naan devaluasi akan mendorong peningkatan ekspor produk sektor Pertanian, Agro-Industri dan Industri Pengolahan Lainnya. Walaupun kebijaksanaan devaluasi mendorong pen- ingkatan ekspor hasil tiga sektor tersebut, tetapi nilai elastisitasnya menunjukkan bahwa kebijaksanaan devaluasi lebih bermanfaat bagi upaya peningkatan ekspor produk sektor Agro-Industri dan Industri Pengolahan Lainnya daripada untuk upaya peningkatan ekspor hasil sektor Pertanian. Kebijaksanaan uang ketat akan mengakibatkan produksi sektor Pertanian, Agro-Industri dan Industri Pengolahan Lainnya turun. Penurunan produksi terbesar akan dialami oleh sektor Agro-Industri, kemudian sektor Industri Pengolahan Lainnya dan sektor Pertanian. Penurunan pro- duksi terbesar dalam sektor Pertanian dialami oleh sub sektor Perkebunan. Kebijaksanaan uang ketat juga mengaki- batkan ekspor hasil sektor Pertanian, Agro-Industri dan Industri Pengolahan Lainnya merosot.. Penurunan ekspor terbesar dialami oleh ekspor produk sektor Agro-Industri, sektor Industri Pengolahan Lainnya dan sub sektor nan. Perika- Turunnya harga ekspor minyak dan gas bumi akan mengakibatkan hasil sub sektor Perkebunan, sektor Agro- 1n.dustri dan Industri Pengolahan Lainnya turun. Nerosot-
nya harga ekspor komoditi tersebut juga akan mengakibatkan ekspor hasil sub sektor Perkebunan, Perikanan, sektor Agro-Industri dan Industri Pengolahan Lainnya akan turun. Sedang ekspor hasil sub sektor Tanaman Bahan Nakanan dan Peternakan akan naik. Disamping itu turunnya harga ekspor migas diperkirakan juga akan mengakibatkan Neraca Pembayaran Indonesia mengalami tekanan, dengan elasitisi- tas sebesar 11.119. Oleh karena dampaknya yang demikian besar pada Neraca Pembayaran Indonesia dan sektor Industri maka pemerintah selalu mengambil tindakan untuk mengatasi- nya. Tindakan tersebut adanya yang bersifat jangka pendek (mendesak), seperti devaluasi, dan jangka panjang. Uraian hasil analisis dampak kebijaksanaan devaluasi dan kebijaksanaan uang Ketat diatas menunjukkan adanya dampak negatif pada produksi dan ekspor hasil sektor Perta- nian. Lebih lanjut ha1 ini memberikan indikasi bahwa dua kebijaksanaan tersebut bersifat menghambat pertumbuhan sektor Pertanian, menghambat kesempatan kerja di sektor pertanian, menghambat peningkatan pendapatan petani/buruh ~ ~ tani dan mendorong petani serta buruh tani mencari tambahan pendapatan keluar desa. Kebijaksanaan devaluasi sering dilakukan dalam menghadapi penurunan harga ekspor migas yang tidak diperkirakan, dengan tujuan untuk mempertahankan keragaan Neraca Pembayaran dan mempertahankan rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Kebijaksanaan uang ketat sering dilakukan untuk menghindari inflasi yang membubung tinggi.
Sejak tahun 1983 pemerlntah mulai mengarahkan pengembangan Industri yanq berorientasi ekspor dan peranan komoditi migas masih cukup besar, baik dalam Neraca Pembayaran Indonesia maupun dalam 4nggaran Pendapatan dan Belanja Negara, maka kebijaksanaan devaluasi dan uang ketat masih akan sering dilakukan oleh pemerintah. Tetapi dua kebijaksanaan tersebut menimbulkan dampak negatif pada sektor Pertanian yang merupakan penampung tenaga kerja terbesar. Oieh karen.a itu perlu diupayakan langkahlangkah untuk mengurangi pengaruh dampak negatif tersebut. Secara umum langkah-langkah tersebut hendaknya diarahkan pada bentuk-bentuk investasi pemerintah yang (1) dapat menurunkan biaya produksi usahatani Tanaman Bahan Makanan, Peternakan dan Perikanan, (2) memudahkan mobilitas antara desa dengan kota, (3) meningkatkan arus informasi teknologi budidaya yang lebih efisien, harga dan situasi pasar pada waktu mendatang, dan mekanisme alokasi kredit untuk sektor Pertanian yang lebih baik.
MODEL EKONOMI MAKRO DAN KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN D I INDONESIA Oleh BRAHMANTIO ISDIJOSO Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor FAKULTAS PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 1992
Judul Tesis : MODEL EKONOMI MAKRO DAN KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA Nama Mahasiswa : BRAHMANTIO ISDIJOSO Nomor Pokok : 88010 Menyetujui 1. Komisi Pembimbing (Dr. Ir. Tjahjadi Sugianto) Ketua (Dr. Ir. Mangara Tambunan) (Dr. Ir. Pantjar Simatupang ) Anggota Anggota jana Tanggal Lulus : 21 Desember 1991