dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. tubuh yang akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan. Bobot

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

TINJAUAN PUSTAKA. atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Potong Tropis Bangsa sapi potong tropis adalah merupakan bangsa sapi potong yang berasal

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum :

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Simmental Peranakan Ongole (SIMPO) B. Pertumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Siak, Natuna,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

II. TINJAUAN PUSTAKA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan taksonomi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kerbau berasal dari india, namun telah tersebar di banyak negara termasuk

Identifikasi Fenotipik Sapi Hitam- Peranakan Angus di Kabupaten Sragen

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Pedaging

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

PENDAHULUAN. atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

PERSENTASE KARKAS, TEBAL LEMAK PUNGGUNG DAN INDEKS PERDAGINGAN SAPI BALI, PERANAKAN ONGOLE DAN AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Rawa

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Sapi Brahman Cross (BX)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis Sapi Potong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. indicus yang berasal dari India, Bos taurus yang merupakan ternak keturunan

I PENDAHULUAN. tunggang dan juga dapat digunakan dalam bidang olahraga. Salah satu bidang

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

Transkripsi:

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Zoologis Sapi Menurut blakely dan bade, (1998) Secara umum klasifikasi Zoologis ternak sapi adalah sebagai berikut Kingdom Phylum Sub Pylum Class Sub Class Ordo Sub Ordo Family Sub Family Genus Species : Animalia : Chordata : Vertebrata : Mamalia : Ungulata : Artiodactyla : Ruminansia : Bovidae : Bovinae : Bos : 1. Bos taurus 2. Bos indicus 2.2 Deskripsi Sapi Peranakan Ongole (PO) Sapi Peranakan Ongole (PO) adalah hasil persilangan antara sapi Ongole dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20 (Sosroamidjojo, 1991). Persilangan tersebut merupakan suatu grading

12 up yang bertujuan untuk memperoleh ternak sapi yang dapat digunakan bagi keperluan tenaga tarik membantu petani mengolah tanah pertanian dan transportasi (Atmadilaga, 1979). Sapi Peranakan Ongole memiliki ciri-ciri berwarna dominan putih, berpunuk besar, mempunyai gelambir dan mata besar (Murtidjo, 1993). Sugeng (1996) menyebutkan bahwa ciri lainnya adalah warna pada jantan di bagian leher sampai kepala berwarna kelabu, lutut berwarna gelap, tanduk pendek dan tumpul. menurut Natural Veterinary (2009) sapi Peranakan Ongole mempunyai ciri-ciri yaitu mempunyai perawakan besar, bergumba pada pundak. Pertambahan bobot badan harian sapi Peranakan Ongole sebesar 0,4-0,8 kg, Sapi Bali sebesar 0,35-0,5 kg dan Sapi Brahman sebesar 0,91-1,36 kg (Aziz, 1993). Data tersebut menunjukkan bahwa sapi Peranakan Ongole mempunyai laju pertumbuhan yang cukup tinggi dibandingkan ternak sapi lokal lainnya. Gambar 1. Sapi Peranakan Ongole

13 Menurut Williamson dan Payne (1993), Sapi Peranakan Ongole memiliki keunggulan, yaitu mudah beradaptasi di wilayah Indonesia yang beriklim tropis. Sapi Peranakan Ongole terkenal sebagai sapi pedaging dan pekerja, memiliki tenaga yang kuat dan reproduksi induk cepat kembali normal setelah beranak jantan memiliki kualitas semen yang baik (Erlangga, 2009) Taksonomi dari sapi Peranakan Ongole adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Sub Phylum Class Sub Class Ordo Famili Sub Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Vertebrata : Mammalia : Ungulata : Artiodactyla : Bovidae : Bovinae : Bos : Bos indicus 2.3 Penggemukan (Finishing) Sapi Potong Menurut Parakkasi (1999), program pengemukan sapi potong bertujuan untuk memperbaiki kualitas karkas dengan jalan membentuk lemak seperlunya. Program finishing untuk sapi yang belum dewasa bersifat membesarkan serta mengemukan atau memperbaiki kualitas karkas. Intensifikasi menurut Parakkasi

14 (1999), bertujuan untuk lebih mengefisiensikan produksi dengan meminimalkan waktu pemeliharaan. Sapi potong yang dipelihara intensif memiliki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan sapi yang dipelihara ekstensif sehingga dapat lebih cepat mendapat bobot potong yang diinginkan (Phillips,2001). Pemeliharaan sapi potong untuk pengemukan dapat dilakukan dengan sistem pemeliharaan intensif, semi intensif dan ektensif. Philips (2001), menjelaskan bahwa sistem pemeliharaan intesif merupakan sistem dimana sapi dipelihara dalam kandang dengan pemberian pakan konsentrat berprotein tinggi dan dapat ditambahkan dengan memberikan hijauan. Parakkasi (1991), menambahkan bahwa sistem intensif biasa dilakukan pada daerah yang banyak tersedia limbah pertanian dan penggunaan lahan. Menurut Blakely dan Bade (1991), sistem pemeliharaan secara intensif lebih efesian dibandingkan dengan sistem ekstensif sehingga pemelihraan secara intensif lebih cocok dipakai pada daerah yang padat penduduk. Keuntungan dari sistem pemeliharaan intensif adalah dapat menggunakan bahan pakan dari hasil ikutan industri pertanian dibanding dengan sistem pemeliharaan di padang penggembalan (Parakkasi, 1991). Kekurangan dari pemeliharaan secara intensif yaitu mudah sekali penyebaran penyakitnya, memerlukan banyak tenaga kerja, peralatan dan modal yang cukup besar (Phillips, 2001). Pakan yang biasa diberi pada pemelihaaan intensif biasanya berupa konsetrat penuh atau 60% konsentrat dan 40% hijauan (Blakely dan Bade, 1991). Parakkasi (1999), menambahkan sapi dewasa dapat mengkonsumsi pakan

15 bahan kering sebesar 1,4% bobot badan sedangkan untuk sapi steer sampai 3% bobot badan. Lamanya waktu pemeliharaan dalam program pengemukan (finishing) sangat singkat yaitu kurang dari satu tahun. Lamanya waktu penggemukan berbeda-beda karena dipengaruhi oleh umur, kondisi, bobot awal penggemukan, jenis klamin, kualitas bakalan, mutu pakan dan bangsa sapi. Semakin lama waktu penggemukan akan meningkat persentase lemak, menurunkan persentase komposisi daging dan tulang (Hafid, 1998). 2.4 Pertumbuhan Dan Perkembangan Ternak 2.4.1 Pertumbuhan Ternak Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur dan dapat dilukiskan sebagai garis atau gambaran kurva sigmoid. Selama periode pertumbuhan, seekor ternak mengalami peningkatan bobot badan sampai dewasa dan perubahan bentuk yang disebut dengan pertumbuhan dan perkembangan (Tillman dkk., 1998). Pertumbuhan tubuh secara keseluruhan umumnya diukur dengan bertambahnya bobot badan, sedangkan bobot badannya dapat diduga melalui tinggi badan, lingkar dada, panjang badan dan sebagainya. Kombinasi antara bobot badan dengan besarnya ukuran tubuh umumnya dapat dipakai sebagai ukuran pertumbuhan. Scanes (2003), perubahan relatif komponen tubuh selama pertumbuhan lebih tergantung pada bobot badan dibandingkan dengan waktu yang diperlukan untuk mencapai ukuran tersebut

16 Phillips (2001) menyatakan bahwa laju pertumbuhan dipengaruhi oleh jenis kelamin, hormon, pakan, gen, iklim dan kesehatan ternak. Perbedaan laju pertumbuhan diantara bangsa dan individu ternak dalam suatu bangsa dapat disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh dewasa (Soeparno, 2005). Hasnudi (2005) menyatakan bahwa pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen (pengelolaan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim, sedangkan potensi pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor bangsa, heterosis (hybrid vigour), pakan dan jenis kelamin. Laju pertumbuhan bobot badan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia. Tillman dkk. (1998) menyebutkan bahwa faktor pakan sangat menentukan pertumbuhan, bila kualitasnya baik dan diberikan dalam jumlah yang cukup, pertumbuhannya akan menjadi cepat, demikian pula sebaliknya. 2.4.2 Perkembangan Ternak Perkembangan adalah perubahan konformasi tubuh dan bentuk perubahan macam-macam fungsi tubuh sehingga dapat digunakan secara penuh. Pane (1986), menambahkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan adalah sala satu faktor yang penting dalam pemuliabiakan (breeding). 2.5 Hubungan Antara Lingkar Dada Dan Panjang Badan Dengan Bobot Badan Pertumbuhan bobt badan merupakan salasatu proses dari pertumbuhan. Bertambahnya umur seekor ternak akan diikuti dengan bertambahnya bobot badan

17 dan dimensi tubuh seperti lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak. Dengan kata lain pertumbuhan memiliki hubungan erat dengan ukuran dimensi tubuh. Menurut Zubaidah (1984), pengukuran tubuh sering digunakan sebagai estimasi produksi seperti pendugaan bobot badan dan sering dipakai sebagai perameter teknis dalam menentukan sapi bibit. Menurut Dwiyanto (1984), komponen tubuh yang berhubungan erat dengan bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan. Williamsom dan Pyne (1986), menambahkan ukuran lingkar dada dan panjang badan dapat memberikan petunjuk bobot badan seekor ternak dengan tepat. Bobot badan dan lingkar dada dapat dilihat dari umur seekor ternak, maka bobot badan dan lingkar dada semakin meningkat dengan bertambahnya umur ternak, tetapi laju pertumbuhan bobot badan lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan lingkar dada (Massiara, 1986). Lingkar dada yang bertambah akan erat kaitannya dengan pertambahan otot-otot disekitar dada. Pendugaan bobot badan menggunkan lingkar dada memiliki tingkat penyimpangan kecil dibanding dengan ukuran tubuh lainnya yaitu sebesar 4,85% (Karnaen, 1991). Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan menggunakan meteran kain yang diukur mengikuti lingkar dada atau tubuh tepat di belakang bahu melewati gumba atau pada sapi berponok tepatnya di belakang ponok (Santosa, 1995). Panjang badan merupakan salah satu ukuran tubuh yang memiliki derajat korelasi tertinggi kedua setelah lingkar dada terhadap bobot badan (Manggung,

18 1976). Mengukur panjang badan dilakukan dengan menggunakan tongkat ukur dengan menarik garis horizontal dari tepi depan sendi bahu sampai ke tepi belakang bungkul tulang duduk (Santosa, 1995). 2.6 Pendugaan Bobot Badan Menggunakan Rumus Winter Pengukuran tubuh tenak sapi dapat dipergunakan untuk menduga bobot badan seekor ternak sapi dan sering sekali dipakai sebagai parameter teknis sapi bibit. Berbagai rumus penentu bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran tubuh telah banyak diketahui, seperti rumus Schoorl dan rumus Winter, bahkan berbagai penelitian sudah mengoreksi rumus tersebut sesuai dengan keadaan lingkungan, umur ternak, pengaruh genetis dan waktu (Santosa, 2003). Skor kondisi tubuh merupakan suatu system penilaian secara umum yang telah dikembangkan untuk menduga rataan kondisi sapi dalam suatu pemeliharaan merupakan definisi skor kondisi tubuh menurut Encinias dan Lardy (2000). Skor kondisi tubuh merupakan metode penilaian secara visual yang mempertimbangkan frame size atau bentuk tubuh (Philips, 2001), oleh karena itu dibuatlah rumus pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran tubuh. Rumus Winter menyatakan bahwa tubuh ternak diibaratkan sebuah tong, dimana ukuran tubuh ternak yaitu ukuran lingkar dada dan panjang badan sangat diperlukan dalam menduga bobot badan. Oleh karena itu, pendugaan bobot badan (lbs) dengan rumus Winter mengunakan ukuran lingkar dada (inchi) dan panjang badan (inchi). Rumus Winter memiliki kecermatan yang lebih baik dibandinkan rumus lainnya karena menggunakan dua ukuran tubuh yaitu lingkar dada (LD) dan

19 panjang badan (PB) yang memiliki korelasi tinggi terhadap bobot badan sesungguhnya. Seperti yang dikemukakan oleh Santosa (1995) bahwa tubuh ternak diibaratkan sebuah tong, sehingga ukuran tubuh ternak yaitu ukuran lingkar dada dan panjang badan sangat diperlukan dalam menduga bobot badan. 2.7 Pendugaan Bobot Badan Mengunakan Pita Coburn Selain menggunakan rumus pendugaan bobot badan dapat juga menggunakan sebuah alat berupa pita yang bernama pita Corburn. Pita Coburn adalah pita ukur yang dibuat lengkap berdasarkan lingkar dada dan bobot badan. Adapun keuntungan menggunakan pita Coburn dalam menduga bobot badan dikarenakan setelah mengukur dan mengetahui lingkar dada (inchi) dari ternak sapi yang diukur, dapat mengetahui langsung bobot badan ternaknya (lbs) yang dibagi menjadi empat kondisi tubuh, thin, medium, fat, dan ex.fat. Pita Coburn merupakan pita ukur yang dibuat di luar negeri dengan tujuan untuk memudahkan dalam pendugaan bobot badan pada sapi. Pita Corburn adalah sebuah alat ukur berupa pita yang terbuat dari kain untuk mengukur lingkar dada seekor sapi, pita tersebut sudah dilengkapi dengan konversi nilai angka lingkar dada (inchi) hasil pengukuran terhadap bobot badan (lbs). Adapun keuntungan menggunakan pita Coburn dalam menduga bobot badan dikarenakan setelah mengukur dan mengetahui panjang lingkar dada (inchi) secara langsung dari ternak sapi yang diukur, dapat mengetahui bobot badan ternaknya (lbs) secara langsung yang dibagi menjadi empat kondisi tubuh, yaitu thin, medium, fat dan ex.fat.