BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Kuesioner Penelitian

Tabel Pelarut Dalam Percobaan Metode Kromatografi. A n-butanol 40 bagian volume. B Iso-butanol 30 bagian volume

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

(asam sitrat), Pengawet (natrium benzoat), Pewarna makanan. Komposisi: Gula, Glukosa, Buah nanas, Asam Sitrat, Perasa dan Pewarna

LEMBAR OBSERVASI. Lokasi : No. Objek Pengamatan Kategori A Pemilihan Bahan Makanan Ya Tidak

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat warna alami semakin

Tabel jenis pewarna alami pada produk makanan dan batas maksimum penggunaannya

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 239/Men.Kes/Per/V/85 TENTANG ZAT WARNA TERTENTU YANG DINYATAKAN SEBAGAI BAHAN BERBAHAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung

Bahan Tambahan Pangan (Food Additive)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan yaitu untuk memperbaiki warna,

LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

ANALISIS SECARA BIOKIMIA METHANYL YELLOW PADA TAHU YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL KODYA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata saus berasal dari bahasa Perancis (sauce) yang diambil dari bahasa

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kehatan RI No.

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS RHODAMIN B DALAM SAOS DAN CABE GILING DI PASAR KECAMATAN LAWEYAN KOTAMADYA SURAKARTA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SKRIPSI

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

I. TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi, seperti rengginang, sirat, roti, kue-kue dan lain-lain. Makanan tersebut

Pengaturan & Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

PEWARNA ALAMI; Sumber dan Aplikasinya pada Makanan & Kesehatan, oleh Dr. Mutiara Nugraheni, S.T.P., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cone es krim merupakan salah satu dari berbagai makanan yang banyak didapatkan di

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan makanan jajanan. Makanan jajanan (street food) merupakan makanan

BAB I PENDAHULUAN. memilih bahan makanan maka kita perlu memperhatikan kebersihan dan mutunya

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses

Zat Aditif pada Makanan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak,

Karakteristik mutu daging

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu

TES HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dalam bahan pangan (Cahyadi, 2009).

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

ONDE-ONDE GURIH CARA MEMBUAT : 1 Campur udang dengan ayam, bawang putih, garam, merica dan gula pasir, aduk rata.

ANALISIS RHODAMIN B DAN METANIL YELLOW DALAM JELLY DI PASAR KECAMATAN JEBRES KOTAMADYA SURAKARTA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, yaitu aza, triarilmetana, quainalin, xanten, dan indigo. Di bawah ini adalah

BAHAYA KERACUNAN METANIL YELLOW PADA PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pembuatan Pewarna Alami Makanan dan Aplikasinya. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman modern sekarang ini begitu banyak terjadi perkembangan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

Zat Aditif : Zat zat yg ditambahkan pada makanan atau minuman pada proses pengolahan,pengemasan atau penyimpanan dengan tujuan tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tambahan makanan lainnya yang di izinkan (SNI ). Pengendalian

LAMPIRAN. Jenis cemaran mikroba dan batas maksimum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dapat mengubah fungsi tubuh, tidak korosif, dan tidak merugikan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manisan adalah produk yang dibuat dari buah-buahan yang diolah

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB II BELAJAR, METODE INKUIRI, DAN ZAT ADITIF PADA MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak orang mengatakan membuat makanan tradisional sangat repot dan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Zat Aditif Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. 4 zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk memberi warna suatu objek. 5 Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor, diantaranya cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizinya. Disamping itu ada faktor lain, misalnya sifat mikrobiologis. Tetapi sebelum faktor-faktor lain dipertmbangkan, secara visual faktor warna tampil dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. 6 Selain sebagai fungsi yang menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indicator kesegaran atau kematangan, baik tidaknya pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai adanya warna yang seragam dan merata. 6 Penambahan bahan pewarna pada pangan dilakukan untuk beberapa tujuan antara lain memberi kesan menarik, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan warna, menutupi perubahan warna selama proses pengolahan, dan mengatasi perubahan warna selama penyimpanan. 7 Ada 5 sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna, yaitu : 6 a. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan, misalnya klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan mioglobin menyebabkan warna merah pada daging b. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan membentuk warna coklat pada kembang gula, karamel atau roti yang dibakar. c. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Maillard, yaitu antara gugus amino protein dan gugus karbonil gula pereduksi. Misalnya susu bubuk yang disimpan lama akan berwarna gelap.

d. Reaksi antara senyawa organic dengan udara akan menghasilkan warna hitam atau coklat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta enzim, misalnya warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong e. Penambahan zat warna, baik zat warna alami ataupun zat warna sintetik, yang termasuk golongan bahan aditif makanan. 1. Jenis Zat Pewarna Aneka jenis pewarna ini ada yang berupa bubuk, pasta atau cairan 8. ada dua jenis zat pewarna yaitu certified color dan unceretified color. Certified color merupakan zat pewarna sintetik yang terdiri dari dye dan lake, sedangkan uncertified color adalah zat pewarna yang berasal dari bahan alami. 6 a. Certified Color 6 (pewarna sintesis) Ada 2 macam yang tergolong Certified Color yaitu Dye dan Lake. Keduanya adalah zat pewarna buatan. Zat pewarna yang termasuk golongan dye telah melalui prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Food and Drug Administration (FDA). Sedangkan zat pewarna lake yang hanya terdiri dari 1 warna dasar, tidak merupakan warna campuran, juga harus mendapat sertifikat. Dalam certified color terdapat spesifikasi yang mencantumkan keterangan penting mengenai zat pewarna tertentu, misalnya berbentuk garam, kelarutan dan residu yang terdapat didalamnya. 6 1) Dye Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air dan larutannya dapat mewarnai. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah gliserin, alkohol dan propilenglikol. Dye juga dapat diberikan dalam bentuk kering apabila proses pengolahan produk tersebut kemudian ternyata menggunakan air. Dye terdapat dalam bentuk bubuk, butiran, pasta maupun cairan yang penggunaannya tergantung dari kondisi bahan, kondisi proses dan zat pewarnanya sendiri. 6 Dye terbagi atas 4 kelompok yaitu Azo dye, Triphenylmethane dye, Flourescein, dan Sulfonated Indigo. a. Azo dye, terdiri dari: 6

i. FD&C Red No. 2 (Amaranth) No Indeks 16185 Amaranth termasuk golongan monazo yang mempunyai satu ikatan N=N. Amaranth berupa tepung berwarna merah kecoklatan yang mudah larut dalam air, menghasilkan larutan berwarna merah lembayang atau merah kebiruan. Selain itu juga mudah larut dalam propilonglikol, gliserol, dan larut sebagian dlam alcohol 95%. Agak tahan terhadap cahaya, asam asetat 10%, HCL 10-30%, dan NaOH 10%, sedangkan terhadap NaOH 30% kurang tahan dan menjadi agak keruh. ii. FD&C Yellow No 5 (Tartrazine) No Indeks 19140 6 Tartrazine merupakan tepung berwarna kuning jingga yang mudah larut dalam air, menghasilkan larutan kuning keemasan. Kelarutanya dalam alkohol 95% hanya sedikit, dalam gliserol dan glikol mudah larut. Tartanizie tahan terhadap cahaya, asam asetat, HCL, dan NaOH 10%, NaOH 30% akan menjadikan warna berubah kemerah-merahan. iii. FD&C Yellow No 5 (Sunset Yellow) No Indeks 150985 6 Sunset Yellow termasuk golongan monazo, berupa tepung berwarna jingga, sangat mudah larut dalam air, dan menghasilkan larutan jingga kekuningan. Sedikit larut dalam alkohol 95% dan mudah larut dalam gliserol dan glikol. Pemakaian alat-alat, mudah larut dalam alkohol tembaga akan menyebabkan warna larutan zat warna menjadi keruh, coklat dan opaque. iv. FD&C Red No 4 (Panceau SX) No Indeks 14700 8 Panceau SX berupa tepung merah, mudah larut dalam air dan memberikan larutan berwarna jingga. Larutan dalam gliserol dan glikol, mudah larut dalam alkohol 95%. Sifat ketahanannya hamper sama dengan amaranth, sedikit luntur oleh asam asetat 10%, NaOH 30% akan membuat larutan berwarna kekuningan. Cu membuat

warna larutan menjadi kuning, gelap, dan keruh baik pada larutan netral maupun asam. b. Triphenymethane dye, terdiri dari : i. FD&C Blue No 1 (Brilliant Blue) No Indeks 42090 6 Zat pewarna ini termasuk Triphenylmethane dye, merupakan tepung berwarna ungu perunggu. Bila dilarutkan dalam air menghasilkan warna hijau kebiruan, larut dalam glikol dan gliserol, agak larut dalam alkohol 95%. Zat warna ini tahan terhadap asam asetat, tetapi agak luntur oleh cahaya agak tahan terhadap HCL 10%, tetapi menjadi berwarna kehijauan, sedangkan dalam HCL 30% akan membentuk warna merah anggur. ii. FD&C Green No 3 (Fast Green) No Indeks 42053 6 Tepung zat warna ini berwarna ungu kemerahan atau ungu kecoklatan dan bila dilarutkan dalam air menghasilkan warna hijau kebiruan. Zat ini juga larut dalam alkohol 95%, tetapi lebih mudah larut dalam campuran air dan alkohol. Zat ini juga larut dalam gliserol dan glikol. Fast Green agak mudah luntur dengan adanya cahaya dan tidak tahan terhadap HCL 30%, bila ditambahkan alkali, akan berwarna ungu. Kontak dengan Cu akan menjadikan warna coklat. iii. FD&C Violet No 1 (Benzylviolet 4B) 6 Zat pewarna ini berbentuk tepung berwarna ungu, larut dalam air, gliserol, glikol dan alkohol 95%. Menghasilkan warna ungu cerah, tidak larut dalam minyak dan eter. Zat pewarna ini mudah luntur oleh cahaya, sedangkan terhadap asam asetat agak tahan. c. Fluorescein FD&C Red No 3 (Erytrosine) No Indeks 45430 6

Zat pewarna ini termasuk golongan Fluorescein. Berupa tepung coklat larutannya dalam alkohol 95% menghasilkan warna merah yang berfluoresensi sedangkan larutannya dalam air berwarna merah cherry tanpa fluoresensi. Larut dalam gliserol dan glikol, bersifat kurang tahan terhadap cahaya dan oksidator, tetapi tahan terhadap reduktor dan NaOH 10%. d. Sulfonated Indigo FD&C Blue No 2 (Indigotin/Indigo Carmine) No Indeks 73015 6 Indigotine merupakan tepung berwarna biru, coklat, kemerahmerahan, mudah laut dalam air dan larutannya berwarna biru. Larut dalam gliserol dan glikol, sedikit larut dalam alkohol 95%. Zat warna ini sangat tidak tahan terhadap cahaya, karena itu warnanya cepat menghilang. 2) Lake 6 FD&C Lake diizinkan pemakainnya sejak tahun 1959, dan penggunannya meluas dengan cepat. Zat pewarna ini merupakan gabungan dari zat warna (dye) dengan radikal basa (Al atau Ca) yang dilapisi dengan hidrat alumina. Lake stabil pada Ph 3,5 9,5 dan diluar selang tersebut lapisan alumina pecah dan dye yang dikandungnya terlepas. Sesuai dengan sifatnya yang tidak larut dalam air, zat pewarna ini digunakan untuk produk-produk yang mengandung lemak dan minyak daripada dye, karena FD&C lake tidak larut dalam lemak. Daya mewarnai FD&C lake adalah dengan membentuk dispersi yang menyebar pada bahan yang diwarnai. 6 Di Indonesia, karena undang-undang penggunaan zat pewarna belum ada, terdapat kecenderungan penyalahgunaan pemakaian zat warna. 6 Penggunaan pewarna yang aman pada pangan telah diatur melalui

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per IX/88, yang mengatur mengenai pewarna yang dilarang digunakan dalam makanan. Pewarna yang diizinkan serta batas penggunannya termasuk penggunaan bahan pewarna alami. 7 Khusus untuk bahan pewarna, Departemen Kesehatan telah menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 2985/B/SK/79 tanggal 12 Nopember 1979 tentang wajib daftar pewarna makanan dan Peraturan Menkes RI No.239/Menkes/Per/V/85 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Penerbitan peraturan ini bertujuan untuk mencegah pemakaian zat warna yang bukan untuk makanan ke dalam makanan. 16 Pada tabel berikut dapat dilihat beberapa zat warna sintesis yang dilarang penggunaannya dalam makanan. 16 Tabel 2.1 Nama-nama zat pewarna sintesis yang dilarang digunakan di dalam makanan No Nama No Indeks Warna 1 Auramine ( CI Basic Yellow 2) 41000 2 Alkanet 75520 3 Butter Yellow (CI Solvent Yellow 2) 11020 4 Black 7984 (Food Black 2) 27755 5 Burn Umber (CI Basic Orange 7) 77491 6 Chrysoidinie (CI Basic Orange 2) 11270 7 Chrysoine S (CI Food Yellow AB) 14270 8 Citrus Red No.2 12156 9 Chocolate Brown FB (Food Brown 2) - 10 Fast Red E (CI Food Red 4) 16045 11 Fast Yellow AB (CI Food Yellow 2) 13015 12 Guinea Green B (CI Acid Green No 3) 42085 13 Indanthrene Blue RS (CI Food Blue 4) 69800 14 Magenta (CI Basic Violet 14) 42510

15 Methanyl Yellow 13065 16 Oil Orange SS (CI Solvent Orange 2) 12100 17 Oil Orange XO (CI Solvent Orange 7) 12170 18 Oil Yellow AB (CI Solvent Yellow AB) 11380 19 Oil Yellow OB (CI Solvent Yellow 6) 11390 20 Orange G (CI Food Orange 4) 16230 21 Orange GGN (CI Food Orange 2) 15980 22 Orange RN 15970 23 Orchil dan Orcein - 24 Ponceu 3R (CI Red 6) 16155 25 Ponceu SX (CI Food Red 1) 14700 26 Ponceu 6R (CI Food Red 8) 16290 27 Rhodarmine B (CI Food Red 15) 45170 28 Sudan I (CI Solvent Yellow 14) 12055 29 Scarlet GN (Food Red 2) 14815 30 Violet 6B 42640 Sumber : SK Menteri Kesehatan RI No.239/Menkes/Per/V/85 Penggunaan bahan pewarna buatan yang tidak direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan (Depkes) RI atau oleh FDA dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti timbulnya kanker usus dan pankreas. Hal ini disebabkan oleh kandungan arsen melebihi 0,00014% dan timbal melebihi 0,001%. 17 Bahan pewarna Rhodamine B untuk warna merah dan Metanil Yellow untuk warna kuning, merupakan zat pewarna sintesis yang dilarang untuk produk makanan karena dalam bahan tersebut mengandung residu logam berat yang sangat membahayakan bagi kesehatan. Rhodamine B adalah bahan pewarna untuk kertas, bulu domba dan sutera. Rodamine B berasal dari Metaliniat dan Dipanel Alanin sehingga mudah mudah larut dalam alkohol. Berdasarkan kriteria kesehatan dunia (WHO) Metanil Yellow memiliki tingkat keracunan tiga. 18 Adapun batas konsumsi untuk zat pewarna buatan yang direkomendasikan oleh Depkes berkisar 1,25-1,5 mg/kg berat badan (untuk warna merah), 2,5 mg/kg, berat badan (untuk warna biru), 12,5 mg/kg berat badan (untuk warna hijau), dan 5-7,5 mg/kg (untuk warna kuning). 12

a. Uncertified Color Additive (pewarna alamai) 6 Zat pewarna yang termasuk dalam uncertified color adalah zat pewarna alami (ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan) dan zat pewarna mineral, walaupun ada juga beberapa zat pewarna seperti β-karoten dan kantaxantin yang telah dapat dibuat sintetik. Untuk penggunaannya, zat warna ini bebas dari prosedur sertifikasi dan termasuk dalam daftar yang telah tetap. Satu-satunya zat pewarna uncertified yang penggunaannya masih bersifat sementara adalah Carbon Black. Dalam tabel 2.2 berikut ini dapat dilihat zat-zat pewarna yang termasuk uncertified dan penggunaannya. Tabel 2.2 Zat pewarna uncertified dan pengguaannya Zat pewarna Tepung alga (kering) Ekstrak annatto (biksin) Β- Apo-8 -karotenal Tepung bit Kantaxantin Karamel β-karoten Sumber : Noonan (1981) Penggunaan Ransum ayam ( warna kuning kulit ayam dan telur) Tidak lebih dari 15 mg/lb Tidak boleh lebih dari 30 mg/lb Contoh zat pewarna alami : 4 1. Warna merah diperoleh dari Karmin, Angkak, Likopen, Antosian 2. warna coklat diperoleh dari Karamel dan Kakao 3. Warna kuning diperoleh dari Kurkumin, lakto lavin 4. Warna jingga diperoleh dari Karoten 5. Warna hijau diperoleh dari Klorofil Contoh zat pewarna mineral : 4 a. Warna biru : Ultramarine b. Warna merah : Cinaber c. Warna kuning : Baryt yellow, Lead chromate, Kadmium sulfide

Tabel berikut mencantumkan jenis pewarna alami dan sintesis pada produk makanan dan batas maksimal penggunaannya. 7

Tabel 2.3 Jenis pewarna alamai pada produk makanan dan batas maksimum penggunaannya. 1`3 No. Nama bahan tambahan makanan Jenis / bahan makanan Batas maksimum penggunaan 1. Anato Es krim, lemak, minyak 100 mg 600 mg / kg kacang, margarin, keju, minyak kelapa 2 β-apo-8 karotenal Es krim, lemak, minyak 100 mg 200 mg / kg makan, jem, jeli 3 Etil β -Apo-8 Es krim, lemak, minyak 100 mg 200 mg / kg karotenoat makan, jem, jeli 4 Kantaxantin Es krim, lemak, minyak 30 mg 60 mg / kg makan, jem, jeli, udang kalengan 5 Karamel, amonia Es krim, jem, jeli, jamur 150 mg 3 g / kg sulfit proces kalengan, acar ketimun dalam botol. Yoghurt, marmalad 6 Karamel jem, jeli, jamur kalengan, acar 150 mg 300 mg / kg ketimun dalam botol, Yoghurt 7 Karmin Yoghurt 20 mg / kg 8 Β-karoten Keju, kapri kalengan, acar 100 mg / kg ketimun dalam botol, es krim, lemak, minyak makan, minyak kacang, minyak kelapa, mentega 9 Klorofil jem, jeli, keju 200 mg / kg 10 Klorofil tembaga Es krim, acar ketimun dalam 100 mg 300 mg / kg komplex botol, keju 11 Kurkumin Es krim, lemak, minyak 500 mg / kg makan, minyak kelapa, mentega 12 Riboflavin Acar ketimun dalam botol, 50 mg 300 mg / kg keju, es krim 13 Titanium Dioksida Kembang gula secukupnya

Tabel 2.4 Jenis pewarna sintesis pada produk makanan dan batas maksimum penggunaannya. 1`3 No. Nama bahan tambahan makanan Jenis / bahan makanan Batas maksimum penggunaan 1. Biru berlian Kapri kalengan, ercis 100 mg 300 mg / kg kalengan, es krim, jem, acar ketimun dalam botol, saus apel kalengan, makanan lain, jeli 2 Coklat HT Minuman ringan, makanan 70 mg 300 mg / kg lain, makanan cair 3 Eritrosin Es krim, buah pir kalengan, 15 mg 300 mg / kg jem, udang beku, saus apel kalengan, makanan lain, jeli, yoghurt, irisan daging olahan 4 Hijau FCF Es krim, buah pir kalengan, 100 mg 300mg / kg jem, saus apel kalengan, makanan lain, jeli 5 Hijau S Minuman ringan, makanan 70 mg 300 mg / kg lain, makanan cair 6 Indigotin Es krim, jem, saus apel 6 mg 300 mg / kg kalengan, makanan lain, jeli, yoghurt 7 Karmiosin Minuman ringan, makanan 57 mg 300 mg / kg lain, makanan cair, es krim, yoghurt 8 Kuning FCF Minuman ringan, makanan 12 mg 300 mg / kg lain, makanan cair, es krim 9 Kning kuinolin Es krim, makanan lain 50 mg 300 mg / kg 10 Merah Alura Minuman ringan, makanan 70 mg 300 mg / kg lain, makanan cair 11 Ponceau 4R Minuman ringan, makanan 30 mg 300 mg / kg lain, es krim, yoghurt, jem, jeli 12 Tartrazin Minuman ringan, makanan cair, makanan lain, es krim, yoghurt 18 mg 300 mg / kg Sumber : Kepmenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan

Di negara-negara yang telah maju, suatu zat sintetik harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai zat pewarna makanan. Zat pewarna yang diijinkan penggunaannya dalam makanan dikenal sebagai certified color. Untuk penggunaan zat warna tersebut harus dapat menjalani tes dan prosedur penggunaan yang disebut proses sertifikasi. 6 Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut. Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa dahulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. B. Gethuk Lindri Jajanan biasanya diperuntukkan bagi jenis makanan kecil, yang biasanya dikonsumsi orang sebagai makanan selingan atau pelengkap makanan pokok. Jenis makanan ini dahulu dijual oleh bakul-bakul di dalam pasar, maka selanjutnya dinamakan jajan pasar. 9 Jajan pasar biasanya hanya dianggap sebagai makanan selingan. Biasanya disantap sebagai teman minum teh atau kopi di waktu pagi atau sore hari. Jajanan pasar sebagian besar berbahan dasar ubi kayu. Salah satu jajanan pasar yang terbuat dari ubi kayu adalah gethuk lindri. 10 Gethuk lindri adalah makanan semi basah yang dibuat dari singkong, dikukus, dicampur dengan gula, digiling, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan yang diijinkan. 10 Adapun bahan dasar dan cara pembuatan gethuk lindri adalah sebagai berikut : Bahan dasar membuat gethuk lindri antara lain : 9

- singkong 500 mg - kelapa parut 1 cangkir - gula pasir 200 gr - garam sedikit - vanili seperlunya - zat pewarna seperlunya Cara membuat : 9 1. Singkong dikupas, lalu dikukus, setelah empuk, lumatkan. 2. Lumatan singkong tadi dicampuri dengan garam sedikit, vanili secukupnya, gula pasir semanisnya dan sedikit zat pewarna sesuai selera. 3. Bentuklah menjadi persegi empat lalu beri garis-garis. 4. Hidangkan dengan parutan kelapa. Jajan pasar seperti gethuk lindri ataupun jenis makanan lainnya, sebaiknya dikonsumsi sekedarnya saja jangan berlebihan. Sebab biasanya kebanyakan kandungannya adalah karbohidrat, bila terlalu berlebihan, akan menimbulkan beberapa ekses negatif terhadap kesehatan. 9 Sebagaimana telah diketahui, bahwa sebagian besar kandungan zat yang terdapat dalam jajanan pasar itu adalah karbohidrat (zat pembakar). Zat ini dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber tenaga. Badan manusia mendapat tenaga dari pembakaran atau oksidasi makanan dalam tubuh. Kebutuhan makanan pembakar ini akan selalu ada guna meneruskan proses hidup dan supaya jantung, paru-paru, dan organ-organ tubuh lainnya dapat berjalan terus. Banyak sedikitnya kebutuhan akan bahan bakar ini, antara satu dengan yang lainnya tidak sama. Hal ini tergantung pada: 9 1. Kegiatan otot 2. Besar, berat, dan tinggi tubuh 3. Usia 4. Keadaan udara / iklim 5. Keadaan hamil atau menyusui

Dalam keadaan biasa, karbohidrat tidak boleh dikonsumsi melebihi batas normalnya. Sebab akibat sampingan dari kelebihan karbohidrat itu cukup merepotkan, yaitu : 9 a) Mengakibatkan susah buang air besar ( sembelit ) b) Mnimbulkan berat badan berlebihan (gemuk ) c) Menghilangkan selera untuk memakan makanan yang lain d) Menyebabkan kerusakan gigi e) Cepat menjadi asam dalam saluran pencernaan, sehingga menimbulkan gas ( angin ). C. Kemasan Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi sandang pangan dan dengan demikian membutuhkan pemikiran dan perhatian yang lebih besar dari pada yang biasanya diketahui. 14 Secara nyata pengemasan memberikan peranan yang penting dalam mempertahankan bahan pangan dalam keadaan bersih dan higienis. Tidak perlu diragukan lagi bahwa tanpa pengemasan banyak bahan pangan yang akan terbuang selama distribusi atau akan kurang gizi dan kurang higienis dari keadaan semula. 15 Fungsi-fungsi suatu kemasan : Pengemasan bahan pangan harus memperlihatkan 5 fungsi utama : 15 1. Harus dapat mempertahankan produk agar bersih dan memberikan perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran lainnya. 2. Harus memberi perlindungan pada bahan pangan terhadap kerusakan fisik, air, oksigen,dan sinar. 3. Harus berfungsi secara benar, efisien, dan ekonomis dalam proses pengepakan yaitu selama pemasukan kedalam kemasan. 4. Harus mempunyai suatu tingkat kemudahan untuk dibentuk menurut rancangan. 5. Harus memberi pengenalan, keterangan, dan daya tarik penjualan.

D. Identifikasi Jenis Pewarna Untuk mengetahui jenis zat pewarna umumnya digunakan metode Kromatografi Kertas. Prinsip kerjanya adalah kromatografi kertas dengan larutan pengembang (eluen). Setelah zat pewarna diteteskan diujung kertas rembesan (elusi), air dari bawah akan mampu menyeret zat-zat pewarna yang larut dalam air (zat pewarna makanan) lebih jauh dibandingkan dengan zat pewarna tekstil. 1 Setelah zat pewarna yang diidentifikasi telah diketahui, maka dapat disimpulkan jenis zat warna yang digunakan pada makanan tersebut. E. Kerangka Teori - Kesadaran produsen rendah - Ketidaktahuan produsen Berlabel CI Zat pewarna Berdampak pada kesehatan - Memberi kesan menarik bagi konsumen - Menyeragamkan warna makanan - Menutupi perubahan warna selama proses pengolahan - Memperbaiki karakter pangan - Meningkatkan kualitas pangan Sumber : Badan POM ( 2003 ), Pikiran Pakyat ( 2006 ), Winarno, F.G dan Rahayu, Titi Sulistyowati ( 1994 ) F. Kerangka Konsep

Kemasan Gethuk Lindri Identifikasi zat warna Tanpa Kemasan