BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Berbicara dalam Bahasa Indonesia. oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Keterampilan Berbicara. manusia yang berbeda-beda antara satu manusia dengan yang lainnya.

BAB II KAJIAN TEORI. perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. 8

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: C.V Diponegoro, 1984), hlm Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gempita Pendidikan,

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang baik dan benar secara lisan dan tulis.

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya bahasa bagi manusia tidak dapat diragukan lagi. Mengingat

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB

BAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan (1) berkomunikasi secara

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi dalam

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

MODEL SIMULASI KREATIF BERBANTU MEDIA VIDEO SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN INOVATIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Suci Lawati Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. bahan ajar, media yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan juga disebut kompetensi.

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAHASA INDONESIA. Berbicara untuk Keperluan Akademik. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. konkret; sejak bayi seorang anak yang hidup di lingkungan serigala, maka

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, kemampuan berbicara atau bercerita, keterampilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbahasa meliputi empat aspek dasar, yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

PENDAHULUAN. sekitar serta individu lainnya, maupun berdirinya suatu komunitas bangsa dan

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai a plan method, or series of ectiviries designed to echieves a

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah tonggak keberhasilan suatu bangsa. Suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian tentang penerapan

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara dalam Bahasa Indonesia Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa juga bisa diartikan sebagai perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu suku bangsa (suku bangsa negara, daerah, dsb). Bahasa indonesia berfungsi sebagai sarana komunikasi untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. 1 Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. 2 Artinya, bahwa kedudukan Bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional negara Indonesia. Hal ini sejalan dengan fungsi dari Bahasa Indonesia yaitu: (a) bahasa resmi kenegaraan; (b) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan; (c) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah; dan (d) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. 3 1 Najib Sulhan, Piramida Bahasa Indonesia, (Surabaya: SIC, 2006), 94. 2 Masnur Muslich dan I Gusti Ngurah Oka, Perencanaan Bahasa pada Era Globalisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 32. 3 Masnur Muslich dan I Gusti Ngurah Oka, Perencanaan Bahasa..., 34. 15

16 Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah antara lain dimaksudkan agar: (a) siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara; (b) siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan; (c) siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial; (d) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis); dan (e) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 4 Selain maksud di atas, mata pelajaran Bahasa Indonesia juga memiliki standar kompetensi yang mengharapkan bahwa: (1) peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bagsa sendiri; (2) guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai 4 Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), 316.

17 kegiatan berbahasa dan sumber belajar; (3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya; (4) orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah; (5) sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; dan (6) daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. 5 Salah satu keterampilan yang penting dan harus dikuasai oleh peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah keterampilan berbicara. 1. Pengertian Berbicara Dilihat dari sisi fisiologis, berbicara merupakan proses yang melibatkan beberapa sistem fungsi tubuh, yaitu melibatkan sistem pernapasan, pusat pengatur bicara (yang berada di otak dalam), pusat respirasi (di dalam batang otak), dan struktur artikulasi, resonasi mulut serta rongga hidung. 6 Pada sisi lain, dari aspek isi, berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, dan isi hati) seseorang 5 Departemen Pendidikan Nasional, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum: Strandar Kompetensi, Kompetensi Dasar Tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, (Jakarta: Depdikbud, 2006), 124-125. 6 Jauharoti Alfin, Keterampilan Dasar Berbahasa, (Surabaya: Pustaka Intelektual, 2009), 39.

18 kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. 7 Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah suatu proses penyampaian maksud (ide, pikiran, dan isi hati) kepada orang lain yang melibatkan serangkaian organ-organ tubuh sehingga memunculkan bahasa secara lisan agar maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain yang menjadi pendengar. Menurut Tarigan, berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi dan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. 8 Artinya berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat di dengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Pada hakikatnya, berbicara merupakan suatu proses berkomunikasi, yang di dalamnya terjadi perpindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar). Keterampilan berbicara dapat didefinisikan sebagai keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata dengan cara memilih dan mengolahnya terlebih dahulu, kemudian menggunakannya untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan 7 Ibid., 40. 8 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1988), 15.

19 keinginan kepada orang lain secara lisan sehingga orang tersebut dapat memahaminya. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab, serta dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain. Seseorang dikatakan terampil berbicara apabila ia memiliki kompetensi komunikatif. Kompetensi komunikatif tidak hanya mencakup kompetensi linguistik tetapi juga mencakup sejumlah keterampilan sosiolinguistik dan percakapan lainnya yang memungkinkan pembicara untuk mengetahui bagaimana cara mengatakan apa kepada siapa, dan kapan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nunan (1999), yang menyimpulkan bahwa berbicara sebagai suatu kompetensi komunikatif mencakup: (1) pengetahuan tentang tata bahasa dan kosa kata bahasa itu; (2) pengetahuan tentang kaidah-kaidah berbicara (misalnya, mengetahui cara memulai dan mengakhiri percakapan, mengetahui topik apa saja yang dapat dibicarakan dalam berbagai peristiwa, mengetahui bentuk-bentuk sapaan mana yang digunakan dengan orang-orang yang berbeda yang diajak bicara); (3) mengetahui bagaimana cara menggunakan dan menjawab berbagai tipe tindak tutur seperti permohonan, permintaan maaf, terima kasih, dan ajakan; (4) mengetahui bagaimana cara menggunakan bahasa secara tepat. 9 9 Jauharoti Alfin, Keterampilan Dasar Berbahasa..., 45.

20 Secara alamiah-ilmiah kegiatan-keterampilan berbicara itu merupakan keterampilan berikutnya yang kita kuasai setelah kita menjalani proseslatihan belajar menyimak. Berbicara itu merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan-pikiran secara lisan kepada orang lain. 10 Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaanya secara cerdas sesuai dengan konteks dan situasi saat berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Sejatinya berbicara itu, bisa dikatakan gampang-gampang mudah. Asal bisa menguasai dan memahami apa yang sedang dibicarakan. 2. Tujuan Berbicara Tujuan utama berbicara adalah untuk menyampaikan pikiran secara efektif, kemudian mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya. 11 Jadi, pada dasarnya, seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain mempunyai tujuan ingin mendapatkan respon atau reaksi. Orang berbicara adalah untuk berkomunikasi, dengan berkomunikasi seseorang dapat menyampaikan maksud (isi, pikiran, isi hati) kepada pendengarnya secara tepat sehingga si pendengar memahami maksudnya dan merespon pembicaraannya. 10 Daeng Nurjamal dan Warta Sumirat, Penuntun Perkuliahan Bahasa Indonesia, (Bandung: CV. Alfabeta, 2010), 3. 11 Jauharoti Alfin, Keterampilan Dasar Berbahasa..., 41-42.

21 3. Fungsi Berbicara Bahasa dapat digunakan sebagai alat untuk membicarakan berbagai hal dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Halliday dan Brown tentang fungsi bahasa, fungsi berbicara dapat dikelompokkan menjadi tujuh, yaitu 1) fungsi intsrumental, 2) fungsi pengaturan, 3) fungsi represantisonal, 4) fungsi interaksional, 5) fungsi personal, 6) fungsi heuristik, dan 7) fungsi imajinatif. 12 Fungsi intsrumental bertindak untuk menggerakkan serta memanipulasi lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi. Dengan adanya fungsi ini, bahasa difungsikan untuk menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya berbicara dengan maksud memerintah. Fungsi pengaturan merupakan pengawasan terhadap peristiwaperistiwa. Dengan fungsi ini, berbicara difungsikan untuk persetujuan, celaan, pengawasan kelakuan, misalnya ungkapan keputusan kepala desa terhadap kinerja bawahannya. Fungsi represantisional merupakan penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, melaporkan, dan menggambarkan, misalnya seorang penyiar yang 12 Ibid., 43. menyampaikan berita. Fungsi interaksional merupakan penggunaan bahasa untuk menjamin pemeliharaan sosial. Fungsi ini untuk menjaga agar saluran-saluran

22 komunikasi tetap terbuka, misalnya seorang pendakwaah yang menggunakan lelucon dalam dakwahnya agar pendengarnya tidak bosan dan mengikuti ceramahnya sampai selesai. Fungsi personal merupakan penggunaan bahasa untuk menyatakan perasaan, emosi, kepribadian, dan reaksi-reaksi yang terkandung dalam benaknya. Contohnya ungkapan hati seorang guru yang marah-marah karena kelakuan siswanya. Fungsi heuristik merupakan penggunaan bahasa untuk mendapatkan pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi ini biasanya disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Fungsi imajinatif merupakan penggunaan bahasa untuk menciptakan sistem-sistem atau gagasan-gagasan imajiner. Melaui fungsi ini, berbicara berfungsi untuk merangsang imajinasi seseorang. Ketujuh fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan secara mutlak. Dalam konteks suatu pembicaraan, mungkin mengandung beberapa fungsi. Artinya, dalam pembicaraan terdapat satu, dua, atau lebih fungsi. 4. Jenis-jenis Berbicara Klasifikasi berbicara dapat dilakukan berdasarkan tujuannya, situasinya, cara penyampaiannya, dan jumlah pendengarnya. a. Berbicara berdasarkan tujuan 1) Berbicara memberitahukan, melaporkan, dan menginformasikan.

23 2) Berbicara menghibur. 3) Berbicara membujuk, mengajak, meyakinkan atau menggerakkan. b. Berbicara berdasarkan situasi 1) Berbicara formal. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, misalnya ceramah dan wawancara. 2) Berbicara informal. Dalam situasi informal pembicara harus berbicara secara tidak formal, misalnya tukar pengalaman, menyampaikan berita, dan bertelepon. c. Berbicara berdasarkan cara penyampaiannya 1) Berbicara mendadak, terjadi jika seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus berbicara dimuka umum. 2) Berbicara berdasarkan catatan, biasanya berupa butir-butir penting sebagai pedoman berbicara. 3) Berbicara berdasarkan hafalan, menyiapkan dengan cermat dan menulis dengan lengkap bahan pembicaraannya. 4) Berbicara berdasarkan naskah, menyusun naskah pembicaraannya secara tertulis dan dibacakannya pada saat berbicara. d. Berbicara berdasarkan jumlah pendengarnya 1) Berbicara antarpribadi, terjadi apabila dua pribadi membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan.

24 2) Berbicara dalam kelompok kecil, terjadi apabila seseorang pembicara menghadapi sekelompok kecil pendengar, misanya 3-5 orang. 3) Berbicara dalam kelompok besar, terjadi apabila seorang pembicara menghadapi pendengar berjumlah besar. 13 Materi bertelepon termasuk dari jenis berbicara informal dan berbicara antarpribadi, karena pembicaraan atau percakapan dilakukan oleh dua orang dengan situasi pembicaraan yang tidak formal (santai) yang banyak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. B. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Practice-rehearsal Pairs (praktik berpasangan) 1. Pengertian Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau penglima perang. Artinya, strategi adalah suatu seni membawa pasukan atau merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara mengatur posisi atau siasat berperang agar mendapatkan posisi yang paling menguntungkan. 14 Dalam konteks pengajaran, Strategi dapat diartikan sebagai suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran sedemikian rupa sehingga tujuan 13 Moch. Tolhah dkk, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Surabaya: PT Revka Petra Media, 2009), 239-242. 14 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), 2.

25 yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan afisien. Artinya, strategi adalah rancangan dasar bagi seorang guru tentang cara ia membawakan pengajaran dikelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. 15 Menurut Gagne(1974) strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi dalam pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Strategi belajar dapat digambarkan sebagai sifat dan tingkah laku. Oxford mendenfinisikan strategi belajar sebagai tingkah laku atau tindakan yang dipakai oleh pembelajar agar pembelajaran lebih berhasil, terarah, dan menyenangkan. Sedangkan strategi pembelajaran sendiri oleh Mujiono (1992) diartikan sebagai kegiatan pengajar untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dan komponen pembentuk sistem instruksional, dimana untuk itu pengajar menggunakan siasat tertentu. 15 Ibid., 2.

26 Menurut Zaini dan Bahri (2003) strategi pembelajaran mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pengajar dan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. 16 Menurut O Malley dan dan chamot (1990) strategi dalam pembelajaran bahasa adalah seperangkat alat yang berguna secara aktif yang melibatkan individu secara langsung untuk mengembangkan bahasanya. 17 Pembelajaran aktif sendiri dapat diartikan sebagai segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar atau guru dalam proses pembelajaran tersebut. 18 Practice-rehearsal Pairs (latihan praktik berpasangan) merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif sederhana yang dapat dipakai untuk mempraktekkan suatu keterampilan atau prosedur dengan teman belajar. 19 Strategi Practice-rehearsal Pairs (latihan praktik berpasangan) adalah salah satu strategi yang berasal dari active learning (pembelajaran aktif). Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik 16 Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 7-8. 17 Ibid., 3. 18 Hisyam Zaini, et al., Strategi Pembelajaran Aktif..., xiv. 19 Ibid., 81.

27 untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar secara aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan masalah atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Sehingga diharapkan peserta didik merasakan suasana yang lebih menyenangkan dan hasil belajar pun dapat maksimal. 2. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua kompetensi dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, disamping perlu mempertimbangkan pemilihan strategi, kita juga perlu memahami prinsip-prinsip penggunaanya, diantaranya: a. Berorientasi pada tujuan, proses pembelajaran adalah adalah proses yang bertujuan. Oleh karenanya, keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.

28 b. Aktivitas, belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktifitas siswa. c. Individualitas, pembelajaran adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap siswa. d. Integritas, pembelajaran bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. 20 Dengan adanya pertimbangan pemilihan dan prinsip penggunaan tersebut diharapkan guru dapat memilih strategi yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Sehingga meteri pelajaran dapat disampaikan secara baik dan tepat. 3. Tujuan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Practice-rehearsal Pairs Masing-masing strategi mempunyai tujuan yang ingin di capai. Tujuan strategi pembelajaran aktif Practice-rehearsal Pairs (latihan praktik berpasangan) ini adalah meyakinkan masing-masing pasangan agar dapat 20 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2006), 103-104.

29 melakukan keterampilan dengan benar. 21 Artinya, masing-masing siswa mempraktekkan suatu keterampilan yang di berikan oleh guru. 4. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Practicerehearsal Pairs Sebuah strategi pembelajaran tentu memiliki beberapa kelebihan namun juga pasti ada kekurangan. Adapun kelebihan strategi ini adalah: 1) Cocok jika diterapkan untuk materi-materi yang bersifat psikomotorik. 22 2) Meningkatkan partisipasi antar peserta didik. 3) Interaksi lebih mudah. 4) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing pasangan. Adapun kekurangannya adalah : 1) Tidak cocok digunakan pada materi yang bersifat teoritis. 2) Banyak pasangan yang melapor dan perlu dimonitor. 3) Lebih sedikit ide yang muncul. 4) Jika pasangan yang terbentuk banyak, maka akan membutuhkan waktu yang banyak. 5) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah. 23 21 Hisyam Zaini, et al., Strategi Pembelajaran Aktif..., 81. 22 Hisyam Zaini, et al., Strategi Pembelajaran Aktif..., 84. 23 Sumadi, Strategi Pembelajaran Practice Rehearsal Pairs, (Sepember 25, 2014). http://edukasi.kompasiana.com/2012/07/08/penelitian-ptk-contoh-aplikasi-strategi-pembelajaranpratice-rehearsal-pairs-meningkatkan-ketrampilan-berbicara-bahasa-inggris-476230.html

30 5. Prosedur atau Langkah-langkah Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Practice-rehearsal Pairs Ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Practice-rehearsal Pairs (latihan praktik berpasangan) dalam pembelajaran: 1) Guru memilih satu keterampilan yang akan dipelajari peserta didik. 2) Guru membentuk siswa secara berpasangan. Dalam setiap pasangan, buat dua peran : a) penanya, dan b) penjawab. 3) Orang yang bertugas sebagai penanya mengajukan pertanyaan pada penjawab. 4) Bertukar peran (jika dibutuhkan). Penanya menjadi penjawab dan penjawab menjadi penanya. 5) Prosedur diteruskan sampai kedua keterampilan dikuasai. 24 C. Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Practice-rehearsal Pairs Keterampilan berbicara dapat diartikan sebagai keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata dengan cara memilih dan mengolahnya terlebih dahulu, kemudian menggunakannya untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain secara lisan sehingga orang tersebut dapat memahaminya. 24 Hisyam Zaini, et al., Strategi Pembelajaran Aktif..., 81-82.

31 Seseorang dikatakan terampil berbicara apabila memiliki kompetensi komunikatif. Nunan (1999) menjelaskan kompetensi komunikatif mancakup: (1) pengetahuan tentang tata bahasa dan kosa kata bahasa itu; (2) pengetahuan tentang kaidah-kaidah berbicara; (3) mengetahui cara menggunakan dan menjawab berbagai tindak tutur; (4) mengetahui cara menggunakan bahasa secara tepat. 25 Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. 26 Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang bersifat psikomotorik. Dimana dalam pelaksanaannya, peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu. Pembelajaran aktif sangat cocok digunakan untuk meningkatkan ketrampilan berbicara siswa, karena dalam pelaksanaannya siswa yang lebih dituntut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan melakukan kegiatan berbicara. Artinya, siswa akan terlibat langsung dan melakukan kegiatan dalam proses belajar mangajar. 25 Jauharoti Alfin, keterampilan Dasar Berbahasa..., 41. 26 Hartono, Strategi Pembelajaran Active Learning, (Juni 01, 2013). http://sditalqalam.wordpress.com/2008/01/09/strategi-pembelajaran-active-learning/

32 Strategi pembelajaran aktif tipe Practice-rehearsal Pairs (latihan praktek berpasangan) pada penelitian ini memang bagus dan cocok diterapkan secara maksimal, karena materi yang dipelajari mengarah ke aspek psikomotorik. 27 Strategi ini memberikan pengalaman belajar secara langsung, karena mereka mempraktektan suatu keterampilan secara langsung dengan temannya. Dengan diterapkannya strategi ini diharapkan peserta didik dapat selalu mengingat tentang prosedur yang telah dipraktekannya atau didemonstrasikan. Dengan adanya kemudahan dalam memahami materi yang akan dipelajari dengan strategi ini, maka secara tidak langsung dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan strategi Pembelajaran Aktif Tipe Practice-rehearsal Pairs (latihan praktik berpasangan) siswa yang dituntut lebih aktif dalam proses pembelajaran. Peran guru disini adalah sebagai fasilitator. Dengan begitu, siswa akan lebih memahami inti dari materi pembelajaran yang mereka pelajari karena mereka terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dengan strategi tipe Practice-rehearsal Pairs ini, siswa tidak hanya menggunakan kemampuan kognitif mereka saja dalam melakukan praktik berbicara, tetapi juga melibatkan kemampuan psikomotor mereka. Setelah pelaksanaan pembelajaran berbicara bertelepon dengan Pembelajaran Aktif Tipe Practice-rehearsal Pairs (praktik berpasangan), diharapkan adanya beberapa peningkatan dari siswa, diantaranya tentang: 27 Hisyam Zaini, et al., Strategi Pembelajaran Aktif..., 84.

33 (1) keberanian siswa untuk berbicara di depan umum atau di depan kelas; (2) kosakata berbahasa Indonesia, siswa mempunyai lebih banyak kosakata dalam berbahasa Indonesia sehingga tidak ada lagi bahasa campuran (Indonesia-Jawa) yang digunakan dalam komunikasi berbahasa Indonesia; (3) susunan kata (kalimat), siswa dapat menyusun susunan kata menjadi kalimat yang baik dan benar, sehingga pendengar mudah memahami isi dan maksud pembicaran; (4) kelancaran, siswa lancar berbicara dengan menggunakan Bahasa Indonesia; (5) intonasi, siswa dapat berbicara dengan menggunakan intonasi tepat, sehingga pendengar mudah memahami maksud pembicaraan. Dalam pembelajaran berbicara Bahasa Indonesia dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Aktif tipe Practice-rehearsal Pairs tidaklah sukar dilakukan oleh siswa, karena dalam pelaksanaannya menggunakan tema, dan tema yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah tema yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Dengan tema tersebut siswa akan lebih mudah untuk mengembangkan kemampuan imajinatif mereka saat melakukan praktik berbicara, sehingga hasil belajar keterampilan berbicara mereka meningkat.