ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

BADAN PUSAT STATISTIK

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

BPS PROVINSI LAMPUNG

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET No. 08/07/18/TH.IX, 17 Juli 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROFIL KEMISKINAN DAN TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI ACEH MARET 2017

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Transkripsi:

No. 40/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017 ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET NAIK MENJADI 5,45 PERSEN Angka kemiskinan Provinsi Banten hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) bulan et 2017 sebesar 5,45 persen. Angka ini berarti terjadi kenaikan 0,09 poin dibanding semester sebelumnya yang 5,36 persen. Kenaikan angka kemiskinan sebesar 0,09 poin sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk miskin sebanyak 17,3 ribu orang dari 657,74 ribu orang pada ember 2016 menjadi 675,04 ribu orang pada et 2017. Persentase penduduk miskin baik di daerah perkotaan maupun perdesaan mengalami peningkatan. Persentase penduduk miskin di perkotaan naik dari 4,49 menjadi 4,52 dan persentase penduduk miskin di perdesaan naik dari 7,32 pada ember 2016 menjadi 7,61 pada et 2017. Jumlah penduduk miskin baik di daerah perkotaan maupun perdesaan juga mengalami peningkatan. Di perkotaan bertambah 10,9 ribu orang (dari 380,16 ribu orang pada ember 2016 menjadi 391,03 ribu orang pada et 2017). Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah 6,4 ribu orang (dari 277,58 ribu orang pada ember 2016 menjadi 284,00 ribu orang pada et 2017). Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada et 2017, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan tercatat sebesar 70,47 persen sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi ember 2016 yang sebesar 70,29 persen. Lima komoditi makanan dan non makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan. Komoditi makanan penyumbang terbesar Garis Kemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras dan mie instan. Sedangkan satu komoditi makanan yang berbeda adalah daging ayam ras di perkotaan dan kopi bubuk dan kopi instan (sachet) di perdesaan. Biaya perumahan, bensin, pendidikan, listrik, angkutan (perkotaan) dan pakaian jadi perempuan dewasa (perdesaan) adalah lima komoditi non makanan penyumbang terbesar Garis Kemiskinan. Pada periode ember 2016-et 2017, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) keduanya meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin jauh di bawah Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin juga semakin melebar. Berita Resmi Statistik No. 40/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 1

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan ember 2016-et 2017 Persentase penduduk miskin di Banten pada bulan et 2 0 1 7 mencapai 5,4 5 persen. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada ember 2 0 1 6, maka selam a enam bulan terjadi peningkatan sebesar 0,0 9 poin setelah rilis semester sebelumnya menunjukkan angka 5,3 6 persen. Persentase penduduk miskin baik di daerah perkotaan maupun perdesaan mengalami peningkatan. Persentase penduduk miskin di perkotaan naik dari 4,49 menjadi 4,5 2 dan persentase penduduk miskin di perdesaan naik dari 7,3 2 pada ember 2 0 1 6 menjadi 7,6 1 pada et 2017. Sejalan dengan kenaikan tingkat kemiskinan, jumlah penduduk miskin di Banten pada periode yang sama terjadi penambahan sebesar 17,3 ribu orang dari 6 5 7,7 4 ribu orang pada ember 2 0 1 6 menjadi 6 7 5,0 4 ribu orang pada bulan et 2 0 1 7. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, ember 2016-et 2017 Daerah/Tahun Perkotaan Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Persentase Penduduk Miskin (1) (2) (3) ember 2016 380,16 4,49 et 2017 391,03 4,52 Perdesaan ember 2016 277,58 7,32 et 2017 284,00 7,61 Perkotaan+Perdesaan ember 2016 657,74 5,36 et 2017 675,04 5,45 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) ember 2016-et 2017 Faktor-faktor penyebab kenaikan angka kemiskinan di Banten periode ember 2 0 16 -et 2017 diantaranya adalah: 1. Inflasi umum ember 20 1 6 -et 2 0 1 7 sebesar 2,52 persen lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi umum et-ember 2016 sebesar 0,9 2. 2. Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan indikator proxy kesejahteraan petani, pada periode et 2 0 1 7 hanya sebesar 9 8,19. NTP dibawah 1 0 0 berarti petani mengalami defisit, pendapatan yang diterima lebih rendah daripada pengeluarannya. Sedangkan NTP periode ember 2 0 1 6 mencapai 1 0 0,4 7. 2 Berita Resmi Statistik 40/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017

687,69 689,22 651,45 642,88 652,36 677,51 622,84 649,19 702,40 690,67 658,11 657,74 675,04 ribu jiwa % 2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Tahun 2011-2017 Selang periode et 2 0 1 1 sampai et 2 0 1 7, jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten cukup fluktuatif. Pada ember 2 0 1 3, jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan tertinggi sebesar 3,8 6 persen dibanding periode sebelumnya. Hal ini disebabkan inflasi umum yang relatif tinggi akibat kenaikan harga BBM pada bulan Juli 2 0 1 3. Namun, pada et 2 0 1 4 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan yang cukup besar, yaitu dari 6 77,5 1 ribu orang pada ember 2013 menjadi 6 2 2,84 ribu orang. Penduduk miskin di Provinsi Banten pada ember 2 0 1 4 bertambah 4,2 3 persen dibanding periode sebelumnya. Periode et 2 01 5 jumlah penduduk miskin masih mengalami kenaikan sebesar 5 3,2 1 ribu orang. Pada periode-periode selanjutnya, penduduk miskin di Banten terus mengalami penurunan, hingga pada ember 2 0 1 6 persentase penduduk miskin mencapai 5,3 6 persen atau berkurang sebanyak 3 7 0 orang. Keadaan kemiskinan periode et 2 0 1 7, jumlah penduduk miskin di Banten kembali meningkat sebanyak 1 7,3 ribu orang dari periode sebelumnya menjadi 6 7 5,0 4 ribu orang. Perkembangan kemiskinan Provinsi Banten dari tahun 2 01 1 sampai dengan tahun 2017 ditunjukkan oleh Gambar 1. Gambar 1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Banten, 2011-2017 720,00 6,32 6,26 6,40 700,00 680,00 660,00 640,00 620,00 600,00 5,85 5,71 5,74 5,89 5,35 5,51 5,90 5,75 5,42 5,36 5,45 6,20 6,00 5,80 5,60 5,40 5,20 5,00 580,00 '11*) '11*) '12*) '12*) '13*) '13*) '14 '14 '15 '15 '16 '16 '17 4,80 Penduduk Miskin % Penduduk Miskin Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Catatan : * Hasil backasting dengan menggunakan penimbang Proyeksi Penduduk 2010-2035 Berita Resmi Statistik No. 40/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 3

3. Perubahan Garis Kemiskinan et 2017 Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Tabel 2 menyajikan perkembangan Garis Kemiskinan pada periode ember 2016-et 2 0 1 7. Selama periode ember 2016-et 2 0 1 7, Garis Kemiskinan naik sebesar 3,5 9 persen, yaitu dari Rp 3 73.3 6 5,- per kapita per bulan pada ember 2016 menjadi Rp 3 8 6.7 53,- per kapita per bulan pada et 2 0 1 7. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM), dapat dilihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi non makanan, yang terdiri dari perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Sumbangan GKM terhadap GK pada et 2017 adalah sebesar 70,47 persen mengalami sedikit peningkatan dibandingkan ember 2016 yang sebesar 70,29 persen. Tabel 2. Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah, ember 2016-et 2017 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/Tahun Makanan Bukan Makanan Total (1) (2) (3) (4) Perkotaan ember 2016 261.285 121.618 382.903 et 2017 271.751 124.857 396.608 Perubahan (%) 4,01 2,66 3,58 Perdesaan ember 2016 264.755 86.952 351.708 et 2017 274.157 89.431 363.588 Perubahan (%) 3,55 2,85 3,38 Perkotaan+Perdesaan ember 2016 262.442 110.923 373.365 et 2017 272.552 114.201 386.753 Perubahan (%) 3,85 2,96 3,59 Sumber: Diolah dari data Survei S osial Ekonomi Nasional (Susenas) ember 2016-et 2017 Pada et 2 0 1 7, peranan beras sebagai penyumbang terbesar Garis Kemiskinan di daerah perkotaan digantikan oleh rokok kretek filter (1 6,2 2 %). Keempat komoditi m akanan lainnya penyumbang Garis Kemiskinan adalah beras (14,9 5%), daging ayam ras (3,4 4 %), telur ayam ras (3,1 9 %), dan mie instan (3,0 0 %). Sedangkan di daerah perdesaan, lima komoditi makanan penyumbang terbesar terhadap Garis Kemiskinan secara berturut-turut adalah beras (2 6,32 %), rokok kretek filter (1 4,7 0 %), daging ayam ras (3,0 3 %), telur ayam ras (2,6 3 %) dan terakhir adalah komoditi bubuk kopi & kopi instan (sachet) sebesar 2,5 5 persen. 4 Berita Resmi Statistik 40/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017

Makanan Tabel 3. Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, et 2017 Komoditi Perkotaan Komoditi Perdesaan (1) (2) (3) (4) Rokok kretek filter 16,22 Beras 26,32 Beras 14,95 Rokok kretek filter 14,70 Daging ayam ras 3,44 Telur ayam ras 3,03 Telur ayam ras 3,19 Mie instan 2,63 Mie instan 3,00 Kopi bubuk & kopi instan (sachet) Non Makanan Perumahan 11,72 Perumahan 9,71 Listrik 3,08 Bensin 1,80 Bensin 2,53 Pendidikan 1,54 Pendidikan 2,49 Listrik 1,31 Angkutan 1,69 Pakaian jadi perempuan dewasa Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) et 2017 2,55 0,96 Sementara komoditi non makanan pemberi sumbangan terbesar untuk Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan juga relatif sama. Kelima komoditi non makanan penyumbang Garis Kemiskinan di perkotaan adalah biaya perumahan (11,7 2 persen), listrik (3,08 persen), bensin (2,5 3 persen), pendidikan (2,4 9 persen) dan angkutan (1,6 9 persen). Sedangkan lima komoditi non makanan penyumbang Garis Kemiskinan di perdesaan adalah biaya perumahan (9,7 1 persen), bensin (1,8 0 persen), biaya pendidikan (1,54 persen), listrik (1,31 persen) dan terakhir pakaian jadi perempuan dewasa (0,9 6 persen). Berita Resmi Statistik No. 40/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 5

4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga terkait dengan bagaimana mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan yang terkait dengan kesejahteraan penduduk miskin. Pada periode ember 2016-et 2 0 1 7, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) keduanya mengalami peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,763 pada ember 2 016 menjadi 0,8 59 pada et 2 0 1 7. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,166 menjadi 0,1 9 0 pada periode yang sama. Kenaikan nilai kedua indeks mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di Banten Menurut Daerah, ember 2016-et 2017 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan (1) (2) (3) (4) ember 2016 0,687 0,932 0,763 et 2017 0,704 1,217 0,859 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) ember 2016 0,163 0,173 0,166 et 2017 0,149 0,284 0,190 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) ember 2016-et 2017 6 Berita Resmi Statistik 40/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017

5. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2 10 0 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 5 2 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 4 7 jenis komoditi di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan et 2 0 1 7. Jumlah sampel Provinsi Banten sekitar 6.7 6 0 rumah tangga dimaksudkan supaya data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat kabupaten/ kota. Akan tetapi angka kemiskinan kabupaten/ kota dirilis oleh BPS tidak bersamaan dengan angka kemiskinan tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan. Berita Resmi Statistik No. 40/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 7

BPS PROVINSI BANTEN Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Agoes Soebeno, M.Si Kepala BPS Provinsi Banten Telepon: 0254-267027 E-mail : bps3600@bps.go.id; pst3600@bps.go.id Website : banten.bps.go.id 8 Berita Resmi Statistik 40/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017