Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Konsep Disertai Contoh pada Materi Sel untuk Siswa SMA

dokumen-dokumen yang mirip
Hasil Uji Validitas Buku Siswa Berbasis Inkuiri pada Pembelajaran IPA untuk Siswa Kelas VIII SMP

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERUPA HANDOUT DENGAN TAMPILAN SITUS WEB DILENGKAPI GLOSARIUM PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 1 PADANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERUPA HANDOUT YANG DILENGKAPI GLOSARIUM PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMAN 1 TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN

PENGEMBANGAN MODUL BERNUANSA PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN TAMPILAN MAJALAH PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP UNTUK SMP/MTs

PENGEMBANGAN LKS BIOLOGI BERBASIS KONTEKSTUAL DILENGKAPI DENGAN MIND MAP PADA MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA UNTUK SISWA SMA

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA BERBASIS MACROMEDIA FLASH DENGAN TAMPILAN SLIDE POWERPOINT PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN UNTUK SISWA KELAS XI IPA SMA

Pengembangan Modul Biologi Berbasis Metakognisi tentang Materi Sistem Koordinasi yang Dilengkapi Peta Konsep untuk Peserta Didik Kelas XI SMA/MA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBENTUK BUKU SAKU DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK SISWA KELAS VII SMPN 3 GUNUNG TULEH

Pengembangan Modul Bernuansa Newspaper Dilengkapi dengan Concept Map Bergambar dan Poster pada Siswa Kelas XI IPA di SMA Negeri 12 Padang

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BERNUANSA DIALOG BERGAMBAR PADA MATERI SISTEM HORMON DI SMAN I LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO JAMBI

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI SISTEM KOORDINASI MANUSIA UNTUK SMA ABSTRACT

PENGEMBANGAN MODUL DILENGKAPI MIND MAP DAN GLOSARIUM PADA MATERI PELAJARAN BIOLOGI UNTUK SISWA KELAS X SMAN 12 PADANG

PENGEMBANGAN HANDOUT BERGAMBAR DISERTAI PETA KONSEP PADA MATERI KINGDOM ANIMALIA UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) Oleh:

PENGEMBANGAN HANDOUT BERGAMBAR DISERTAI NETWORK TREE PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN HEWAN SEMESTER I KELAS XI UNTUK SMA.

PENGEMBANGAN HANDOUT DISERTAI PETA KONSEP BERGAMBAR PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) ABSTRACT

PENGEMBANGAN MODUL YANG DILENGKAPI PETA KONSEP BERGAMBAR PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP UNTUK SMP

PENGEMBANGAN MODUL DISERTAI PETA KONSEP JENIS SPYDER CONCEPT MAP PADA MATERI SISTEM GERAK MANUSIA UNTUK KELAS VIII SMP. Oleh:

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BIOLOGI BERBASIS GAMBAR PADA MATERI POKOK PLANTAE UNTUK SMA. Oleh

PENGEMBANGAN MODUL YANG DIAWALI DENGAN PETA KONSEP BERGAMBAR PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA UNTUK KELAS VIII SMP.

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM YANG DILENGKAPI GAMBAR PADA MATERI PROTISTA UNTUK SISWA KELAS X SMA

PENGEMBANGAN HANDOUT BERGAMBAR DISERTAI PETA KONSEP PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK SISWA SMA KELAS X

PENGEMBANGAN MODUL BERGAMBAR PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA KELAS VIII SEMESTER I UNTUK SMP

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS LEARNING CYCLE 5-E DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP UNTUK SMP

PENGEMBANGAN HANDOUT BERBASIS GAMBAR PADA MATERI SISTEM GERAK MANUSIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) Oleh: Yesi Wispa¹, Sudirman², Siska Nerita¹

Pengembangan Modul Dilengkapi Peta Konsep dan Gambar pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup untuk Siswa Kelas VII SMP

PENGEMBANGAN HANDOUT YANG DILENGKAPI PETA KONSEP PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI UNTUK SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PADANG

PENGEMBANGAN HANDOUT DILENGKAPI DENGAN TEKA-TEKI SILANG PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MATERI SISTEM EKSKRESI DI MAN 1 MUARA BUNGO

ARTIKEL ILMIAH YUSRIKA NENGSIH NIM

PENGEMBANGAN HANDOUT BERGAMBAR DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI KINGDOM PROTISTA UNTUK SISWA SMA E JURNAL RINI SANDIKA NIM.

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA UNTUK SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 16 KERINCI

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BIOLOGI PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN UNTUK SMA. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BERORIENTASI GAMBAR PADA MATERI JARINGAN UNTUK KELAS VII SMP ARTIKEL

PENGEMBANGAN HANDOUT DENGAN TAMPILAN BROSUR DILENGKAPI GLOSARIUM PADA MATERI KINGDOM PLANTAE DI KELAS X SMAN 2 KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK.

Keywords : Teaching Materials, Student Worksheets, Learning Cycle 5-E

PENGEMBANGAN HANDOUT BERNUANSA KONTEKSTUAL PADA MATERI SISTEM REGULASI MANUSIA UNTUK SMA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI BERBASIS MOVIE MAKER PADA MATERI VIRUS UNTUK KELAS X DI MAN KINALI PASAMAN BARAT

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN MODUL DENGAN TAMPILAN MAJALAH DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MATERI EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 RANAH PESISIR

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM IPA PADA MATERI SISTEM ORGANISASI KEHIDUPAN UNTUK SMP E-JURNAL

Pengembangan Media Komik Matematika Berbasis Pendekatan Scientific pada Materi Bilangan Bulat

Oleh: Mahasiswa Program Studi Pendididkan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat. ABSTRACT

JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS REALISTIK UNTUK MATERI RUANG DIMENSI TIGA PADA KELAS X SMA N 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ABSTRACT

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI PENYAJIAN DATA STATISTIK UNTUK KELAS X SMA N 3 PADANG. Oleh

BUKU IPA TERPADU BERBASIS PROBLEM SOLVING DAN LITERASI SAINS UNTUK SISWA KELAS VII SMP

PENGEMBANGAN HANDOUT BERGAMBAR DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI PROTISTA UNTUK SISWA SMA/MAKELAS X ARTIKEL ILMIAH FIRMANA JUTIN NIM.

PENGEMBANGAN HANDOUT BERBENTUK BUKU SAKU PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP UNTUK KELAS VII SMP JURNAL

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING

Development Handout Comes with Display Color Image Magazine on Learning Biology Class X students of SMA Negeri 5 Padang

PENGEMBANGAN MEDIA GAMBAR MENGGUNAKAN APLIKASI MOVIE MAKER PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP UNTUK KELAS VII SMP

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF DENGAN GAME PUZZLE PADA PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SMP N 2 LEMBAH MELINTANG

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL UNTUK SISWA KELAS VII

PENGEMBANGAN HANDOUT BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI KERUSAKAN LINGKUNGAN UNTUK SISWA SMP E - JURNAL TESSA MUTIARA. T NIM.

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BIOLOGI BERBASIS GAMBAR PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARIANGAN TUMBUHAN UNTUK SMP

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta

PENGEMBANGAN MEDIA GAMBAR MENGGUNAKAN APLIKASI MOVIE MAKER PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN UNTUK KELAS VIII SMP

ARTIKEL ROPIKO NIM

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERUPA KOMIK BIOLOGI PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN UNTUK SISWA KELAS XI IPA. Oleh :

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS 3D PAGEFLIP PROFESSIONAL PADA MATERI MODEL ATOM HIDROGEN MATA KULIAH FISIKA ATOM DAN INTI

PENGEMBANGAN MODUL PADA MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA BERBASIS PEMECAHAN MASALAH UNTUK SISWA KELAS VII SMP. Oleh ABSTRACT

2 Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Pasir Pengaraian

ABSTRACT. Keywords : Development of Student Worksheet, reproductive system, validity, practicalities and effectiveness

PENGEMBANGAN MODUL DILENGKAPI WINDOW ZOOMING PADA MATERI FOTOSINTESIS UNTUK SISWA KELAS VIII DI SMPN 21 TEBO, JAMBI

Pengembangan Penuntun Praktikum Disertai Gambar Pada Materi Sel Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS LEARNING CYCLE 5-E PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN UNTUK SISWA SMP KELAS VIII

Pengembangan Handout Berbasis Kontekstual Disertai Peta Konsep Pada Materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Untuk Siswa SMP

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL UNTUK SISWA KELAS VII SMP 1 BAYANG UTARA ABSTRACT

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERISISTEM EKSKRESI UNTUK SMA

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Padang. Pendidikan Universitas Bung Hatta Padang

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SMPN 23 PADANG

EFEKTIFITAS MODUL BERGAMBAR DISERTAI LKS BERORIENTASI KONSTRUKTIVISTIK TERHADAP PROSES DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA

UNESA Journal of Chemical Education Vol.6, No.3 pp , September 2017

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SISTEM GERAK MANUSIA BERBASIS PETA KONSEP DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI SMA DI KABUPATEN JEMBER

Pengembangan E-book Pembelajaran Menggunakan Flipbook Berbasis Web Pada Siswa Kelas X Jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) Di SMK ADZKIA Padang

PENGEMBANGAN MODUL KOMPUTER AKUNTANSI MYOB BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA KOMPETENSI DASAR PENCATATAN TRANSAKSI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN HANDOUT DILENGKAPI GAMBAR DAN PETA KONSEP PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA UNTUK SMP. Oleh:

PENGEMBANGAN HANDOUT BERGAMBAR DILENGKAPI PETA KONSEP PADA MATERI ALAT INDERA UNTUK SMP

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MATERI HIMPUNAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN I LEMBAH GUMANTI.

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM SOLVING PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) Oleh:

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS SAINTIFIK PADA MATERI VIRUS UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS WEB PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA N 2 PADANG

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) PPRODUKTIF AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR MENYIAPKAN JURNAL BAGI SISWA SMK.

PRAKTIKALITAS PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA MATERI MATRIKS UNTUK KELAS XI SMAN 3 PADANG ARTIKEL E-JURNAL

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POLA BILANGAN

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS GUIDED DISCOVERY PADA MATERI PERSAMAAN DAN INDENTITAS TRIGONOMETRI KELAS X MIA DI SMAN 1 RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI GEOMETRI UNTUK SISWA KELAS X DI SMA PGRI 1 PADANG ABSTRACT

PPENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) DILENGKAPI GAMBAR PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH UNTUK SISWA SMA/MA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS LEARNING CYCLE 5-E PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH UNTUK KELAS XI SMA SEMESTER I

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KELAS X SMKN 6 PADANG.

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MASALAH UNTUK MATERI PROGRAM LINEAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMKN 6 PADANG ABSTRACT

Desni. K 1), Azrita 2), dan Wince Hendri 2) Abstract

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK KELAS VIII SMP PADA MATERI LINGKARAN

PENGEMBANGAN LKS BERORIENTASI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH UNTUK KELAS XI SMA E JURNAL

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) PADA MATERI BILANGAN PECAHAN UNTUK SISWA KELAS VII SMPN 27 PADANG ABSTRACT

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BIOLOGI BERBASIS GAMBAR PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN UNTUK SMA

Transkripsi:

Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Konsep Disertai Contoh pada Materi Sel untuk Siswa SMA Meli Gustinasari 1), Lufri 2), Ardi 3) 1) Alumni Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Padang 2), 3) Staf Pengajar Jurusan Biologi, Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Padang, Indonesia Email: melisari.gustina@gmail.com 1), lufri_unp@yahoo.com 2), ihfawa@gmail.com 3) ABSTRACT The purposes of this research are to result and show the validity and practicality of biology module based on concept with example on cell material for Senior High School students. This research used 3 steps from AP3 Models those are problem and necessary analize, design, and develop. The subjects of this research were 5 validators, 2 teachers, and 20 students class XI from MAN 3 Padang. Data in this research was primary data collected from validity and practicality questionnaire. The result of validity was 86,31% in criteria valid, practicality by teachers was 87,50% i n c r i t e r i a p r a c t i c e, and p r a c t i c a l i t y b y students w a s 87,59% in criteria practice. Keywords: module, concept with example, cell material PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan potensinya. Oleh karena itu, pendidikan menuntut keterampilan guru agar tercipta proses pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotor. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki guru yaitu mampu mengembangkan dan menggunakan media pembelajaran agar materi yang awalnya bersifat abstrak dapat menjadi konkrit. Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran diperlukan sebagai perantara untuk mengkomunikasikan materi pembelajaran kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadiman, dkk. (2007: 7) bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar terjadi. Pesan pembelajaran dapat diintegrasikan ke dalam media pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad (2009: 4) bahwa media pembelajaran adalah suatu perantara yang membawa pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pembelajaran. Media pembelajaran yang dapat dikembangkan dan digunakan oleh guru salah satunya adalah media cetak dalam bentuk bahan ajar tertulis. Nasution (2009: 196) mengungkapkan, bahwa pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar tertulis lebih cepat tiga atau empat kali dari pada pembelajaran melalui lisan. Bahan ajar tertulis Meli Gustinasari, Ardi & Lufri 60

dapat berupa buku, modul, handout, lembar kerja siswa (LKS), dan charta. Menurut Depdiknas (2008: 8) bahan ajar tertulis sebaiknya dikembangkan sendiri oleh guru karena lebih bermanfaat jika dibandingkan dengan menggunakan buku cetak. Manfaatnya antara lain, akan diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan tuntutan kebutuhan siswa, pembelajaran akan lebih menarik, dan siswa menjadi lebih mudah dalam memahami setiap kompetensi yang harus dikuasainya. Salah satu bentuk bahan ajar tertulis yang dapat dikembangkan adalah modul. Modul dipilih karena modul memungkinkan siswa untuk belajar mandiri dan memberikan feedback atau balikan yang segera pada siswa. Hal ini selaras dengan pernyataan Mulyasa (2006: 232-233) bahwa modul berbeda dengan bahan ajar lainnya. Modul memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa, memberikan kemungkinan kepada siswa untuk mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh, memfokuskan siswa pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur, serta terdapat mekanisme pengukuran yang merupakan kriteria atau standar kelengkapan modul. Berdasarkan wawancara penulis dengan salah seorang guru biologi di MAN 3 Padang yakni Ibu Edrawati S.Pd. pada tanggal 7 Mei 2015, terungkap bahwa bahan ajar biologi berupa modul yang digunakan dalam proses pembelajaran belum tersedia. Selama ini, untuk menunjang proses pembelajaran, bahan ajar yang digunakan guru adalah berupa buku cetak biologi dan lembaran kerja siswa (LKS) yang terfokus pada aspek kognitif saja. Hal ini disebabkan karena pada umumnya guru berasumsi bahwa buku cetak yang beredar sudah cukup representatif untuk digunakan dalam pembelajaran. Guru belum mengembangkan bahan ajar biologi sendiri secara maksimal karena keterbatasan biaya dan waktu yang dimiliki oleh sekolah dan guru dalam mengembangkan bahan ajar termasuk modul. Modul merupakan salah satu bahan ajar yang mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran di sekolah. Penggunaan modul dalam proses pembelajaran dapat mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru. Selain itu, penggunaan modul dalam proses pembelajaran juga dapat membantu siswa dalam memahami materi biologi yang sebagian besar merupakan pengetahuan konseptual. Biologi merupakan bagian dari pendidikan sains yang mempelajari tentang makhluk hidup dan gejala kehidupan dalam lingkungan hidupnya. Materi biologi banyak menuntut pemahaman konsep. Anggapan umum, pelajaran biologi merupakan pelajaran yang bersifat hafalan, padahal tidaklah demikian. Lufri (2010: 17) menyatakan bahwa materi atau bahan pembelajaran biologi pada dasarnya berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori. Selain itu, pada materi pembelajaran biologi juga terdapat hukum, prediksi, dan alternatif-alternatif terapan. Oleh karena itu, guru biologi harus mampu menyajikan materi pelajaran dengan tepat sehingga Meli Gustinasari, Ardi & Lufri 61

siswa tidak lagi beranggapan bahwa pelajaran biologi adalah ilmu hafalan yang selesai diuji akan hilang begitu saja. Untuk memahami biologi tidaklah cukup peserta didik menghafal fakta-fakta dan informasi. Kepingan-kepingan informasi yang terpisah akan mudah lupa dengan cepat sebagaimana cepatnya informasi tersebut didapat. Informasi tersebut akan berguna jika memberikan sumbangan terhadap perkembangan konsep-konsep dasar dalam disiplin ilmu biologi karena penggunaan pendekatan konsep dalam pengajaran biologi sangat di anjurkan. Penyajian contoh dapat membantu siswa memahami konsep-konsep dan mengembangkan suatu kerangka konseptual dari disiplin biologi. Contoh merupakan salah satu hal penting dalam penyajian materi. Contoh akan memberikan gambaran konkret dari suatu konsep. Contoh mewakili suatu hal yang lain serta memberikan gambaran bagaimana suatu konsep terbentuk. Dengan adanya contoh, penggambaran suatu konsep akan jelas dan mudah dimengerti sehingga membantu dalam pemahaman serta penanaman suatu konsep oleh siswa. Penyajian contoh yang konkret dan relevan dapat diaplikasikan kembali oleh siswa pada penerapan yang berbeda, sehingga konsep materi bukan hanya sekedar hafalan melainkan penerapan konsep itu sendiri. Salah satu materi biologi yang dipelajari siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah sel. Sel merupakan pelajaran yang masih dianggap sulit oleh siswa. Hal itu dikarenakan pada materi sel terdapat banyak konsep yang harus dipahami siswa. Siswa cenderung mengalami kesulitan dalam memahami bagian-bagian sel, konsep serta fungsi masing-masingnya. Selain itu, pada materi sel juga membahas bio-proses yang terjadi di dalam sel dimana siswa masih kesulitan membedakan konsep masingmasing bioproses tersebut karena kurangnya contoh yang dapat membantu pemahaman siswa. Pernyataan tersebut selaras dengan hasil wawancara penulis dengan Ibu Edrawati salah satu guru mata pelajaran biologi di MAN 3 Padang pada tanggal 7 Mei 2015, beliau menyatakan bahwa materi sel terutama pada bioproses merupakan materi yang sulit dipahami oleh siswa. Siswa sering mengalami miskonsepsi tentang konsep dasar dari bioproses yang terjadi di dalam sel tersebut. Pernyataan guru tersebut juga senada dengan yang diungkapkan 13 orang siswa Kelas XI IPA MAN 3 Padang. Menurut mereka, pelajaran sel memang merupakan pelajaran yang sulit. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan pada 20 siswa tersebut pada tanggal 13 Mei 2015, terungkap bahwa 65% siswa menyatakan bahan ajar yang mereka baca masih sulit dipahami dan juga masih kurang dilengkapi dengan contoh-contoh sehingga mereka kesulitan menerapkan konsep pada materi tersebut. Berdasarkan fakta di atas, perlu dikembangkan bahan ajar yang berbeda dan mudah dipahami oleh siswa, salah satunya adalah modul yang berbasis konsep disertai contoh. Sejauh ini menurut pengamatan terbatas penulis, belum tersedia Meli Gustinasari, Ardi & Lufri 62

modul berbasis konsep disertai contoh pada materi sel untuk SMA yang valid dan praktis. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis melakukan penelitian tentang pengembangan modul pembelajaran berbasis konsep disertai contoh pada materi sel untuk siswa SMA. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model prosedural. Menurut Sugiyono (2011: 206), penelitian pengembangan merupakan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk tertentu dan berdasarkan pada analisis kebutuhan. Pengembangan modul dilakukan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang (UNP) dari bulan Desember 2015 hingga Februari 2016. Uji praktikalitas oleh guru dan siswa terhadap modul dilakukan di kelas XI MAN 3 Padang yang dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2015/2016, yakni pada bulan Februari 2013. Objek penelitian ini adalah media pembelajaran berupa modul pembelajaran berbasis konsep disertai contoh pada materi sel untuk siswa kelas XI SMA. Sedangkan subjek penelitian ini adalah 20 orang siswa kelas XI MAN 3 Padang, 2 orang guru biologi MAN 3 Padang dan 5 orang validator yang ahli di bidangnya. Modul berbasis konsep disertai contoh ini dikembangkan dengan menggunakan model penelitian pengembangan AP3 yang dikembangkan oleh Lufri (2013). Model ini terdiri dari empat tahap, yaitu tahap analisis masalah dan kebutuhan, perancangan (penyusunan prototipe), pengembangan serta peyebarluasan (diseminasi). Langkah pengembangan terdiri dari 3 uji, yaitu validitas, praktikalitas dan efektivitas. Mengingat keterbatasan waktu dan biaya, maka penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap pengembangan pada fase praktikalitas saja. A. Tahap Analisis Masalah dan Kebutuhan Pada tahap dilakukan analisis terhadap masalah yang ada dilapangan selanjutnya dikemukakan alasan yang mendukung kenapa prototipe ini dipilih atau dikembangkan. Beberapa langkah yang dilakukan pada tahap analisis masalah dan kebutuhan diuraikan seperti di bawah ini: 1. Analisis Masalah Bertujuan memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran biologi. Kemudian mencari alternatif untuk pemecahan masalah dalam pembelajaran. 2. Analisis Kurikulum Analisis kurikulum dilakukan agar modul dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran berdasarkan kurikulum. Analisis ini dilakukan dengan Meli Gustinasari, Ardi & Lufri 63

menganalisis kurikulum yang berlaku di sekolah. Selanjutnya dilakukan analisis Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD). 3. Analisis kajian teori dan penelitian yang relevan Analisis kejian teori dilakukan dengan mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan penelitian dengan tujuan untuk mencari teori-teori yang mendukung penelitian serta mengkaji penelitian-penelitian yang telah ada yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. 4. Analisis kebutuhan Analisis kebutuhan bertujuan memunculkan dan menetapkan masalah dasar dalam pembelajaran biologi sehingga perlu dikembangkan modul pembelajaran biologi. Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara melakukan observasi di sekolah serta melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran. Selanjutnya dilakukan menyebarkan angket kepada siswa yang dapat mengungkapkan kebutuhan siswa dilapangan. B. Tahap Perencanaan (Penyusunan Prototipe) Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototipe modul pembelajaran berdasarkan silabus mata pelajaran biologi sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada tahap perancangan ini, terlebih dahulu disusun kerangka modul dengan tidak mengabaikan prinsip-prinsip penyusunan modul. Materi yang disajikan sesuai dengan silabus mata pelajaran Biologi. Dalam hal ini, dipaparkan konsep-konsep mengenai materi pembelajaran disertai contoh-contoh yang dapat mendukung pemahaman siswa. Modul yang dirancang mengandung semua komponen modul seperti lembar petunjuk siswa, lembar kegiatan siswa, lembar kerja siswa, kunci jawaban untuk lembar kerja siswa, lembar evaluasi, dan kunci jawaban untuk lembar evaluasi. C. Tahap Pengembangan Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pem-belajaran yang sudah direvisi dan divalidasi berdasarkan masukan dari para ahli pendidikan, serta tanggapan dari guru dan siswa melalui angket praktikalitas. Jenis data adalah data primer. Data pertama adalah data hasil validasi modul berbasis konsep disertai contoh oleh validator yang diperoleh langsung dari lembar validasi. Data kedua adalah data hasil uji praktikalitas modul berbasis konsep disertai contoh yang diperoleh langsung dari angket praktikalitas yang diberikan kepada guru dan siswa Kelas XI IPA MAN 3 Padang. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar validasi modul berbasis konsep disertai contoh oleh dosen dan guru serta angket praktikalitas modul berbasis konsep disertai contoh yang akan diisi oleh siswa Meli Gustinasari, Ardi & Lufri 64

kelas XI IPA MAN 3 Padang dan 2 orang guru biologi. Angket validitas dan praktikalitas disusun menurut skala Likert yang dimodifikasi Riduwan (2012: 27) 10 dengan 4 alternatif jawaban sebagai berikut: SS = sangat setuju dengan bobot 4 S = setuju dengan bobot 3 TS = tidak setuju dengan bobot 2 STS = sangat tidak setuju dengan bobot 1 1. Angket validasi modul berbasis konsep disertai contoh oleh dosen dan guru Instrumen ini berupa lembar validasi. Lembar validasi digunakan untuk mengetahui apakah bahan ajar yang telah dirancang valid atau tidak. Skala penilaian untuk lembar validasi menggunakan skala Likert. 2. Angket praktikalitas modul berbasis konsep disertai contoh oleh guru biologi dan siswa Angket untuk uji praktikalitas modul berbasis konsep disertai contoh oleh guru dan siswa berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kemudahan dalam penggunaan, efisiensi waktu pembelajaran dan manfaat yang didapat dengan menggunakan modul berbasis konsep disertai contoh. Analisis data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Analisis meliputi hal-hal berikut. a) Analisis validitas modul berbasis konsep disertai contoh Analisis validitas modul berupa syarat kelayakan isi, kebahasaan, penyajian dan kegrafikaan modul, berdasarkan lembar validasi dilakukan dengan beberapa langkah berikut ini. 1) Memberikan skor jawaban dengan kriteria berikut ini. 4 = sangat setuju (ST) 3 = setuju (S) 2 = tidak setuju (TS) 1 = sangat tidak setuju (STS) 2) Menentukan skor tertinggi Skor tertinggi = jumlah validator x skor maksimum. 3) Menentukan jumlah skor dari masing-masing validator dengan menjumlahkan semua skor yang diperoleh dari masing-masing indikator. 4) Menentukan skor yang diperoleh dengan menjumlahkan skor dari masing-masing validator. 5) Penentuan nilai validitas menggunakan rumus persentase: Nilai validitas = jumlah semua skor skor maksimum X 100 % Meli Gustinasari, Ardi & Lufri 65

Memberikan penilaian validitas dengan kriteria yang dimodifikasi dari Purwanto (2009: 82) berikut ini. 90% - 100% = sangat valid 80% - 89% = valid 65% - 79% = cukup valid 0% - 64% = tidak valid b. Analisis praktikalitas modul berbasis konsep disertai contoh dalam pembelajaran Data uji praktikalitas penggunaan modul berbasis konsep disertai contoh dianalisis menggunakan rumus persentase berikut. Nilai validitas = jumlah semua skor skor maksimum X 100 % Setelah persentase diperoleh, dilakukan pengelompokan sesuai kriteria yang dimodifikasi dari Purwanto (2009: 82) berikut ini. 90%- 100% = sangat praktis 80% - 89% = praktis 65% - 79% = cukup praktis 0 % - 64% = tidak praktis HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tahap Analisis Masalah dan Kebutuhan Tahap ini meliputi analisis masalah, analisis kurikulum, analisis kajian teori dan penelitian relevan serta analisis kebutuhan. Analisis masalah: Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 7 mei 2015 dengan Ibu Edrawati, S.Pd., salah seorang guru Biologi di MAN 3 Padang, diketahui bahwa untuk menunjang proses pembelajaran, digunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diterbitkan oleh penerbit serta di dukung juga dengan buku teks yang ada di perpustakaan namun dalam jumlah terbatas. Uraian materi pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang digunakan siswa tidak lengkap, penjabaran materi hanya secara garis besar saja, tidak ada penjelasan konsep yang jelas dan dapat dipahami oleh siswa, padahal materi biologi banyak menuntut pemahaman konsep. Selain itu, pemberian contoh baik berupa pemaparan maupun berupa gambar sangat kurang, ditambah lagi dengan tampilan gambar yang tidak jelas dan kurang menarik. Materi sel yang banyak mengandung konsep, disajikan tidak menarik karena minim gambar. Gambar biasanya disajikan tidak berwarna. Hal tersebut mengakibatkan buku teks tidak berfokus kepada kemampuan individual dan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan analisis terhadap masalah tersebut, maka penulis mengembangan modul pembelajaran berbasis konsep disertai contoh pada materi sel untuk siswa SMA. Meli Gustinasari, Ardi & Lufri 66

Analisis kurikulum: Kurikulum yang berlaku dan digunakan oleh sekolah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Analisis kurikulum lebih difokuskan pada perincian SK dan KD untuk materi sel yang dijabarkan menjadi indikator. Analisis kajian teori dan penelitian relevan: Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran diperlukan sebagai perantara untuk mengkomunikasikan materi pembelajaran kepada siswa. Media pembelajaran yang dapat dikembangkan dan digunakan oleh guru salah satunya adalah media cetak dalam bentuk bahan ajar tertulis. Salah satu bentuk bahan ajar tertulis yang dapat dikembangkan adalah modul. Menurut Mulyasa (2006: 232-233) 6, bahwa modul berbeda dengan bahan ajar lainnya. Modul memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa, memberikan kemungkinan kepada siswa untuk mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh, memfokuskan siswa pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur, serta terdapat mekanisme pengukuran yang merupakan kriteria atau standar kelengkapan modul. Berdasarkan analisis tersebut, maka penulis mengembangan modul pembelajaran berbasis konsep disertai contoh pada materi sel untuk siswa SMA. Analisis kebutuhan: Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 22 sampai 27 September 2014, diketahui bahwa buku penunjang pembelajaran yang dimiliki siswa hanya berupa LKS yang diterbitkan oleh penerbit. Terdapat buku teks yang disediakan oleh perpustakaan sekolah, namun jumlahnya sangat terbatas sehingga tidak mencakup seluruh siswa dapat menggunakannya sedangkan siswa membutuhkan bahan ajar yang dapat menunjang pembelajaran dengan efektif. Oleh karena itu dikembangkanlah bahan ajar berupa modul yang dikembangkan oleh guru sebagai penunjang pembelajaran siswa dikelas. 2. Tahap Perancangan (Penyusunan Prototipe) Pengembangan modul pembelajaran berbasis konsep disertai contoh pada materi sel dibuat sesuai dengan langkah -langkah pengembangan yang telah disusun. Modul ini dibuat dengan menggunakan aplikasi Micosoft Office Power Point 2007 dengan bantuan aplikasi pengolah gambar Paint dan Photo Scape v3.4. Modul dilengkapi dengan judul, petunjuk penggunaan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, lembar kegiatan siswa, evaluasi dan kunci jawaban, serta umpan balik. Modul ini juga dilengkapi dengan kolom konsep dan contoh yang menyajikan konsep-konsep penting pada materi disertai penyajian contoh pada masing-masing konsep tersebut yang dapat membantu pemahaman siswa. Meli Gustinasari, Ardi & Lufri 67

3. Tahap Pengembangan: Tahap ini meliputi validasi modul, dan praktikalitas modul. Validasi modul berbasis konsep disertai contoh dilakukan oleh 5 orang validator yang terdiri dari 3 orang dosen Jurusan Biologi FMIPA UNP dan 2 orang guru biologi MAN 3 Padang dengan menggunakan angket validitas. Hasil validasi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Validasi Modul Berbasis Konsep Desertai Contoh No Komponen Penilaian Jumlah Nilai Validitas Kriteria 1 Kelayakan Isi 141 88,12% Valid 2 Komponen Kebahasaan 89 89,00% Valid 3 Komponen Penyajian 155 86,11% Valid 4 Komponen Kegrafikan 82 82,00% Valid Total 345,24 Rata-rata 86,31% Valid Gustinasari (2016: 58) Hasil validasi pada Tabel 1 di atas menunjukkan nilai rata-rata sebesar 86,31% dengan kategori valid. Hal ini menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan telah valid baik dari segi aspek kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, maupun aspek kegrafikan sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran. Validator dalam hal ini juga mengecek kolom konsep & contoh yang merupakan salah satu aspek yang dipertanyakan dalam angket. Uji praktikalitas modul berbasis konsep disertai contoh dilakukan kepada guru dan siswa melalui angket praktikalitas. Hasil uji praktikalitas oleh guru dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Praktikalitas Modul Berbasis Konsep Disertai Contoh oleh Guru No Aspek Jumlah Nilai Praktikalitas Kriteria 1 Kemudahan Penggunaan 35 87,50% Praktis 2 Waktu Pembelajaran 13 81,25% Praktis 3 Manfaat 45 93,75% Sangat Praktis Total 262,50 Rata-rata 87,50% Praktis Gustinasari (2016: 60) Dari Tabel 2. terlihat bahwa nilai rata-rata uji praktikalitas terhadap modul berbasis konsep disertai contoh oleh guru adalah 87,50% dengan kriteria praktis. Hal ini menunjukkan, bahwa modul yang dikembangkan praktis digunakan oleh guru sebagai salah satu bahan ajar pada materi sel. Selain terhadap guru, uji praktikalitas juga dilakukan kepada siswa. Hasil praktikalitas oleh siswa dapat dilihat pada Tabel 3. Meli Gustinasari, Ardi & Lufri 68

Tabel 3. Hasil Uji Praktikalitas Modul Berbasis Konsep Disertai Contoh oleh Siswa No Aspek Jumlah Nilai Nilai Praktikalitas Kriteria 1 Kemudahan Penggunaan 349 87,25% Praktis 2 Waktu Pembelajaran 137 85,63% Praktis 3 Manfaat 500 89,29% Praktis Total 986 262,17 Rata-rata 329 87,39% Praktis Gustinasari (2016: 60) Berdasarkan Tabel 3 dapat terlihat, bahwa nilai praktikalitas modul berbasis konsep disertai contoh oleh siswa adalah 87,39% dengan kriteria praktis. Hal ini menunjukkan, bahwa modul yang dikembangkan praktis digunakan oleh siswa dalam pembelajaran. Pembahasan 1. Validitas Modul Berbasis Konsep Disertai Contoh Analisis data dari angket validitas modul berbasis konsep disertai contoh oleh validator yaitu dosen dan guru didasarkan pada empat aspek, yaitu kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafikaan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan memperoleh nilai rata-rata validitas sebesar 86,31% dan memiliki kriteria valid. Berdasarkan aspek kelayakan isi, modul dinyatakan valid oleh validator dengan nilai rata-rata 88,12%, yang berarti materi pada modul berbasis konsep disertai contoh telah sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dijabarkan menjadi indikator pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Depdiknas (2008: 8) yang menyatakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kriteria valid untuk materi pada modul juga menunjukkan bahwa kebenaran substansi materi pada modul sudah baik. Berdasarkan aspek komponen kebahasan, modul yang dikembangkan termasuk kategori valid dengan nilai rata-rata 89%. Komponen kebahasaan berhubungan dengan penggunaan kalimat yang jelas sehingga tidak menimbulkan kerancuan sehingga mudah dimengerti oleh siswa. Hal ini juga diungkapkan oleh Prastowo (2011: 123-124), bahwa kalimat yang digunakan dalam modul harus sederhana, jelas, dan efektif agar siswa mudah memahaminya. Berdasarkan aspek komponen penyajian, modul telah memuat indikator dan tujuan pembelajaran yang jelas. Materi pada modul juga telah disajikan secara lengkap sesuai dengan urutan pada indikator. Kejelasan indikator tujuan pembelajaran akan memudahkan siswa belajar secara terarah. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2009: 207) bahwa salah satu keuntungan dari pembelajaran yang Meli Gustinasari, Ardi & Lufri 69

disajikan dengan jelas dan spesifik sehingga pembelajaran siswa menjadi terarah. Modul juga menyajian konsep disertai contoh yang mendukung pemahaman siswa. Berdasarkan angket validitas terungkap bahwa komponen penyajian termasuk kriteria valid dengan nilai rata-rata 86,11%. Dengan demikian, hal ini telah menjadi jawaban atas masalah belum tersedianya bahan ajar berbasis konsep disertai contoh. Berdasarkan aspek komponen kegrafikaan, modul berbasis konsep disertai contoh dinyatakan valid dengan nilai validitas rata-rata sebesar 82%. Hal ini menandakan bahwa desain modul yang dikembangkan sudah baik dan menarik, yang meliputi bentuk dan ukuran huruf yang sesuai, gambar yang disajikan menarik dan relevan dengan materi, serta pemilihan warna yang sesuai dan menarik. Modul yang menarik akan mudah menarik perhatian siswa untuk menggunakannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad (2009: 16) bahwa modul yang dikembangkan harus mampu meningkatkan motivasi siswa dan efektif dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Dengan demikian, hal ini telah menjadi jawaban atas kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa, yaitu belum tersedianya bahan ajar yang menarik. Secara keseluruhan nilai rata-rata hasil uji validitas modul berbasis konsep disertai contoh adalah 86,31% dengan kriteria valid. Hal ini membuktikan bahwa modul yang dikembangkan telah memenuhi keempat aspek dalam uji validitas berdasarkan penilaian dari para validator sehingga modul ini dapat digunakan baik sebagai media pembelajaran atau sebagai sumber belajar yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2. Praktikalitas Modul Berbasis Konsep Disertai Contoh Uji praktikalitas modul berbasis konsep disertai contoh dilakukan kepada guru dan siswa. Uji praktikalitas ini melibatkan dua orang guru dan 20 orang siswa MAN 3 Padang. Berdasarkan analisis hasil uji praktikalitas modul pembelajaran biologi berbasis konsep disertai contoh oleh guru, diketahui bahwa modul dikategorikan praktis dengan nilai rata-rata sebesar 87,50%. Sedangkan analisis hasil uji praktikalitas modul berbasis konsep disertai contoh oleh siswa dikategorikan praktis dengan nilai rata-rata 87,39%. Nilai praktis ini merupakan rata-rata dari 3 aspek dalam uji praktikalitas yaitu kemudahan penggunaan, efisiensi waktu pembelajaran, dan manfaat modul. Berdasarkan aspek kemudahan penggunaan, modul berbasis konsep disertai contoh dinilai praktis dengan nilai rata-rata 87,5% oleh guru dan dinilai praktis oleh siswa dengan nilai rata-rata 87,25%. Hal ini menunjukkan bahwa modul telah memiliki petunjuk penggunaan yang jelas sehingga guru dan siswa mengetahui langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran. Materi pada modul telah disajikan secara jelas dan sederhana serta menggunakan ukuran dan jenis huruf yang mudah dibaca. Khusus untuk guru, Sudjana dan Rivai (2003: 134) menyatakan, bahwa petunjuk untuk guru bertujuan agar guru melaksanakan pembelajaran dengan Meli Gustinasari, Ardi & Lufri 70

efisien. Modul yang dikembangkan dikatagorikan praktis pada aspek kemudahan penggunaan dari segi bahasa. Hal ini berdasarkan jawaban guru dan siswa yang menyatakan bahasa yang digunakan dalam modul mudah dipahami. Modul dengan berbasis konsep disertai contoh efisien bila digunakan dalam pembelajaran berdasarkan aspek efisiensi waktu pembelajaran. Hal ini terlihat dari hasil uji praktikalitas oleh guru yang menyatakan cukup praktis dengan nilai rata-rata 81,25%. siswa menyatakan praktis dengan nilai rata-rata 85,63%. Modul ini berfokus pada kemampuan individual siswa. Hal ini karena siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Sehubungan dengan hal tersebut, Nasution (2009: 205) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran dengan modul adalah membuka kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut kecepatannya masing-masing. Hal ini menjadi jawaban atas kendala belum tersedianya bahan ajar yang tidak berfokus pada kemampuan individual siswa. Berdasarkan aspek manfaat, modul berbasis konsep disertai contoh dikategorikan praktis oleh guru dengan nilai rata-rata 93,75% dan dikategorikan praktis oleh siswa dengan nilai rata-rata 89,29%. Hal ini berdasarkan jawaban guru yang menyatakan bahwa modul berbasis konsep disertai contoh dapat membantu guru, mengurangi beban kerja guru untuk menjelaskan materi sehingga guru mudah memantau aktivitas belajar siswa. Berdasarkan jawaban siswa, juga terlihat bahwa modul dapat membantu siswa memahami konsep pelajaran dengan baik dan bisa belajar secara mandiri dan sesuai dengan cara belajarnya masing-masing. Penggunaan modul bermanfaat bagi guru karena dapat mengefisienkan waktu pembelajaran karena modul menuntun siswa belajar secara mandiri sehingga guru mudah memantau aktivitas belajar siswa dan dapat memberikan bimbingan individual kepada siswa. Hal ini selaras dengan Depdiknas (2008: 20) bahwa modul harus da-pat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti fungsi guru. Hasil angket uji praktikalitas juga memperlihatkan bahwa siswa merasa senang belajar dengan modul berbasis konsep disertai contoh. Siswa juga tertarik untuk membacanya karena tampilan modul yang dibuat semenarik mungkin seperti ketepatan pemilihan warna, huruf, dan ilustrasi. Penggunaan warna dan gambar pada modul menarik perhatian siswa untuk membacanya dan tidak membosankan. Prastowo (2011: 124) menyatakan bahwa gambar-gambar yang mendukung dan memperjelas isi materi sangat dibutuhkan dalam pembuatan modul karena menambah daya tarik dan mengurangi kebosanan siswa dalam mempelajarinya. Dengan demikian, hal ini telah menjadi jawaban atas kendala penyajian materi pada bahan ajar tidak menarik. Hal ini sesuai dengan pendapat Van den Akker dalam Rochmad,(2012: 15) menyatakan bahwa kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna (atau pakarpakar lainnya) mempertimbangkan intervensi dapat digunakan dan disukai dalam Meli Gustinasari, Ardi & Lufri 71

kondisi normal. Nieveen dalam Rochmad (2012: 15) menyatakan berkaitan dengan pengembangan materi pembelajaran, tingkat kepraktisan dilihat dari apakah guru (dan pakar lainnya) mempertimbangkan bahwa materi mudah dan dapat digunakan oleh guru dan siswa. Secara keseluruhan, hasil analisis angket uji validitas dan praktikalitas modul berbasis konsep disertai contoh dinyatakan valid dan praktis serta menunjang pembelajaran penyajian konsep disertai contoh. Modul ini dapat menjawab permasalahan belum tersedianya bahan ajar yang menyajikan pembelajaran berbasis konsep disertai contoh pada materi sel dengan menarik, berfokus pada kemampuan individual siswa, dan dapat digunakan siswa secara mandiri, serta belum tersedianya modul berbasis konsep disertai contoh pada materi sel. Modul ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan ajar yang digunakan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. PENUTUP Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Modul pembelajaran berbasis konsep disertai contoh yang dikembangkan memiliki nilai rata-rata validitas sebesar 86,31% dan memenuhi kriteria valid dari segi konten, komponen kebahasaan, komponen penyajian, dan komponen kegrafikaan. 2. Modul pembelajaran berbasis konsep disertai contoh yang dikembangkan dinyatakan praktis oleh guru dengan nilai rata-rata praktikalitas 87,50 %, dan dinyatakan praktis oleh siswa dengan nilai rata-rata praktikalitas 87,39 %. Modul tersebut juga dapat digunakan dalam pembelajaran biologi pada materi sel. Lebih lanjut, maka peneliti menyarankan hal-hal berikut ini. 1. Adanya penelitian lanjutan berupa uji efektivitas yang dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya untuk mengetahui keefektifan penggunaan modul ini dalam pembelajaran. 2. Diharapkan kepada guru maupun calon guru untuk dapat mengembangkan modul pembelajaran biologi untuk materi yang lainnya. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Gustinasari, Meli. 2016. Pengembangan Modul Berbasis Konsep Disertai Contoh pada Materi Sel untuk Siswa SMA. Skripsi. Padang: UNP. Lufri. 2010. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP Press. Meli Gustinasari, Ardi & Lufri 72

Lufri dan Ardi. 2013. Buku Ajar Metodologi Penelitian Penelitian Kuantitatif Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Pengembangan. Padang: UNP Press. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasution. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Purwanto, M. Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Riduwan. 2012. Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta. Rochmad. 2012. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurnal Kreano. 3(I): 59-72. Semarang: FMIPA UNNES. Sadiman, Arif; Raharjo, Haryono, dan Rahardjito. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2003. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Meli Gustinasari, Ardi & Lufri 73