Perpajakan 2 PPN & PPnBM

dokumen-dokumen yang mirip
SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB II LANDASAN TEORI

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

PENGANTAR. Dasar Hukum : UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun Presented by M.

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

BAB II LANDASAN TEORI

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pajak. Definisi Pajak Pembagian Jenis Pajak Menurut Sifat Menurut Sasaran Menurut Pengelola

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Subject 4. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI

Pokok-Pokok Ketentuan UU PPN. Sesuai dengan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012

Pengertian. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kelebihan PPN 30/04/2011

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LANDASAN TEORI. dalam buku Perpajakan Indonesia karangan Waluyo (2008, h3),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAB II LANDASAN TEORI

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Nugraeni

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel

PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009

FAKTUR PAJAK STANDAR

BAB II LANDASAN TEORITIS. (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

BAB II TELAAH PUSTAKA. pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh

Modul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KRITERIA BARANG YANG BISA DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2009

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian pajak sehingga mudah dipahami. Perbedaannya hanya terletak pada sudut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Faktur Pajak yang dibatalkan harus tetap diadministrasi (disimpan) oleh Pengusaha Kena Pajak Penjual yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.011/2013 Tanggal 11 November 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun

Account Representative

PANITIA SUMPAH PEMUDA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pelaporan Usaha untuk Dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak berdasarkan undang-undang dan dari berbagai pakar pajak

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151/PMK.011/2013 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAB II LANDASAN TEORI. Apabila membahas pengertian pajak, banyak definisi atau batasan pajak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) penerimaan negara, dan mendorong produk ekspor.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dipaksakan kepada mereka yang melanggarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

BAB II LANDASAN TEORI

KARYA ILMIAH WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB PPAT ATAS PAJAK

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

BAB III PEMBAHASAN TENTANG EFEKTIVITAS PENERAPAN E-FAKTUR ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK

Pajak Pertambahan Nilai

Transkripsi:

Perpajakan 2 PPN & PPnBM 18 Februari 2017 Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1

Karakteristik PPN 1. Pajak tidak langsung Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan menggeser beban pajak kepada pembeli sesuai dengan mata rantai produksi dan distribusi hingga ke konsumen akhir melalui pengenaan pajak secara bertingkat. Pengusaha menggeser beban pajaknya melalui pengkreditan pajak 2. Pajak konsumsi Pemikul beban pajak berakhir pada konsumen akhir 3. Bersifat Netral Pengenaan PPN di dasarkan pada destination principle dan hanya dikenakan atas nilai tambahnya saja PPN dipungut di tempat barang / jasa tersebut dikonsumsi 4. Pajak Objektif PPN hanya dikenakan bila terdapat factor objektif, yaitu keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak PPN akan mendahulukan objek, baru kemudian menjadi subjek 2

Yang termasuk penyerahan BKP A B C D Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian; Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing); Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang; Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas BKP E F G H BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan; Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang; Penyerahan BKP secara konsinyasi; Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada pihak yang membutuhkan BKP. 3

Yang tidak termasuk penyerahan BKP A B C Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang; Penyerahan BKP untuk jaminan utangpiutang; Penyerahan BKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang; D E Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah PKP; dan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang PM atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c. 4

Objek Pajak PPN A B C D Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha; Impor BKP Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha; Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; E F G H Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; Ekspor BKP Berwujud oleh PKP Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP Ekspor JKP oleh PKP Wajib PKP kecuali pengusaha kecil WPOP / Badan wajib memungut, menyetor dan melaporkan PPN terutang 5

Barang dan Jasa yang tidak dikenai PPN Jenis Barang Penjelasan barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya; barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak; makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan uang, emas batangan, dan surat berharga. Jasa Jasa pelayanan kesehatan medis; Jasa pelayanan sosial; Jasa pengiriman surat dengan perangko; Jasa keuangan; Jasa asuransi; Jasa keagamaan; Jasa pendidikan; Jasa kesenian dan hiburan; ijasa penyiaran yang tidak bersifat iklan; Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri; Jasa tenaga kerja; Jasa perhotelan; Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum; Jasa penyediaan tempat parkir; Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam; Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan Jasa boga atau katering. 6

Tarif dan Cara Menghitung PPN Jenis Pajak PPN Tarif / Contoh 10% Dapat di ubah menjadi 5% - 15% yang diatur dengan PP 0% yang di terapkan atas: Ekspor BKP berwujud Ekspor BKP tidak berwujud Ekspor JKP PPnBM 10% - 200% 0% yang di terapkan atas Ekspor BKP tergolong mewah Cara menghitung Tarif x DPP DPP meliputi Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain Contoh: PKP melakukan penyerahan BKP dengan harga jual IDR 25 juta PPN terutang adalah IDR 2.5 juta Untuk PPnBM dikenai terhadap penyerahan BKP yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan barang tersebut di dalam Daerah Pabean dan impor BKP yang tergolong mewah PPnBM hanya di kenakan 1 kali pada waktu penyerahan BKP atau pada waktu impor BKP yang tergolong mewah 7

PK dan PM PK dan PM 1 2 PK > PM PK < PM Selisihnya harus disetor ke kas Negara oleh PKP paling lambat akhir bulan berikutnya Selisihnya dapat direstitusi Selisihnya dapat dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya / akhir tahun buku PM dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan PK dalam Masa Pajak yang sama Bagi PKP yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan terutang pajak, PM atas perolehan / impor dapat dikreditkan PM yang dikreditkan harus menggunakan FP yang memenuhi persyaratan 8

PM yang tidak dapat di kreditkan Perolehan BKP atau JKP, pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean, sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; Perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha; Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 6 Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak; 9

Contoh Pengkreditan PPN Mei 20x1 Juni 20x1 Juli 20x1 PK IDR 2,000,000 IDR 3,000,000 IDR 4,000,000 PM IDR 4,500,000 IDR 2,000,000 IDR 2,000,000 KB IDR 1,000,000 IDR 2,000,000 Kompensasi IDR 2,500,000 IDR 1,500,000 LB IDR 2,500,000 IDR 1,500,000 IDR 500,000 10

Faktur Pajak Standar Bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. Gabungan Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli BKP atau penerima JKP yang sama selama 1 (satu) bulan kalender dan dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan a. saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak; b. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; c. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau d. saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan. Notes : OP atau Badan yang tidak dikukuhkan sebagai PKP dilarang membuat FP 11

Informasi Minimal pada Faktur Pajak dan Dokumen Tertentu Sebagai Faktur Pajak Standar Informasi minimal : 1. Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP; 2. Nama, alamat, NPWP Pembeli BKP atau Penerima JKP; 3. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga; 4. PPN yang dipungut; 5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; 6. Kode, Nomor Seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan 7. Nama, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak; Dokumen tertentu sebagai FP Standar : 1. Faktur nota bon penyerahan yang di buat oleh Pertamina untuk penyerahan BBM / bukan BBM 2. Tanda pembayaran atau kwitansi telepon 3. Tiket / airway bill atas penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri 4. SSP pembayaran PPN atas pemanfaatn BKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah pabean 5. PIB yang dilampiri SSP atau bukti pungutan pajak oleh Ditjen Bea dan Cukai atas impor BKP 6. PEB yang telah di muat oleh Ditjen Bea Cukai dengan dilampiri invoice 7. Surat Perintah Pengiriman Barang yang di buat oleh Badan Urusan Logistik (BULOG) / Depot Logistik (DOLOG) untuk penyaluran tepung terigu 12

Kode Faktur Pajak Penerbitan FP Standar dimulai dari Nomor Urut 1 (satu) pada setiap awal tahun takwim mulai bulan Januari, kecuali bagi PKP yang baru dikukuhkan, Nomor Urut 1 (satu) dimulai sejak Masa Pajak PKP tersebut dikukuhkan. Kode Transaksi 01 penyerahan kepada selain Pemungut PPN 02 penyerahan kepada Pemungut PPN Bendaharawan Pemerintah 03 penyerahan kepada Pemungut PPN Lainnya (selain Bendaharawan Pemerintah) Kode Status 0 Normal 1 Penggantian 04 penyerahan yang menggunakan DPP Nilai Lain kepada selain Pemungut PPN; 05 penyerahan yang Pajak Masukannya di Deemed kepada selain Pemungut PPN; 06 penyerahan Lainnya kepada selain Pemungut PPN; 07 penyerahan yang PPN atau PPN dan PPn BM-nya Tidak Dipungut kepada selain Pemungut PPN; 08 digunakan untuk penyerahan yang Dibebaskan dari pengenaan PPN atau PPN dan PPn BM kepada selain Pemungut PPN; 09 digunakan untuk penyerahan Aktiva Pasal 16D kepada selain Pemungut PPN 13

Pembatalan Faktur Pajak Jenis kasus FP cacat Penjelasan FP Standar yang cacat, rusak / salah dalam pengisian / penulisan sehingga tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas dan benar, PKP yang menerbitkan FP Standar tersebut dapat menerbitkan Faktur Pajak Standar Pengganti FP hilang PKP yang menerbitkan maupun pihak yang menerima FP Standar tersebut dapat membuat copy dari arsip FP Standar Pembatalan FP Bila terjadi pembatalan transaksi penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang FP Standar-nya telah diterbitkan, maka PKP yang menerbitkan FP Standar harus melakukan pembatalan FP Standar Penerbitan FP Standar Pengganti atau pembatalan FP Standar hanya dapat dilakukan paling lambat 2 (dua) tahun sejak FP Standar yang diganti atau dibatalkan tersebut diterbitkan. Sepanjang terhadap SPM PPN dimana FP Standar yang diganti atau dibatalkan tersebut dilaporkan, belum dilakukan pemeriksaan dan atas PPN yang tercantum dalam FP Standar tersebut belum dibebankan sebagai biaya. 14

Pedoman Penghitungan PPN Masukan bagi Pengusaha Untuk PKP (Pedagan Eceran / bukan) yang memilih dikenakan pajak dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto Syarat Pedagang Eceran : PKP OP dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto selama 1 (satu) tahun buku tidak lebih dari IDR 4.8 M Menyerahkan BKP melalui suatu tempat penjualan eceran seperti toko, kios, atau dengan cara penjualan yang dilakukan langsung kepada konsumen akhir, atau dengan cara penjualan yang dilakukan dari rumah ke rumah; Menyediakan Barang Kena Pajak yang diserahkan di tempat penjualan secara eceran tersebut; Melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa didahului dengan penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kontrak atau lelang dan pada umumnya bersifat tunai, dan pembeli pada umumnya datang ke tempat penjualan tersebut langsung membawa BKP yang dibelinya. Pedagang Eceran 1 2 PM PK 80% x PK Nilai peredaran bruto x 10% PPN Selain pedagang eceran 1 2 PM PK BKP -> 70% x PK JKP -> 40% x PK Nilai peredaran bruto x 10% 15

Pedoman Penghitungan Pengkreditan PM bagi PKP yang Melakukan Kegiatan Usaha Tertentu Kegiatan Usaha Tertentu : Penyerahan kendaraan bermotor bekas secara eceran (PMK no 79/PMK.03/2010) Penyerahan emas perhiasan secara eceran (untuk penyerahan ini telah di ubah ke PMK no 30/PMK.03/2014) PKP yang melakukan Kegiatan Usaha Tertentu wajib menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan PM PKP yang beralih usaha di Kegiatan Usaha Tertentu berlaku ketentuan : Bila peredaran usahanya dalam 1 tahun =<1.8 Miliar, dapat menggunakan pedoman ini Bila peredaran usahanya dalam 1 tahun >1.8 Miliar, wajib menggunakan pedoman ini Penyerahan Kendaraan Bekas 1 2 PM PK 90% x PK Peredaran usaha x 10% PPN Penyerahan Emas Perhiasan 1 2 PM PK Tidak dapat dikreditkan (20% x harga jual) x 10% 15

Referensi 1. UU PPN dan PPnBM no 42 tahun 2009 2. PMK no 45/PMK.03/2008 3. PMK no 79/PMK.03/2010 4. Slide Bu Dwi Martani PPN dan PPnBM Benny Januar Tannawi januarbenny@gmail.com +62-811-147-9090 Bennytannawi.com 16