BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI JALAN KLATEN PRAMBANAN KM (0-15) Sumina

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

4. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

2. Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU


CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FINAL KNKT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

Pengertian Lalu Lintas

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas merupakan subsistem dari ekosistem kota, berkembang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KELAS JALAN DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

ANATOMI DATA LAKA LANTAS TAHUN 2016 POLDA NTB FEBRUARI MARET APRIL DATA PT JASA RAHARJA NAMA DATA LAKA JANUARI

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAR II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan. lintas melalui rekayasa dan upaya lain adalah keselamatan berlalu lintas. Konsep

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masalah keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE UTARA

Transkripsi:

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus pengemudi kendaraan yang mengakibatkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas yaitu berkaitan dengan dasar hukum dan pengaturan sanksi pidana bagi pengemudi kendaraan, posisi kasus kecelakaan lalu lintas, pertanggungjawaban pidana dalam kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil. BAB V : Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran penulis berkaitan dengan permasalahan penelitian. BAB II FAKTOR FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN LALU LINTAS A. Peraturan Lalu Lintas di Jalan Raya Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Bahwa peraturan hukum yang mengatur kecelakaan lalu lintas di jalan raya dapat menimbulkan kerugian materi, bahkan ada yang sampai dengan meninggal dunia disamping luka berat dan ringan dan/atau cacat seumur hidup.pengaturan tentang kecelakaan lalu lintas dapat dilihat dari beberapa peraturan tentang lalu lintas itu sendiri dan beberapa penerapan yang terdapat didalam kitab undang undang hukum pidana. Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angakutan Jalan (LLAJ) bahwa yang dimaksud dengan: 16 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta pengelolaannya. 2. Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan. 3. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. 16 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Opcit, hlm. 12

4. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah serangkaian Simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 5. Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi pergantian antarmoda dan intermoda yang berupa Terminal, stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan danau, dan/atau bandar udara. 6. Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang Lalu Lintas, Terminal, dan Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung. 7. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor. 8. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel. 9. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan. 10. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran. 11. Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung. 12. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel. 1. Kecelakaan Lalu Lintas a) Menurut Pasal 1 ayat (24) UU LLAJ Tahun 2009 menentukan sebagai berikut: 17 Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. b) Menurut Pasal 229 UU LLAJ Tahun 2009 menentukan sebagai berikut: 18 (1) Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan atas: a. Kecelakaan Lalu Lintas ringan; b. Kecelakaan Lalu Lintas sedang; atau c. Kecelakaan Lalu Lintas berat. (2) Kecelakaan Lalu Lintas ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan Kendaraan dan/atau barang. 17 Undang-Undang LLAJ Tahun 2009, OpCit, hlm. 9 18 Undang-Undang LLAJ Tahun 2009, OpCit, hlm. 87

(3) Kecelakaan Lalu Lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang. (4) Kecelakaan Lalu Lintas berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat. (5) Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disebabkan oleh kelalaian Pengguna Jalan, ketidaklaikan Kendaraan, serta ketidaklaikan Jalan dan/atau lingkungan. 2. Kendaraan Bermotor Sebuah kendaraan yang disebut mobil adalah merupakan kendaraan beroda empat atau lebih yang terdapat mesin penggerak sendiri (self-propelled vehicle) dengan pengoperasian oleh seorang sopir/supir (menyupir).untuk kendaraan roda kurang dari empat tidak disebut mobil, biasanya cuma disebut kendaraan roda tiga (bajaj, bemo) atau kendaraan roda dua saja.mobil banyak jenisnya mulai dari sedan, van, truk, bus, dll. B. Jenis dan Dampak Kecelakaan Lalu Lintas Kejadian kecelakaan lalulintas sangat beragam baik dari proses kejadiannya maupun penyebabnya. Untuk kepentingan penanggulangannya perlu adanya suatu pola yang dapat menggambarkan karakteristik proses kejadian suatu kecelakaan lalu lintas, agar dapat disimpulkan faktor faktor penyebabnya sehingga dapat dirumuskan pola/upaya penanggulannya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu diadakan pengelompokan/tipologi kecelakaan lalulintas menurut proses terjadinya, yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut : a. Kecelakaan kendaraan tunggal, yaitu kecelakaan yang terjadi hanya satu kendaraan saja. b. Kecelakaan pejalan kaki, yaitu kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki. c. Kecelakaan membeloh lebih dari dua kendraan, yaitu kecelakaan yang terjadi d. pada saat melakukan gerakan membelok dan melibatkan lebih dari dua kendaraan.

e. Kecelakaan membelok dua kendaraan, yaitu kecelakaan yang terjadi pada saat melakukan gerakan membelok dan melibatkan hanya dua buah kendaraan. f. Kecelakaan tanpa gerakan membelok,yaitu kecelakaan yang terjadi pada saat berjalan lurus atau kecelakaan yang terjadi tanpa gerakan membelok. C. Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Faktor penyebab kecelakaan biasanya diklasifikasikan identik dengan unsur-unsur sistem transportasi, yaitu pemakai jalan, pengemudi dan pejalan kaki, kendaraan, jalan dan Hngkungan, atau kombinasi dari dua unsur atau lebih. a. Pemakai jalan Menurut data statistik baik di Indonesia maupun diluar negri, penyebaba kecelakaan yang paling tinggi adalah pengemudi. Beberapa kriteria pengemudi sebagai penyebab kecelakaan adalah sebagai berikut: - Pengemudi mabuk (drink driver) Dimana pengemudi mengalami kehilangan kesadaran karena pengaruh alkohol, obat-obat terlarang, narkotik dan sebagainya. - Pengemudi lelah (fatiguued or overlay tired driver) Yaitu keadaan pengemudi membawa kendaraan dalam keadaan lelah atau mengantuk akibat kurang istirahat sehingga kurang waspada, kurang tangkas bereaksi terhadap perubahanperubahan yang terjadi. - Pengemudi kurang terampil (unskilled driver) Yaitu keadaan dimana pengemudi kurang dapat diperkirakan kemampuan mengemudi kendaraannya, misalnya kemampuan unruk rnelakukan pengereman, kemampuan untuk menjaga jarak dengan kendaraan di depannya (gab) dan lain sebagainya.

b. Pejalan Kaki (Pedestrian) Penyebab kecelakaan dapat ditimpakan pada pejalan kaki dalam berbagai kemungkinan, seperti penyebrang jalan pada tempat dan waktu yang tidak tepat, (tidak aman) berjalan terlalu ketengah jalan, kurang hati-hati dan lain sebagainya. c. Kendaraan Kendaraaan dapat menyebabkan kecelakaan apabila tidak dikendarai dengan sebagai mana mestinya.yaitu sebagai akibat kondisi teknisnya yang tidak layak jalan maupun penggunanya yang tidak sesuai dengan ketentuan. Kondisi teknis yang tidak layak jalan misalnya rem blong, mesin tiba-tiba mati, ban pecah, kemudi tidak berfungsi dengan baik, as atau kopel lepas, lampu mati (khususnya dimalam hari) reting mati dan lain sebagainya. Penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Misalnya penggunaan muatan yang tidak sesuai dengan ketentuan. d. Jalan Jalan dapat merupakan faktor penyebab kecelakaan antara lain untuk hal-hal sebagai berikut: Kerusakan pada permukaan jalan. Misal terdapat lubang-lubang yang sulit dikenali (terutama pada musim penghujan terisi air). Konstruksi bahu jalan yang tidak benar. Misalnya bahu jalan yang terlalu rendah dengan badan jalan, bahu jalan yang kurang lebar, atau bahkan tidak terdapat bahu jalan sama sekali. Geometri jalan yang kurang sempurna, Misalnya derajad kemiringan (superelevasi) yang terlalu besar atau terlalu kecil pada belokan, terlalu sempitnya pandangan bebas

bagi pengemudi, terlalu terjal/curam tanjakan jalan, terlalu kecilnya jari-jari tikungan dan lain sebagainya. e.lingkungan Kadang-kadang lingkungan juga dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan, misalnya pada saat kabut, asap tebal atau hujan lebat sedemikian hingga jarak pandang pengemudi menjadi berkurang D. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Lalu Lintas a. Upaya Geometri Jalan Guna menurunkan angka kecelakaan lalu lintas di jalan perlu dilakukan perbaikan geometri jalan.perbaikan tersebut berupa pengaturan lebar jalan yang cukup, permukaan jalan yang nyaman dilengkapi dengan rambu, marka jalan, lampu penerangan jalan yang sesuai dengan standar geometri jalan. Peningkatan prasarana jalan akan menurunkan jumlah kecelakaan. Disamping itu pembangunan jaringan jalan harus disesuaikan dengan pola tingkah laku dan kebiasaan pemakaian jalan. b. Upaya Pengaturan Lingkungan, Manusia dan Kendaraan 1. Upaya Pengaturan Lingkungan Upaya pengaturan lingkungan dilakukan dengan beberapa cara antara lain : Peningkatan sarana komunikasi misalnya telepon, faksimal dan pos. Dengan prasarana ini mungkin akan dapat mengurangi kebutuhan akan perjalanan dan transportasi secara umum. Karena orang akan mengirimkan data/informasi melalui fasilitas komunikasi, sehingga dalam menyelesaikan urusan kepada orang lain tidak harus dengan bertatap muka secara langsung. Langkah lain yang mungkin dapat ditempuh dengan cara peningkatan pajak kendaraan dan restribusi parkir.

Sehingga diharapkan akan dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan akan membudayakan pemakaian angkutan umum. 2. Upaya pengaturan faktor manusia Upaya pengaturan faktor manusia berupa: a. Faktor pemakai jalan. Metode yang diterapkan dalam meningkatkan kemampuan pengemudi adalah dengan menyeleksi secara ketat seleksi pencarian SIM (Surat Ijin Mengemudi).Disini diharapkan pengemudi harus betul-betul trampil sebelum mendapat SIM.Pada akhirnya didalam mengemudi nantinya benar-benar menguasai kendaraan dan rambu-rambu yang ada di jalan raya. b. Pendidikan di bangku sekolah Pendidikan berlalulintas harus ditanamkan mulai dari TK sampai SMU.Pendidikan tersebut dapat diwujudkan melalui ekstra kurikuler.atau kedalam bentuk pelajaran ketrampilan. Misal dengan latihan pengaturan menyebrang pejalan kaki, sehingga diwaktu berangkat/ pulang sekolah dapat membantu polisi dalam mengatur lalulintas. c. Pengawasan Pengawasan, penegakan hukum dan pemberian sanksi hukuman harus terus diterapkan seefektif mungkin, agar pemakai jalan selalu mentaati peraturan. 3. Upaya Pengaturan FaktorKendaraan a. Karakteristik kendaraan Karakteristik kendaraan juga sering membawa dampak tingginya intensitas dan kualitas kecelakaan lalulintas.untuk menanggulangi kecelakaan lalulintas kendaraan harus dirancang, dilengkapi dengan peralatan, dan dirawat dengan sebaik-baiknya.kecelakaan lalulintas dapat

terhindar apabila kondisi kendaraan prima, stabil, peralatan berfungsi dengan baik, bodi tidak keropos dan cukup kuat malindungi penumpangnya. b. Faktor umur ban Umur ban yang tepat dapat mencegah timbulnya kecelakaan. Tipisnya ban yang dipakai, kepekaan rem dan berfungsinya lampu-lampu kendaraan sangat erat dengan keselamatan pengemudi. Oleh karena itu pemeriksaan rutin melalui pengujian KIR kendaraan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, tanpa adanya toleransi.