PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PKS RAMBUTAN PTPN-3 TEBING TINGGI TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah Undang-Undang Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun Undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

Keywords: occupational accident, risk management, risk assessment.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT. BRAJA MUSTI

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat- syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh Ario Noviansyah NIM.

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

PENERAPAN ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI TERMINAL BBM MEDAN GROUP PT. PERTAMINA (PERSERO) REGION I SUMBAGUT LABUHAN DELI-BELAWAN TAHUN

Bagian Ilmu Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MEKANIK PADA STASIUN BOILER PT X

Jumirsa Hijriani.Y 1, Halinda Sari Lubis 2, Eka Lestari Mahyuni 2. Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas, dan usaha mereka kepada organisasi. Oleh karena itu, manusia

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

GAMBARAN PELAKSANAAN UPAYA KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik yang dapat membantu para manajer dalam mengelola organisasi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. industri. Persaingan industri yang semangkin ketat menuntut perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan produksi non-migas,

BAB I PENDAHULUAN. Seumantoh adalah perusahaan yang bergerak dalam pengolahan Tandan Buah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

ANALISIS POTENSI BAHAYA PADA PEKERJAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI CPO DI PKS TANAH PUTIH. Oleh AHMAD FAUZI LUBIS

PERFORMA DAN BIAYA OPERASIONAL MESIN PENCACAH PELEPAH KELAPA SAWIT RANCANGAN UPT MEKANISASI PERTANIAN PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENERAPAN PELAPORAN DAN PERBAIKAN KEKURANGAN TINGKAT LANJUTAN SMK3 BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT. X

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEDISIPLINAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG TELINGA DI BAGIAN WEAVING PT. PRIMATEXCO INDONESIA KABUPATEN BATANG

MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: LIBER SIBARANI NIM:

Oleh: Ridzky Nanda Seminar Tugas Akhir

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA STASIUN PEMURNIAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III SEI MANGKEI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin.

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

STUDI PERILAKU KESELAMATAN KERJA DALAM PENGOPERASIAN MESIN PERCETAKAN PADA PEKERJA PT MASSCOM GRAPHY

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA

Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Di PT Agro Muko Palm Oil Mill. NH. Noeraini

ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA PABRIK KELAPA SAWIT BAH JAMBI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

USULAN PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI RUMAH SAKIT LIMIJATI BANDUNG ABSTRAK

Petunjuk : Pilih salah satu jawaban dengan memberikan checklist ( ) pada kolom yang sesuai dengan jawaban responden.

PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR PADA PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) PABATU KARYA ILMIAH

Yossi Elisabeth Simanjuntak 1, Halinda Sari Lubis 2, Arfah Mardiana Lubis 3. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan dalam persaingan maka perlu diterapkan kebijakan-kebijakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGELASAN DI PT. OMETRACO ARYA SAMANTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dicapai.untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan modal salah satunya adalah

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETUGAS LABORATORIUM KLINIK RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA

BAB I PENDAHULUAN. efesien dan tangguh serta dapat menunjang sektor industri. Kemudian sektor

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

PENDAHULUAN Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh KRISMES SIMANJUNTAK

KELUHAN SUBYEKTIF AKIBAT TERPAPAR BISING PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PT TORGANDA PERKEBUNAN RANTAU KASAI PROVINSI RIAU TAHUN 2011 SKRIPSI OLEH:

Key word : Application, Safety Protection, Factorr, workers.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN I-1

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN BUDAYA KESEHATANDAN KESELAMATAN KERJA (K3) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DI BAGIAN INSTALASI PG.MRITJAN KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi persaingan di era globalisasi yang semakin cepat, mengharuskan setiap perusahaan untuk lebih adaptif dan responsif dalam

Koreksi Pajak Masukan yang berhubungan dengan kegiatan unit usaha/divisi kebun sebesar Rp ,00,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai oleh perusahaan adalah pencapaian laba optimum. Pencapaian laba dirasa

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA MAINTENANCE ELEKTRIKAL DALAM MENERAPKAN WORK PERMIT DI PT.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PKS RAMBUTAN PTPN- TEBING TINGGI TAHUN 0 Khoirotun Najihah, Lina Tarigan, Halinda Sari Lubis Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Departemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan, 055, Indonesia E-mail : khoirotun.siregar@yahoo.co.id Abstract The implementation of the Occupational Safety and Health Program at the processing of Oil Palm Kernel produce CPO and kernel PTPN- Tebing Tinggi on 0. Research has done on PKS Rambutan PTPN- Tebing Tinggi. This research aims to determine how the the implementation of the Occupational Safety and Health Program at the processing of Oil Palm Kernel produce CPO and kernel includes admissions, boiling (sterelizer), Separation (thressing), stamping (pressing), refining and processing of oil seeds (palm kernel) in PTPN- PKS Rambutan Tebing Tinggi North Sumatra. Research of types used in this research was descriptive research with cross-sectional approach.the population in this research is the work force who worked on the processing of Oil Palm Kernel produce CPO and kernel. The population in this study as many as 0 people. The results were analyzed descriptively. The results showed that the implementation of the Occupational Safety and Health Program at the processing of Oil Palm Kernel produce CPO and kernel is performed by workers in the processing is still not up and must be improved for its implementation. OHS program that have been implemented include Standard Operating Procedure (SOP), Job Safety Analysis (JSA), Personal Protective Equipment (PPE), training OHS. On the other hand there are many workers who have implemented programs that have been set by the company. This is due to lack of knowledge and awareness of labor in implementing OHS. Keywords: Implementation Program of Occupational Health and Safety (OHS),workers, processing of Oil Palm Kernel. Pendahuluan Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat, dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa pengaruh yang besar bagi dunia industri, khususnya di Indonesia, perkembangan dunia industri juga diiringi dengan perkembangan teknologi, pemanfaatan teknologi disamping memberikan kemudahan dalam proses produksi juga menandung berbagai resiko dan potensi bahaya lainnya. Persaingan industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang mereka miliki, dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi, kualitas produk yang dihasilkan tidak terlepas dari peranan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan, sumber daya manusia sebagai tenaga kerja tidak terlpas dari masalah-masalah yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatannya sewaktu bekerja. Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahunnya terjadi, juta kematian yang disebabkan

oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 00.000 kematian terjadi dari 50 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 60 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya. Pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu sistem yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan merupakan salah satu dari PKS yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara. PKS Rambutan dibangun pada tahun 98 dengan kapasitas olah 0 ton/ jam, dimana sumber bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) diolah menjadi CPO dan Kernel. Proses pengolahan kelapa sawit pada PKS Rambutan PTPN- terdiri dari penerimaan TBS, Perebusan, Pemisahan, Pengepresan, Pemurnian minyak dan proses pengolahan inti sawit, dimana pada setiap prosesnya terdapat potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja seperti kecelakaan yang disebabkan oleh bangunan/ konstruksi mesin yang dipakai pada setiap proses produksi tersebut. Pernah terjadi kecelakaan di PKS Rambutan PTPN-, dan dalam upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja PKS Ramabautan PTPN- telah membuat program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah mencakup program manusia, peralatan dan lingkungan kerja. Program tersebut adalah Standard Operating Procedure (SOP), Job Safety Analysis (JSA), Alat Pelindung Diri, Pelatihan K. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pelaksanaan program K yang telah dibuat oleh perusahaan pada pelaksanaanya belum terlaksana secara optimal, seperti kurangnya pengetahuan akan program yang telah ditetapkan oleh perusahaan, kurangnya kesadaran dalam menggunakan APD, prilaku kerja yang belum berbudaya K. Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan kerja pada tenaga kerja bagian pengolahan kelapa sawit PKS Rambutan PTPN- Tebing Tinngi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program K pada tenaga kerja bagian pengolahan kelapa sawit PKS Rambutan. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi, masukan kepada pihak perusahaan tentang pentingnya pelaksanaan program K, untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis khususnya tentang pentingnya program K, sebagai bahan perbandingan dan referensi dari pihak lain yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan program K. Metode Penelitian ini bersifat survei deskriptif. Sampel penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja bagian pengolahan kelapa sawit yang berjumlah 0 orang, yang terbagi kedalam 6 stasiun kerja. 0 orang tenaga kerja pada stasiun penerimaan TBS, 5 orang tenaga kerja pada stasiun perebusan, orang tenaga kerja pada stasiun pemisahan, orang tenaga kerja pada stasiun pengpresan, 5 orang tenaga kerja pada pemurnian minyak, 5 orang tenaga kerja pada bagian pengolahan biji.

Hasil dan Pembahasan Pelaksanaan program Standard Operating Procedure (SOP). No 5 Pertanyaan setiap memiliki tahapan kerja Jika ya, apakah anda mengetahui masing-masing tahapan selalu mengikuti tahapan pekerjaan tersebut merasakan adanya kesulitan didalam melakukan sesuai dengan tahapan pekerjaan yang ditetapkan pernah mendapat kecelakaan anda kerja akibat tidak bekerja sesuai dengan tahapan Ya Tidak Jumlah N % N % N % 7 90,0 0,0 0 00 8 6,7 7, 0 00 - - 0 00 0 00 Dari tabel di atas terdapat 0 orang (00%) tenaga kerja memiliki tahapan kerja dalam setiap pekerjaannya, 0 orang (00%) tenaga kerja mengetahui masing- masing tahapan pekerjaannnya, data tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja dari tiaptiap stasiun seperti stasiun penerimaan TBS, perebusan, pemisahan, pengepresan, pemurnian minyak, dan pengolahan biji memiliki tahapan pekerjaan dan mengetahui masing- masing tahapan pekerjaannya. Terdapat 7 orang (90,0%) tenaga kerja selalu mengikuti tahapan pekerjaannya, orang (0,0%) tenaga kerja tidak mengikuti tahapan kerjanya, ketiga orang tersebut bekerja pada bagian stasiun penerimaan TBS. Terdapat 8 orang (6,7%) tenaga kerja merasakan adanya kesulitan didalam melakukan pekerjaan sesuai dengan tahapan kerja yang ditetapkan, orang (7,%) tenaga kerja tidak merasakan adanya kesulitan didalam melakukan pekerjaannya. Adapun ke 8 orang tenaga kerja tersebut 6 diantaranya bekerja pada stasiun penerimaan TBS dan orang tenaga kerja lainnya bekerja pada stasiun perebusan. Terdapat 0 orang (00%) tenaga kerja dari tiap-tiap stasiun tidak pernah mendapatkan kecelakaan kerja akibat tidak bekerja sesuai dengan tahapan pekerjaannya. Pelaksanaan program Job Safety Analysis (JSA). No 5 6 Pertanyaan memahami mengenai sumber bahaya ditempat kerja anda pernah dilakukan bahaya bahaya yang dilakukan di tempat kerja, pekerjaan maupun peralatan kerja yang anda gunakan dilakukan setiap tahun pernah mendapat kejadian yang membahayakan karena bekerja tidak sesuai dengan pedoman bahaya ditempat kerja anda mengetahui upaya pengendalian resiko dari potensi bahaya yang mungkin terjadi ditempat kerja anda ada manfaat yang diperoleh pada bahaya Ya Tidak Jumlah N % N % N % 6 86,7, 0 00 6 86,7, 0 00, 6 86,7 0 00 7 86,7, 0 00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 6 orang (86,7%) tenaga kerja memahami mengenai sumber bahaya pekerjaannya, orang (,%) tenaga kerja tidak memahami mengenai sumber bahaya pekerjaannnya, ke empat orang tenaga kerja tersebut bekerja pada stasiun penerimaan TBS, 0 orang (00%) tenaga kerja dari tiap-tiap stasiun mengatakan bahwa ditempat kerja mereka pernah dilakukan bahaya, 6 orang (86,7%) tenaga kerja mengatakan bahwa bahaya dilakukan secara rutin tiap tahunnya, orang (,%) tenaga kerja tidak mengetahui adanya bahaya yang dilakukan secara rutin setiap tahunnya, orang (,%) tenaga kerja tersebut diantaranya bekerja pada stasiun penerimaan TBS dan orang tenaga kerja lainnya bekerja pada stasiun pemisahan. Berdasarkan tabel diatas juga diperoleh orang (0,0%) tenaga kerja pernah mengalami kejadian yang membahayakan karena bekerja tidak sesuai dengan pedoman bahaya, orang (0,0%) tenaga kerja tersebut orang diantaranya bekerja pada stasiun penerimaan TBS sebagai petugas capstand dan orang tenaga kerja lainnya bekerja pada stasiun perebusan, dan 6 orang (86,7%) tenaga kerja tidak pernah mengalami kejadian yang membahayakan. Terdapat 7 orang (86,70%) tenaga kerja mengetahui upaya pengendalian resiko dari potensi bahaya yang mungkin terjadi ditempat kerja, orang (,%) tenaga kerja tidak mengetahui upaya pengendalian resiko dari potensi bahaya yang mungkin terjadi ditempat kerja, adapun orang (,%) tenaga kerja tersebut orang diantaranya bekerja pada stasiun pemisahan dan orang tenaga kerja pada stasiun penerimaan TBS. Terdapat 0 orang (00%) tenaga kerja dari tiap-tiap stasiun merasakan adanya manfaat yang diperoleh pada bahaya ditempat kerja. Pelaksanaan Program Alat Pelindung Diri (APD). No Pertanyaan APD disediakan oleh perusahaan menggunakan APD saat bekerja pernah ditegur pimpinan/ pengawas karena tidak menggunakan APD pernah mengalami kecelakaan kerja karena tidak menggunakan APD Ya Tidak Jumlah N % N % N % 9 0,0 70,0 0 00 Dari tabel di atas dapat dilihat 0 orang (00%) tenaga kerja dari tiap-tiap stasiun mengatakan APD disediakan oleh perusahaan, 0 orang (00%) tenaga kerja dari tiap-tiap stasiun menggunakan APD saat bekerja, tapi pada kenyataannya Tenaga kerja pada tiap-tiap stasiun seperti penerimaan TBS, perebusan, pemisahan, pengepresan, pemurnian minyak, pengolahan biji, tidak menggunakan Alat Pelindung Diri secara lengkap, seperti berikut: Pada stasiun penerimaan TBS Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh perusahaan adalah : Helm, sepatu boot, sarung tangan, pada stasiun ini terdapat 0 orang tenaga kerja, dari 0 orang tenaga kerja hanya orang tenaga kerja yang menggunakan APD secara lengkap, dan 6 orang diantaranya tidak menggunakan APD secara lengkap, yaitu : orang tenaga kerja tidak menggunakan Helm, sarung tangan, sepatu boot orang tenaga kerja tidak menggunakan helm dan hanya menggunakan sarung tangan, sepatu boot orang tenaga kerja tidak menggunakan sarung tangan dan hanya menggunakan helm dan sepatu boot. Pada stasiun perebusan Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh perusahaan adalah : Helm, sepatu boot,sarung tangan, pada stasiun ini terdapat 5 orang tenaga

kerja, dari 5 orang tenaga kerja hanya orang tenaga kerja yang menggunakan APD secara lengkap, dan orang diantaranya tidak menggunakan APD secara lengkap, yaitu orang tenaga kerja tidak menggunakan helm dan hanya menggunakan sepatu boot dan sarung tangan, orang tenanga kerja tidak menggunakan helm,sarung tangan dan hanya menggunakan sepatu boot. Pada stasiun pemisahan Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh perusahaan adalah : Helm, masker, sepatu boot, sarung tangan, pada stasiun ini terdapat orang tenaga kerja yang menggunakan APD secara lengkap, kondisi ini menunjukkan adanya kesadaran tenaga kerja di bagian pemisahan tentang pentingnya penggunaan APD. Pada stasiun pengepresan, Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh perusahaan adalah : Helm, sepatu boot, pada stasiun ini terdapat orang tenaga kerja yang menggunakan APD secara lengkap, kondisi ini menunjukkan adanya kesadaran tenaga kerja di bagian pemisahan tentang pentingnya penggunaan APD. Pada stasiun pemurnian minyak Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh perusahaan adalah : Helm, sepatu boot,sarung tangan,ear plugs pada stasiun ini terdapat 5 orang tenaga kerja, dari 5 orang tenaga kerja hanya orang tenaga kerja yang menggunakan APD secara lengkap, dan orang diantaranya tidak menggunakan APD secara lengkap yaitu: oranga hanya menggunakan ear plugs dan sepatu boot dan tidak menggunakan helm,sarung tangan. Pada stasiun pengolahan biji, Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh perusahaan adalah Helm, sepatu boot, ear plugs, masker pada stasiun ini terdapat 5 orang tenaga kerja, dari 5 orang tenaga kerja hanya orang tenaga kerja yang menggunakan APD secara lengkap, dan orang diantaranya tidak menggunakan APD secara lengkap yaitu: orang tidak menggunakan helm dan masker dan hanya menggunakan sepatu boot, ear plugs. Alasan tenaga kerja tidak menggunakan APD karena APD yang digunakan dalam keadaan rusak, tenaga kerja merasa kurang nyaman pada saat bekerja dan tenaga kerja beranggapan bahwa Alat Pelindung diri tidak terlalu penting untuk digunakan selagi pekerjaan yang mereka lakukan tidak berbahaya dan mereka dapat bekerja dengan baik. Berdasarkan tabel pelaksanaan program APD 0 orang (00%) tenaga kerja pernah ditegur pimpinan atau pengawas karena tidak menggunakan APD, perusahaan telah memberikan perhatian yang besar terhadap tenaga kerja dalam penggunaan APD untuk melindungi tenaga kerja itu sendiri dengan cara memberikan sosialisasi yang telah dilakukan oleh perusahaan secara rutin sebelum tenaga kerja melakukan pekerjaannya masing-masing, hanya saja penggunaan APD ini masih mendapatkan respon yang kurang baik dari tenaga kerja itu sendiri dikarenakan beberapa alasan yang telah disebutkan diatas. Pelaksanaan APD yang belum maksimal dapat terjadi karena kurangnya pemahaman, pengetahuan dan kesadaran tenaga kerja didalam menggunakan APD oleh karena itu perusahaan sebaiknya juga memberikan penyuluhan mengenai manfaat penggunaan APD dan Dampak dari bahaya akibat tidak menggunakan APD seperti penyakit akibat kerja yang ditimbulkan terjadinya ketulian akibat bekerja pada lingkungan kerja yang bising dalam jangka waktu yang cukup lama dan tidak menggunakan ear plugs, terjadinya gangguan fungsi paru karena tidak menggunakan masker pada lingkungan kerja yang berdebu. Terdapat 9 orang (0,0%) tenaga kerja pernah mengalami kecelakaan kerja karena tidak menggunakan APD, adapun 9 orang (0,0%) tenaga kerja tersebut semuanya 5

bekerja pada stasiun penerimaan TBS, 9 orang tenaga kerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja semuanya adalah tenaga kerja yang bekerja pada bagian penerimaan TBS, 5 orang diantaranya pernah terimpa TBS dikarenakan co-track dari truck pengangkut tersebut tidak kuat sehingga menimpa kaki tenaga kerja yang tidak menggunakan sepatu boot pada saat bekerja, tenaga kerja tersebut juga pernah digigit oleh hewan-hewan seperti lipan, ular pada saat akan memasukkan TBS tersebut ke peron karena tenaga kerja tersebut tidak menggunakan sarung tangan pada saat bekerja sehingga akibat gigitan lipan tersebut tenaga kerja tersebut pernah pingsan. orang tenaga yang bekerja sebagai petugas capstand pernah terpeleset diareal lokasi rail track karena tidak menggunakan sepatu boot dan tentu hal tersebut akan berbahaya apabila ada lori yang melintas diareal lokasi rail track tersebut. orang (70,0%) tenaga kerja tidak pernah mengalami kecelakaan kerja karena tidak menggunakan APD. Pelaksanaan program pelatihan K. No Pertanyaan Ya Tidak Jumlah N % N % N % Berdasarkan data yang diperoleh dari 0 orang tenaga kerja yang bekerja pada tiaptiap stasiun dibagian pengolahan, terdapat orang (6,7%) tenaga kerja tidak pernah mendapatkan pelatihan K, terdapat 6 orang ( 5,%) tenaga kerja yang mengikuti pelatihan K dan mendapatkan materi mengenai Keselamatan Kerja dan pelatihan PK, Pelatihan Tanggap Darurat. Pada stasiun penerimaan TBS terdapat 0 orang tenaga kerja, dan terdapat 5 orang tenaga kerja yang mengikuti pelatihan PK. Pada stasiun perebusan terdapat 5 orang tenaga kerja, dari 5 orang tenaga kerja, orang tenaga kerja pernah mengikuti pelatihan K dan mendapatkan materi mengenai Keselamatan Kerja, adapun pelatihan yang diikuti oleh tenaga kerja tersebut adalah pelatihan PK. Pada stasiun pemisahan terdapat orang tenaga kerja, dari orang tenaga kerja, keduanya pernah mengikuti pelatihan K dan mendapatkan materi mengenai Keselamatan Kerja, adapun pelatihan yang diikuti oleh tenaga kerja tersebut adalah pelatihan PK. pernah mendapatkan pelatihan K pelatihan K tersebut sehubungan dengan 6 5, 6,7 0 00 6 5, 6,7 0 00 Pada stasiun pengepresan terdapat orang tenaga kerja, dari orang tenaga kerja, orang tenaga kerja pernah mengikuti pelatihan K dan mendapatkan materi mengenai Keselamatan Kerja, adapun pelatihan yang diikuti oleh tenaga kerja tersebut adalah Pelatihan Tanggap Darurat. Dalam pelatihan K yang anda ikuti apakah pernah mendapat materi mengenai Keselamatan Kerja Adakah manfaat yang anda peroleh setelah mengikuti pelatihan tersebut 6 5, 6,7 0 00 6 5, 6,7 0 00 Pada stasiun pemurnian minyak terdapat 5 orang tenaga kerja, dari 5 orang tenaga kerja, orang tenaga kerja diantaranya pernah mengikuti pelatihan K dan mendapatkan materi mengenai Keselamatan Kerja, adapun pelatihan yang diikuti oleh tenaga kerja tersebut adalah pelatihan Tanggap Darurat. Pada stasiun pengolahan biji terdapat 5 orang tenaga kerja, orang tenaga kerja pernah mengikuti pelatihan K dan 6

mendapatkan materi mengenai Keselamatan Kerja, adapun pelatihan yang diikuti oleh tenaga kerja tersebut adalah Pelatihan Tanggap Darurat. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa 6 orang (5,%) tenaga kerja yang pernah mengikuti pelatihan K merasakan adanya manfaat setelah mengikuti pelatihan tersebut. Sedangkan orang (6,7%) tenaga kerja tidak pernah mendapatkan pelatihan K, yang sehubungan dengan pekerjaannya. Adapun ke orang (6,7%) tenaga kerja yang tidak mendapatkan Pelatihan K, sebagai berikut: 5 orang tenaga kerja dari stasiun penerimaan TBS, orang tenaga kerja dari stasiun perebusan, orang tenaga kerja dari stasiun pengepresan, orang tenaga kerja dari stasiun pemurnian minyak, orang tenaga kerja dari stasiun pengolahan biji. Terdapatnya beberapa orang tenaga kerja yang belum mendapatkan pelatihan K, dikarenakan pelatihan K juga memerlukan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Selain itu Setiap pelatihan juga harus dirancang dan direncanakan sedemikian rupa agar efektif, yaitu mencapai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Sebuah program pelatihan harus mencakup sebuah pengalaman belajar dan harus merupakan sebuah kegiatan organisasional yang direncanakan dan dirancang sebagai jawaban atas kebutuhan organisasi yang spesifik. Sehingga dibutuhkan Training Needs Analysis ( Analisis Kebutuhan Pelatihan). Kesimpulan dan Saran Pelaksanaan program SOP pada bagian pengolahan Kelapa Sawit Rambutan PTPN- untuk beberapa stasiun sudah terlaksana sesuai dengan tahapan pekerjaan yang telah ditetapkan oleh perusahaan walaupun pada stasiun penerimaan TBS dan stasiun perebusan Tahapan kerja belum terlaksana secara optimal. Pelaksanaan program JSA pada bagian pengolahan Kelapa Sawit Rambutan PTPN- untuk beberapa stasiun sudah terlaksana sesuai pedoman bahaya yang telah ditetapkan oleh perusahaan walaupun pada stasiun penerimaan TBS dan stasiun perebusan Tahapan kerja belum terlaksana secara optimal, dikarenakan terdapat beberapa orang tenaga kerja pada stasiun tersebut yang tidak mengetahui potensi bahaya dan upaya pengendaliannya. Pelaksanaan Program APD belum terlaksana secara maksimal dan perlu mendapatkan perhatian yang besar dari perusahaan hal ini terlihat dari data yang diperoleh bahwa sebagian besar tenaga kerja tidak menggunakan APD dikarenakan beberapa alasan seperti ketidaknyamanan pada saat bekerja, Alat Pelindung Diri dalam keadaan rusak, Alat pelindung diri tidak perlu dipakai selama tidak mengganggu pekerjaan mereka.hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran dan pemahaman dari tenaga kerja tentang Alat Pelindung Diri beserta manfaat dan dampaknya. Pelaksanaan program Pelatihan K yang telah dilakukan oleh perusahaan sebagian besar telah diikuti oleh tenaga kerja yaitu sebanyak 6 orang (5,5%) tenaga kerja, adapun ke 6 orang tenaga kerja tersebut adalah perwakilan dari tiap-tiap stasiun, dan mendapatkan pelatihan yang berbeda yaitu pelatihan PK dan pelatihan tanggap darurat. Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut : Sebaiknya Perusahaan tidak hanya memberikan sosialisasi tetapi juga penyuluhan mengenai manfaat dan dampak terhadap penggunaan APD, agar tenaga kerja memahami dan menyadari tentang pentingnya penggunaan APD serta secara sadar menggunakan APD tanpa harus diminta pada saat bekerja. 7

Sebaiknya perusahaan melakukan pengawasan dan memberikan sanksi atau teguran kepada tenaga kerja agar tenaga kerja senantiasa mematuhi peraturan dan program yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan kerugian lainnya. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Jakarta. Boediono, S. Bunga Rampai Hiperkes dkk. Cetakan I. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 006. Sebaiknya Perusahaan juga memberikan pelatihan K bagi tenaga kerja secara keseluruhan dan tidak hanya perwakilan seperti yang telah dilakukan oleh perusahaan mengingat pelatihan K tersebut memberikan manfaat yang besar bagi tenaga kerja baik dari segi pengetahuan, kemampuan didalam upaya pengendalian bahaya di tempat kerja. Sebaiknya tenaga kerja menggunakan Alat Pelindung Diri yang telah disediakan oleh perusahaan pada saat bekerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Daftar Pustaka Jacob, N. Seminar Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Menghadapi OTDA dan AFTA 00. Medan. 00. Anonim. Ekologi Industri Pengembangan Kelapa Sawit. Available http://onlinebuku.com/00/0/08/ ekologi-industri-pengembangankelapa-sawit/. 0 Februari. 00. Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Himpunan Peraturan Perundangundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 00. Rizky, A. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sebagai Komponen Jamsostek. 006 : Makalah 8