BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

Lampiran 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA. Nanang E.G. 15 Juli 2008

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Sepanjang Hayat

KISI-KISI INSTRUMENT. Perhatikan gambar berikut.

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual,

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan

Modul ke: SEMINAR MEDIA. 01Ilmu. Presentasi Kelompok. Fakultas. Christina Arsi Lestari, M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB II TINJAUAN TEORI

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

Kenali Dirimu. Perempuan. Laki-laki. Kesehatan Reproduksi Remaja Laki-laki Tingkat SD KRR-SD. ImamiFIK-UI 1. Imami Nur Rachmawati. Tim Pengmas FIK-UI

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

4.3 Relasi Sosial yg Primitif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

PSIKOLOGI REMAJA PRODI KEBIDANAN F.KEDOKTERAN UB. Oleh. Estalita Kelly

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja. Kairo 1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai keadaan sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

KESEHATAN REPRODUKSI OLEH: DR SURURIN

BAB II TINJAUAN TEORI. manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati. oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p. 133).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB 1. All About Remaja

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

KETIKA ANAK BERTANYA TENTANG SEKS

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkan mampu

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PADA PERUBAHAN FISIK PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP N 4 BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

KUESIONER PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.2

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni: a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 5

6 d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunujuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarakan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat (Notoatmodjo. 2010.hlm. 50-52). B. Kesehatan Reproduksi Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Hanafiah & Amir. 2008.hlm. 29). Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua

7 hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Widyastuti, dkk. 2009.hlm. 5). Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi (Efendi & Makhfudli. 2009.hlm. 221). Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, dkk. 2009.hlm. 11). Remaja didefenisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja merupakan tahapan seorang dimana ia berada diantara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi (Efendi & Makhfudli. 2009.hlm. 221). Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja sangat perlu mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu: 1. Masa remaja awal (10-12 tahun) a. Tampak dan merasa lebih dekat dengan teman sebaya. b. Tampak dan merasa ingin bebas. c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak). 2. Masa remaja tengah (13-15 tahun) a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

8 b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis c. Timbul perasaan cinta yang mendalam. d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang. e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual. 3. Masa remaja akhir (16-19 tahun) a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri. b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. d. Dapat mewujudkan perasaan cinta e. Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak (Widyastuti, dkk. 2009.hlm. 11-12). C. Pubertas Pubertas merupakan masa terjadinya perubahan fisik dan mental anak laki-laki dan perempuan. Perubahan ini disebabkan adanya perubahan hormon (Herianti, dkk. 2007.hlm. 25). Pubertas berasal dari kata pubes yang berarti hal yang berhubungan dengan rambut. Pubescent berarti menumbuhkan rambut. Jadi pubertas sebenarnya memiliki arti yang terbatas saja pada keadaan dimana terjadi pertumbuhan rambut pada bagian-bagian tertentu pada tubuh anak. Daerah kemaluan, ketiak, betis merupakan bagian-bagian tubuh yang menjadi sasaran utama oleh rambut yang mau tumbuh (selain tentunya rambut di daerah kepala yang sudah tumbuh terlebih dahulu). Di samping itu juga kumis, cambang, jenggot mulai berperan pada anak laki-laki (Gunarsa & Gunarsa. 2008.hlm. 224).

9 Puber datang kepada setiap manusia sebagai persiapan mematangkan tubuh untuk menuju dewasa. Namun, pertumbuhan dan perubahan bentuk tubuh itu berbeda satu dengan yamg lainnya. Ada yang cepat dan ada juga yang lambat (Suherman. 2011.hlm.5). Pada masa pubertas, anak laki-laki akan mengalami perubahan fisik primer dan sekunder. Perubahan primer adalah perubahan yang pasti akan dialami oleh laki-laki pada masa pubertas, berupa kesiapan testis untuk memproduksi sperma. Perubahan primer ini menyebabkan anak laki-laki akan mengalami mimpi basah. Mimpi basah merupakan peristiwa ejakulasi (keluarnya air mani) pada saat tidur, karena testis dan salurannya (uretra) terisi penuh sperma. Hal ini normal dialami oleh semua anak laki-laki menjelang dewasa, yang menandakan tubuhnya siap melakukan proses reproduksi. Artinya, ia sudah dapat membuahi sel telur perempuan yang telah matang dan menyebabkan kehamilan. Perubahan sekunder merupakan tanda-tanda seorang anak telah matang. Perubahan sekunder meliputi perubahan fisik seperti: 1. Selama pubertas ukuran kemaluan bertambah. 2. Suara akan berubah menjadi lebih besar. 3. Kumis mulai tumbuh dan jakun mulai tampak. 4. Hormon bisa memicu timbulnya gangguan bau badan dan jerawat. 5. Rambut halus tumbuh diketiak dan kemluan. 6. Dada pria menjadi lebih lebar dan bidang. Masa pubertas pada anak perempuan juga ditandai dengan perubahan primer dan sekunder. Perubahan primer ditandai dengan menstruasi yang menandakan ovarium telah dapat menghasilkan sel telur. Menstruasi pertama terjadi pada usia

10 10 sampai 14 tahun. Menstruasi biasanya berlangsung selama 3 sampai 7 hari, dan terjadi satu kali setiap 28-31 hari, tetapi periode ini tidak sama pada setiap perempuan. Pada awalnya menstruasi mungkin belum teratur, semakin lama akan semakin teratur. Perubahan sekunder merupakan perubahan pada fisik yang tampak dari luar. Perubahan yang terjadi pada anak perempuan antara lain: 1. Payudara mulai terbentuk dan bertambah ukuran seiring bertambah kedewasaan. 2. Menstruasi akan terjadi sekali sebulan. 3. Pinggul membesar, tubuh mulai berbentuk dan sebagian besar tubuh perempuan akan menjadi gemuk. 4. Timbulnya bau badan dan jerawat karena hormon. 5. Biasanya kulit akan lebih berminyak. 6. Tumbuhnya rambut halus di ketiak dan kemluan (Herianti, dkk. 2007.hlm. 26). Karakteristik-karakteristik tersebut di atas selalu mendahului tanda-tanda seorang anak memasuki masa remaja. Setelah timbul karakteristik seks sekunder, akan timbul karakteristik seks primer (Chomaria. 2008.hlm. 22). D. Pengetahuan Ibu tentang Kesehatan Reproduksi Ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan/ kondisi ibu dalam keluarga. Ibu adalah penggerak dan pelopor dari kesejathteraan keluarga (Sofyan. 2009.hlm. 18). Pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi adalah pengetahuan yang dimiliki ibu dalam hal yang berkaitan dengan sitem reproduksi. Sebagai orangtua

11 ibu dituntut harus mau dan mampu menjadi sumber informasi seksual yang terbaik bagi anak-anak remajanya. Karena sekecil apapun kekeliruan pengajaran tentang seks dan seksualitas terhadap para remaja dapat berakibat fatal dan mendatangkan bencana sehingga menimbulkan penyesalan seumur hidup. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan seks dan seksualitas merupakan tanggung jawab ibu karena ibu orang yang paling dekat dan paling mengetahui seluk-beluk anak remajanya (Surbakti. 2009.hlm. 132). Di samping kesiapan orangtua untuk memberikan pendidikan pada anaknya yang sudah tumbuh remaja itu, orangtua juga perlu kiranya mempersiapkan diri dalam menjawab sejumlah pertanyaan yang sering diajukan oleh anak. Karena semakin dewasa anak, pertanyaan kian luas dan mendalam (Gunarsa & Gunarsa. 2008.hlm. 231). Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik adalah sebagai berikut: 1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi. 2. Perlunya remaja mendewasakan usia menikah serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginan dirinya dan pasangan. 3. Penyakit menular seksual dan HIV/ AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi. 4. Bahaya narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) juga minuman keras (miras) pada kesehatan reproduksi. 5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual. 6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya.

12 7. Kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif. 8. Hak-hak reproduksi (Efendi & Makhfudli. 2009.hlm. 221-222). E. Upaya Ibu dalam Mempersiapkan Masa Pubertas Upaya ibu dalam mempersiapkan anaknya menghadapi masa pubertas adalah usaha yang dilakukan ibu agar anaknya siap dalam menghadapi perubahan dan masalah-masalah yang akan timbul pada masa pubertas. Beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk menghadapi masa pubertas pada anaknya adalah: 1. Hendaknya ibu lebih bersifat terbuka dalam membicarakan masalah-masalah seksual kepada anaknya, tentunya dengan mengingat taraf perkembangan anak yang disesuaikan dengan pengertian-pengertian yang mungkin diberikan. Usaha-usaha untuk menutupi masalah seksual di depan anak tidak akan menyelesaikan masalah yang dihadapi, bahkan akan mempersempit persepsi anak dlm bidang seksual. Hal ini dapat membawa anak untuk melakukan tindakan-tindakan coba salah yang bisa berakibat fatal baginya. 2. Perlunya dilakukan usaha untuk mengalihkan kegiatan anak dari yang non produktif ke hal-hal yang produktif. Yang non produktif misalnya melamun, yang produktif misalnya olahraga, kegiatan seni dan sebagainya. 3. Pengawasan yang sewajarnya perlu dilakukan oleh pendidik. Pengawasan yang terlalu ketat bisa menyebabkan anak mencari pelarian di luar rumah, sementara yang over-permissive menyebabkan anak memiliki sangat banyak untuk melakukan hal-hal di luar batas perkembangan usianya.

13 4. Konsultasi dengan para ahli secara berkala mungkin bisa lebih membantu menghadapi masalah yang timbul. 5. Membina hubungan baik antara anak dan orangtua sehingga menghilangkan kecanggungan untuk membicarakan berbagai masalah yang timbul (Gunarsa & Gunarsa. 2008.hlm. 235).