BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk mendongkrak kualitas pendidikan. Inovasi ini dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

juga orang baru dan pemula. Bagi mereka kondisi selama sebelum dan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang membuat stres. Dalam hal ini stres adalah perasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradapatasi dengan

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Stres merupakan pengalaman atau kejadian yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa sedikit mengalami permasalahan dan beban karena tugas-tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

BAB IV HASIL PENELITIDAN DAN PEMBAHASAN. yang sedang mengerjakan Skripsi. Kuesioner yang disebar sebanyak 80

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama yang tidak terbiasa dengan sistem pembelajaran di Fakultas

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN PADA TEMAN SEBAYA DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini banyak permasalahan yang dialami para pelaku pendidikan.

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi oleh seseorang, mulai dari konflik pribadi maupun konflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat

2015 EFEKTIVITAS PROBLEM FOCUSED COPING DALAM MEREDUKSI STRES AKADEMIK

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidupnya. Manusia moderen seharusnya mampu memadukan perkembangan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Semakin banyaknya orang yang ingin menjaga kondisi tubuhnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini para peserta didik berlomba-lomba untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tuntutan kehidupan (Sunaryo, 2013). Menurut Nasir & Muhith (2011) stres

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB I PENDAHULUAN. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. siapa lagi yang akan dimintai bantuan kecuali yang lebih mampu. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan individu kompleks yang memiliki dinamika

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Fisika merupakan salah satu jurusan yang terdapat pada Fakultas

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres dan ketidakpuasan merupakan aspek yang tidak dapat dihindari oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Mahasiswa merupakan remaja akhir yang tidak luput dari stres. Para mahasiswa oleh orangtua dan masyarakat umum sudah dianggap dewasa dan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi (dalam Indonesian Psychological Journal Vol.3 No.1 Januari 2006: 51). Perpindahan dari sekolah menengah ke perguruan tinggi ini memicu timbulnya stres bagi mahasiswa baru. Di mana mahasiswa baru dihadapkan pada perubahan hidup mereka. Di sekolah mereka di bimbing dan di ajar serta diarahkan penuh oleh guru. Tetapi di perguruan tinggi mereka di tuntut untuk mandiri dalam segala hal. Belum lagi problem mahasiswa dari faktor personal seperti jauhnya dari orang tua dan keluarga, pengaturan keuangan, dan problem dengan teman sebaya. Perpindahan dari sekolah menengah menuju Perguruan tinggi juga melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih besar dan tidak bersifat pribadi. Interaksi dengan kelompok sebaya dari daerah yang beragam latar belakang etniknya dan peningkatan perhatian pada prestasi dan penilaiannya (Santrock, 2002: 74). 1

2 Perpindahan dari sekolah menengah ke Perguruan tinggi juga memberikan hal positif seperti penigkatan rasa tanggung jawab namun demikian nampaknya mahasiswa baru lebih menunjukkan tekanan sebagai bentuk reaksi terhadap masa perpindahan, hal ini mengacu pada survei terhadap kurang lebih 3000 mahasiswa baru pada sekitar 500 sekolah tinggi dan Universitas (Santrock, 2002: 74). Setiap mahasiswa pasti memiliki rasa jenuh, apalagi ketika mendekati ujian ataupun ketika mendapati banyak tugas sedang kondisi fisik atau psikisnya tidak dalam keadaan sehat. Seperti kata kebanyakan orang, mahasiswa baru masih mencari jati diri dan cenderung bermain-main, dan puncaknya mereka merasakan menjadi mahasiswa sejatinya ketika memasuki semester 6, yang mana sibuk mempersiapkan segala keperluan untuk skripsi. Tetapi pengalaman berkata lain, banyaknya mahasiswa baru saat ini sedang gencar-gencarnya mengikuti segala kegiatan maupun sesuatu yang berkaitan dengan akademis (dalam kompasiana.com diakses/2013/11/1). Berdasarkan data yang di peroleh dari Biro Pelayanan Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (dalam Indonesian Psychological Journal Vol.3 No.1 Januari 2006: 51) bahwa sebagian besar klien yang datang adalah mahasiswa. Masalah yang banyak di alami mahasiswa adalah salah memilih jurusan, gangguan hubungan interpersonal, praktikum dan tugas-tugas yang banyak, nilai yang kurang memuaskan, manajemen waktu dan kesulitan keuangan, konflik dengan pacar dan keluarga, serta tuntutan orang tua yang

3 tinggi dan desakan untuk menyelesaikan studi. Sebagian mereka terbebani dengan tugas-tugas dan praktikum. Menurut penelitian yang dilakukan Shenoy (dalam Indonesian Psychological Journal Vol.3 No.1 Januari 2006: 51) bahwa tuntutan terhadap mahasiswa bisa merupakan sumber stres yang potensial. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya tanggung jawab baru yang harus di hadapi oleh mahasiswa, contohnya tekanan untuk meningkatkan prestasi akademik, kehidupan yang mandiri dan pengaturan keuangan. Penelitian yang dilakukan Novita Silalahi tentang gambaran stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Hasil menunjukkan bahwa mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat stres yang tinggi (dalam Novita Silalahi, 2010: 04). Masa perkuliahan menimbulkan banyak masalah bagi mahasiswa baru. Di sekolah merupakan masa dimana istilahnya bisa berfoya-foya, bersenangsenang dengan teman dan menikmati dunia ABG yang sebenarnya. Akan tetapi di perkuliahan mereka dituntut untuk aktif dan fokus, jika lalai tidak masuk kuliah satu hari mereka akan ketinggalan dengan teman-temannya. Jadwal kuliah yang padat, kegiatan-kegiatan Ma had yang penuh dari jam 04.00 WIB mereka sudah dibangunkan untuk mengikuti shalat berjama ah. Kemudian shobahul Lughah dan diikuti kegiatan Ma had lainnya. Belum lagi jika mereka mengikuti kegiatan ekstra kampus yang akan lebih membuat mereka harus berbagi waktu.

4 Stres adalah kondisi seseorang yang mengalami tekanan baik secara fisik maupun mental (Chaplin, dalam Tita Amelia: 06). Dari hasil wawancara pada beberapa mahasiswa psikologi mengatakan bahwa ketika masa-masa kuliah pertama mereka tidak bisa mengatur waktu untuk kegiatan ma had, kuliah, PKPBA, kegiatan ekstra lainnya dan juga tugas kuliah yang dirasa banyak bagi mahasiswa baru. Kadang kala mereka juga merasa mudah lelah, pusing, migran, sesak nafas, sering melamun dan sebagainya. Pengakuan meraka ini terjadi karena mereka sering tidur malam untuk mengerjakan tugas. Dan kegiatan ma had yang padat juga membuat mereka kurang tidur, sehingga mereka sering pusing dan lainnya. Penyelesaian yang mereka lakukan adalah dengan menyendiri, pergi jalan-jalan, shoping, makan yang banyak dan berdo a (Wawancara, 03 Februari 2014). Ada juga mahasiswa lain mengatakan bahwa ketika masa-masa kuliah mereka merasa enjoy, tidak merasa cepat lelah, dan kegiatan-kegitan Ma had, kuliah, ekstra merupakan hal-hal baru dalam lingkungan barunya. Mereka selalu masuk kuliah, selalu mengikuti semua kegiatan ma had, mengerjakan tugas dan selalu membuat rencana kegiatan sehari-harinya (Wawancara, 03 Februari 2014). Stres muncul dari berbagai sumber. Sumber itu antara lain adalah peristiwa hidup, kesibukan sehari-hari, dan faktor social budaya. Para psikolog telah mengevaluasi dampak serangkaian peristiwa hidup serta kemungkinan pengaruhnya terhadap kesehatan mental dan fisik (Wilburn & Smith, 2005). Sebuah studi menemukan bahwa remaja yang memiliki ide

5 bunuh diri cenderung pernah mengalami peristiwa hidup yang negatif di tahun sebelumnya dibandingkan remaja yang tidak memiliki ide bunuh diri (Liu & Tein dalam John Santrock, 2007: 295-296). Sumber stres pada mahasiswa baru dapat berbeda. Bentuk stres diantara mereka pun berbeda, sesuai cara mahasiswa baru memandang stres yang mereka alami. Hal ini akan menerapkan strategi koping yang berbedabeda. Ada yang memakai strategi koping berfokus pada emosi. Atau memakai strategi yang berfokus pada masalah. Stres yang dialami mahasiswa baru harus dikelola dengan baik. Cara menghadapi stres lazim disebut coping (koping). Konsep umum koping adalah menangani masalah atau mengatur emosi akibat masalah. Tuntutan atau konflik yang dialami dimana lebih banyak efek negatif yang di timbulkannya. Strategi koping menunjuk pada berbagai upaya atau proses seseorang dalam mengelola suatu kondisi yang penuh dengan tuntutan atau tekanan dengan berbagai sumber daya baik perubahan kognitif atau perilaku untuk mendapatkan rasa aman dari dirinya. Menurut Folkman dan Moskowitz coping (koping) melibatkan upaya untuk mengelola situasi yang membebani, memperluas usaha untuk memecahkan masalah-masalah hidup, dan berusaha untuk mengatasi dan menguragi stres. Keberhasilan dalam koping berkaitan dengan sejumlah karakteristik, termasuk penghayatan mengenai kendali pribadi, emosi positif, dan sumber daya personal (John Santrock, 2007: 299). Koping merupakan bagaimana orang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya (Gerald

6 C.Davison, 2010: 275). Menurut Lazarus dan Folkman koping ini ada dua yaitu problem focused coping dan emotional focused coping. Pada koping yang berfokus pada emosi, orang berusaha segera mengurangi dampak stresor, dengan menyangkal adanya stresor atau menarik diri dari situasi. Namun koping pada emosi tidak menghilangkan stresor (sebagai contoh penyakit yang serius) atau tidak juga membantu individu dalam mengembangkan cara yang lebih baik untuk mengatur stresor. Sebaliknya koping yang berfokus pada masalah ini orang menilai stresor yang mereka hadapi dan melakukan sesuatu untuk mengubah stresor atau memodifikasi reaksi mereka untuk meringankan efek dari stresor tersebut (Jeffrey S. Nevid, 2003: 144-145). Kedua strategi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Hasilnya juga berbeda. Dalam kenyataannya, mahasiswa baru yang tingkat stresnya tinggi cenderung menggunakan peran emosi (emotional focused coping) dalam menyelesaikan masalahnya, yaitu ketika mereka merasa capek, pusing, migran, sesak nafas mereka cenderung untuk pergi jalan-jalan, makan yang banyak dan berdo a tidak menyelesaikan masalah secara langsung. Sebaliknya mahasiswa baru yang tingkat stresnya rendah mereka cenderung menyelesaikan masalahnya secara langsung yaitu mereka selalu mengikuti kegiatan-kegiatan dengan enjoy, selalu mengikuti kegiatan-kegiatan, dan mengerjakan tugas. Padahal sebagai mahasiswa psikologi diharapkan mampu untuk mengelola stres secara tepat agar tidak ada efek negatif yang ditimbulkannya.

7 Jika dilihat lagi, strategi emotional focused coping lebih bersifat menyelesaikan masalah sementara saja. Jadi penggunaan emotional focused coping lebih banyak menimbulkan efek negatif. Suis dan Fletcher (Panji, 2007: 15) mengadakan suatu penelitian tentang kelebihan problem focused coping dibandingkan emotional focused coping. Hasil dari penelitian tersebut, mereka mengemukakan bahwa emotional focused coping sering digunakan oleh individu untuk menghindari dari stres, namun hanya memberikan penyelesaian sementara saja. Strategi ini hanya efektif untuk jangka waktu pendek. Sedangkan problem focused coping berguna untuk jangka waktu panjang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dini Eka Pratiwi tentang pengalaman stres dan strategi koping stres pada mahasiswa baru asal Riau yang berkuliah di Surabaya. Hasil menunjukkan bahwa sebagai mahasiswa perantauan terdapat sumber stres yang muncul, seperti permasalahan persiapan perkuliahan, permasalahan bahasa, permasalahan adaptasi dan lainnya. Sebagian mereka menganggap masalah sebagai ancaman dan ada yang menganggap masalah itu sebagai tantangan. Selain itu, terdapat beberapa strategi coping yang dipilih oleh subjek penelitian sebagai usaha mengurangi ataupun mengatasi sumber stress yang ada seperti, melakukan konfrontasi, mencari dukungan sosial, merencanakan pemecahan masalah, menilai kembali masalah secara positif, menerima tanggung jawab, dan lari/penghindaran dari masalah (dalam Dini, 2011: 01).

8 Penelitian yang dilakukan Prety Lestarianita tentang perbedaan koping stres pada perawat pria dan wanita. Penelitian ini dilakukan pada 50 orang perawat pria dan 50 orang perawat wanita. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pemilihan koping stres baik itu Problem Focused Coping, Emotional Focused Coping, dan Religion Coping pada perawat pria dan perawat wanita (Prety Lestarianita, 2007: 01) Dari masalah tersebut, maka peneliti ingin mengungkap strategi koping mana yang digunakan mahasiswa baru, bentuk stres mahasiswa baru, dan hubungannya antara strategi koping stres dengan bentuk stres mahasiswa baru Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana strategi koping stres mahasiswa baru Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang? 2. Bagaimana bentuk stres mahasiswa baru Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang? 3. Bagaimana hubungan antara strategi koping stres dengan bentuk stres mahasiswa baru Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui strategi koping stres mahasiswa baru Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang.

9 2. Untuk mengetahui bentuk stres mahasiswa baru Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang. 3. Untuk mengetahui hubungan antara strategi koping stres dengan bentuk stres mahasiswa baru Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi penelitianpenelitian selanjutnya mengenai hubungan antara strategi koping stress dengan bentuk stress mahasiswa baru UIN Maliki Malang. Selain itu diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan wawasan kajian ilmu pengetahuan terutama dalam bidang psikologi. 2. Praktis Penelitian ini diharapkan dapat sebagai tambahan wawasan bagi peneliti mengenai hubungan antara strategi koping stress dengan bentuk stress mahasiswa baru UIN Maliki Malang.