BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data,dimana data yang telah terkumpul kemudian disajikan kembali dengan disertai analisis sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas. 3.2 Jenis dan Sumber Data Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data Tujuan Variabel Jenis Sumber Data T-1 ABC Kuantitatif Sekunder T-2 Simulasi Monte Carlo dan Kuantitatif Sekunder Moving Average T-3 Model Persediaan Kuantitatif Sekunder Sumber: PT. XYZ 3.3 Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah bahan baku yang digunakan untuk produksi bakery dan pastry di pabrik PT. XYZ, Jakarta Pusat. 21
22 3.4 Metode Penelitian Teknik pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: 1. Studi Literatur Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data melalui buku, majalah, surat kabar, website, artikel, serta literature lain yang mendukung objek penelitian ini, sehingga dapat dijadikan sebagai landasan teori dalam penulisan skripsi ini. 2. Studi Lapangan (Observasi) Dilakukan dengan cara melalukan pengamatan/melihat secara langsung kegiatan proses produksi PT. XYZ, bagaimana pengadaan bahan baku, dan proses pembuatan sol sepatu serta cara perusahaan melakukan pendistribusian produknya. 3. Wawancara (Interview) Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk menemukan pemasalahan yang akan diteliti. Wawancara dapat dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan pihak perusahaan yang bersangkutan untuk mengetahui perusahaan tersebut seperti kondisi perusahaan, struktur perusahaan, kegiatan operasi perusahaan, proses produksi, jumlah kapasitas produksi, dan jumlah permintaan.
23 3.5 Flowchart Metode Penelitian Mulai Tujuan Penelitian Observasi Pengumpulan Data Menentukan bahan baku yang dianalisis menggunakan Analisis ABC Adakah bahan baku dalam Kategori A? Ya Identifikasi pemakaian bahan baku dalam Kategori A Melakukan Simulasi, Replikasi dan Komparasi dengan Moving Average Analisis Model Inventory : Fixed Quantity Model Menghitung Total Cost Tidak Kesimpulan Saran Selesai Gambar 3.1 Flowchart metodelogi Penelitian
24 3.6 Analisa ABC Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam klasifikasi barang persediaan. Menurut (Sutarman, 2003), klasifikasi barang persediaan dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di mana besaran masing-masing kelas ditentukan sebagai berikut: Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang. Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang. Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang. Gambar 3.2 Klasifikasi barang persediaan
25 Langkah langkah atau prosedur klasifikasi barang dalam analisis ABC : a. Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang. b. Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang. c. Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai uang dari masing-masing tipe barang, disebut juga dengan nilai investasi. d. Menghitung persentase kumulatif nilai investasi e. Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase nilai investasi f. Mengklasifikasikan hasil analisis ABC Keunggulan Keunggulan Metode ABC ; Amin (1994: 23) mengemukakan tentang keunggulan ABC adalah sebagai berikut: a. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus pada mengurangi biaya. b. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan mengurangi biaya. c. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan. d. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even atas produk yang bervolume rendah e. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.
26 Tahap pembebanan pada kalkulasi biaya berdasarkan Aktivitas (ABC) terbagi menjadi dua yaitu : Biaya sumber dana Penelusuran langsung Pembebanan biaya Penggerak sumber daya Aktivitas Tahap pertama : Pengelompokkan aktivitas Penggerak langsung Pembebanan biaya Produk Tahap kedua : Biaya yang dibebankan Gambar 3.3 Tahap pembebanan kalkulasi biaya Penelusuran Langsung Menelusuri biaya overhead pabrik pada aktivitas penyebab terjadinya biaya, meliputi lima langkah sebagai berikut: 1. Identifikasi aktivitas 2. Biaya-biaya yang dibebankan ke aktivitas 3. Aktivitas yang berkaitan di kelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis 4. Biaya aktivitas yang dikelompokkan di jumlah untuk mendefinisikan kelompok biaya sejenis 5. Tarif (overhead) kelompok dihitung
27 Penggerak Langsung Melacak biaya untuk setiap kelompok biaya overhead ke berbagai jenis produk. Hal ini dilaksanakan dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi setiap produk. Ukuran ini adalah kuantitas penggerak atau pemicu aktivitas yang digunakan oleh setiap produk. Jadi pembebanan overhead dari setiap kelompok biaya kepada setiap produk dihitung sebagai berikut: Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Unit penggerak yang (pada suatu produk) dikonsumsi oleh produk 3.7 Simulasi Monte Carlo Simulasi merupakan sebuah usaha untuk meyalin fitur, tampilan dan karakteristik sebuah system nyata yang kemudian akan digunakan untuk memperkirakan efek dari berbagai tindakan. Gagasan dari simulasi ini adalah ( Heizer dan Render, 2005) : 1. Untuk meniru sebuah situasi dalam dunia nyata secara matematis, 2. Kemudian untuk mempelajari karakteristik operasi tersebut, dan 3. Akhirnya untuk menarik kesimpulan dan mengambil keputusan tindakan berdasarkan kepada hasil simulasi. Untuk menggunakan simulasi dapat dilihat proses simulasi pada gambar dibawah ini : Gambar 3.4 Proses Simulasi Sumber : ( Heizer dan Render, 2005)
28 Salah satu model simulasi yang paling popular digunakan pada pengendalian persediaan adalah Simulasi Monte Carlo. Simulasi Monte Carlo merupakan bentuk simulasi dimana solusi masalah diberikan berdasarkan randomisasi (acak).. Simulasi monte carlo adalah jenis simulasi probabilistik yang mendekati solusi masalah dengan sampling dari sebuah proses acak,meliputi penentuan distribusi probabiltas dari variabel yang teliti dan kemudian sampel acak dari distribusi untuk mendapatkan data. Serangkaian angka acak digunakan untuk menjelaskan pergerakan setiap variabel acak dari waktu ke waktu dan memungkinkan uturan buatan tetapi realistis yang terjadi (Tersine, 1994). Teknik simulasi Monte Carlo terbagi atas lima langkah sederahana : Mulai Menetapkan sebuah distribusi probabilitas bagi variabel penting Membuat distribusi probabilitas kumulatif bagi setiap variabel. Menetapkan interval angka random bagi setiap variabel Membangkitkan angka acak Mensimulasi percobaan hasil dari eksprimen Selesai Gambar 3.5 Flowchart Simulasi Monte Carlo
29 a. Menetapkan sebuah distribusi probabilitas bagi variabel penting, gunanya untuk memperkuat nilai variabel pada model yang sedang diuji. Diantara lain adalah permintaan persediaan, waktu tenggang pesanan untuk tiba, waktu kedatangan pelanggan dan sebagainya. Sebuah cara untuk menetapkan distribusi probabilitas bagi variabel adalah menguji hasil historis. Distribusi probabilitas dapat ditemukan atau frekuensi relatif, untuk setiap output variabel yang mungkin dengan cara membagi jumlah pengamatan dengan jumlah pengamatan total (tabel). b. Membuat distribusi probabilitas kumulatif bagi setiap variabel. c. Menetapkan interval angka random bagi setiap variabel. Setelah distribusi probabilitas komulatif bagi setiap variabel yang digunakan dalam simulasi sudah ditetapkan, maka diberikan serangkaian angka acak yang mewakili setiap nilai atau output yang mungkin. Angka ini disebut interval angka acak (random number interval). Tabel 3.2 Perhitungan Simulasi Monte Carlo Permintaan Frekuensi (hari) Peluang Kejadian Probabilitas kumulatif Interval angka random 0 X 1 X 1 / Ʃ X hari=y 1 Y 1 = a 1 (ax100) 1 X 2 X 2 / Ʃ X hari=y 2 a + Y 2 =b ((ax100)+1) (bx100) 2 X 3 X 3 / Ʃ X hari=y 3 b + Y 3 =c ((bx100)+1) (cx100) 3 X 4 X 4 / Ʃ X hari=y 4 c + Y 4 =d ((cx100)+1) (dx100) 4 X 5 X 5 / Ʃ X hari=y 5 d + Y 5 =e ((dx100)+1) (ex100) 5 X 6 X 6 / Ʃ X hari=y 6 e+y 6 =1,00 ((ex100) +1) 100 Ʃ X hari Ʃ Y = 1,00 d. Membangkitkan angka acak. Angka acak dapat dibangkitkan dengan dua cara. Jika persoalan yang dihadapi besar dan proses yang sedang diteliti melibatkan banyak percobaan simulasi, maka digunakan program komputer
30 untuk membangkitkan angka acak. Jika simulasi dilakukan dengan perhitungan tangan, angka acak dapat diambil dari sebuah tabel angka acak. e. Mensimulasi percobaan hasil dari eksprimen dapat disimulasikan secara sederhana dengan memilih angka acak dari tabel. 3.8 Model Persediaan Model persediaan ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut : 1. Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan. 2. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui (tertentu). 3. Barang yang sudah dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously) atau tingkat produksi (production rate) barang yang dipesan berlimpah (tak terhingga). 4. Waktu ancang-ancang (lead time) bersifat konstan. 5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan. 6. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan (shortage). 7. Tidak ada diskon untuk jumlah pembelian yang banyak (quantity discount). Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah ekonomis setiap kali pemesanan (EOQ) sehingga meminimasi biaya total persediaan dimana : Biaya Total Persediaan = Ordering cost + Holding cost + Purchasing cost Parameter-parameter yang dipakai dalam model ini adalah : D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya : 1 tahun) k = ordering cost setiap kali pesan h = holding cost per-satuan nilai persediaan per-satuan waktu c = purchasing cost per-satuan nilai persediaan t = waktu antara satu pemesanan ke pemesanan berikutnya
31 Tujuan secara matematis model ini kita mulai dengan komponen biaya ordering cost yang tergantung pada jumlah (frekuensi) pemesanan dalam 1 periode, dimana frekuensi pemesanan tergantung pada : a. Jumlah kebutuhan barang selama 1 periode (D) b. Jumlah setiap kali pemesanan (Q) Dari keterangan diatas, kita bisa tuliskan bahwa frekuensi pemesanan = D/Q Ordering cost setiap periode diperoleh dengan mengalikan D/Q dengan biaya setiap kali pesan (k), sehingga : Ordering cost per-periode = (D/Q) k.(1) Komponen biaya kedua, yaitu holding cost dipengaruhi oleh jumlah barang yang disimpan dan lamanya barang disimpan. Setiap hari jumlah barang yang dismpan akan berkurang karena dipakai / terjual, sehingga lama penyimpanan antara satu unit barang yang lain juga berbeda. Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan adalah tingkat persediaan rata-rata. Karena bergerak dari Q unit ke nol unit dengan tingkat pengurangan konstan (gradient - D) selama waktu t, maka persediaan rata-rata untuk setiap siklus adalah : (Q + 0 ) / 2 = Q/2 sehingga : Holding cost per-periode = h(q/2)....(2) Komponen biaya ketiga, yaitu purchasing cost merupakan antara kebutuhan barang selama periode (D) dengan harga barang per-unit (C) sehingga : Purchasing cost per-periode = Dc......(3) Dengan menggabungkan ketiga komponen biaya persediaan diatas, maka : Biaya Total Persediaan (TC) = (D/Q)k + h(q/2) + Dc.....(4)
32 Tujuan model EOQ ini adalah menentukan nilai Q se-efektif mungkin sehingga meminimumkan biaya total persediaan. Tetapi yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan nilai Q adalah biaya-biaya relevan saja (Biaya Incremental). Pada komponen biaya ketiga, yaitu purchasing cost dapat diabaikan karena biaya tersebut akan timbul tanpa tergantung pada frekuensi pemesanan, sehingga tujuan model EOQ ini adalah meminimasi biaya total persediaan dengan komponen biaya ordering cost dan holding cost saja, atau Biaya persediaan : Incremental (ITC) = (D/Q)k + h(q/2) Titik Pemesanan Kembali atau Re-Order Point Saat re-order point adalah saat dimana perusahaan tersebut harus mulai melakukan pengisian atau pemesanan bahan baku nya kembali, sehingga penerimaan bahan baku yang dipesan dapat tepat waktu seiring dengan produksi perusahaan. Dalam menentukan titik pemesanan kembali yang perlu untuk diperhatikan adalah penggunaan bahan baku selama tenggang waktu mendapatkan barang atau lead time serta besarnya persediaan pengaman perusahaan. Secara sistematis dapat ditunjukkan dengan rumus berikut : ROP = dl + SS Keterangan : d = Tingkat penggunaan bahan baku L = Lead Time / waktu tenggang SS = Safety Stock / persediaan pengaman