PENGUJIAN SIKLIS PAPAN PARTIKEL

dokumen-dokumen yang mirip
SIFAT FISIS KAYU: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Luthfi Hakim 1 dan Fauzi Febrianto 2. Abstract

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

TINJAUAN PUSTAKA. Papan Partikel. Sorghum (Shorgum bicolour) merupakan salah satu sumber daya alam

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH UKURAN CONTOH UJI TERHADAP BEBERAPA SIFAT PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN SERAT DEVINA ROFI AH PUTRI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

PENGARUH PENYUSUNAN DAN JUMLAH LAPISAN VINIR TERHADAP STABILITAS DIMENSI KAYU LAPIS (PLYWOOD)

Pengaruh Kadar Selulosa Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC)

ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN KISI-KISI TES KONTRAK PERKULIAHAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL DARI BULU DOMBA, SERBUK GERGAJI DAN SERUTAN KAYU DENGAN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN SEMEN-GIPSUM

PENENTUAN UKURAN PARTIKEL OPTIMAL

KUALITAS PAPAN KOMPOSIT YANG TERBUAT DARI LIMBAH KAYU SENGON DAN KARTON DAUR ULANG

SIFAT FISIS PAPAN GYPSUM DARI LIMBAH GERGAJIAN KAYU

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate)

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM

Medan (Penulis Korespondensi : 2 Staf Pengajar Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU

17 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(1), 16-20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun seluas 8,91 juta

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU

TINJAUAN PUSTAKA. Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Klasifikasi papan partikel menurut FAO (1958) dan USDA (1955)

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI KOMPOSISI PARTIKEL BATANG KELAPA SAWIT DAN MAHONI DENGAN BERBAGAI VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

III. METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : Febriana Tri Wulandari Prodi Kehutanan Faperta Unram

(Penulis Korespondensi: 2 Dosen Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya(suharto, 2011). Berdasarkan wujudnya limbah di kelompokkan

METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN PARTIKEL

PEMANFAATAN SAMPAH KERTAS MENJADI PAPAN PARTIKEL SEBAGAI DINDING DEKORATIF RUANGAN

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)

PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH SERUTAN ROTAN DAN CANGKANG SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang sawit berbentuk silinder dengan

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL BERBAHAN DASAR KULIT DURIAN (Durio zibethinus murr.)

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DETERMINASI KETERBASAHAN (WETTABILITY) KAYU

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

Kiki Sinaga, M. Dirhamsyah Dan Ahmad Yani Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak

KAJIAN DAN PENYUSUNAN KONSEP STANDAR PRODUK OLAHAN KAYU. 1. Ir. M. I. Iskandar, MM. 2. Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. 3. Drs. Achmad Supriadi, MM.

PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU (Saccharum officinarum)

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGERGAJIAN KAYU. Oleh : Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si NIP

TINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Muhammad Luthfi Sonjaya 1, Iman Haryanto 2, Kusnanto 3. *Corresspondence :

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD

Bambu lamina penggunaan umum

METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Laminated Timber (CLT) 1) Definisi 2) Manfaat dan Keunggulan

3 PENGARUH JENIS KAYU DAN KADAR PEREKAT TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES PENGHILANGAN TINTA PADA KERTAS BEKAS

PENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku.

JENIS PAPAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

Transkripsi:

KARYA TULIS PENGUJIAN SIKLIS PAPAN PARTIKEL Disusun Oleh: APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008

KATA PENGANTAR Puji syukur pada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis mengenai Pengujian Siklis Papan Partikel. Tulisan ini berisi tentang gambaran singkat mengenai pengujian siklis untuk melihat pengembangan dan penyusutan pada papan partikel. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan tambahan informasi dibidang biokomposit kayu. Akhirnya penulis tetap membuka diri terhadap kritik dan saran yang membangun dengan tujuan untuk menyempurnakan karya tulis ini. Desember, 2008 Penulis

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii DAFTAR TABEL...iii DAFTAR GAMBAR...iv PENDAHULUAN...1 PAPAN PARTIKEL...2 HIGROSKOPISITAS PAPAN PARTIKEL...3 HASIL DAN PEMBAHASAN...7 PENUTUP...11 REFERENSI...11

DAFTAR TABEL No Keterangan Halaman 1 Kembang susut rata-rata pada arah tebal papan partikel 9 2 Penambahan tebal kumulatif 10

DAFTAR GAMBAR No Keterangan Halaman 1 Penyerapan isotermal kayu solid dan berbagai jenis kayu komposit 4 2 Pengaruh histeresis isothermal pada perubahan kadar air 4 MDF 3 Histeresis dari penyerapan isotermal 5 4 Penyerapan awal (IN DES), adsorpsi (ADS), dan penyerapan 6 isotermal kedua (SEC DES) Douglas-fir 5 Tebal rata-rata papan partikel pada uji siklis Kembang Susut Pada 8 Uji Siklis 6 Kembang susut rata-rata pada arah tebal papan partikel 9 7 Pengembangan tebal relatif terhadap tebal awal papan partikel pada uji siklis 10

PENDAHULUAN Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit/panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat sintetis atau bahan pengikat lain kemudian dikempa panas (Maloney 1993). Sebagai salah satu produk komposit, papan partikel mempunyai kelemahan stabilitas dimensi yang rendah. Pengembangan tebal papan partikel sekitar 10-25% dari kondisi kering ke basah melebihi pengembangan kayu utuhnya serta pengembangan liniernya sampai 0,35%. Pengembangan panjang dan tebal pada papan partikel ini sangat besar pengaruhnya pada pemakaian terutama bila digunakan sebagai bahan bangunan (Haygreen dan Bowyer 1996). Kadar air papan partikel tergantung pada kondisi udara di sekitarnya karena papan partikel ini terdiri atas bahan-bahan yang mengandung lignoselulosa sehingga papan partikel bersifat higroskopis (Widarmana 1977) yang diacu dalam Putri (2002). Air yang terikat pada permukaan mengadakan kesetimbangan dengan udara di sekitarnya, maka jumlahnya tergantung dari kelembaban lingkungannya maupun dari suhu. Semakin halus butir-butir padatan, semakin banyak air yang teradsorpsi karena luas permukaan per satuan berat bertambah (Harjadi 1993) yang diacu dalam Putri (2002). Suchsland (2004) menjelaskan bahwa pembahasan mengenai pengembangan tebal pada kayu solid memberikan dasar yang baik untuk menjelaskan hubungan antara kadar air dan kelembaban relatif udara. Hal ini disebut dengan penyerapan isothermal. Penyerapan isothermal papan komposit pada umumnya berbeda dengan kayu solid dalam dua hal yaitu penyerapan isothermal pada papan komposit lebih rendah dan menunjukkan histeresis. Berdasarkan teori yang telah dikemukakan, maka praktikum mengenai uji siklis papan partikel dilakukan

PAPAN PARTIKEL Papan partikel adalah salah satu jenis produk komposit/panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat sintetis atau bahan pengikat lain kemudian dikempa panas (Maloney 1993). Berdasarkan kerapatannya papan partikel dibagi menjadi tiga golongan yaitu : 1. Papan partikel berkerapatan rendah (low density particleboard) yaitu papan yang mempunyai kerapatan kurang dari 0,4 g/cm 3 2. Papan partikel berkerapatan sedang (medium density particleboard) yaitu papan yang mempunyai kerapatan antara 0,4 0,8 g/cm 3 3. Papan partikel berkerapatan tinggi (high density particleboard) yaitu papan yang mempunyai kerapatan lebih dari 0,8 g/cm 3 Selanjutnya Maloney (1993) membedakan papan partikel berdasarkan penyebaran partikel dalam pembentukan lembaran menjadi tiga macam yaitu : 1. Papan partikel homogen (single layer board), papan ini tidak memiliki perbedaan ukuran partikel pada bagian tengah dan permukaan 2. Papan partikel berlapis tiga (three layer board) yaitu partikel pada bagian permukaan lebih halus dibandingkan dengan partikel bagian bawahnya 3. Oriented particleboard yaitu papan partikel yang terbuat atas banyak partikel kayu berbentuk strand yang tersusun pada arah yang sama. Menurut Darmawan (1996) dalam Putri (2002), dilihat dari morfologinya, partikel pada garis besarnya dibedakan menjadi flakes, slivers, fines dan fibers. 1. Flakes merupakan bentuk partikel yang paling umum, dimensinya bervariasi dengan ketebalan antara 0,2-0,5 mm, panjang antara 10-50 mm dan lebar antara 2-25 mm. Flakes yang berukuran besar dan persegi dengan ukuran panjang dan lebar berturut-turut 5 cm x 5 cm - 7 cm x 7 cm dan tebal antara 0,6 0,8 mm disebut wafer. Partikel yang mirip dengan wafers tapi lebih tipis dan kadang-kadang sedikit lebih panjang disebut strands. Baik strands maupun wafer dibuat dari kayu bulat. 2. Slivers diproduksi melalui perajangan limbah-limbah kayu dengan mesin hammer mill. Slivers berbentuk serpihan antara dengan tebal sampai 5 mm dan panjang sampai 1,5 cm. Partikel ini biasanya dicampur dengan flakes.

3. Fines diproduksi pada mesin impact mills. Fines dapat berupa serbuk gergaji atau serbuk hasil pengampelasan. Partikel-partikel ini dapat digunakan untuk lembaran permukaan papan partikel. Maloney (1993) menyatakan bahwa dibandingkan dengan kayu asalnya, papan partikel mempunyai beberapa kelebihan seperti : a. Papan partikel bebas mata kayu, pecah dan retak b. Ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan c. Tebal dan kerapatannya seragam serta mudah dikerjakan d. Mempunyai sifat isotropis e. Sifat dan kualitasnya dapat diatur Papan partikel mempunyai kelemahan stabilitas dimensi yang rendah. Pengembangan tebal papan partikel sekitar 10-25% dari kondisi kering ke basah melebihi pengembangan kayu utuhnya serta pengembangan liniernya sampai 0,35%. Pengembangan panjang dan tebal pada papan partikel ini sangat besar pengaruhnya pada pemakaian terutama bila digunakan sebagai bahan bangunan (Haygreen dan Bowyer 1996). HIGROSKOPISITAS PAPAN PARTIKEL Suchsland (2004) menjelaskan bahwa pembahasan mengenai pengembangan tebal pada kayu solid memberikan dasar yang baik untuk menjelaskan hubungan antara kadar air dan kelembaban relatif udara. Hal ini disebut dengan penyerapan isothermal. Penyerapan isothermal papan komposit pada umumnya berbeda dengan kayu solid dalam dua hal yaitu penyerapan isothermal pada papan komposit lebih rendah dan menunjukkan histeresis yang jelas (Gambar 1).

Gambar 1. Penyerapan isotermal kayu solid dan berbagai jenis kayu komposit Histeresis menggambarkan sebuah hubungan ganda antara kelembaban relatif dan kadar air. Pada umumnya kelembaban relatif papan, dengan pengecualian pada nilai ekstrim, diasumsikan bahwa kadar air tergantung pada saat papan menyerap atau melepaskan air. Lebih lanjut Suchsland (2004) menyatakan bahwa ukuran histeresis yaitu perbedaan antara penyerapan (absorptive) dan pelepasan (desorptive) tergantung pada kerumitan siklus ekspos. Pada Gambar 2 diperlihatkan histeresis pada sebuah papan MDF. Hal ini merupakan kontradiksi dari kayu solid yang selalu memulai hidup pada kadar air jenuh dengan kondisi segar, papan komposit tidak memiliki titik referensi alami seperti itu. Gambar 2. Pengaruh histeresis isothermal pada perubahan kadar air MDF Point 1 dalam Gambar 2 merupakan titik awal sebagai papan segar yang baru diproduksi saat memasuki pasaran. Jika kemudian papan dibentuk menjadi core panel

furniture dan diekspos pada tingkat kelembaban relatif 80% misalnya, cukup jauh untuk mencapai keseimbangan, kemudian sampai pada garis datar relatif pada kurva histeresis, kadar air akan meningkat secara perlahan dari 5,6 sampai 8,8% (point 2). Pengembangan dengan sendirinya akan menjadi kecil. Jika kelembaban relatif menurun lagi dan memungkinkan fluktuasi pada periode waktu yang panjang antara 40 dan 80%, kemudian histeresis akan menjadi sangat kecil sehingga pengembangan dan penyusutan dapat diabaikan. Hal ini merupakan kelebihan utama dari MDF dan papan partikel dibandingkan beberapa core berbahan dasar kayu (Suchsland 2004). Siau (1995) menyatakan bahwa aspek penting dari keseimbangan penyerapan kayu adalah histeresis dari penyerapan isotermal sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4. Gambar 3. Garis tebal (A) menunjukkan hubungan antara perbedaan penyerapan panas dan kadar air berdasarkan persamaan (7.13b) dari Skaar (1988). Garis putus-putus (D) menggambarkan nilai yang lebih tinggi yang diharapkan dalam penyerapan karena histeresis. Daerah (Wo W) merupakan integral penyerapan panas antara M = 0% dan 10% dan W adalah integral panas pembasahan dari M = 10% sampai M 1. Wo adalah total panas pembasahan dari kering tanur sampai M 1. (Courtesy of F. A. Kamke).

Gambar 4. Penyerapan awal (IN DES), adsorpsi (ADS), dan penyerapan isotermal kedua (SEC DES) Douglas-fir. Diadaptasi dari Spalt (1958) dan Skaar (1972). Ada tiga garis dalam Gambar 4 dengan garis putus-putus mengindikasikan desorpsi dari kayu segar. Selanjutnya adsorpsi dimulai dengan nilai yang lebih rendah dari EMC. Akhirnya desorpsi isotermal kedua ditunjukkan oleh garis tebal yang mana serupa dengan kurva desorpsi asli setelah mencapai kelembaban relatif sekitar 50%. Selanjutnya adsorpsi dan desorpsi cenderung berulang pada garis tebal. Skaar (1972) yang diacu dalam Siau (1995) memberikan rasio rata-rata dari adsorpsi dan desorpsi kadar air (A/D) pada kelembaban relatif umumnya dari 0,8 sampai 0,9 dengan rata-rata 0,85. Lebih lanjut Siau (1995) menyatakan bahwa histeresis dapat dijelaskan dengan efek desorpsi pada tempat penyerapan aktif di sepanjang rantai selulosa yang menjadi pengikat pada salah satu yang lain saat mereka kehilangan air. Selama desorpsi selanjutnya, permukaan akan mengalami tekanan kompresi yang lebih rendah dari EMC dan dapat ditambahkan bahwa beberapa ikatan di antara rantai tidak akan putus sampai titik jenuh serat dicapai, setelah itu tahap desorpsi lanjutan akan diulangi seperti sebelumnya. Siau (1995) selanjutnya menyatakan bahwa salah satu aspek penting dari efek histeresis adalah mengurangi perubahan EMC dan pengembangan atau penyusutan dalam reaksi siklus perubahan dalam kelembaban relatif dibawah yang diharapkan dari rata-rata tunggal penyerapan isotermal. Skaar (1972) menyatakan bahwa faktor lain yang dilakukan untuk mengurangi variasi kadar air musiman adalah histeresis dalam penyerapan isotermal. Efek ini, telah dibahas sebelumnya, maksimum jika siklus penyerapan yang terjadi melebihi

rentang h dari 0-1,0. Dalam hal ini EMC selama adsorpsi sekitar 0,85 dari nilai selama desorpsi melebihi rentang desorpsi. Jika kayu diekspos pada siklus kelembaban yang lebih kecil, efek histeresis kurang nyata tetapi masih memiliki efek mengurangi perubahan EMC yang diasosiasikan dengan perubahan yang diberikan oleh p/p o. Lebih lanjut Skaar (1972) menyatakan bahwa interaksi dari air dan kayu selalu disertai oleh perubahan panas atau energi dalam sistem. Banyak aspek dari interaksi tersebut yang dapat diperlakukan dengan metode termodinamik klasik. Diakui bahwa penyerapan kelembaban bukan merupakan proses balik yang sempurna jika histeresis dan fenomena ketergantungan waktu secara umum dibutuhkan. Kadar air papan partikel tergantung pada kondisi udara di sekitarnya karena papan partikel ini terdiri atas bahan-bahan yang mengandung lignoselulosa sehingga papan partikel bersifat higroskopis (Widarmana 1977) yang diacu dalam Putri (2002). Air yang terikat pada permukaan mengadakan kesetimbangan dengan udara di sekitarnya, maka jumlahnya tergantung dari kelembaban lingkungannya maupun dari suhu. Semakin halus butir-butir padatan, semakin banyak air yang teradsorpsi karena luas permukaan per satuan berat bertambah (Harjadi 1993) yang diacu dalam Putri (2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN Tebal Papan Pada Uji Siklis Pengujian perubahan ketebalan papan partikel dilakukan selama lima siklis, data selengkapnya terdapat pada Lampiran 1. Seteleh pengujian siklis pertama hingga kelima ternyata ketebalan papan partikel terus bertambah dan tidak kembali lagi pada keadaan semula yaitu pada kondisi kering udara (Gambar 1). Panambahan tebal tersebut terjadi baik pada keadaan basah maupun kering oven. Pada keadaan basah ketebalan papan lebih besar dari pada keadaan kering oven. Hal tersebut terjadi karena bahan utama penyusun papan partikel masih berupa kayu yang memiliki sifat higroskopis. Sehingga pada keadaan basah, air dari luar (dari perendaman) disimpan oleh partikel kayu yang menyebabkan partikel kayu mengembang. Penambahan tebal papan pertikel setelah proses siklis terjadi karena adanya usaha dari papan partikel tersebut untuk membebaskan tegangan yang tersisa didalamnya yang diakibatkan oleh pemberian tekanan berupa pengempaan panas pada saat pembuatan papan, peristiwa ini disebut sebagai spring-back (Hadi, 1988). Tebal (mm) 25 23 21 19 17 15 Awal I II III IV V Siklis Basah Kering Gambar 5. Tebal rata-rata papan partikel pada uji siklis Kembang Susut Pada Uji Siklis Kembang susut papan partikel selengkapnya disajikan pada Tabel 1 dan kembang susut rata-ratanya disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan gambar dan tabel tersebut memperlihatkan bahwa persentase pengembangan dan penyusutan papan terbesar terjadi pada siklis kedua baik pada keadaan basah maupun kering. Pada siklis pertama nampaknya pengaruh kempa panas yang berikan pada saat pembuatan papan

ternyata masih mampu menahan usaha dari papan tersebut untuk membebaskan diri dari tegangan yang ada. Hal tersebut dapat disebabkan oleh proses pembuatan papan yang baik sehingga daya rekatnya cukup baik pula. Persentase pengembangan dan penyusutan pada siklis kedua merupakan yang terbesar. Pada tahap ini kondisi papan partikel sudah lebih lemah dari keadaan siklis pertama, sehingga usaha papan partikel untuk membebaskan diri dari tegangan yang ada menjadi lebih mudah. Pada siklis ke dua ini variasi perubahan tebal juga cukup besar yaitu dilihat dari standar deeviasinya (Tabel 1). Tabel 1. Kembang susut rata-rata pada arah tebal papan partikel (%) Siklis ke- Ulangan I I II II III III IV IV V V K S K S K S K S K S 1 16,24 4,58 19,79 6,82 8,86 3,49 6,24 4,52 13,97 8,16 2 16,71 3,22 17,78 6,30 8,76 4,50 10,45 6,58 13,72 8,33 3 22,63 8,09 29,54 11,22 8,85 3,11 8,24 7,47 13,40 6,90 4 18,30 5,39 24,91 10,62 11,18 7,17 14,29 8,21 14,39 7,78 5 21,00 7,57 23,29 7,13 10,59 6,29 8,99 6,32 11,62 5,96 6 17,12 4,60 19,42 5,36 9,39 5,36 11,00 8,34 14,42 8,61 7 23,79 9,42 33,30 12,23 8,49 5,64 11,44 7,57 13,71 7,62 8 17,50 4,24 19,89 7,06 9,38 6,67 12,40 5,36 13,37 7,56 Rata-rata 19,16 5,89 23,49 8,34 9,44 5,28 10,38 6,80 13,57 7,61 Standard Deviasi 2,91 2,19 5,49 2,59 0,96 1,47 2,52 1,36 0,88 0,85 Keterangan : K = Penegembangan S = Penyusutan Pada siklis berikutnya (siklis ketiga) pengembangan dan penyusutan papan partikel menjadi yang terendah dari lima siklis yang ada, keadaan ini terjadi karena gaya yang tersisa akibat proses pengempaan panas sudah mulai berkurang. Namun demikian pada siklis ke empat dan lima pengembangan papan justru meningkat kembali. Penambahan tebal setetah papan dikeringkan ternyata tidak menurunkan pengembangan tebal setelah direndam. Berdasarkan pengamatan papan pada siklis ke empat dan lima, contoh papan yang diuji mulai mengalami kerusakan secara fisik, yaitu pada bagian pinggir dan tengahnya mulai retak dan terkelupas kearah vertikal yang menyebabkan terjadi penambahan tebal akibat uji siklis yang dilakukan.

25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 I II III IV V Siklis Kembang Susut Gambar 6. Kembang susut rata-rata pada arah tebal papan partikel Pengembangan tebal rata-rata kumulatif papan partikel dari keadaan basah ke basah dan dari keadaan kering oven ke kering oven menunjukkan kecenderungan yang meningkat, data selengkapnya disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 3. Pada siklus kedua dalam keadaan basah mengakibatkan perubahan tebal yang sangat besar tingkatannya yang diperlihatkan oleh besarnya standar deviasi. Tabel 2. Penambahan tebal kumulatif (%) Siklis ke- Ulangan I I II II III III IV IV V V Basah Oven Basah Oven Basah Oven Basah Oven Basah Oven 1 16,24 10,92 32,86 23,81 34,77 30,07 38,19 31,93 50,37 38,11 2 16,71 12,94 33,03 24,64 35,56 29,46 42,98 33,58 51,91 39,25 3 22,63 12,71 46,01 29,63 41,10 36,72 47,99 36,93 55,28 44,56 4 18,30 11,92 39,81 24,96 38,93 28,97 47,40 35,30 54,77 42,73 5 21,00 11,84 37,89 28,05 41,61 32,70 44,64 35,49 51,23 42,21 6 17,12 11,73 33,43 26,28 38,14 30,73 45,11 33,01 52,18 39,08 7 23,79 12,13 49,47 31,20 42,33 34,30 49,67 38,34 57,31 45,32 8 17,50 12,52 34,91 25,39 37,14 28,00 43,87 36,16 54,37 42,69 Rata-rata 19,16 12,09 38,42 26,74 38,70 31,37 44,98 35,09 53,43 41,74 Standard Deviasi 2,91 0,64 6,32 2,62 2,82 2,97 3,55 2,13 2,37 2,66

60 50 40 30 20 10 0 I I II II III III IV IV V V B O B O B O B O B O Siklis ke - Keterangan : B = Basah (setelah direndam) O = Oven (setelah dioven) Gambar 7. Pengembangan tebal relatif terhadap tebal awal papan partikel pada uji siklis (%) PENUTUP Papan partikel pada siklis kedua menghasilkan kemampuan melepaskan diri dari gaya akibat pengempaan panas (spring-back) terbesar dengan standar deviasi yang besar juga. Pada siklis ke empat dan lima papan partikel mulai mengalami kerusakan akibat dari pengaruh uji siklis (perandaman dan pengeringan kering oven)

REFERENSI Hadi, Y.S. 1988. Pengaruh rendaman panas partikel kayu terhadap stabilitas dimensi papan partikel meranti merah. Buletin Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Teknolog: II(1). Haygreen JG, JL Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu: Suatu Pengantar. Sutjipto AH, Penerjemah. Yogyakarta : Gadjah Mada Univ Pr. Terjemahan dari : Forest Product and Wood Science, An Introduction. Maloney TM. 1993. Modern Particleboard and Dry Process Fiberboard Manufacturing. San Fransisco: Miller Freeman Inc. Putri MD. 2002. Peningkatan mutu papan partikel dari limbah serbuk gergaji kayu Sengon (Paraserianthes falcataria) dan limbah plastic polypropylene: peranan Maleic anhydride sebagai compatibilizer. [Skripsi]. Bogor. Jurusan THH Fakultas Kehutanan IPB. Siau JF. 1995. Wood : Influence of Moisture on Physical Properties. Keene NY. Dept. of Wood Science and Forest Products. Virginia Polytechnic Institute and State Univ. Skaar Ch. 1972. Water in Wood. Syracuse NY. Syracuse Univ Pr. Suchsland O. 2004. The Swelling and Shrinking of Wood: A Practical Technology Primer. Madison, WI. Forest Product Soc.