BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun Banyaknya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan tersebut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individuyang berbeda kepentingan yaitu principals dan agent. Principals

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. asumsi dasar going concern. Opini audit going concern merupakan opini yang

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang kompeten dan independen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Laporan audit penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sarana penting untuk. mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak luar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekitar tahun 2007, di Amerika Serikat terjadi krisis keuangan global

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. kembali lagi. Perputaran persediaan merupakan aktivitas perusahaan yang jelas

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi.

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang berbeda kepentingan. Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (going corcern) perusahaan tersebut. Kondisi keuangan perusahaan ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun

BAB 3 LAPORAN AUDIT Laporan Audit Bentuk Baku Judul Laporan Alamat Laporan Audit Paragraf Pendahuluan Paragraf Scope Paragraf Pendapat Nama KAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat kita lihat dari pergerakan dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta

Transkripsi:

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Pada penelitian tentang opini audit going concern ini, membutuhkan kajian teori agensi. Menurut Jensen dan Meackling (1967), menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak dibawah satu atau lebih principal (pemilik) yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada pihak agen. Baik principal (shareholders) maupun agen diasumsikan orang ekonomi rasional dan semata-mata termotifasi oleh kepentingan pribadi. Principal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agen. Bagaimanapun juga manajer selalu tidak bertindak sesuai keinginan principal sebagian dikarenakan oleh adanya moral hazard. Hubungan prinsipal dan agen membutuhkan pihak ketiga yang bersifat independen sebagai mediator. Pihak ketiga berfungsi untuk memonitor perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai keinginan prinsial. Auditor adalah pihak yang yang mampu menjembatani antara kepentingan pihak prinsipal (shareholder) dengan pihak manajer (prinsipal) dalam mengelola keuangan manajer (Setiawan dalam Yulius 2009). Auditor melakukan fungsi monitoring 12

13 pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan tahunan. Tugas auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan tersebut, mengenai kewajarannya. Selain itu, auditor saat ini juga harus mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan. 2.1.2 Pengertian audit Proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi buktibukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan penyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan ASOBAC (A Statement of Basic Concepts). Auditor digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu (Mulyadi, 2002) : 1. Auditor independen Auditor independen adalah auditor profesional yang menyedikan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut umumnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan. 2. Auditor pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja diinstansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit

14 organisasi pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. 3. Auditor intern Auditor intern adalah audit yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negri atau swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan. 2.1.3 Opini Auditor Opini auditor menurut SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) SA seksi 110, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia. Laporan audit merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap klilennya dan tidak memiliki suatu kepentingan dengan kliennya (IAI, 1994). Terdapat lima tipe pendapat auditor menurut Mulyadi, 2002. 1. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian. Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan mengkajikan secara wajar

15 dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip berterima umum di Indonesia. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi: a. Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan. b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor. c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan. d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Hal ini juga berarti bahwa pengungkapan telah dilakukan memadai dalam catatan kaki atau bagian lain laporan keuangan. e. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambahkan paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit. 2. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang Ditambahkan dalam Laporan Audit Baku. Dalam keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan sauatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi

16 pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Pendapat penjelasan ini dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku yaitu: a. Ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum. b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas. c. Auditor setuju suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh dewan standar akuntansi keuangan. d. Penekanan atas suatu hal. e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain. 3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian. Melalui pendapat wajar dengan pengecualian, auditor mengatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan perinsip berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan. Pendapat wajar dengan pengecualilan dinyatakan dalam keadaan: a. Tidak adanya bukti komponen yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor menarik kesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia mearik kesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.

17 b. Auditor yakin atas auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar. 4. Pendapat tidak Wajar. Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitias tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. 5. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat Dengan pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor jika auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat juga dapat diberikan oleh auditor jika ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien. 2.1.4 Going Concern Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Menurut Hani etal. dalam Kartika (2012), mendifinisikan going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan entitas atau badan usaha. Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap mampu mempertahankan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek.

18 Arens (1997) menyatakan beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup adalah pertama, kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja. Kedua, ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo dalam jangka pendek. Ketiga, kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasumsikan seperti gempa bumi, banjir atau masalah perburuan yang tidak biasa. Keempat, perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi. 2.1.5 Opini Audit Going concern Opini audit going concern yaitu opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Opini audit going tersebut merupakan suatu evaluasi kesangsian dari auditor atas kemampuan suatu entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (Kartika, 2012). Auditor mempertimbangkan hasil dari operasi mengenai kemampuan perusahaan membayar hutang dan kebutuhan likuiditas dimasa yang akan datang. Arens (1997) menyatakan beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan yaitu ; 1. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja. 2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo dalam jangka pendek.

19 3. Kehilangan pelangggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi, banjir atau masalah perburuhan yang tidak biasa. 4. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah terjadi dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi. Tanggungjawab auditor didalam menyatakan opini audit going concern adalah untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup suatu perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya (Warnida, 2011). Pernyataan tersebut mengacu kepada statement on auditing standar No. 59 (AICPA, 1998), auditor harus memutuskan apakah perusahaan klien akan bisa bertahan dimasa yang akan datang. Berdasar pada pernyataan Interprestasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) nomor 30 melalui Komite Standar Profesional Akuntan Publik tentang Laporan Auditor Independen tentang dampak memburuknya kondisi ekonomi Indonesia terhadap entitas. IPSA ini menganggap auditor perlu mempertimbangkan tiga hal yaitu : 1. Kewajiban auditor untuk memberikan saran bagi kliennya dalam mengungkapkan dampak kondisi ekonomi tersebut (jika ada) terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. 2. Pengungkapan peristiwa kemudian yang mungkin timbul sebagai akibat kondisi ekonomi tersebut.

20 3. Modifikasi laporan audit bentuk baku jika memburuknya kondisi ekonomi tersebut berdampak terhadap kamampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Jika auditor menyimpulkan adanya keragu-raguan atas kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas perlu dibuat, terlepas dari pengungkapan dalam laporan keuangan. PSA nomor 30 membolehkan, tetapi tidak menganjurkan pernyataan tidak memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat karena adanya kesangsian atas kelangsungan hidup. Auditor dalam mengeluarkan opini audit suatu perusahaan perlu memberikan pernyataan mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Namun bila terjadi keraguan mengenai kelangsungan hidup perusahaan maka auditor perlu mengungkapkan dalam laporan opini audit (Warnida, 2011). Didalam PSA No. 30 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut: 1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam waktu pantas, auditor harus : a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.

21 b. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan. 2. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya auditor mempertahankan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclamer). 3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya adalah menyimpulkan efektifitas rencana tersebut. a. Jika auditor berkesimpulan rencana tidak efektif dan klien mengungkapkan keadaaan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor menyatakan bahwa tidak memberikan pendapat. b. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan laporan keuangan, maka auditor akan menyatakan pendapat tidak wajar. Dari pernyataan diatas, peneliti mengklasifikasi opini audit

22 going concern menjadi dua kategori, yaitu : 1. Going Concern Audit Opinion (GCAO), jika seorang auditor menemukan kelangsungan hidup suatu perusahaan mengalami ketidakpastian maka seorang auditor harus mengungkapkannya dalam going concern audit opinion. (GCAO), berkode 1. 2. Non Going Concern Audit Opinion (NGCAO), jika auditor tidak menemukan kelangsungan hidup suatu perusahan mengalami ketidakpastian (NGCAO), berkode 0. 2.1.6 Ratio Likuiditas Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor jangka pendek. Untuk mengukur kemampuan ini, biasanya digunakan angka ratio sebagai berikut : a. Modal Kerja Modal kerja merupakan selisih antara total aktiva dan utang lancar. Jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan ini menjadi perhatian para kreditor jangka pendek, karena angka ini menunjukan jumlah aktiva yang dibelanjai dari sumber dana jangka panjang, yang tidak memerlukan pembayaran kembali dalam jangka pendek. Makin besar angka modal kerja, makin bersar pula tingkat proteksi kreditor jangka pendek, dan makin besar kepastian bahwa utang jangka pendek akan dilunasi tepat waktu. b. Current ratio

23 Current ratio adalah elemen-elemen yang digunakan dalam perhitungan modal kerja dapat dinyatakan dalam rasio, yang membandingkan antara total aktiva lancar dan hutang lancar. Perhitungan sebagai berikut : Current Ratio(CR) = Aktiva Lancar (AL) x 100% Utang Lancar (UL) Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan asumsikan semua aktiva lancar benar-benar bisa digunakan untuk membayar. Sedangkan utang lancar menggambarkan yang harus dibayar dan diasumsikan semua hutang lancar benar-benar harus dibayar. c. Acid-Test Ratio Pada ratio ini, pos persediaan dan persekot biaya dikeluarkan dari total akiva lancar, dan hanya menyisakan pos-pos aktiva lancar yang likuid saja yang akan dibagi dengan utang lancar. Perhitungan sebagai berikut : Quick Ratio (QR) = Aktifa Lancar (AL) Persediaan Persekot Biaya Utang Lancar (UL) d. Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover) Rasio perputaran piutang ini biasanya digunakan dalam hubungannya dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberikan ukuran kasar tentang seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Perhitungan sebagai berikut :

24 Perputaran Piutang = Jumlah hari Piutang = Penjualan (kredit) Rata rata Piutang Jumlah hari per tahun Perputaran Piutang e. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Ratio perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan perusahaan telah dijual selama periode tertentu. Ratio perputaran persediaan dan jumlah hari ini dihitung dengan cara sebagai berikut : Perputaran Persediaan = Jumlah hari Persediaan = 2.1.7 Rasio Solvabilitas (Leverage) Harga Pokok Penjualan Rata rata Persediaan Jumlah hari per tahun Perputaran Persediaan Solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Berikut ini beberapa perhitungan yang digunakan dalam mencari rasio solvabilitas yaitu: a. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) Debt Ratio merupakan ratio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total

25 aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi dapat diartikan pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Namun jika terbalik, apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Standar untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rasio rata-rata industri yang sejenis. Rumus untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut : Debt to assets ratio = Total debt Total assets x 100% b. Debt to Equity Ratio Dalam rangka mengukur, fokus perhatian kreditor jangka panjang terutama ditunjukan pada prospek laba dan perkiraan arus kas. Meskipun demikian, mereka tidak dapat mengabaikan pentingnya tetap mempertahankan keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan. Keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan diukur

26 dengan ratio debt to equity, dengan cara perhitungan sebagai berikut : Debt to equity = Total Hutang Total Modal Dengan demikian, debt to equity ini juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dillihat tingkat resiko tek tertagihnya suatu utang. c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang, dengan cara membandingakan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumus untuk mencari Long Term Debt to Equity Ratio adalah dengan perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Long Term Debt to Equity Ratio = d. Time Interest Earned Long term debt Equity Time Interest earned adalah untuk mengukur kemampuan operasi perusahan dalam memberikan proteksi kepada kreditor jangka penjang, khusunya dalam membayar

27 bunga, digunakan time interest earned, dengan cara perhitungan sebagai berikut : Time Interest earned = e. Fixed Charge Converage (FCC) Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) Biaya Bunga Fixed Charge Converage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang menyerupai Time Interest Earned. Letak perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Cara menghitung menggunakan rumus sebagai berikut : Fixed charge converage = 2.1.8 Ukuran Perusahaan EBT + Biaya bunga + kewajiban sewa Biaya bunga + kewajiban sewa Ukuran perusahaan terlihat di dalam total aktiva yang dimiliki suatu perusahaan. Perusahaan dengan total aktiva yang besar akan menunjukkan tingkat prestasi perusahaan tersebut, dapat dikatakan perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan sebab dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki kelangsungan hidup yang baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Ukuran perusahaan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu perusahan besar dan perusahaan kecil. Menurut Keown dalam Warnida (2011) mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil.

28 Empat faktor yang mendasari menentukan besarnya fee audit, yaitu 1. Karaktristik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva modal, dan lain-lain. 2. Lingkungan, seperti persaingan, pasar tenaga profesional, dan lainlain. 3. Karakteristik operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi perusahaan, jumlah lini produk, dan lain-lain. 4. Kegiatan eksternal auditor, seperti pengalaman, tingkat koordinasi dengan internal auditor, dan lain-lain. 2.1.9 Opinion shopping Opinion shopping adalah aktifitas mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajer untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan (SEC, dalam Kartika 2012). Perusahaan biasanya menggunakan pergantian auditor untuk menghindari penerimaan opini going concern menurut Teoh, 1992 dalam Januarti (2009) dengan dua cara, yaitu : Pertama, perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk diganti mungkin dapat mengikis independensi auditor, sehingga tidak mengungkapkan masalah going concern. Argumen ini disebut ancaman pergantian auditor. Kedua, bahkan ketika auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik (auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern. Argumen ini disebut opinion shopping.

29 Negara-negara Eropa menetapkan peraturan kepada perusahaan untuk mempertahaankan auditor selama beberapa tahun agar tidak terjadi strategi pergantian auditor (Lennox, 2002). Di Inggris, auditee tidak dapat mengganti auditor tanpa alasan yang tepat dan hanya dapat dilakukan saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 2.2 Kerangka Pemikiran Opini audit laporan keuangan merupakan informasi penting yang dikeluarkan auditor. Karena laporan tersebut memberikan informasi kepada para pemakai laporan audit tentang apa yang telah dilakukan oleh auditor dan disimpulkan yang diperolehnya. Informasi yang diperoleh dari laporan audit digunakan dalam proses pengambilan keputusan denganasumsi bahwa informasi tersebut lengkap, akurat, dan tidak bias (Ardianingsih, 2012). Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan (going concern) dan akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Karena itu, perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Standar Akuntansi Keuangan, 2004). Dari hal tersebut, terlihat bahwa para pemakai laporan keuangan sangat memerlukan opini audit yang dikeluarkan oleh seorang auditor untuk melakukan keputusan investasi kepada perusahaan yang menurutnya kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dalam kondisi baik atau menguntungkan. 2.2.1 Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

30 Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian likuiditas menurut Subramanyam dalam Arma (2013) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajibannya dan bergantung pada arus kas perusahaan serta kewajiban lancarnya. Likuiditas perusahaan ditunjukan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang dan persediaan. Dengan menggunakan laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal, perusahaan dapat menghitung rasio likuiditas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Warnida (2011), menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, penelitian ini sejalan dengan penelitian menurut Arma (2013) serta Juandini (2010), yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern dihitung dengan menggunakan rumus Quick Ratio. 2.2.2 Pengaruh Rasio Solvabilitas terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Rasio Solvabilitas (Laverage) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Apabila tingkat rasio solvabilitas tinggi dapat dilihat dengan meningkatnya total utang terhadap total asset (debt to total assets). Hasil penelitian menurut Warnida (2011) serta Mettani (2012), yang menyatakan bahwa solvabilitas ratio berpengaruh

31 signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sejalan dengan hasil penelitian menurut Kuswardi (2012), yang menyatakan bahwa solvabilitas ratio perusahaan memiliki arah positif dan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern dengan menggunakan rumus debt to total assets. 2.2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Ukuran perusahaan dapat dihitung dari besarnya total aktifa perusahaan tersebut. Menurut Mutchler (1985) dalam Warnida (2011), menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil. Hasil penelitian yang dilakukan menurut Warnida (2011) serta Ria (2010), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sejalan dengan hasil penelitian menurut Arga dan Linda (2007), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. 2.2.4 Pengaruh Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai aktifitas mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi uang ditunjukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan

32 perusahaan. Menurut Lennox (2000), menggunakan model pelaporan audit untuk memprediksi opini yang tidak diteliti dan menguji dampaknya pada pergantian auditor. Penelitian yang dilakukan diindonesia oleh (Praptitorini dan Januarti, 2009) menyatakan bahwa perusahaan cenderung menggunakan auditor independen yang sama apapun opini audit diberikan, karena perusahaan enggan untuk mengganti auditor independen. Terkait dengan hal tersebut, terlihat dari terbitnya peraturan tentang lamanya penggunaan auditor independen selama tiga tahun dan Kantor Akuntan Publik (KAP) selama enam tahun. Hasil dari penelitian Sudarno (2012), yang menyatakan bahwa opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Sejalan dengan hasil penelitian menurut Irfana (2012), yang menyatakan bahwa opinion shopping berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini berusaha untuk menguji pengaruh rasio likuiditas, rasio solvabilitas, ukuran perusahaan dan opinion shopping penerimaan opini audit going concern. Kerangka pemikiran yang peneliti diajukan adalah sebagai berikut : H 1 Rasio Likuiditas H 2 Rasio Solvabilitas H 3 Ukuran Perusahaan Penerimaan Opini Audit Going Concern H 4 Opinion Shoping

33 2.3 Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diajukan peneliti adalah sebagai berikut: H1 : Rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. H2 : Rasio solvabilitas berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. H3 : Ukuran peusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur. H4 : Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.