Universitas Lampung. Abstrak. Larvacide Effects of Leaf Extract Aloe vera (Aloe vera) Against Third Instar larva of Aedes aegypti.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

UJI EFEKTIVITAS FRAKSI N-HEKSANA EKSTRAK BATANG KECOMBRANG (Etlingera elatior) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP LARVA INSTAR III Aedes aegypti

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kedokteran Universitas Lampung. Abstrak. Kata kunci : Aedes aegypti, Demam Berdarah Dengue, Kecombrang (Etlingra elatior), Larvasida

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

EFFECTIVENESS OF THE PEPAYA LEAF (Carica papaya Linn)ETHANOL EXTRACT AS LARVACIDE FOR AEDES AEGYPTI INSTAR III

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

Universitas Lampung ABSTRAK. Efektivitas Pemberian Ekstrak Ethanol 70% Akar Kecombrang (Etlingera elatior)

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan

UJI EFEKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN LEGUNDI (Vitex trifolia) TERHADAP LARVA Aedes aegypti. Universitas Lampung

III. METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di negaranegara. subtropis. Penyakit ini endemik dibeberapa negara

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK Aedes spp. PADA OVITRAP

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

Keywords: Aedes aegypti, binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), larvasida

PEMANFAATAN DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) UNTUK MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di Indonesia. Pertama kali DBD terjadi di Surabaya pada tahun

BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amarylifolius) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP LARVA Aedes aegypti

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2011a). Tahun 2010 Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kejadian

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

THE EFFECTIVENESS TEST OF PHALERIA EXTRACTS

DAYA LARVASIDA EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUM CITRIODORUM) TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

Setelah dilakukan uji penelitian didapatkan hasil jumlah kematian larva Aedes aegypti selama 24 jam sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti SEBAGAI LARVISIDA

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan

ABSTRAK EFEK LARVISIDA EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

Kemampuan Bahan Aktif Ekstrak Daun Mojo (Aegle marmelos L.) dalam Mengendalikan Nyamuk Aedes aegypti, dengan Metode Elektrik

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara) TERHADAP KEMATIAN LARVA Aedes aegypti

ABSTRACT EFFECTS OF LIME LEAF ETHANOL EXTRACT (CITRUS AURANTIFOLIA) AS OF LARVASIDE

II. TINJAUAN PUSTAKA. memburuk setelah dua hari pertama (Hendrawanto dkk., 2009). Penyebab demam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UJI EFEK LARVASIDA EKSTRAK DAN INFUSA BUNGA KENIKIR (Tagetes minuta L.) TERHADAP LARVA VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Aedes aegypti L.

BAB I PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue. hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit virus yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. EFEK LARVISIDA INFUSA KULIT JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth) TERHADAP Aedes sp. Pembimbing II : Dra. Rosnaeni, Apt.

I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic. nyamuk Aedes aegypti (Kemenkes, 2010). Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC

BAB I PENDAHULUAN. beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Rekapitulasi data kasus hingga 22 Agustus 2011 menunjukkan Case

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan

ABSTRAK. Kata kunci : Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.), larvisida, Aedes aegypti

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang. disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Kemangi Hutan (Ocimum sanctum) Terhadap Kematian Larva Instar III Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

KEEFEKTIVAN DAYA BUNUH EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Dalam hal upaya pengendalian Aedes aegypti, perlu

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. dilaporkan pada WHO setiap tahun, akan tetapi WHO mengestimasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL Solanum Lycopersicum L. SEBAGAI LARVASIDA Aedes aegypti DI DALAM DAN DI LUAR RUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

ABSTRAK. EFEK LARVASIDA INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP Aedes sp. SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

Transkripsi:

Efek Larvasida Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Larva Aedes aegypti Instar III Shella Arivia 1), Betta Kurniawan, Reni Zuraida 2) Email: pocha_hontas91@yahoo.co.id 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2) Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Abstrak Kasus penyakit DBD di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pencegahan DBD dilakukan dengan pengendalian lingkungan dan kimiawi yang jika dilakukan terus-menerus dapat menyebabkan resisten. Bahaya dapat diminimalisir dengan menggunakan larvasida alami daun Lidah buaya (Aloe vera).penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas Lc 0 dan Lt 0 ekstrak daun Lidah buaya (Aloe vera). Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Perlakuan dibagi menjadi 6 kelompok uji yaitu 0% (kontrol negatif), 0,2%, 0,%, 0,7%, 1%, dan abate 1% (kontrol positif). Penelitian menggunakan sampel 480 larva dan dibagi menjadi 20 larva untuk masing-masing kelompok dalam 200ml larutandengan berbagai konsentrasi, dan dilakukan 4 kali pengulangan. Uji yang digunakan adalah one-way anova(p<0,0) dan Post-hoc Bonferroni(p<0,0) serta uji probit untuk menghitung LC 0 dan LT 0.Hasil penelitian didapatkan rata-rata jumlah larva yang mati sebesar 31,2% pada konsentrasi 0,2%; 41,2% pada konsentrasi 0,%; 80% pada konsentrasi 0,7%; dan 98,7% pada konsentrasi 1%. Nilai LC 0 adalah 2,041% di menit ke-20; 1,900% di menit ke-40; 1,68% di menit ke-60; 1,13% di menit ke-120; 0,720% di menit ke-240; 0,400% di menit ke-480; 0,24% di menit ke-1440; dan 0,131% di menit ke-2880. Nilai LT 0 adalah 730,421 menit pada konsentrasi 0,7% dan 178,647 pada konsentrasi 1%.Simpulan, konsentrasi paling efektif yaitu konsentrasi 1%. Kata kunci : Aedes aegypti, larvasida dan Lidah buaya (Aloe vera) Larvacide Effects of Leaf Extract Aloe vera (Aloe vera) Against Third Instar larva of Aedes aegypti Shella Arivia 1), Betta Kurniawan, Reni Zuraida 2) ) Medical Faculty Student of Lampung Univesity, 2) Medical Faculty Lecturer of Lampung University Abstract Casesof dengue feverinindonesiahas increasedevery year. This dangercan be minimizedby usingnaturallarvacidetheleaf Aloevera(Aloe vera). This studyto determine theeffectiveness of thelc 0 andlt 0 leaf extractaloevera (Aloe vera). The study designused wasexperimental. Treatmenttrialswere dividedinto 6groups, namely 0%(negative control), 0.2%, 0.%, 0.7%, 1%, andabate1%(positive control). Research usingsamples of480larvaeand dividedinto 20larvaeforeach groupin a200mlsolution withvarying concentrations, andperformed4 timesrepetition. Fromthe results,averagenumber oflarvaethat diedof31.2% at a concentration of0.2%, 41.2% at a concentration of 0.%, 80%at a concentration of0.7% and 98.7%at a concentration1%. Conclution,based on these resultsthe mosteffectiveconcentration oftheconcentration of 1%. LC 0 valuewas2.041% inthe 20th minute; 1.900% inthe 40th minute; 1.68% inthe 60th minute; 1.13% at minute120;0.720% at minute240;0.400% at minute480;0.24% in minute-1440, and 0.131% at minute2880. LT 0 valuewas730.421minutesat a concentration of0.7% and178.647ata concentration of 1%. Keywords: Aedesaegypti, Aloevera(Aloe vera) andlarvacide 137

Pendahuluan Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina Aedes aegypti. DBD ditunjukkan empat manifestasi klinis yang utama yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan, sering dengan hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi darah (Roose, 2008). Menurut Depkes RI (200) pada awal tahun 2004 Indonesia menghadapi KLB DBD dengan jumlah kasus DBD sejak Januari sampai Mei 2004 mencapai 64.000 dengan kematian sebanyak 724 orang. Pada tahun 2011 jumlah kasus DBD di Indonesia 6.432 dengan jumlah kematian sebanyak 9 orang. Berdasarkan data tersebut, kejadian DBD terbanyak terjadi di Provinsi Jawa Barat yaitu 13.836 dengan jumlah kematian 7 orang. Kejadian DBD pada tahun 2011 di Provinsi Lampung berjumlah 1.494 dengan jumlah kematian 24 orang (Depkes RI, 2012). Daun lidah buaya (Aloe vera) merupakan salah satu tumbuhan yang mengandung saponin, flavonoida, disamping itu daunnya juga mengandung tanin. Saponin dapat menghambat kerja enzim yang berakibat penurunan kerja alat pencernaan dan penggunaan protein bagi serangga. Flavonoid merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat menghambat saluran pencernaan serangga dan juga bersifat toksis. Tanin ini terdapat pada berbagai tumbuhan berkayu dan herba, berperan sebagai pertahanan tumbuhan dengan cara menghalangi serangga dalam mencerna makanan. Serangga yang memakan tumbuhan dengan kandungan tanin tinggi akan memperoleh sedikit makanan, akibatnya akan terjadi penurunan pertumbuhan (Dinata, 2008). Berdasarkan hal tersebut maka peneliti meneliti efek larvasida ekstrak daun Lidah buaya (Aloe vera) terhadap Larva Aedes aegypti instar III yang memiliki kandungan Saponin, Flavonoid dan Tanin yang dapat digunakan sebagai larvasida alami. Penelitian ini diharapkan memiliki hasil yang cukup baik dan signifikan sehingga mungkin akan menjadi dasar dalam upaya preventif terhadap kejadian DBD. 138

Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan 20 ekor larva Aedes aegypti instar III untuk tiap kelompok dengan pengulangan sebanyak 4 kali. Kelompok perlakuan dibagi menjadi 6 kelompok, kelompok 1 (kontrol negatif), kelompok 2 (dosis ekstrak 0,2%), kelompok 3 (dosis ekstrak 0,%), kelompok 4 (dosis ekstrak 0,7%), kelompok (dosis ekstrak 1%), kelompok 6 (abate 1%).Dosis ini berdasarkan panduan WHO (200) untuk penelitian larvasida nyamuk. Telur larva yang berada pada kertas saring direndam dalam nampan berisi air, kemudian larva yang berumur 4- hari, corong pada kepala berwarna kecoklatan dan bulu di dada sudah terlihat jelas dikategorikan sebagai larva instar III. Larva instar III dipilih dari nampan berisi air untuk kemudian dipindahkan ke dalam masing-masing kelompok perlakuan menggunakan pipet larva. Kemudian dihitung dan dicatat jumlah larva yang mati pada menit ke-, 10, 20, 40, 60, 120, 240, 480, 1440, 2880, dan 4320. Hasil Berdasarkanpenelitian yang telah dilakukan diperoleh rata-rata persenta sejumlah larva instar III Aedes aegypti yang mati. Kematian larva dimulai padamenit ke-20 pada konsentrasi abate 1% dengan presentase rata-rata kematian larva uji sebesar %. Seiring dengan lamanya waktu pajanan dan besarnya konsentrasi, kematian larva mulai terlihat dan menunjukkan jumlah kematian yang semakin meningkat seperti yang terlihat pada Tabel 1. 139

Tabel 1. Persentase rata-rata kematian larva Aedes aegypti pada berbagai konsentrasi ekstrak Lidah buaya ( Aloe vera) dalam waktu 4320 menit Konsen trasi (%) 0 (kontrol-) Persentase Rata-rata Kematian Larva (%) pada menit ke- 10 20 40 60 120 240 480 1440 2880 4320 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,2 0 0 0 0 0 0 13,7 17, 22, 30 0, 0 0 0 0 0 3,7 8,7 18,7 27, 36,2 41,2 0,7 0 0 0 2, 10 21,2 3 3,7 8,7 71,2 80 1 0 0 8,7 17, 40 73,7 83,7 87, 96,2 98,7 0 0 4 87, 10 100 100 100 100 100 100 0 Abate 1% (kontrol+) Kematian larva uji pada masing-masing kelompok menunjukkan jumlah kematian yang bertambah seiring lamanya waktu pajanan dan besarnya konsentrasi. Hal ini terlihat dari hasil penelitian dimana kematian larva pada konsentrasi 0,2% baru terlihat pada menit ke-240, konsentrasi 0,% pada menit ke-120, konsentrasi 0,7% pada menit ke-40, konsentrasi 1 % menit ke-20, abate 1% pada menit ke-20. Hal ini menunjukkan bahwa dosis ekstrak Lidah buaya (Aloe vera) konsentrasi 1% memiliki daya bunuh yang sama dengan abate 1%. Perbedaan terlihat pada jumlah larvasida yang mati di akhir menit ke-4320, yang mana dosis ekstrak Lidah buaya (Aloe vera) konsentrasi 1% hanya dapat membunuh 98,7% total larvasida yang diuji, sedangkan abate 1% dapat membunuh hingga 100%. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dihitung menggunakan program analisis statistik untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh dari masingmasing konsentrasi. Analisis pertama yang dilakukan adalah menghitung apakah data yang diperoleh memiliki distribusi yang normal atau tidak. Hasil yang diperoleh berupa nilai p=0,063 (p>0,0) yang berarti distribusi data normal. Kemudian dilanjutkan dengan uji One Way Anova. Hasil uji One Way Anova p=0,000 (p<0,0), hasil tersebut valid karena hasil varians data p=0,108 (p>0,0). Selanjutnya dilakukan uji Post Hoc dengan uji Bonferroni untuk menentukan dua konsentrasi mana saja yang memiliki perbedaan bermakna untuk 140

menyebabkan kematian larva (p<0,0). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2.Uji statistik perbandingan antar kelompok (analisis Post-hocBonferroni) (%) 0 0,2 0, 0,7 1 Abate 0-6,2* 8,2* 16* 19,7* 20* 0,2 6,2* - 2* 9,7* 13,* 13,7* 0, 8,2* 2* - 7,7* 11,* 11,7* 0,7 16* 9,7* 7,7* - 3,7* 4* 1 19,7* 13,* 3,7* 3,7* - 0,2 Abate 20* 13,7* 4* 4* 0,2 - (*) beda nyata pada taraf % (0,0). Pada analisis post-hoc Bonferroni, untuk menentukan dua konsentrasi mana saja yang memiliki perbedaan bermakna untuk menyebabkan kematian larva (p<0,0), kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan dengan konsentrasi ekstrak daun Lidah buaya (Aloe vera) terendah yaitu 0,2% terdapat perbedaan yang bermakna, yaitu dengan nilai p=0,000 (<0,0). Pada kontrol positif dan ekstrak daun Lidah buaya (Aloe vera) dengan konsentrasi tertinggi yaitu 1% tidak memiliki perbedaan yang bermakna yaitu dengan nilai p=1,000 (p<0,0), sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan dengan konsentrasi tertinggi yaitu 1% yang dipakai tidak berbeda efeknya dalam membunuh larva jika dibandingkan dengan kontrol positif yaitu abate 1%. 141

Konsentrasi (%) ISSN 2337-3776 Tabel 3. Persentase rata-rata nilai LC 0 ekstrak daun Lidah buaya (Aloe vera) pada berbagai waktu pengamatan No. Waktu (Menit) Lc 0 (%) 1-2 10-3 20 2,041 4 40 1,900 60 1,68 6 120 1,13 7 240 0,720 8 480 0,400 9 1440 0,24 10 2880 0,131 11 4320-2, 2 1, 1 0, LC0 (%) Konsen trasi 1% 0 10 20 40 60 120 240 480 1440 2880 4320 Waktu (menit) Gambar 1.Grafik nilai LC 0 dari menit ke-120 sampai menit ke-4320 Berdasarkan hasil yang diperoleh, terjadi penurunan nilai LC0 dari pengamatan mulai menit ke-20 sampai dengan menit ke-4320. Hal ini membuktikan bahwa semakin lama pajanan ekstrak daun Lidah buaya (Aloe vera) yang diberikan maka semakin kecil konsentrasi yang diperlukan untuk membunuh 0% larva uji pada penelitian. Grafik 1 menunjukkan nilai LC 0 pada menit ke- sampai menit ke-10 tidak dapat dinilai karena berada di atas nilai standar WHO (1%), dan pada pengamatan tidak didapatkan larva uji yang mati hingga 0%. 142

Waktu (menit) ISSN 2337-3776 Kematian larva uji mulai terjadi pada menit ke-240 dengan nilai LC 0 sebesar 0,720%. Tabel 4. Nilai LT 0 ekstrak daun Lidah buaya (Aloe vera) pada berbagai konsentrasi No. Konsentrasi (%) Lt 0 (Menit) 1 0,2 1104,736 2 0, 478,437 3 0,7 730,421 4 1 178,647 14000 12000 10000 8000 6000 4000 LT0 (menit) Menit ke-4320 2000 0 0,2% 0,0% 0,7% 1% Konsentrasi (%) Gambar 2. Grafik nilai LT 0 pada tiap konsentrasi Berdasarkan hasil yang diperoleh, didapatkan penurunan nilai LT 0 dari konsentrasi terendah (0,2%) sampai konsentrasi tertinggi (1%). Hal ini menunjukkan semakin besarnya konsentrasi yang diberikan maka semakin tinggi pula kandungan racun yang terpajan pada larva uji, sehingga semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk membunuh 0% larva uji. Nilai LT 0 pada konsentrasi 0,2% dan 0,% tidak dapat dihitung karena melebihi waktu 143

pengamatan, yaitu 4320 menit sehingga kurang efektif jika digunakan sebagai larvasida. Pembahasan Pada penelitian digunakan daun Lidah buaya (Aloe vera) yang merupakan insektisida alami yang dapat tumbuh disekitar kita. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bangkit (2009) mengenai kandungan saponin dan flavonoid dalam ekstrak daun pandan wangi efektif sebagai larvasida alami Aede saegypti.daun Lidah buaya (Aloe vera) mengandung saponin dan flavonoida yang merupakan zataktif yang dapat menjadi larvasida alami. Menurut Dinata (2008) flavonoid merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat menghambat saluran pencernaan serangga dan juga bersifat toksis, sedangkan menurut Sparg (2004) saponin memiliki aksi sebagai insektisida dan larvasida. Pada penelitian dapat terjadi kemungkinan yang sama pada larva Aede saegypti yang diberi ekstrak daunlidah buaya (Aloe vera). Kematian larva uji pada masing-masing kelompok menunjukkan jumlah kematian yang bertambah seiring lamanya waktu pajanan dan besarnya konsentrasi. Hal ini terlihat dari hasil penelitian dimana kematian larva pada konsentrasi 0,2% baru terlihat pada menit ke-240, konsentrasi 0,% pada menit ke-120, konsentrasi 0,7% pada menit ke-40, konsentrasi 1 % menit ke-20, abate 1% pada menit ke-20. Hal ini menunjukkan bahwa dosis ekstrak Lidah buaya (Aloe vera) konsentrasi 1% memiliki daya bunuh yang sama dengan abate 1%. Perbedaan terlihat pada jumlah larvasida yang mati di akhir menit ke-4320, yang mana dosis ekstrak Lidah buaya (Aloe vera) konsentrasi 1% hanya dapat membunuh 98,7% total larvasida yang diuji, sedangkan abate 1% dapat membunuh hingga 100%. Padaanalisis One Way Anova, dari uji hipotesis ini diketahui nilai p sebesar 0,000. Karena nilai p<0,0 maka terdapat perbedaan bermakna yang menunjukkan perbedaan jumlah larva yang mati selama pengamatan antara dua konsentrasi. Pada analisis post-hoc Bonferroni, untuk menentukan dua konsentrasi mana saja yang memiliki perbedaan bermakna untuk menyebabkan kematian larva (p<0,0), kelompok control negative dan kelompok 144

perlakuan dengan konsentrasi ekstrak daun Lidah buaya(aloe vera) terendah yaitu 0,2% terdapat perbedaan yang bermakna, yaitu dengan nilai p=0,000 (<0,0). Pada control positif dan ekstrak daun Lidah buaya (Aloe vera) dengan konsentrasi tertinggi yaitu 1% tidak memiliki perbedaan yang bermakna yaitu dengan nilai p=1,000 (p<0,0), sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan dengan konsentrasit ertinggi yaitu 1% yang dipakai tidak berbeda efeknya dalam membunuh larva jika dibandingkan dengan control positif yaitu abate 1%. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak daun Lidah buaya (Aloe vera) dapat membunuh larva nyamuk Aedes aegypti karena ekstrak daun Lidah buaya (Aloe vera) mengandung zat saponin dan flavonoida yang merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat menghambat saluran pencernaan serangga dan juga bersifat toksis. Tanin ini terdapat pada berbagai tumbuhan berkayu dan herba, berperan sebagai pertahanan tumbuhan dengan cara menghalangi serangga dalam mencerna makanan. Serangga yang memakan tumbuhan dengan kandungan tannin tinggi akan memperoleh sedikit makanan, akibatnya akan terjadi penurunan pertumbuhan (Dinata, 2008). Simpulan Konsentrasi ekstrak daun Lidah buaya (Aloe vera) yang paling efektif dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti instar III adalah konsentrasi 1%. Daftar Pustaka Bangkit, A.P. 2009. Pemanfaatan Ekstrak Daun Pandan Wangi sebagai Larvasida Alami. Universitas Muhamadiyah Surakarta, Surakarta. Diakses tanggal 11 januari 2013. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/12346789/2071/2.pdf Depkes RI. 200. Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Indonesia. Jakarta: depkes RI. Depkes RI, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Depkes RI. Diakses tanggal 28 Oktober 2012. www.depkes.go.id/.../profil_data_kesehatan_indonesia_tahun_2011.pdf Dinata, Arda. 2008. Ekstra Kulit Jengkol Atasi Jentik DBD. Diakses: 11 Oktober 2012. http://artikel.prianganonline.com/index.php?act=artikel&aksi=lihat&id=274. Hoedojo, R. dan Zulhasril. 2004. Insektisida dan Resistensi. Parasitologi Kedokteran Edisi Ke-3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 343 hlm. Roose, A. 2008. Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008. Medan: Program Studi Administrasi dan Kesehatan/ Epidemiologi Sekolah Pascasarjana USU. 108 hlm. Sparg, S. 2004. Biological activities and distribution of plant saponin. Jurnal Ethopharmacol. ISSN 219-243. Diakses tanggal 2 maret 2013. 14

World Health Organization. 200. Guiedlines for Laboratory and Field Testing of Mosquito Larvacidies. Diakses : 20 September 2012. http://whqlibdoc.who.int/hq/200whocdswhopesgcdpp2009.13.pdf 146